Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

POTENSI PEMANFAATAN SUMBER PANAS PADA COMBUSTION CHAMBER


TURBIN GAS DENGAN MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK GENERATOR
1) 2)
Agus Trisasmita , Chalilullah Rangkuti
1),2).
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
agus_trisasmita@yahoo.co.id
chalil@trisakti.ac.id

Abstrak
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok merupakan
pembangkit tenaga listrik termal menggunakan bahan bakar gas dengan total produksi
1920 MW untuk 3 blok. Blok 1 dan 2 buatan ABB tipe 13E1. Tipe ini adalah turbin gas
jenis single combustor dengan single burner. Pada tipe ini tidak semua bagian
combustion chamber tertutup isolasi, sehingga panas yang keluar tersebut berpotensi
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik pengganti daya pemakaian sendiri untuk
menghidupkan lampu di area tersebut dengan mengunakan modul termoelektrik
generator. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 6 buah modul termoelektrik
generator yang di rangkai secara seri dan mensimulasikan panas pada top combustion
chamber menggunakan cardridge heater dengan diberikan variasi tegangan input
sebesar 140Volt, 180Volt dan 220Volt. Dari hasil pengujian, output maksimal yang dapat
dihasilkan termoelektrik generator adalah 5,08Volt dengan selisih temperatur sisi panas
dan dingin sebesar 65,9°C. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan modul termoelektrik
pada top combustion chamber sebagai pembangkit listrik mandiri memiliki potensi yang
besar.

Kata kunci: PLTGU, Combustion Chamber, Termoelektrik Generator

Pendahuluan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok yang berlokasi di
Jakarta Utara merupakan pembangkit listrik tenaga termal yang menggunakan bahan
bakar berasal dari fosil yaitu gas alam. Pasokan gas alam untuk PLTGU Tanjung Priok ini
dipasok oleh Perusahaan Gas Negara (PGN), Natural Gas (NR) dan Pertamina Hulu
Energy (PHE). Jika pasokan minim, pembangkit ini juga dapat beroperasi menggunakan
High speed diesel (HSD). PLTGU Tanjung Priok memiliki 3 blok dengan spesifikasi mesin
dan tahun penginstalan yang berbeda. Blok 1 dibangun pada tahun 1993 dengan jenis
combine cycle power plant buatan ABB dengan pola operasi 3-3-1, yaitu 3 gas turbine
(GT), 3 heat steam generator (HRSG) dan 1 steam turbin (ST).

Turbin gas buatan ABB type GT 13E1 ini adalah jenis turbin gas yang memiliki
ruang bakar tunggal (single combustor) dan pembakar tunggal (single burner), seperti
terlihat pada gambar 1.1. Efisiensi termal turbin gas type ini hanya 33% pada operasi
sendiri (simple cycle operation) dan selebihnya merupakan panas buang yang mengalir
ke lingkungan. Bila kalor ini tidak dimanfaatkan maka akan terbuang ke atmosfir dan
menjadi polusi termal. Bagian combustion chamber tidak semua tertutup isolasi, terutama
pada bagian top combustion chamber.

Menyadari besarnya energi termal yang terbuang percuma ke atmosfer inilah yang
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik pengganti daya pemakaian
sendiri yang digunakan untuk penerangan di area ruangan top combustion chamber
turbin gas. Yang dirasa tepat untuk mengkonversi energi panas menjadi energi listrik
adalah modul termoelektrik generator, karena peralatan tersebut memiliki usia pakai yang
cukup panjang, perawatan yang mudah dan ramah lingkungan atau tidak menimbulkan
polusi.

9
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 1. Combustion chamber turbin gas ABB tipe 13E

Studi Pustaka
Modul Termoelektrik Generator adalah sebuah alat yang mampu
mengkonversikan energi panas menjadi energi listrik secara langgsung dengan
menggunakan prinsip Seebeck. Efek Seebeck merupakan fenomena terjadinya tegangan
listrik yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu pada ujung dua jenis logam. Elektron pada
sisi panas logam akan bergerak aktif dan memiliki kecepatan aliran yang lebih tingi, maka
elektron dari sisi panas akan mengalami difusi ke sisi dingin dan menyebabkan timbulnya
medan elektrik pada sisi logam tersebut. Tegangan tersebut diukur dalam kondisi open-
loop dan besarannya sebanding dengan selisih suhu pada kedua logam.

