Anda di halaman 1dari 3

Nama : AMARUDDIN

Nim : C1D119133

Toeri Tindakan bicara

Teori tindakan bicara memfokuskan perhatiannya pada elemen-elemen dari suatu pesan yang
membentuk tindakan bicara tertentu. Seiring dengan semakin berkembangnya studi dibidang
ini, maka teori inipun berpindah kedalam wilayah interaksi antara pembicara. Teori bicara ini
mengidentifikasi apa yang harus dilakukan untuk membuat pernyataan sukses dan bagaimana
agar maksud kita dapat dipahami. Namun tindakan bicara tidaklah berdiri sendiri (terisolasi),
tetapi biasanya menjadi bagian dari pross percakapan yang tengah berlangsung. Pandangan
Searle ini membantu kita memahami bagaimana komunikator memberikan makna terhadap
tindakan bicara.

Review Jurnal Ilmu Komunikasi terkait Teori Tindakan Bicara

Judul : Analisis Tindak Tutur (Speech Act) Pada Percakapan Antara Tetangga Dekat

Jurnal : ournal of Language learning and Research (JOLLAR)

Volume dan Halaman : Vol. 1(1) 1-12

Tahun : 2017

Penulis : Ade Eka Anggrain

Reviewer : AMARUDDIN

Tanggal : 11 Juni 2021

Pendahuluan : Teori dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tentang Speech Act
yang dipopulerkan oleh Searli. Searle (dalam Rahardi, 2005:35-36) terdapat dalam bukunya
Speech Act: An Essy in Philosophy Of Language menyatakan bahwa dalam praktik terdapat tiga
macam tindak tutur antara lain: (1) tindak lokusioner, (2) tindak ilokusioner, (3) tindak
perlokusi.

Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna
yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Kalimat ini dapat disebut sebagai the act of
saying something. Dalam lokus ioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang
disampaikan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Jadi, tuturan
“tanganku gatal” misalnya, semata-mata hanya dimaksudkan memberitahukan si mitra tutur
bahwab pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal.

Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula.
Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something. Tuturan “tanganku gatal”
diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan mitra tutur
bahwa pada saat dituturkannya tuturan tersebut, rasa gatal sedang bersarang pada tangan
penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan
tertentu berkaitan dengan rasa gatal pada tangan penutur, misalnya mitra tutur mengambil
balsem.

Tindakan perlokusi adalah tindak menumbuh pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur
ini disebut dengan the act of affecting someone. Tuturan “tanganku gatal”, misalnya dapat
digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu
muncul, misalnya, karena si penutur itu berprofesi sebagai seseorang tukang pukul yang pada
kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain.

Metode Penelitian : metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriftif
kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Ancangan yang digunakan adalah analisis wacana
percakapan dengan menggunakan teori tindaktutur (speech ach) dari Austin (1962: 94-95) dan
Searle (1969: 16) serta teori Hymes (1964) mengenai SPEAKING Grid

Pembahasan : Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan pada bagian II di atas, maka peranan
konteks dalam menganalisis wacana dapat diaplikasikan untuk menganalisis wacana berikut.
Data (wacana) ini penulis dapatkan dengan merekam pembicaraan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari antara seorang wanita dengan tetangganya. Hasil rekaman percakapan tersebut
penulis transkripsikan kedalam bentuk tulisan. Jenis bahasa adalah ragam bahasa lisan walaupun
ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan.

Simpulan : Konteks sangat penting dalam memahami dan menafsirkan wacana. Konteks sesuatu
yang tidak bisa diabaikan begitu saja ketika orang berusaha memperoleh makna yang
sesungguhnya dari informasi yang didengar atau dibacanya. Menentukan konteks dalam
pemahaman wacana tentu saja dengan memberikan penafsiran terhadap SPEAKING (setting,
participant, end, act sequences, key, instrument, norm, and genre).

Kekuatan penelitian : hasil penelitian yang diberikan dari penliti sangatlah jelas dan sangat
mudah dipelajari untuk para pembaca jurnal.

Kelemahan penelitian : ada beberapa bahasa - bahasa ilmiah yang kurang dipahami oleh
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai