c. Landasan Empiris
(Connectionism).
c) David Ausubbel
Ausubel mengklasifikasikan belajar dalam dua
dimensi, yaitu: dimensi pertama berhubungan dengan
cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
peserta didik melalui penerimaan atau penemuan.
Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana peserta
didik dapat mengaitkan informasi tersebut pada
struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 2006). Informasi
yang dikomunikasikan pada peserta didik dalam bentuk
belajar penerimaa yang menyejikan informasi itu dalam
bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan
yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan
sendiri materi yang akan diajarkan. Dan pada tingkatan
kedua, peserta didik mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan yang dimilikinya, hal inilah yang
dinamakan dengan belajar bermakna.
KEGIATAN BELAJAR 4
1) Peran Konservatif
2) Suplementasi
3) Eksplorasi
4) Keahlian
• Faktor Guru
Guru merupakan orang yang secara langsung bersentuhan
dengan murid dan melakukan proses pembelajaran dengan
peserta didik. Adapun Altichter (dalam Katuuk) menyatakan
bahwa kompetensi yang penting yang harus ada dalam jiwa
guru adalah kompetensi sebagai guru dan juga perilaku,
partisipasi dalam pengambilan keputusan dan kualitas
hubungan rekan sejawat. Meskipun guru merupakan orang yang
berperan penting dalam implementasi kurikulum, namun guru
juga baiknya memiliki pengetahuan mengenai proses
perencanaan kurikulum sehingga guru dapat menerjemahkan
kurikulum ke dalam realitas di lapangan. Hal ini juga senada
dengan apa yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik yaitu tentang
pentingnya pengetahuan guru mengenai kurikulum. Guru
memandang kurikulum bukan hanya sebagai seperangkat mata
pelajaran, tetapi juga sebagaiseperangkat pembelajaran yang harus
dikembangkan dan disesuaikan dengan peserta didik.
• Faktor Peserta didik
Peserta didik memiliki peranan penting dalam implementasi
kurikulum. Selain merupakan hasil atau subjek daripada
pendidikan, peserta didik memiliki lingkungan yang berbeda.
Kualitas peserta didik, kemudian latar belakang ekonomi,
keluarga, dan juga kecenderungan peserta didik. Lalu, ada satu
hal yang bisa dilakukan peserta didik adalah melakukan
serangkaian seleksi terhadap pengalaman belajar yang
dibutuhkan oleh peserta didik dalam implementasi kurikulum.
Peserta didik bisa memilih sendiri pengalaman belajar yang
diinginkan dan diterima, tidak selalu sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh kurikulum secara resmi.
• Faktor Sarana dan Fasilitas
Keberadaan sarana dan fasilitas menjadi salahsatu faktor
penunjang. Selain sekolah yang harus menyediakan, lingkungan
masyarakat atau pemerintah setempat bisa digunakan untuk
menunjang sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
berlajar seperti perpustakaan, laboratorium, sportorium, dan
berbagai macam lingkungan yang dapat digunakan untuk
melaksanakan implementasi kurikulum. Karena keberadaan
sarana dan fasilitas memiliki pengaruh yang baik untuk
mengingat pengalaman belajar yang dilakukan oleh peserta
didik.
• Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah tentu akan mempengaruhi dalam
implementasi kurikulum. Anda bisa memperhatikan, lokasi
lingkungan sekolah, lingkungan sosial dan ekonomi, dan
beberapa hal terkait manusia dan sumber daya, maka itulah
lingkungan sekolah yang akan mendukung proses
pengimplementasian kurikulum.
• Faktor Budaya dan Ideologi
Telah kita ketahui bersama bahwa setiap daerah memiliki
budaya dan ideologi tertentu. Sudah seharusnya kurikulum bisa
diimplementasikan dengan mengintegrasikan antar
kebudayaannya. Implementasi kurikulum yang baik adalah
dimana kurikulum tidak mencabut akar budaya masyarakat
sekitanya. Budaya masyarakat merupakan sebuah tuntutan
dimana peserta didik tinggal. Peribahasa yang menyatakan
bahwa “dimana langit dipijak, disitu langit dijunjung”
merupakan budaya-budaya yang didahulukan dan disesuaikan
dengan kurikulum agar bisa menguatkan budaya di masyarakat.