Efek Seebeck ditemukan pertama kali oleh Thomas Johann Seebeck pada tahun
1821. Efek Seebeck dapat didemonstrasikan dengan membuat sambungan anatara dua
kawat dari jenis logam yang berbeda dan ujung kawat lainnya dihubungkan ke voltmeter,
jika sambungan antara kawat dipanaskan maka alat ukur akan membaca adanya
sejumlah tegangan.T.J. Seebeck menunjukan bahwa gaya gerak listrik (ggl) dapat
dihasilkan dengan memanaskan titik sambungan anatara dua penghantar listrik yang
berbeda (R. Umboh).

Modul termoelektrik generator telah diteliti dan diujicoba oleh banyak peneliti
dalam berbagai macam kegunaan. Karri et.al membandingkan pemanfaatan
thermoelektrik pada sistem gas buang suatu kendaraan bermotor dengan sistem gas
buang dari stationary compressed natural gas engine generator set (D.M.Rowe b, 2003).
Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa efek penggunaan thermoelektrik
pada sistem gas buang kendaraan bermotor dapat menghemat penggunaan bahan bakar
sebanyak 1.25%. Xiaolong et.al menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa kinerja modul
termoelektrik dalam mengkonservasi energi panas buang ditentukan oleh besarnya
temperatur panas buang, rangkaian seri dari thermoelektrik, memperbesar luas area heat
sink, serta meningkatkan kapasitas perpindahan kalor pada sisi dingin dari modul

10
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

thermoelektrik yang digunakan (E.F Thacher, 2010). Ryanuargo et.al memanfaatkan uap
panas dari kondensor pada sistem pendingin sebagai pembangkit listrik dengan
menggnakan thermoelektrik generator. Berdasarkan hasil percobaan, dengan suhu rata-
rata 34ºC thermoelektrik dapat mengghasilkan tegangan sebesar 3,24 Volt dan daya
sebesar 0,16 Watt (Ryanugroho, 2013).

Metodologi Penelitian
Pada Penelitian ini dibuat sebuah prototipe peralatan yang mensimulasikan
temperatur bervariasi dari top combustion chamber turbin gas dengan sebuah pemanas
(heater) yang input listriknya dibuat bervariasi dari 140Volt, 180Volt dan 220Volt yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan temperatur pada alat termoelektrik yang selanjutnya
mengahasilkan listrik dengan voltase dan arus tertentu. Output listrik dari termoelektrik
inilah yang nanti digunakan untuk penerangan pada area top combistion chamber. Modul
termoelektrik yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe SP1848-27145SA. Modul
disususn secara seri sebanyak 6 buah untuk mendapatkan tegangan yang besar. Sumber
panas yang digunakan untuk mensimulasikan kondisi pada top combustion chamber
turbin gas adalah dengan menggunakan cardridge heater yang di tempelkan pada plat
alumunium dengan dimensi 10mm x 100mm x 140mm. Sedangkan untuk sisi dingin
menggunakan heatsink alumunnium berdimensi 81mm x 84mm x 200mm dengan
masing-masing sisinya diberikan fan DC 12Volt dan 0.14Amper dengan dimensi 90mm x
90mm untuk mensimulasikan aliran udara yang terjadi pada ruang top combustion
chamber.

Alat ukur yang digunakan antara lain volt dan amper meter digital untuk
mengetahui daya yang dihasilkan oleh modul termoelektrik, termokopel digital LCD tipe-k
digunakan untuk mengetahui temperatur di sisi dingin dan panas yang diserap oleh modul
termoelektrik generator dan temperatur ambient. Selain peralatan utama dan alat ukur
juga digunakan alat bantu agar semua rangkaian peralatan dapat difungsikan. Alat bantu
tersebut antara lain power supply 12Volt dan 20Amper untuk menggerakan 2 buah fan
yang digunakan untuk pendingin di heatsink, volt control/regulator yang mampu
mengajust voltase dengan range 10-220Volt AC dan power maksimum 4000Watt. Volt
control ini digunakan untuk memvariasikan voltase yang masuk ke cardridge heater
sehingga panas yang dihasilkan juga bervariasi.

Gambar 2. Pengujian prototipe termoelektrik generator

11
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

Hasil dan Pembahasan


Penelitian yang dilakukan terhadap rangkaian prototipe modul termoelektrik
generator ini bertujuan untuk mengetahui apakah peralatan tersebut aplikatif digunakan
pada top combustion chamber turbin gas ABB tipe 13E. Oleh karena itu penelitian ini
menguji kinerja modul termoelektrik dengan mensimulasikan sumber panas dari top
combustion chamber turbin gas yang temperaturnya bervariasi sesuai beban. Variasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan input tegangan sebesar
140 Volt, 180Volt dan 220Volt kepada cardridge heater agar temperatur yang dihasilkan
juga bervariasi. Pegujian dilakukan masing-masing selama 50 menit. Hal ini dikarenakan
dalam rentang waktu tersebut data yang diperoleh cenderung stabil, karena temperatur
pada cardridge heater akan mencapai titik puncak tertentu sesuai dengan input tegangan
yang diberikan. Pegujian ini menghasilkan data berupa tegangan, temperatur ambient,
temperatur sisi panas, temperatur sisi dingin dan beda emperatur yang dihasilkan oleh
modul termoelektrik generator tersebut.

Gambar 3. Data perbedaan temperatur dengan input tegangan ke heater sebesar


140Volt, 180Volt dan 220Volt

Pada gambar 3 dapat dilihat perolehan data perubahan temperatur terhadap


waktu dengan input tegangan pada heater sebesar 140Volt, 180Volt dan 220Volt. Data ini
menunjukan kenaikan temperatur di sisi panas modul termoelektrik generator terjadi
secara cepat pada menit pertama hingga menit ke 15. Lalu pada menit ke 15 hingga 30
terjadi kenaikan temperatur tetapi tidak signifikan, berkisar ±1-2°C dan cenderung stabil
dari menit ke 30 hingga 50. Temperatur dengan rata-rata tertinggi terjadi pada saat heater
di input dengan tegangan sebesar 220Volt. Temperatur pada menit pertama sebesar
43°C, lalu meningkat dengan cepat hingga 100°C pada menit ke 15. Menit berikutnya
temperatur naik sekitar 0,5°C per menit hingga mencapai temperatur yang stabil pada
menit ke 36. Temperatur maksimum yang dapat dicapai oleh heater dengan input 220Volt
adalah 112,9°C.

12
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

Intensitas waktu kenaikan temperatur pada heater yang diberikan input tegangan
180Volt tidak beda jauh dengan heater yang diberikan input tegangan 220Volt, hanya
saja temperatur yang dihasilkan berbeda, lebih rendah dihasilkan oleh heater dengan
input tegangan 180Volt. Temperatur pada menit pertama yaitu 40,2°C, lalu meningkat
drastis hingga menit ke 21 temperatur mencapai 89,2°C. Setelah itu temperatur naik rata-
rata 0,2°C per menit hingga terjadi kestabilan temperatur pada menit ke 41. Temperatur
maksimal yang mampu dihasilkan oleh heater dengan input teganggan 180Volt yaitu
83.9°C.

Pada percobaan ini nilai temperatur terendah pada heater dengan input tegangan
140Volt. Pada menit pertama temperatur 37,3°C dan naik drastis sampai pada menit ke
14 dengan temperatur yang dicapai sebesar 59,2°C. Menit selanjutnya hingga menit ke
50 temperatur naik dengan rata-rata 0,28°C per menit. temperatur maksimum yang
mampu dicapai oleh heater dengan input tegangan 140Volt adalah 69,4°C.

Pada sisi dingin heater yang diberi input tegangan 220Volt terjadi kenaikan
temperatur dari 33,5°C menjadi 47,6°C pada menit ke 50. Rata-rata kenaikan 0,28°C per
menit. Saat dilakukan pengujian dengan input 220Volt temperatur ambient rata-rata
berkisar 30,5°C.

