Anda di halaman 1dari 4

Studi Kasus

Diambil dari laman berita:

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/25/151600371/kisah-para-guru-rela-antar-
jemput-agar-siswa-tak-putus-sekolah?page=all

Dengan Judul: Kisah Para Guru Rela Antar-Jemput agar Siswa Tak Putus Sekolah

Penulis: Ayunda Pininta Kasih | Editor: Ayunda Pininta Kasih

KOMPAS.com - Dedikasi guru-guru SD Negeri Kenteng II, Kabupaten Gunungkidul,


Provinsi DI Yogyakarta patut diapresiasi dan dijadikan contoh. Mereka memiliki tradisi yang
luar biasa mengagumkan.

Merangkum laman Direktorat Sekolah Dasar Drijen Pauddikdasmen Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), semua guru di sekolah
itu sudah delapan tahun bekerja keras menjemput para murid dari rumahnya masing-masing.
Tujuannya agar murid tetap belajar di sekolah, mengingat perjalanan dari rumah ke sekolah
yang sangat jauh dengan medan yang menantang.

"Guru SD Negeri Kenteng II aktif menjemput murid-muridnya dari rumah ke rumah


menggunakan sepeda motor. Motivasi mereka melakukan hal tersebut karena tidak ingin ada
anak putus sekolah gara-gara jarak rumah yang jauh dan medan yang berat. Murid tidak
boleh kehilangan cita-citanya gara-gara masalah itu,” ujar Direktur Sekolah Dasar,
Kemendikbudristek, Sri Wayuningsih.

Kegiatan menjemput peserta didik dilakukan oleh para guru yang berstatus honorer ataupun
guru PNS. Tidak ada imbalan, para guru melakukannya dengan sukarela.

“Semangat inilah yang menjadi ketertarikan kami untuk menyapa, mengunjungi dan
memberikan motivasi kepada guru-guru dan juga peserta didik. Karena sikap tersebut bentuk
implementasi dari Merdeka Belajar untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,” imbuh Sri.

Meskipun SD Negeri Kenteng II memiliki sarana dan prasarana yang sangat terbatas, Sri
mengatakan, keterbatasan itu tidak membuat para guru menjadi pasif. Para guru justru
menjadi sangat kreatif. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekolah untuk
ditanami sayuran dan buah-buahan.
“Sehingga ketika jam istirahat, guru-gurunya bisa memanfaatkan hasil panen dari kebun
sekolah. Karena seperti yang kita tahu di sini masih banyak guru yang masih berstatus
sebagai honorer,” ujar Sri.

Keterbatasan Dana BOS bukan halangan

Budaya kerja keras dan kerja ikhlas di SD Negeri Kenteng II ini tidak terlepas dari peran
kepala sekolahnya, Mateus Brotosugondo, yang penuh dedikasi. Tak heran bila ia mendapat
penghargaan Kalpataru.

“Bapak Kepala Sekolah sosok yang sangat inspiratif sehingga bisa membawa SD Negeri
Kenteng II meraih berbagai penghargaan. Bahkan sering diwawancara oleh stasiun TV
nasional karena dedikasinya yang dapat menginspirasi semua orang," kata Sri.

Dengan keikhlasannya bekerja, lanjut Sri, ia mampu menggerakkan seluruh pihak, baik itu
masyarakat, orangtua dan juga guru-guru, untuk betul-betul mendukung anak-anak di daerah
pinggiran ini mengenyam pendidikan. Murid SD Negeri Kenteng II berjumlah kurang lebih
70 orang, sehingga memiliki keterbatasan dalam mendapatkan dana BOS. Namun hal itu
tidak menjadi hambatan bagi para guru dalam mendidik murid-muridnya. Bahkan, guru SD
Negeri Kenteng II berhasil mendorong prestasi peserta didiknya dengan sangat baik.

”Alhamdulillah sekarang SD Negeri Kenteng II sudah mendapatkan bantuan perangkat


teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan juga bantuan mobil sekolah untuk bisa
mengantar jemput murid-murid yang rumahnya jauh,” kata Sri.

Ia berharap, SD Negeri Kenteng II bisa membagi praktik baiknya ke seluruh sahabat sekolah
dasar yang ada di Nusantara. Sekolah seperti inilah yang bisa menebar inspirasi.

"Karena di tengah keterbatasan, mereka tidak mengeluh. Mereka terus bergerak mencari
strategi dan solusi untuk memecahkan masalah yang ada secara bersama-sama," paparnya.

“Saya mewakili Direktorat Sekolah Dasar mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu guru
SD Negeri Kenteng II yang sudah memberikan layanan pendidikan secara optimal kepada
peserta didik. Begitu juga dengan Dinas Pendidikan yang terus mengawal dan memfasilitasi
kerja sama dengan Kominfo. Sehingga SD Negeri Kenteng II mendapatkan bantuan kabel
fiber optic untuk koneksi internet. Ini sangat bermanfaat terutama di masa pandemi Covid-19.
Para guru bisa mengunduh sumber-sumber belajar sebagai referensi,” pungkasnya.
Analisis (Studi Kasus)

Posisi guru memegang peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa. Dikatakan demikian, karena di pndaknya beban arah kemajuan
bangsa diemban. Dibutuhkan tanggungjawab, keikhlasan yang dibarengi paradigma
nasionalisme pendidikan. Hal tersebut terlihat pada paragraf kedua berita di atas, dimana
semua guru di sekolah tersebut sudah delapan tahun bekerja keras menjemput para murid dari
rumahnya masing-masing dengan tujuan agar murid-murid dapat tetap belajar di sekolah,
mengingat perjalanan dari rumah mereka ke sekolah yang sangat jauh dengan medan yang
menantang.

Direktur Sekolas Dasar, Kemendikbudristek, Sri Wahyuni juga mengatakan bahwa murid
tidak boleh kehilangan cita-citanya hanya karena masalah tersebut. Dikatakan pula dalam
berita bahwa kegiatan menjemput peserta didik ini dilakukan oleh semua guru baik yang
berstatus honorer ataupun guru PNS dengan tanpa imbalan, guru-guru tersebut melakukannya
dengan sukarela.

Poin kedua yaitu tugas guru sebagai profesi. Tugas guru sebagai pendidik meliputi mendidik,
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
mengajar berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Tugas guru sebagai seorang pengajar memiliki konsekuensi untuk memiliki peran-peran
tertentu dalam kaitannya dengan manajemen sekolah. Peran tersebut meliputi peran guru
terhadap proses belajar mengajar yang sering disebut dengan manajemen kelas, peran guru
dalam pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran guru secara psikologi.

Peranan dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran meliputi banyak hal sebagaimana
dikemukakan oleh Adam dan Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain
guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,
perencana, supervisor, motivator, dan konselor.

Seperti yang telah dilakukan Kepala Sekolah Negeri II Kenteng yang tertulis dalam teks
berita dimana beliau dengan ikhlas bekerja, mampu menggerakan seluruh pihak, baik itu
masyarakat, orangtua, dan juga guru-guru, untuk mendukung anak-anak di daerah tersebut
untuk mengenyam pendidikan. Walaupun memiliki keterbatasan dalam mendapatkan dana
BOS, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi para guru dalam mendidik murid-
muridnya, bahkan mendorong prestasi peserta didiknya dengan sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai