AMENOREA
OLEH:
Pembimbing
Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
Mengetahui,
Pembimbing
A. Pendahuluan
Menstruasi merupakan tanda penting maturitas organ seksual seorang
wanita. Dimana definisi menstruasi adalah keluarnya darah, mukus dan
debris-debris seluler yang berasal dari uterus secara periodik dengan siklus
teratur. Menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus haid, tidak kurang
dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama haid 3 - 7 hari, dengan jumlah
darah selama menstruasi berlangsung tidak melebihi 80 ml. Menstruasi
merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan berbagai organ,
sistem endokrin, hormon-hormon reproduksi dan enzim sehingga bisa
dibayangkan penyebab gangguan menstruasi pasti sangat banyak dan
bervariasi. Proses menstruasi diregulasi oleh sistem endokrin dan perubahan
hormonal yang terjadi melalui mekanisme timbal balik (feed back mechanism)
antara hipotalamus, pituitari dan ovarium atau yang dikenal dengan axis
endokrin Hipotalamus – Pituitary – Ovarium (HPO).
Amenorea merupakan salah satu gangguan pada siklus menstruasi di
tandai dengan tidak terjadinya menstruasi atau adanya penghentian menstruasi
secara spontan pada seorang wanita usia reproduksi, amenore merupakan
suatu gejala, bukan penyakit dan memiliki berbagai penyebab. Amenorea juga
menjadi gejala normal pada wanita prapubertas, hamil, menyusui dan wanita
pascamenopause dan bukan merupakan suatu diagnosis. Apabila seorang
wanita telah memasuki masa setelah kehamilan maka akan menjadi suatu
tantangan untuk menentukan penyebab pasti amenorea.
Secara klasik amenorea dibagi 2 macam, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Prevalensi amenore diketahui sekitar 3 hingga 4% pada populasi
usia reproduksi dan sekitar 10-15 pasien merupakan amenore primer.
Pervalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita usia reproduktif, sebagian
besar kasus disebabkan oleh sindroma ovarium polikistik (SOPK), amenorea
hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium dini.
2
B. Anatomi
1. Hipotalamus dan Hipofisis
Hipotalamus adalah suatu daerah otak yang mengendalikan fungsi
tubuh. Hipotalamus merupakan bagian dari diensefalon paling ventral
terletak di bawah talamus dan ventromedialis dari subtalamus,
hipotalamus memebentuk lantai bagian bawah dinding lateral ventrikel
ketiga di bawah sulkus hipotalamikus. Pada garis tengah bagian caudal
dari ciasma optikum terletak area yang sedikit meninggi yaitu tuber
sinereum, di mana dari bagian ujungnya terdapat tungkai halus yaitu
infundibulum atau tangkai kelenjar hipofisis, yang merupakan struktur
seukuran kacang polong yang terletak pada sela tursika dari os sfenoidalis.
Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional
berbeda, hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Hipofisis posterior,
secara embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak, terdiri dari
jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Sedangkan hipofisis
anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara embriologis
berasal dari penonjolan dari atap mulut. Hipofisis anterior juga disebut
dengan adenohipofisis.
Gambar 1. Hpotalamus dan hipofise di kuti dari Buku Ilmu Kandungan Prawirohardjo
ed. III
3
2. Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak
di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteria
ovarika berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii
(ligamentum infundibulopelvikum). Ovarium terletak pada lapisan
belakang ligamentum iatum. Sebagian besar ovarium berada
intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil ovarium
berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus
ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. fipatanyang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium
dinamakan mesovarium.
4
Gambar 3. Tuba, dikutip dari Gerrad J Tortora, Principles of Anatomy and Physiology,
13th ed.
supravaginalis servisis uteh. Antara korpus dan serviks masih ada bagian
yang disebut ismus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus uteri. Di situ
tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus. Dinding uter-us terdiri
tenrtama atas miometrium, yang menrpakan otot polos berlapis tiga;
lapisan otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam
berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan
berelaksasi.
6
Gambar 4. Uterus, dikutip dari Gerrad J, Principles of Anatomy and Physiology, 13th
ed.
C. Fisiologi Menstruasi
Sistem reproduksi wanita dapat dibagi dalam 4 kompartemen yaitu:
1. Kompartemen I : gangguan pada uterus dan patensi (owflow tact)
7
proliferasi, distimulasi oleh estrogen) berubah menjadi fase sekresi. Bila tidak
terjadi fertilisasi maka mulai 10-12 hari setelah ovulasi korpus luteum
berangsurangsur mengalami regresi diikuti oleh menurunnya sekresi
terdapat gangguan atau kelainan dari salah satu organ tersebut, maka akan
terjadi pula gangguan pada siklus menstruasi yang dapat memberikan gejala
klinik antara lain amenore.
D. Definisi Amenorea
Amenorea merupakan salah satu gangguan pada siklus haid ditandai
dengan tidak terjadinya haid pada seseorang perempuan dengan mencakup
salah satu tiga tanda sebagai berikut, tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun,
disertai tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin
sekunder, tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder dan tidak
terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan
yang sebelumnya pernah haid.
Secara klasik amenorea dibagi 2 macam, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenore primer adalah tertundanya menarke pada usia 14 tahun
tanpa disertai seks sekunder atau tidak adanya menstruasi pada usia 16 tahun
dengan adanya pertumbuhan normal seks sekunder. Dikatakan amenorea
sekunder bila seorang wanita usia reproduktif yang pernah mengalami haid,
tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
E. Etiologi dan Patogenesis Amenorea
Amenore patologik sebenarnya bukan merupakan gambaran klinis dari
suatu kumpulan penyakit, melainkan harus dilihat sebagai suatu symptom
suatu penyakit, yang harus mendapat perhatian serius (Catherine, 2010).
Penyebab tidak munculnya menstruasi dapat disebabkan oleh organ yang
bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus menstruasi, dan proses
pengeluaran darah menstruasi. Prinsip ini berguna untuk mendapatkan
evaluasi diagnostik yang memisahkan penyebab dari amenore ke dalam
kompartemen berikut ini:
1. Kompartemen I : gangguan pada uterus dan patensi (owflow tact)
2. Kompartemen II : gangguan pada ovarium
3. Kompartemen III : gangguan pada hipofisis
4. Kompartemen IV : gangguan pada hipotalamus/susunan saraf pusat
10
fertilitas yang berat. Hal ini akan menyebabkan gangguan siklus haid,
dari oligomenore sampai amenore dan anovulasi. Pada hipotiroidisme
pula, jaringan payudara akan menjadi lebih peka terhadap prolaktin,
meski pada kadar yang normal sekalipun. Sehingga hiperprolaktinemia
pada keadaan hipotiroidisme hampir selalu menampilkan galaktore.
Pada keadaan ini sering dijumpai hingga sella tursika melebar. Selain
itu pada keadaan-keadaan seperti nyeri prahaid, galaktore atau kadar
PRL yang tinggi harus dipikirkan adanya tiroid.Hubungan tingginya
kadar prolaktin dengan hipotiroid dapat dijelaskan sebagai berikut.
Akibat tidak adanya reaksi umpan balik negative dari T3 dan T4
terhadap hipofisis anterior, maka hipofisis tersebut akan melepaskan
hormone pelepas tiroid dalam jumlah yang banyak, dan ini akan
memicu T3 dan T4 dan juga sekresi prolaktin. Dengan demikian
hipotiroid hampir selalu menimbulkan hiperprolaktinemia, yang
akhirnya akan mengganggu fungsi ovarium. Kadar prolaktin yang
tinggi akan menekan FSH dan LH sehingga menyebabkan gangguan
pematangan folikel. Di samping itu prolaktin yang tinggi juga
menyebabkan peningkatan sekresi androgen dari kelenjar adrenal
yaitu dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAs). Kadar androgen yang
tinggi ini selanjutnya akan menghambat pematangan folikel.
B. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa
mikro ataupun makroprolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap
hipofisis seperti tuberculosis, dan sarcoidosis, hypothalamic stalk
Interruption. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan atau
hambatan dari transport dopamine di hypothalamus dan atau terjadinya
sekresi growth hormone dan prolaktin. Suplai pendarahan abnormal
pada tumor hipofisis atau tangkainya, dapat mengganggu sirkulasi
hipotalamus ke tangkai hipofisis dan ke sel laktotrof.
C. Obat-obatan. Misalnya Dopamine-receptor antagonists
(phenothiazines, butyrophenones, thioxanthenes, risperidone,
metoclopramide, sulpiride, pimozide), Dopamine-depleting agents
14
G. Idiopatik
Ga
mbar 2.6
F. Gejala Klinis
1. Galaktorea (payudara menghasilkan susu pada wanita yang tidak hamil
atau menyusui),
2. Sakit kepala, atau dikurangi penglihatan tepi bisa menjadi tanda dari tumor
intrakranial.
3. Peningkatan pertumbuhan rambut dalam pola laki-laki (hirsutisme) dapat
disebabkan oleh kelebihan androgen (hormon yang mendorong
perkembangan karakteristik seks laki-laki).
4. Kekeringan vagina, hot flashes, berkeringat di malam hari, atau tidur tidak
teratur mungkin merupakan tanda insufisiensi ovarium atau kegagalan
ovarium prematur.
5. Berat badan atau penurunan berat badan yang nyata mungkin ada.
6. Kecemasan yang berlebihan dapat hadir pada wanita dengan kelainan
kejiwaan terkait.4
G. Diadnosis
H. d
21
Gambar 2.9 . Diagnosis Amenorea Sekunder bertahap (Klein & Poth, 2013)
yang tidak setara. Terapi prednison selang sehari, juga bisa diberikan
fludrokortison 0,05 – 0,2 mg perhari secara oral (Katzung, 2011).
Deksametason juga bisa digunakan untuk mengobati pasein
adrenal hiperandrogenisa. Dosis yang diberikan serendah mungkin
pada awalnya yaitu 0,25 mg setiap malam pada waktu tidur dilanjutkan
yang dapat dikombinasi dengan klomifen sitrat (Koda-Kimble, 2009).
Dosis harian lebih besar dari 0,5 mg harus dihindari untuk mencegah
efek samping yang berat. Untuk menghindari oversupssi dari hipofisis
kadar kortisol serum pada pagi hari harus dikontrol (mempertahankan
pada > 2 μg/dL) (Carrel & Peterson, 2010).
d. Analog GnRH
GnRH disekresi oleh neuron yang ada di hipotalamus yang
melalui vena porta hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior dan
berikatan dengan reseptor protein G terkopel pada membran sel
gonadotropin. Sekresi gonadotropin secara berkala diperlukan untuk
merangsang sel gonadotrof untuk menghasilkan dan melepaskan LH
dan FSH sementara pemberian analog GnRH secara terus menerus dan
tidak berkala akan menghambat pelepasan LH dan FSH oleh hipofisis
(Brunton, 2006).
GnRH merupakan suatu dekapeptida yang ditemukan pada
semua mamalia, gonadorelin adalah garam asetat GnRH sintetik yang
berasal dari manusia. Analog sintetiknya termasuk goserelin, histrelin,
leuprolide, nafarelin, dan triptorelin. Analog ini memiliki asam amino
D pada posisi 6 dan semuanya memiliki etilamida yang diganti glisin
pada posisi 10 kecuali nafarelin. Kedua modifikasi tersebut membuat
obat-obat ini lebih poten dan tahan lebih lama daripada GnRH asli dan
gonadorelin (Katzung, 2011).
Analog GnRH dapat diberikan secara subkutan, intramuskular,
atau melalui semprot hidung (nafarelin), atau sebagai implan subkutan.
Waktu paruh analog GnRH subkutan dan intranasal adalah sekitar 3
jam. Durasi penggunaan klinis agonis GnRH bervariasi mulai dari
28
1. Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Ed. IV. Hal. 376. PT Bina Pustaka
Hill.United States.
4. Sprague BJ. dkk. 2010. The Effect Of Ovarian Cycle And Pregnancy On
224.
Niebyl JR, Simpson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ERM, et al.
Pregnancy.http://update.anesthesiologists.org/wp-
content/uploads/2009/09/Changes-in-Maternal-Physiology-During-
11. R Evi. Andayani GA. 2018. Karakteristik Ibu (Usia, Paritas, Pendidikan) Dan