Sedangkan sisi dingin heater yang diberikan input tegangan 180Volt temperatur
pada menit pertama 32,6°C. Lalu mencapai temperatur stabil pada 38,8°C. Rata-rata
kenaikan temperatur 0,12°C per menit. temperatur ambient saat dilakukan pengujian
dengan input teggangan 180Volt tersebut rata-rata 29,6°C.

Pengujian selanjutnya yaitu dengan memberikan input tegangan sebesar 140Volt


pada heater. Temperatur pada sisi dingin di menit pertama adalah 33,1°C. Lalu mencapai
temperatur stabil pada 42,2°C. Rata-rata kenaikan temperatur 0,18°C per menit. saat
dilakukan pengujian, temperatur ambient rata-rata 30,5°C.

Jika dibandingkan temperatur sisi dingin modul termoelektrik yang diberikan input
tegangan pada heater 180Volt dan 140Volt, lebih rendah temperatur pada input tegangan
180Volt. Temperatur di sisi dingin seharusnya lebih besar pada input heater 180Volt,
karena panas yang dihasilkan oleh heater juga lebih besar. Akan tetapi, saat pengujian
input heater 180Volt temperatur ambient lebih rendah daripada saat pengujian input
heater 140Volt, selisihnya mencapai 0,9°C. Hal ini menunjukan bahwa temperatur
ambient juga berpengaruh besar terhadap pendinginan dan output tegangan yang
dihasilkan oleh termoelektrik generator. Karena pada prinsipnya, semakin besar delta
temperatur maka semakin besar pula output tegangan yang dihasilkan oleh termoelektrik
generator.

Pendinginan dengan menggunakan heatsink dirasa cukup baik, karena dari ketiga
percobaan tersebut temperatur di sisi dingin modul termoelektrik tidak mengalami
kenaikan yang signifikan, sehingga rentang perbedaan temperatur sisi panas dan dinggin
cukup jauh. Semakin besar perbedaan temperatur tersebut maka semakin besar pula
tegangan output yang dihasilkan. Heatsink yang digunakan pada percobaan ini berbahan
dasar alumunium yang memiliki konduktifitas tinggi, sehingga perpindahan panas terjadi
secara baik. Selain itu desain heatsink yang bersirip mengakibatkan bidang singgung
yang lebih luas dengan udara sehingga pelepasan panas menjadi lebih efektif.

Gambar 4 merupakan output tegangan yang dihasilkan dari selisih temperatur sisi
panas dan sisi dingin modul termoelektrik generator. Tegangan yang dihasilkan oleh
modul termoelektrik generator meningkat seiring dengan meningkatnya perbedaan

13
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

temperatur. Pada 3 kali percobaan dengan memberikan input voltase yang berbeda
tersebut menunjukan bahwa tegangan output terbesar dihasilkan oleh heater dengan
input 220Volt, yaitu sebesar 5,08 Volt dengan selisih temperatur 65,7°C. Sedangkan pada
heater dengan input 180Volt mampu menghasilkan tegangan maksimal sebesar 3,54 Volt
dengan selisish temperatur 55°C. Output tegangan terkecil adalah pada input heater
140Volt, yaitu sebesar 2,32Volt dengan selisih temperatur 27,2°C.

Semakin besar beda temperatur antara sisi panas dan sisi dingin modul
termoelektrik generator maka semakin besar pula output tegangan yang dihasilkan. Hal
ini dikarenakan beda potensial antara dua lapisan semi konduktor yang menyebabkan
adanya aliran elektron. Semakin optimal perpindahan panas dari heater ke modul
termoelektrik generator sisi panas dan pelepasan panas yang baik pada sisi dingin modul
termoelektrik generator maka perpindahan aliran elektron semakin cepat dan
menghasilkan tegangan yang semakin besar pula.

Gambar 4. Data output tegangan terhadap delta temperatur

Gambar 5 merupakan distribusi panas dari top combustion chamber yang


nantinya akan dipasang rangkaian modul termoelektrik generator. Gambar tersebut
diambil dengan menggunakan thermal imager merk Avio Nec G100EX dengan tingkat
sensibilitas 0,04°C. Gambar sebelah kanan merupakan kondisi top combustion chamber
asli di lapangan. Sedangkan gambar sebelah kiri merupakan gambar yang diambil
mengunakan thermal imager sehingga tampak distribusi panas di area tersebut. Pada
area tersebut temperatur maksimal hingga mencapai 112,4°C dan rata-rata sekitar 86°C
dengan temperatur ambient saat dilakukan penggambilan data sebesar 29,83°C.

14
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 5. Distribusi panas pada top combustion chamber turbin gas

Pada 3 kali percobaan menggunakan cardridge heater yang diberikan variasi input
tegangan, didapat bahwa modul termoelektrik mampu menghasilkan tegangan dari selisih
temperatur 4,2°C hingga 65,3°C. Jadi jika dikaitkan dengan pengambilan data distribusi
panas di area top combustion chamber menggunakan thermal imager maka,
termoelektrik generator dapat diaplikasikan pada area tersebut. Hal ini dikarenakan
temperatur terendah yang dihasilkan oleh top combustion chamber mencapai hingga
66,8°C. Ini artinya modul termoelektrik generator sudah dapat menghasilkan output
tegangan pada temperatur tersebut dan membuktikan adanya potensi listrik yang dapat
dibangkitkan dengan potensi volatase listrik yang dihasilkan dengan terdapatnya
temperature yang tinggi pada combustor head tersebut

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengambilan data menggunakan thermal imager pada area top
combustion chamber dan pengujian prototipe menggunakan 6 buah modul termoelektrik
yang dirangkai seri dengan menggunakan sumber panas dari cardridge heater yang
divariasikan input tegangan nya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Tegangan output minimal pada input heater 140Volt adalah 0,05Volt dengan selisih
temperatur 4,2°C dan tegangan output maksimal sebesar 2,32Volt dengan selisih
temperatur 27,2°C.
b) Tegangan output minimal pada input heater 180Volt adalah 0,98Volt dengan selisih
temperatur 7,6°C dan tegangan output maksimal sebesar 3,54Volt dengan selisih
temperatur 55,1°C.
c) Tegangan output minimal pada input heater 220Volt adalah 1,06Volt dengan selisih
temperatur 9,5°C dan tegangan output maksimal sebesar 5,06Volt dengan selisih
temperatur 65,3°C.
d) Temperatur rata-rata pada area top combustion chamber 86,1°C dan temperatur
maksimal dapat mencapai 112,4°C. Sehingga termoelektrik generator berpotensi
untuk diaplikasikan di area tersebut sebagai pembangkit listrik mandiri.

Daftar pustaka
D.M. Rowe b, G. Min b R.Y. Nuwayhid a. 2003. Low Cost Stove-Top Termoelektrik
Generator For Regions With Unreliable Electricity Supply. Renewable Energy 28 205-222
Elsevier.

15
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 3 ISSN (E) : 2540 - 7589

E.F Thacher, B.T. Helenbrook M.A. Karri. 2010. Exhaust Energy Conversion by
Termoelektrik Generator: Two Case Studies.

Nandy Putra, Raldi Artono Koestoer, M. Adhitya Roekettino, dan Bayu Trianto, “Potensi
Pembangkit Daya Termoelektrik untuk Kendaraan Hibrid”, Makara, Teknologi, Vol. 13,
No. 2, November 2009: 53-58.

R. Umboh, dkk. Perancangan Alat Pendinginan Portable Menggunakan Elemen Peltier.


Manado: UNSRAT.

Rio Wirawan, 2012, Analisa Penggunaan Heat Pipe pada Thermoelectric Generator,
Universitas Indonesia, Jakarta.

Ryanugroho, Syaiful Anwar dan Poernomo Sari. 2013. Generator Mini dengan Prinsip
Termoelektrik dari Uap Panas Kondensor pada Sistem Pendingin. Jakarta: Universitas
Gunadarma.

Singal R.K. 2005, “Non-Conventional Energy Resources” S.K Kataria & Sons, Delhi.

16

Anda mungkin juga menyukai