Anda di halaman 1dari 46

Unit 8

KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI


PRIBADI DAN ANGGOTA MASYARAKAT
Hidayati

Pendahuluan

M anusia diciptakan oleh Tuhan untuk hidup berkelompok atau dengan kata
lain manusia adalah makhluk sosial. Maksudnya selain sebagai individu, manusia
juga sebagai makhluk sosial. Bahan ajar unit-8 ini akan mengajak Anda untuk
memahami individu (manusia) sebagai anggota masyarakat dan bagaimana
masyarakat terhimpun menjadi kelompok sosial.
Kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak, sebab tanpa
berkelompok individu tidak dapat hidup secara wajar. Dalam kehidupan kelompok
terjadi interaksi sosial baik antar individu, antar kelompok maupun antara individu
dengan kelompok. Untuk menciptakan kehidupan yang aman, tertib, dan sejahtera
maka kelompok sosial menciptakan aturan atau norma-norma. Individu sebagai
anggota kelompok sosial, harus tunduk/mentaati norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat kelompoknya. Agar norma tetap dipatuhi oleh warganya maka
bagi pelanggar norma dikenai sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota masyarakat tersebut.
Pemahaman tentang kedudukan diri manusia ditengah-tengah manusia lain
sangat bermanfaat bagi kita, lebih-lebih dengan anak didik yang berasal dari
keluarga dan latar belakang kehidupan yang beraneka macam dan memiliki sistem
nilai yang berbeda-beda pula. Kesadaran mengenai hal ini diharapkan dapat
menuntun kita untuk bertindak secara hati-hati dan bijaksana.
Pada unit-8 ini akan dibahas tentang manusia sebagai individu dan sebagai
anggota masyarakat, individu dan konteksnya dalam masyarakat, status dan peran
individu dalam masyarakat, dan pranata sosial dan hubungannya dengan nilai dan
norma sosial. Pembahasan materi ini terkait dengan ilmu-ilmu sosial (sosilogi,
antropologi) dan humaniora. Media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan
non
Pengembangan Pendidikan IPS SD 8-1
cetak (Web). Oleh karena itu untuk mendalami materi ini Anda harus rajin mencari
informasi dengan cara mengakses internet.
Setelah memahami dan mencermati materi ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan:
1. pengertian individu,
2. individu dan konteksnya dalam masyarakat,
3. tindividu dan kelompok social,
4. pentingnya interaksi social,
5. terjadinya proses social,
6. pengertian masyarakat,
7. status dan peran individu dalam masyarakat, dan
8. pranata sosial dan hubungannya dengan nilai dan norma sosial.

Materi yang akan dibahas dalam uni-8 ini meliputi:


1. Manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
2. Individu dan konteksnya dalam masyarakat.
3. Status dan peran individu dalam masyarakat.
4. Pranata sosial dan hubungannya dengan nilai dan norma sosial.

Untuk membantu Anda agar lebih mudah memahami materi unit-8 ini,
ikutilah beberapa petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan, pahami betul isinya, apa tujuan
mempelajari unit ini, dan bagaiana cara mempelajarinya.
2. Bacalah bagian demi bagian, temukan kata kunci, kemudian berilah tanda atau
digarisbawahi.
3. Pahami pengertian demi pengertian dari materi unit ini melalui pemahaman
sendiri atau diskusi kelompok dengan teman sejawat.
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan teman atau tutor pada
waktu tutorial tatap muka.
Subunit 1

Manusia Sebagai Individu dan


Sebagai Anggota Masyarakat

Manusia sebagai Individu

K ata “individu”, dalam Bahasa Perancis berarti orang seorang. Kata ini
mengacu pada manusia atau satu orang manusia. “In-dividere” berarti
mahkluk
individual yang tidak dapat dibagi-bagikan (W. AGerungan:26).
Kata sifatnya “individual” (bahasa Perancis), menunjuk pada satu orang
yang sekaligus untuk membedakan dengan masyarakat, dan juga dimaksudkan ciri-
ciri khas yang melekat pada satu orang tersebut. Setiap individu mempunyai ciri-
ciri khas yang telah “built-in” dalam dirinya. Ciri-ciri watak seorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya identitas yang khusus, disebut sebagai
“kepribadian” (Koentjaraniningrat: 1980:116).
Menurut G.W Allport (Nursid Sumaatmadja: 2006) kepribadian adalah
organisasi dinamik sistem psiko fisik yang ada pada suatu individu, yang
menentukan karakteristik tingkah laku dan berpikirnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Theodore M. Newcomb (Surjono
Sukanto, 1990:203) menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-
sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Manusia lahir ke permukaan bumi adalah sebagai mahkluk individu yang
belum mendapat pengaruh lingkungan. Jika individu telah mendapat pengaruh
lingkungannya, maka ia disebut person atau suatu pribadi. Person atau pribadi
adalah manusia yang telah menjadi anggota masyarakat atau menjadi anggota
kelompok di masyarakat.
Manusia sebagai individu memiliki potensi-potensi yang dapat berkembang
melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut dapat terjadi melalui
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Akibat proses pendidikan disertai
penanaman nilai- nilai dan norma-norma sosial-budaya maka terjadilah person atau
pribadi yang memiliki kepribadian (personality).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri-
ciri/karakteristik watak individu yang konsisten yang berkenaan dengan sikap,
keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat, berpikir, dan merasakan
khususnya, apabila ia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu
keadaan di lingkungannya. Kepribadian mempunyai karakteristik yang konsisten
yang mencirikan kepribadian secara normal. Karakteristik kepribadian tersebut
merupakan perpaduan antara warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor
kondisi kehidupannya atau faktor lingkungan.
Karena faktor bawaan atau warisan dan kondisi kehidupan yang dimiliki
oleh individu tidak sama maka tidak akan terjadi dua orang yang memiliki
kepribadian yang sama. Dengan kata lain setiap orang mempunyai kepribadian
masing-masing yang berbeda dengan kepribadian orang lain. Begitu juga sebagai
kelompok/masyarakat, bahkan suatu bangsa memiliki kepribadian dan ciri-
ciri/karakteristik tertentu yang dapat dibedakan dengan kelompok/bangsa lainnya.
Misalnya orang Yogyakarta mempunyai kepribadian yang berbeda dengan
orang Batak, atau bangsa Indonesia mempunyai kepribadian yang berbeda dengan
bangsa Eropa.
Kepribadian seseorang dibina dan dikembangkan oleh lingkungan tertentu.
Kepribadian tidak hanya dibina oleh lingkungan, melainkan kepribadian dapat
mempengaruhi lingkungan, atau bahkan kepribadian dapat mengendalikan
lingkungan disekitarnya. Sebagai contohnya, tokoh-tokoh (politik, agama), kepala
suku, raja, presiden, merupakan orang-orang yang memiliki kepribadian kuat yang
dapat mempengaruhi dan mengendalikan lingkungannya.
Bagaimana Anda harus bersikap sebagai seorang guru SD di tengah-
tengah kehidupan masyarakat?
Tentunya pengetahuan yang telah dimiliki dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Selain itu kita juga harus
mengembangkan pengetahuan baik yang berupa fakta, konsep, teori yang ada di
lingkungan sekitar, serta penanaman nilai dan sikap untuk diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
Dengan berbekal pengetahuan IPS, hendaknya guru dapat memberikan
contoh/tauladan, dapat menujukkan kepribadian yang baik yang berupa perkataan
dan perbuatan/tingkah laku yang dapat menjadi tauladan bagi anggota masyarakat
lainnya. Bahkan tidak hanya sekedar memberi contoh, tetapi diharapkan dapat
mempengaruhi dan mengendalikan tingkah laku dan perbuatan yang lebih baik
bagi anggota masyarakatnya.
Sebagai contoh, merubah sistem nilai yang kurang bermanfaat bagi
masyarakat bahkan menghambat pembangunan, seperti ungkapan “mangan ora
mangan nek ngumpul”, “banyak anak banyak rejeki”.
Sebaliknya mendukung sistem nilai yang masih bermanfaat bagi
masyarakat, misalnya program transmigrasi, Keluarga Berencana, sistem gotong
royong, menghormati arwah leluhur, bersih desa, dan silaturahmi.
Kepribadian atau keunikan individu akan dapat difahami dengan
mempelajari unsur-unsur yang menyebabkan keunikan tersebut. Menurut
Koentjaraniningrat, unsur-unsur kepribadian meliputi:
1. Pengetahuan
Orang yang memahami atau mengetahui sesuatu disebut mempunyai
pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah kesan dalam
pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Kita mengenal
pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Pengetahuan yang biasa disebut juga dengan pengetahuan umum sangat
bermanfaat bagi hidup manusia untuk keperluannya sehar-hari, tanpa
mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya. Artinya tidak mengetahui
sebabnya demikian dan apa sebabnya harus demikian. Ilmu atau
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode
ilmiah.
Sifat-sifat imiahnya itu antara lain:
a. Mempunyai obyek, artinya apabila mau benar maka ilmu harus sesuai
dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan melainkan
kebenarannya, sebab tujuan utamanya untuk mencapai kebenaran.
b. Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran tersebut
menggunakan metode tertentu.
c. Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat dari waktu dan tempat.
d. Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada sebagai
keseluruhan itu mempunyai hubungan satu sama lainnya.
Jadi jelas bahwa pengetahuan biasa merupakan terjemahan dari kata
“knowledge” sedangkan ilmu pengetahuan terjemahan dari “science”
(sains). Ilmu Pengetahuan (pengetahuan ilmiah, ilmu) adalah pengetahuan
yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dapat
ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya.
2. Perasaan
Perasaan selalu bersifat subyektif, dan tidak pernah obyektif. Oleh karena
itu sulit untuk mendefinisikannya. Perasaan adalah, keadaan batin sewaktu
menghadapi (merasa) sesuatu, atau dapat juga diartikan pertimbangan batin
atas sesuatu.
Misalnya, perasaan bersalah yang ada pada seseorang akan melahirkan
suatu kehendak untuk menebus atau minimal untuk memperkecil kesalahan
tersebut. Perasaan cinta antara remaja yang secara langsung ingin selalu
memiliki, tanpa memikirkan tahap persiapan dan masa depannya.
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia, atau
dengan kata lain merupakan unsur bawaan dengan tanpa memperoleh
pengetahuan apapun sebelumnya.
Ada beberapa macam dorongan yang perlu diketahuai antara lain:
a. Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
b. Dorongan sex
c. Dorongan untuk mencari makan
d. Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain
e. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
f. Dorongan untuk berbakti
g. Dorongan akan keindahan.
Kepribadian dan unsur-unsurnya tersebut menyebabkan individu berbeda
dengan yang lainnya. Sebagai contoh mengapa bayi yang baru lahir
beberapa hari sudah tahu bahwa apa yang diisapnya itu adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. Hal seperti ini tidak pernah
kita dapati melalui proses belajar, tetapi semua itu telah terstrukutur dalam
diri manusia. Pengalaman seperti tersebut di atas selalu bersifat individual.
Unsur bawaan lain adalah manusia tidak bisa hidup sendiri. Selama kita
hidup di dunia ini, kita tidak dapat melepaskan diri akan sifat
ketergantungan pada manusia lain dalam rangka pengenalan diri. Kita selalu
mencoba mengidentifikasikan diri dengan cara berinteraksi dengan orang
lain.
Dengan demikian manusia merupakan makhluk individual tidak hanya
dalam arti makhluk keseluruhan jiwa dan raga, melainkan juga setiap
individu merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang
menjadi latar keberadaannya.

Individu dan Konteksnya dalam Masyarakat

Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku


individu yang berusaha menempatkan dirinya di hadapan individu-individu lainnya
yang telah mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma dan
kebudayaan di tempat ia merupakan bagiannya. Di sini individu akan berusaha
mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang
selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada
dirinya bisa
“adjustable” (menyesuaikan diri, namun bisa juga mengalami “maladjustable”
(gagal menyesuaikan diri).
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu
yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk
menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga
didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya (Nursid Sumaatmadja: 1981).
Dalam proses untuk menjadi pribadi, individu dituntut mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan tersebut
meliputi:
1. Lingkungan fisik
Di sini individu harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya
sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lainnya dengan keadaan
jasmani yang sama atau berbeda. Prasarana fisik yang ada harus mampu
dimanfaatkan
2. Lingkungan psikis
Individu harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang teridiri
dari individu-individu yang menganut sistem nilai yang berbeda,
mempunyai orientasi dan persepsi lain, dan memiliki keyakinan-keyakinan
lain yang berbeda.

Dalam hubungan dengan lingkungannya tersebut, ada dua cara dalam


menyesuaikan diri, antara lain:

1. Secara Alloplastis, yaitu individu secara aktif mempengaruhi dan bahkan


sering mengubah lingkungaannya.
Dalam proses alloplastis akan terjadi gejala-gejala ke arah destruktif.
Individu akan tampil sebagai “agent of change”, ia membawa nilai-nilai
baru, vitalitas dan semangat baru dalam hubungan dengan lingkungannya..
Apabila sistem nilai dan pranata kemasyarakatan yang ada tidak begitu
kuat, maka cenderung akan terjadi perubahan yang tidak terkendali dan
sama sekali tidak terencana. Apabila hal ini berkelanjutan maka individu
tersebut akan menjadi pemimpin diktator.
Pada diri individu yang destruktif akan terjadi kecenderungan untuk
memenuhi kebutuhan psikis berlebihan. Biasanya mencari kepuasan
temporal yang hanya dinikmati sendiri atau individu-individu yang menjadi
kelompoknya. Dalam pelaksanaannya, penampilannya akan ditandai oleh
tindakan yang semata-mata rasional ke arah masa depan.
Individu yang konstruktif akan lahir, apabila dalam penyesuaian dirinya ia
berada dalam posisi seimbang. Artinya ia tidak terlalu tertekan oleh
lingkungaanya, dan individu tidak terlalu berlebihan dalam proses
alloplastis.

2. Secara Autoplastis, yaitu lingkungan yang akan membentuk kepribadian


individu.
Semakin besar pengaruh lingkungan terhadap diri individu, dalam hal ini
orang-orang yang berada dalam lingkungan individu tersebut, semakin
mudah ia terjebak untuk berkompromi. Misalnya individu memerlukan rasa
aman, ia akan mudah sekali menerima persyaratan apa saja dari dominasi
lingkungan yang dapat memberinya rasa aman. Jika individu semakin
bergantung pada lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannyaa, ia akan
berlebihan dalam memberi harga kepada lingkungan fisik maupun psikis.
Sebaliknya semakin kecil pengaruh lingkungan, akan semakin tampak sikap
individu yang mendapat dorongan dari dalam untuk anti terhadap
kemapanan yang sudah ada.

Individu dan Kelompok Sosial

Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok (gregariousness)


sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri ataupun keperluan asasi yang diwariskan
secara biologis semata-mata. Akan tetapi dalam setiap kenyataan adanya manusia
berkumpul, sampai batas-batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan
sosial tertentu.
Walaupun mereka saling berjumpa dan berada si suatu tempat tertentu
secara kebetulan, misalnya di terminal bus atau di stasiun kereta api, namun
kesadaran akan adanya orang lain telah membuktikan bahwa ada semacam ikatan
sosial. Kesadaran tersebut menimbulkan peluang-peluang untuk dapat ikut
merasakan perasaan orang lain yang berada di tempat yang sama. Suatu kelompok
manusia tidak hanya tergantung adanya interaksi belaka, tetapi juga adanya pusat
perhatian yang sama.
Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan, dari pengalamannya
manusia belajar bahwa untuk memenuhi kebutuhannya, individu manusia yang satu
memerlukan individu manusia lainnya. Jadi kehidupan berkelompok merupakan
kebutuhan mutlak, sebab sendirian saja seorang individu tidak mungkin hidup
secara wajar. Kebutuhan untuk memudahkan hidup menyadarkan individu untuk
menyatu dengan kelompok individu-individu lainnya.
Maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam
kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan
atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Menurut Soerjono Soekanto (1990), bahwa tidak semua himpunan manusia
dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Suatu himpunan manusia dapat dikatakan
kelompok sosial apabila:
1. Kesadaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.
Anda sebagai guru setidaknya ada perasaan bahwa Anda memiliki
persamaan dengan teman Anda. Persamaan itu misalnya dalam hal
berpakaian seragam, ada tanda pengenal yang menunjukkan bahwa Anda
sebagai guru, lebih spesifik lagi guru SD yang seragamnya berbeda dengan
guru SMP atau SMA. Ini menunjukkan bahwa Anda sebagai anggota
kelompok tertentu yaitu guru SD.
2. Ada interaksi dan timbal balik antara anggota kelompok satu dengan
anggota lainnya.
Setiap ada kesempatan Anda selalu melakukan kegiatan bersama-sama
dengan orang/teman lain, misalnya belajar, berdiskusi, arisan, berolah raga
dan sebagainya. Tidak mungkin Anda dalam satu hari tidak berinteraksi
dengan orang lain.
3. Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya tujuan, cita-cita, idiologi, dan
kepentingan.
Misalnya Anda dan teman sekelompoknya ingin meraih cita-cita untuk
mempunyai ijazah S-1, Tentu Anda memerlukan bantuan teman lain
sekelompok untuk berdiskusi dan belajar bersama agar cepat lulus.
4. Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku.
Setiap orang itu mempunyai hak dan kewajiban, misalnya, Anda sebagai
mahasiswa harus tunduk pada aturan-aturan akademik, disiplin waktu,
membayar SPP, mengikuti kuliah, dan mengikuti ujian. Selain itu ada dosen
dan tata usaha yang melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
5. Bersistem dan berproses.
Dalam kehidupan kampus, ada suatu sistem yang teratur, apabila satu
komponen dalam sistem itu tidak ada, maka komponen lain akan terganggu.
Misalnya tidak ada dosen, maka perkuliahan tidak akan dapat
terlaksana/berjalan walaupun mahaiswanya hadir semua.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang
statis, tetapi selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik dalam
aktivitas maupun bentuknya. Misalnya kelompok tersebut menambah alat-alat
perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsinya yang baru dalam rangka
perubahan-perubahan yang dialaminya. Kelompok sosial merupakan tempat
kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi, dan
memegang peraran. Kemudian bagaimana kelompok sosial tersebut mengendalikan
anggota-anggotanya agar tercapai tata tertib di dalam kelompoknya.
Manusia merupakan makhluk yang terdiri dari jasmaniah (raga) dan
rohaniah (jiwa). Dari segi rokhaniah manusia terdiri dari fikiran dan perasaan,
apabila diserasikan akan menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap.
Sikap itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia. Pola
berfikir yang dianut seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut
merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia,
benda atau keadaan.
Misalnya seseorang yang pola pikirnya materialistis maka akan mempunyai
sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Dia akan mementingkan pekerjaan
tertentu yang menghasilkan materi yang banyak dan kurang memperhatikan
kepuasan batiniah dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Maka sikap tersebut
akan membentuk perilaku tertentu apabila berlangsung secara berkesinambungan,
yaitu materialistis.
Jika perilaku sudah melembaga dan membudaya maka gejala tersebut akan
menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan perilaku yang pantas ini sering
disebut norma atau kaidah. Perangkat kaidah-kaidah tertentu yang terdiri dari
kaidah- kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan hukum, kemudian
perangkat tersebut menjadi patokan dalam interaksi sosial.

Interaksi Sosial

Perubahan dan perkembangan masyarakat disebabkan para warganya


mengadakan hubungan satu dengan lainnya, baik dengan orang perorangan
maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan tersebut mempunyai
bentuk konkrit yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat,
terlebih dahulu akan mengalami proses sosial.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:66), proses sosial adalah sebagai
pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama. Dalam proses sosial
kita mengenal adanya interaksi sosial, yaitu bentuk-bentuk yang terjadi apabila
orang-

8-10 Unit 8
orang ataupun kelompok dalam suatu masyarakat mengadakan hubungan satu sama
lain.
Menurut Gillin dan Gillin (1954:489), interaksi sosial merupakan
hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia.
Misalnya Anda bertemu dengan teman lama, kemudian saling menegur,
berjabat tangan, dan berbicara. Ataupun karena Anda lupa namanya sehingga tidak
terjadi saling menegur dan berbicara, dapat dikatakan telah terjadi interaksi sosial.
Karena masing-masing sadar akan adanya fihak lain yang menyebabkan perubahan
dalam perasaan maupun pikiran orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan
karena gaya berjalannya, pakaiannya, ataupun potongan rambutnya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara
kelompok tersebut sebagai kesatuan yang biasanya tidak menyangkut pribadi
anggota- anggotanya.
Misalnya dalam pertikaian antara sekolah SMU Bima sakti dan SMU
Tunggul Jaya, di dalam permusuhan tersebut ternyata ada dua siswa yang
bersahabat baik. Sebenarnya mereka tidak mempunyai masalah. Namun karena ia
membela kelompoknya maka ikut berkelahi dan saling bermusuhan. Jadi interaksi
sosial antara kelompok-kelompok tersebut tidak bersifat pribadi.
Interaksi sosial sangat berguna untuk mempelajari berbagai masalah di
dalam masyarakat. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi kehidupan bersama
yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan hidup akan terjadi apabila orang-orang
perorangan atau kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, saling bertukar
pikiran, bahkan mengadakan persaingan ataupun pertikaian. Oleh karena itu
interaksi sosial merupakan dasar proses social.
Pengertian ini menunjuk pada hubungan-hubungan yang dinamis. Interaksi
sosial juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Kimball Young dan Raymond,
W Mak. 1959:137).
Di dalam masyarakat dapat juga terjdi interaksi sosial antara kelompok-
kelompok manusia. Suatu contoh seorang guru yang menghadapi siswanya yang
merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Tentunya yang dilakukan
petama-tama adalah menguasai kelas agar interaksi sosial berlangsung seimbang,
yaitu terjadi saling mempengaruhi antara kedua belah pihak.
Interaksi sosial tidak akan terjadi apabila manusia mengadakan hubungan
secara langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
pikirannya sebagai akibat hubungannya tersebut. Misalnya walaupun seseorang
memukul meja dengan keras, tidak akan terjadi interaksi sosial karena meja tidak
akan bereaksi dan mempengaruhi orang yang memukulnya. Suatu interaksi sosial
tidak mungkin berlangsung apabila tidak ada kontak sosial dan komunikasi. Anda
bertemu dengan teman di jalan kemudian saling menyapa, itu berarti telah terjadi
kontak antara Anda dengan teman Anda tersebut.
Namun kontak juga dapat terjadi dengan berbicara secara tidak langsung
dengan seseorang, misalnya melalui telepon, surat, radio, dan sebagainya. Kontak
sosial di dalam keluarga dapat terjadi hampir setiap saat baik kontak antara orang
perorang yaitu seorang anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain
maupun antara seorang dengan beberapa atau semua anggota keluarga lain. Begitu
pula di dalam masyarakat dapat terjadi kontak antara orang perorang, seorang
anggota masyarakat dengan beberapa atau banyak anggota masyarakat, maupun
antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain.
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya komunikasi. Arti penting
komnikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
baik berwujud pembicaraan, gerak, maupun sikap. (Soeryono Soekanto. 1990:72).
Kontak dapat tejadi tanpa adanya komunikasi, misalnya orang Yogyakarta
yang hanya tahu bahasa Jawa ditanya oleh seorang turis dari Belanda, tentu saja
orang tersebut tidak dapat menjawab karena tidak tahu apa yang dimaksud oleh
turis tersebut.
Dari contoh di atas jelas bahwa kontak telah terjadi, tetapi tidak terjadi
komunikasi karena kedua orang tersebut tidak mengerti perasaan masing-masing
maka inteaksi sosialpun tidak terjadi.
Dalam komunikasi mungkin terjadi pelbagai penafsiran terhadap tingkah
laku orang lain. Misalnya senyum seseorang dapat ditafsirkan keramahan, tetapi
juga dapat ditafsirkan sikap sinis, ejekan, dan menunjukkan kemenangan. Dengan
demikian komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama antara orang perorang
atau antara kelompok-kelompok manusia, tetapi dapat juga mengakibatkan
pertikaian atau permusuhan karena adanya kesalahpahaman.
Dengan demikian jelas bahwa interaksi sosial itu sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, begitu juga dalam kehidupan di sekolah interaksi selalu
terjadi baik antara guru dengan siswa, guru dengan guru, maupun siswa dengan
siswa. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan akomodasi (accommodation).
Lebih jelasnya mari kita lihat proses ke empat bentuk tersebut melalui
contoh berikut ini.
Anda sebagai seorang guru mengajar kelas V SD yang berjumlah 30
siswa laki-laki dan perempuan. Kelas ini merupakan kelompok yang di
dalamnya berlangsung interaksi sosial, ada yang sifatnya kerja sama,
persaingan, dan bahkan terjadi permusuhan yang serius di antara
siswa tertentu. Suatu saat permusuhan itu memuncak menjadi
bentrokan fisik. Sebagai guru Anda tentu akan mendamaikan siswa
yang sedang berkelahi tersebut, ternyata mereka mau berdamai.
Mungkin penyelesaian tersebut hanya akan diterima oleh kedua pihak
yang bertentangan untuk sementara waktu saja. Proses ini disebut
proses akomodasi. Dengan demikian Anda telah berhasil mengatasi
masalah tersebut dan tercapailah keadaan akomodasi yang kemudian
menjadi dasar dari suatu kerja sama.

Coba Anda pahami contoh di atas, kemudian kaitkan dengan ke empat


bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama, persaingan, pertikaian, dan akomodasi.
Perlu diketahui bahwa keempat bentuk interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan suatu kontinuitas, artinya interaksi itu harus dimulai dengan kerja sama,
kemudian menjadi persaingan, memuncak menjadi pertikaian, dan akhirnya
menjadi akomodasi.
Menurut Gillin dan Gillin, seorang ahli sosiologi menyatakan bahwa ada
dua macam proses sosial yng timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu
asosiatif dan disosiatif. Penggolongan tersebut tetap mengambil keempat
komponen interaksi di atas, yaitu kerja sama dan akomodasi dimasukkan ke dalam
asosiatif, persaingan dan pertentangan dimasukkan ke dalam disosiatif.

Perubahan Sosial

Sebagai makhluk yang bermasyarakat, dalam kehidupan sehari-hari kita


tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat, baik secara luas maupun terbatas, kita
harus selalu berhubungan dengan orang lain.
Hubungan ini merupakan tuntutan dasar untuk dapat memenuhi kebutuhan
kita di masyarakat. Setiap hari kita mengalami dan menyaksikan proses, gejala, dan
masalah kehidupan. Proses itu juga dapat kita ikuti melalui media massa dan media
elektronika. Sejauh mana kita mengerti dan menghayati proses kehidupan tersebut,
sepenuhnya bergantung kepada ketajaman panca indera, pengalaman, dan
pengetahuan yang ada pada diri kita masing-masing.
Dalam rangka menyelamatkan kehidupan pribadi kita di tengah-tengah
masyarakat yang penuh tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks
tersebut, kita harus menaruh perhatian terhadap proses, gejala, dan masalah yang
kita hadapi sehari-hari. Kita harus menelaah dan mengkaji hal-hal yang berkenaan
dengan kehidupan bermasyarakat. Sebab terciptanya kehidupan yang tenteram,
sejahtera, dan lestari, sepenuhnya ada pada anggota masyarakat yang menjadi
pendukungnya.
Masyarakat, merupakan kelompok manusia yang menempati wilayah
tertentu yang terikat oleh nilai dan norma-norma sosial yang selalu mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi pada setiap masyarakat tidak selalu sama,
perubahan itu bisa lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi).
Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi baru, yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Alex Inkeles (Soerjono Soekanto, 1990:345) bahwa manusia dan masyarakat
(termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap
tertentu. Bermula dari tahap sederhana, kemudian bentuk kompleks, sampai pada
tahap yang sempurna.
Sebaliknya revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan. Ukuran kecepatan perubahan dalam revolusi sangat relatif, karena
ada revolusi yang memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris,
perubahan terjadi dari tahap sederhana (produksi tanpa mesin) menuju tahap
produksi dengan mesin.
Perubahan tersebut meliputi mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, sistem kekeluargaan, hubungan antara majikan dan buruh. Suatu
revolusi dapat berlangsung didahului dengan pemberontakan, misalnya
pemberontakan petani di Banten tahun 1888, yang mengubah sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan
kebutuhan hidupnya (kebutuhan ekonomi). Cara manusia memenuhi kebutuhan ini
dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan dan perkembangan. Dalam
memanfaatkan sumber daya alam, manusia telah melakukan perubahan cara, mulai
dari meramu, kemudian bercocok tanam sampai pada bertani modern. Perubahan
cara produksi tersebut sudah pasti diikuti perubahan lainnya, seperti perubahan
organisasi, struktur, nilai, dan norma.
Apabila di dalam kelompok telah mengalami perubahan yang meliputi
berbagai aspek, misalnya organisasi, struktur, nilai dan norma, kelembagaan, dan
mendapat dukungan dan diakui oleh sebagaian anggota kelompok, berarti sudah
terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial adalah, perubahan yang terjadi di
masyarakat, dan telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, ini
merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilan (Nursid Sumaatmadja,
1980:88).
Perubahan sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor dari
dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam terjadi apabila dalam kelompok
ditandai adanya penemuan-penemuan atau penciptaan-penciptaan (inovasi).
Inovasi akan terjadi apabila anggota-anggota masyarakatnya memiliki:
1. Kesadaran akan perlunya meningkatkan kehidupan secara terus menerus.
Kesadaran tersebut akan timbul apabila ada rasa tidak puas terhadap apa
yang telah dicapainya, dengan kata lain dorongan untuk mencapai prestasi
yang lebih baik.
2. Anggota masyarakat yang berkualitas, yaitu orang yang memiliki akal dan
daya kreatif tinggi. Orang-orang seperti inilah merupakan innovator dan
modernisator bagi perubahan sosial dalam kelompok yang bersangkutan.
3. Suasana persaingan yang sehat diantara anggota-anggota masyarakat untuk
mencapai prestasi yang tinggi demi kemajuan kelompoknya
4. Dorongan kepada anggota yang berprestasi baik berupa piagam
penghargaan maupun insentif, agar mereka terus berprestasi dan berkarya.
Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang mendasari terjadinya
perubahan sosial, yaitu faktor yang bersumber dari dalam masyararakat (intern)
dan faktor-faktor dari luar masyarakat (ekstern).
Faktor-faktor intern atau yang bersumber dari masyarakat itu sendiri, antara
lain:
1. Perubahan jumlah penduduk.
Bertambahnya jumlah penduduk yang cepat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur masyarakat terutama lembaga-lembaga kemasyarakatan,
misalnya mereka mengenal sistim pemilikan tanah secara individu, sewa
tanah, bagi hasil, dan gadai tanah. Sebaliknya berkurangnya jumlah
penduduk yang disebabkan karena kematian atau perpindahan penduduk
akan mengakibatkan terjadinya kekurangan tenaga kerja.
2. Penemuan Baru
Penemuan baru oleh anggota masyarakat yang kemudian diterima,
dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan akan
menimbulkan perubahan sosial. Misalnya penemuan alat komunikasi, alat
transportasi, TV, computer dan sebgaainya dapat memudahkan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Pertentangan (conflict) Sosial.
Konflik sosial adalah pertentangan yang terjadi antar individu maupun
kelompok, misalnya konflik antara generasi muda dengan generasi tua
tentang pergaulan, pakaian, sikap dan sebagainya, bagi generasi muda lebih
mudah menerima pengaruh dari luar dari pada generasi tua.
4. Pemberontakan atau revolusi
Dewasa ini sering terjadi pemberontakan dilakukan oleh warga masysrakat
untuk melawan pemimpin yang otoriter, misalnya melakukan
pemberontakan terhadap kepala desa, kepala daerahnya, atau bahkan kepala
negaranya. Bahkan tidak jarang dijumpai siswa memberontak untuk
menurunkan kepala sekolah dari jabatannya
Sedangkan faktor dari luar dapat disebabkan oleh lingkungan fisik yang ada
disekitar manusia, misalnya bencana alam gempa bumi, lumpur lapindo, tanah
longsor, menyebabkan masyarakat yang menempati daerah tersebut berpindah ke
tempat yang lebih aman. Hal tersebut akan mengakibatkan perubahan sosial,
misalnya karena harus menyesuaikan diri dengan tempat tinggal yang baru maka
mata pencahariannya berubah dari pertanian menjadi pedagang, nelayan menjadi
petani, dan sebagainya.
Selain itu juga faktor pengaruh kebudayaan dari luar, nampaknya
pengaruhnya lebih dominan terhadap perubahan sosial. Lebih-lebih pada era
globalisasi, perkembangan teknologi dan komunikasi sangat canggih. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi kita dapat memanfaatkan sumber daya alam dan dapat
meningkatkan produksi. Selain itu alat komunikasi yang canggih, mengakibatkan
unsur-unsur kebudayaan asing dengan cepat dapat dilihat, ditangkap, bahkan ditiru
oleh masyarakat. Dengan alat komunikasi, dunia ini seakan seperti “global
village”, dimana semua peristiwa, perkembangan, dan perubahan di dunia dapat
kita ikuti.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam masyarakat,
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Masuknya unsur-unsur kebudayaan
tersebut melalui akulturasi (kontak kebudayaan), asimilasi (pembauran unsur
kebudayaan), difusi (peyebaran unsur kebudayaan). Pengaruh bidang pendidikan,
kerajinan, seni bangunan, industri, bahkan sikap, dan tingkah laku.
Berbagai unsur pengaruh dari luar tersebut di satu sisi sangat bermanfaat
bagi pembagunan bangsa dan negara, terutama bidang Iptek, karena tanpa
pengaruh dari luar kita akan tertinggal dengan negara lain. Di sisi lain, banyak
unsur-unsur asing
yang tidak cocok dengan kebudayaan kita, sehingga menjadi permasalahan bagi
masyarakat, misalnya pergaulan, sikap, cara hidup ala Barat, dan sebagainya.
Dalam upaya menangkal unsur-unsur kebudayaan asing yang tidak sesuai,
guru harus menyadarkan masyarakat khususnya siswanya akan pentingnya
menjaga dan memelihara norma-norma luhur yang terkandung dalam Pancasila
maupun agama sebagai pegangan hidupnya. Penanaman kesadaran dan
peningkatan pengetahuan harus selalu dilakukan dengan berbagai cara misalnya,
malalui pendidikan dan pengajaran, ceramah, penyuluhan, pengajian, pesantren
kilat, dan khotbah. Sehingga memliki pengetahuan dan dilandasi iman yang kuat,
diharapkan anggota masyarakat dapat memilih mana kebudayaan yang sesuai dan
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat, misalnya
kenakalan remaja, tindakan asusila, kekerasan, kriminalitas, serta masalah
lingkungan, misalnya pencemaran, banjir, kekeringa, kebersihan dan sebagainya
diperlukan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk itu anak SD
harus dilatih sejak dini untuk memecahkan masalah dari yang sederhana sampai
yang kompleks, misalnya dengan cara berdiskusi, pemberian tugas, problem
solving, observasi, demonstrasi, dan sebagainya.
Selain itu, anak didik kita harus ditanamkan nilai dan norma agama sebagai
filter terhadap masuknya pengaruh asing yang negatif. Selain itu harus ada kerja
sama dengan pemerintah atau departemen secara lintas sektoral dengan berbagai
keahlian secara terpadu. Karena pemecahan masalah sosial yang dilakukan
departemen atau oleh salah satu bidang keahlian melalui satu disiplin ilmu tidak
akan menyelesaikan masalah dengan tuntas.
Sebagai guru IPS sekaligus sebagai anggota masyarakat, hendaknya
berperan dan peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Seorang
guru hendaknya aktif dan melibatkan diri dan bersatu dengan anggota masyarakat
lainnya berusaha menaikkan taraf hidup dan memecahkan masalah-masalah yang
muncul dalam kehidupan masayarakat.
Berlangsungnya proses perubahan sosial karena adanya faktor-faktor
pendorong dan faktor-faktor penghambat. Faktor-faktor yang mendorong jalannya
proses perubahan antara lain:
1. Kontak dengan kebudayan lain
Salah satu proses penting dalam hal ini adalah diffusion. Difusi adalah
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu
lain, dan dari satu masyarakat satu ke masyarakat lain. Dengan difusi maka
penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan
disebarkan
pada masyarakat sampai masyarakat luas merasakan manfaatnya. Proses
difusi dapat memperlancar proses perubahan, karena difusi dapat
menambah unsur-unsur kebudayaan dan dapat merubah lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau bahkan menggganti lembaga yang sudah ada/lama
diganti dengan yang baru.
2. Kemajuan pendidikan
Dengan pendidikan manusia menjadi terbuka pikirannya, serta dapat
menerima hal-hal baru dan dapat berpikir secara ilmiah. Dengan demikian
manusia akan dapat menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat
memenuhi kebutuhan jaman atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat maka masyarakat
akan menjadi pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru, misalnya hadiah
kalpataru akan mendorong masyarakat untuk hidup bersih dan mejaga
lingkungan.
4. Sistem terbuka lapisan masyarakat
Sistem terbuka memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Dalam keadaan ini seseorang mengadakan identifiksi,
yaitu tingkah laku seseorang, sehingga ia merasa berkedudukan sama
dengan orang atau kelompok lain yang dianggap lebih tinggi, dengan
harapan agar ia diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Biasanya ini
terjadi pada seseorang yang tidak puas dengan keadaan sosialnya sehingga
ia berusaha menaikkan kedudukannya tersebut.
5. Penduduk yang heterogin
Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai
latar belakang yang berbeda, suku, agama, idiologi, adat, dan budaya yang
berbeda memungkinkan terjadinya pertentangan-pertentangan yang
mengakibatkan perubahan sosial.
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap aspek-aspek kehidupan
Ketidakpuasan yang berlangsung lama akan mempermudah terjadinya
revolusi, misalnya ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru
memuncak dengan menurunkan Soeharto dari jabatannya.
7. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki
hidupnya.
Manusia hidup harus mempunyai cita-cita dan cita-cita tersebut harus diraih
dengan usaha, tanpa usaha kehidupan manusia tidak akan berubah.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat jalannya proses perubahan antara
lain:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat.
5. Rasa takut akan terjadinya perubahan integrasi kebudayaannya.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru/asing atau sikap tertutup.
7. Adat atau kebiasaan.
8. Hambatan-hambatan yang bersifat idilogis.
9. Nilai bahwa hidup ini pada haikkatnya tidak dapat diperbaiki.

Latihan

1. Dalam proses individu menjadi pribadi sangat dipengaruhi oleh faktor


lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya. Apakah peryataan
tersebut benar menurut Abda? Cobalah jelaskan!
2. Tidak semua himpunan manusia dapat dikategorikan sebagai kelompok sosial.
Jelaskanlah kriteria-kriteria terjadinya kelompok sosial !
3. Mengapa interaksi sosial merupakan hal penting dalam kehidupan kelompok?
Cobalah Anda jelaskan!
4. Perubahan sosial dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Cobalah
Anda sebutkan dan jelaskan faktor-faktor intern terjadinya proses sosial!
5. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya proses perubahan sosial. Coba
Anda sebutkan dan jelaskan!

Pedoman Jawaban Latihan

1. Dalam proses untuk menjadi pribadi, individu dituntut mampu menyesuaikan


diri dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan tersebut meliputi :
a. Lingkungan Fisik
b. Lingkungan Psikis.
Ada dua cara dalam menyesuaikan diri, antara lain:
a. Secara Alloplastis
b. Secara Autoplastis
Penjelasan lebih lanjut sebaiknya Anda pelajari lagi materi tentang proses
individu menjadi pribadi pada sub unit 8.1.

2. Suatu himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial apabila:


a. Kesadaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok.
b. Ada interaksi dan timbal balik antara anggota kelompok satu dengan aggota
lainnya.
c. Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya tujuan, cita-cita, idiologi, dan
kepentingan.
d. Bersistem dan berproses.
Penjelasan lebih lanjut Anda dapat membacanya kembalo materi tentang
terbentuknya kelompok social pada sub unit 8.1.

3. Interaksi sosial sangat berguna untuk mempelajari berbagai masalah di dalam


masyarakat. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi kehidupan bersama
yang terwujud dalam pergaulan Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial,
interaksi sosial juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena
tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Penjelasan lebih lanjut silahkan Anda baca tentang pentingnya interaksi social
dalam kehidupan bermasyarakat pada sub unit 8.1.

4. Faktor-faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara
lain :
a. Perubahan jumlah penduduk.
b. Penemuan baru
c. Pertentangan (conflict) Sosial
d. Pemberontakan atau revolusi
Untuk penjelasannya bacalah materi sub unit 8.1 dalam topik perubahan sosial.

5. Faktor-faktor yang mendorng jalannya proses perubahan antara lain:


a. Kontak dengan kebudayan lain
b. Kemajuan pendidikan
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.
d. Sistem terbuka lapisan masyarakat
e. Penduduk yang heterogin
f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap aspek-aspek kehidupan.
g. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki
hidupnya.
Untuk penjelasan lebih lanjut bacalah materi sub unit 8.1 dalam topik
perubahan sosial.

Rangkuman

1. Setiap individu mempunyai karakteristik yang melekat pada diri individu


tersebut. Sebagai akibat proses pendidikan yang disertai penanaman nilai
dan norma-norma sosial-budaya, maka terjadilah person yang memiliki
kepribadian. Kepribadian dapat dibina oleh lingkungan, tetapi
kepribadian juga dapat mempengaruhi lingkungan, bahkan kepribadian
dapat megendalikan atau merubah lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur
kepribadian, meliputi pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
2. Manusia sebagai individu selalu berada ditengah-tengah kelompok
individu lainnya yang sekaligus mematangkan kepribadiannya. Dalam
proses menjadi pribadi, individu dituntut dapat menyesuaikan diri
dengan lingkunganya baik lingkungan fisik, maupun psikis baik dengan
cara alloplastis maupun autoplastis.
3. Kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak, sebab sendirian
saja individu tidak dapat hidup secara layak. Kebutuhan memudahkan
hidup, menyadarkan individu untuk hidup berkelompok/menyatu dengan
individu lainnya yang kemudian membentuk kelompok sosial.
4. Interaksi sosial meliputi hubungan antara orang perorangan dengan
kelompok, antara kelompok dengan kelompok, dan antara orang
perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial berguna untuk
mempelajari masalah dalam masyarakat. Tanpa interaksi sosial tidak
akan terjadi kehidupan bersama.
5. Perubahan sosial dapat dipengauhi oleh faktor dari dalam (intern)
maupun fastor dari luar (ekstern). Berlangsungnya proses perubahan
sosial disebabkan adanya fastor-faktor pendorong dan fastor-faktor
penghambat. Jadi perubahan sosial itu dapat terjadi tergantung dari
kondisi masyarakatnya.
Tes Formatif 1

1. Secara harafiah individu berasal dari kata “in-dividere” yang artinya adalah
A. individu
B. individu yang menyatu
C. orang perorangan
D. individu yang tidak dapat dibagi-bagi

2. Karakteristik watak individu yang konsisten yang berkenaan dengan sikap,


keinginan, pola pikir, dan tingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain,
disebut ….
A. perilaku
B. kepribadian
C. jati diri
D. naluri

3. Apabila dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, individu aktif


mempengaruhi bahkan merubah lingkungannya. Penyesuaian diri itu, disebut
….
A. alloplastis
B. autoplastis
C. assimilasi
D. akomodasi

4. Apabila dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungaanya, justru


lingkungannyalah yang membentuk kepribadian individu. Penyesuaian diri
seperti ini, disebut ….
A. alloplastis
B. autoplastis
C. assimilasi
D. akomodasi

5. Berikut ini dalah unsur-unsur yang terkandung dalam kelompok sosial, kecuali
….
A. interaksi timbal balik antara anggota kelompok satu dengan lainnya
B. interaksi orang-orang yang mempunyai kedudukan yang sama
C. berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola tingkah laku
D. kesadaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian anggota kelompoknya
6. Bu Shinta adalah guru SD yang mengajar kelas V dengan jumlah siswa 30
orang. Kebetulan di dalam kelas tersebut ada siswanya yang berkelahi. Sebagai
guru yang bertanggungjawab, maka Bu Shinta berusaha mandamaikan
keduanya. Ternyata kedua belah pihak mau menerima dan mereka saling
berjabat tangan tanda perdamain. Peristiwa di atas merupakan bentuk interaksi
sosial ….
A. coopration
B. competition
C. conflik
D. accommodation

7. Menurut teori Alex Inkeles, bahwa manusia dan masyarakat termasuk


kebudayaannya mengalami perkembangan tahap demi tahap, yaitu dari tahap
sederhana sampai tahap sempurna. Dari uraian tersebut berarti masyarakat telah
mengalami perubahan secara ….
A. jangka panjang
B. revolusi
C. evolusi
D. berkesinambungan

8. Inovasi atau penemuan-penemuan baru akan terjadi dalam suatu masyarakat,


apabila ….
A. adanya xenophobia dalam masyarakat
B. apriori terhadap hal-hal baru yang berbau asing
C. kesadaran bahwa kehidupan yang ada harus diterima
D. anggota masyarakat mempunyai akal dan daya kreatif tinggi

9. Berikut ini adalah faktor-faktor intern yang menyebabkan terjadinya perubahan


sosial, kecuali ….
A. penemuan baru
B. kontak dengan budaya lain
C. pertentangan
D. pemberontakan
10. Seseorang yang bertingkah laku sedemikian rupa dengan harapan agar
kedudukannya dianggap sama dengan orang atau kelompok lain yang lebih
tinggi. Tingkah laku seperti di atas, disebut ….
A. identifikasi
B. klasifikasi
C. stratifikasi
D. assimilasi

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat pada akhir unit ini. Hitunglah jawaban yang benar.kemudian gunakan
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap bahan
ajar unit 8.1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat Penguasaan =---------------------------------x
100%
10
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat


meneruskan dengan bahan ajar unit berikutnya. Bagus ! Jika masih dibawah 80%,
Anda harus mengulangi materi bahan ajar unit 8.1, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
Subunit 2

Status dan Peran Individu dalam Masyarakat

Pengertian Masyarakat.

M asyarakat dalam bahasa Inggris disebut “society” yang berarti sekelompok


manusia (minimal dua orang) yang hidup bersama, saling berhubungan dan
mempengaruhi, saling terikat satu sama lainnya sehingga menghasilkan kebudayaan
yang sama.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Selo Sumarjan seorang sosiolog
Indonesia menyatakan bahwa, masyarakat sebagai orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan. M.J. Herkovits, mengemukakan bahwa
masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti tata
cara hidup tertentu.
Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kelompok manusia yang
saling berinteraksi, memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut, dan adanya saling
keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya ia menyatakan bahwa
masyarakat adalah tempat kita dapat melihat dengan jelas proyeksi individu
sebagai (input) bagi keluarga. Keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan
masyarakat adalah tempat kita melihat hasil (output) dari proyeksi tersebut.
Anderson dan Parker (Astrid Susanto:1977), secara rinci menyatakan
bahwa masyarakat adalah :
1. adanya sejumlah orang;
2. bertempat tinggal dalam suatu daerah tertentu;
3. mengadakan hubungan satu sama lain;
4. saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama;
5. merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas;
6. adanya saling ketergantungan;
7. masyarakat merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma-norma atau
aturan aturan tertentu; dan
8. menghasilkan suatu kebudayaan.
Dari bermacam-macam definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa,
komponen masyarakat itu terdiri dari:
1. Kelompok besar manusia yang relatif permanent.
Masyarakat tidat mungkin terdiri atas satu orang saja, suatu masyarakat
harus terdiri dari kelompok besar manusia. Pengertian “besar” tidak berarti
jumlahnya harus ribuan atau jutaan. Suatu keluarga yang terdiri dari suami
istri tanpa anak, juga dapat dikatakan sebagai suatu masyarakat. Karena
ciri- ciri lainnya dalam masyarakat telah dimiliki oleh keluarga. Jadi ukuran
besarnya manusia sebagai satu syarat masyarakat sifatnya relatif.
2. Berinteraksi secara permanent.
Berinteraksi secara permanen, artinya bahwa kelompok besar manusia
tersebut harus saling berhubungan, sifat interaksi berlangsung tidak hanya
sementara tetapi ada kontinuitasnya.
Misalnya ada sekelompok manusia yang sedang mengerumuni penjual obat
di kaki lima tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat. Karena walaupun
mereka merupakan kelompok besar manusia dan terjalin interaksi, tetapi
sifat interaksi hanya sementara saja sesudah itu bubar. Jadi kerumunan
(crowd) tidak ada interaksi permanen, maka tidak dapat dikategorikan
sebagai masyarakat.
3. Menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan.
Masyarakat menjunjung sistem nilai dan kebudayaan. Setiap masyarakat
pasti memiliki sistem nilai yaitu, sikap dan perasaa-perasaan yang
diperlihatkan oleh kelompok besar manusia tersebut, meliputi keseluruhan
yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, suka atau tidak suka.
Sistem nilai befungsi untuk mengontrol tindakan-tindakan anggota
masyarakat, sehingga setiap bertindak mereka harus disesuaikan dengan
nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat.
Kebudayaan yang mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kebiasaan, dan kemampuan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat juga merupakan salah
satu komponen masyarakat. Tidak akan ada masyarakat tanpa kebudayaan,
dan sebaliknya, sebab kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat atau
manusialah sebagai pendukung kebudayaan. Suatu masyarakat tidak akan
terwujud tanpa memiliki berbagai pengetahuan, adat istiadat, hukum, dan
yang lainnya.
4. Self-supporting (memenuhi kebutuhan sendiri).
Berbagai kebutuhan masyarakat atau anggota-anggota masyarakatharus
mereka penuhi sendiri. Dengan kebudayaan yang mereka miliki, mereka
mampu dan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian
masyarakat tersebut tetap survivel (hidup) dan tidak punah.

Status dan Peran Individu dalam Masyarakat


Setiap individu dalam masyarakat mempunyai status kedudukan (status)
dan peran (role) yang berbeda.
Menurut Paul B.Horton dan Chester L.Hunt (S. Bellen dkk:1990), status
adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari satu
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sedangkan menurut
Suryono Sukanto, status diartikan sebagai posisi seseorang dalam suatu sistem
sosial.
Peran sebagai suatu konsep menunjukkan apa yang dilakukan seseorang.
Dengan kata lain peran adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi
(tugas) seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan
seseorang. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang
memegang status tertentu (D. Hendropuspito).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status dan peran adalah dua hal
yang saling berkaitan. Status menunjuk siapa orangnya, sedangkan peran
menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu. Mengingat bahwa setiap individu
mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu dapat berstatus dan
berperan di beberapa kelompok sesuai dengan kepentingannya.
Sebagai contoh, dalam keluarga Pak Andri mempunyai istri dan
seorang anak. Sebagai ayah Pak Andri mempunyai status sebagai
kepala keluarga dan pencari nafkah serta bertanggungjawab atas
keluarganya. Di kantor ia berstatus sebagai guru yang harus
membimbing siswanya dan harus tunduk kepada peraturan sekolah. Di
masyarakat ia menjadi ketua RW, berarti ia harus membimbing dan
membina warganya. Selain itu ia juga mempunyai kegemaran bermain
tenis, maka ia menjadi anggota klub tenis di kampungnya. Sebagai
anggota ia harus berperan sebagai anggota yang baik dan tunduk
terhadap peraturan organisasi.

Dengan demikian setiap individu harus berperilaku dan berperan sesuai


dengan kedudukannya agar ia diterima dan diakui keberadaannya. Setiap organisasi
mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh organisasi terhadap
anggotanya juga tidak sama. Sanksi bertujuan untuk menjaga keutuhan,
keseimbangn, dan kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat
tercapai. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang mempunyai peran dan tugas
yang berbeda-beda. Tugas seorang guru berbeda dengan pilot, supir, tukang, camat,
bupati, atau dokter. Tetapi masing-masing saling membutuhkan, saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Apabila semua tugas berjalan
dengan baik maka kepentingan umum yang berupa kesejahteraan, keamanan, dan
ketenteraman akan tercapai. Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting
untuk menjaga keseimbangan dan integritas sosial.
Menurut S. Bellen dkk (1990), ada beberapa jenis status dan peran sosial
dalam masyarakat:
1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam
kenyataan (actual roles)
Masyarakat selalu memiliki suatu harapan bagaimana sebaiknya suatu peran
dilaksanakan, bahkan kadang terwujud dalam tuntutan yang sangat ketat,
misalnya peran seorang guru SD harus bersikap sabar, adil, obyektif dalam
menilai, dan menjadi tauladan bagi siswanya.
Namun dalam melaksanakan peran sosialnya, guru tersebut mementaskan
perannya sesuai dengan kekhasan dan kepribadiannya, yang terbentuk oleh
pengalaman belajarnya, pengalaman hidupnya, latar belakang keluarganya,
dan jenis kelamin yang berbeda.
2. Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved
roles)
Peran yang terberi adalah konsekuensi dari status yang terberi. Seseorang
berperan sebagai pangeran karena ia berstatus anak raja, demikian juga
status sebagai anak sulung, anak bungsu, keponakan dan sebagainya. Status
ini diberikan tanpa usaha, tetapi diberikan secara otomatis.
Sebaliknya peran yang diperjuangkan adalah konsekuensi dari status yang
diperjuangkan. Seseorang mempunyai status sebagai guru, berperan sebagai
pendidik dan pengajar bagi para siswanya. Status guru, bukan status terberi
karena diperoleh melalui pengangkatan oleh pemerintah untuk menjalankan
peran yang mendidik dan mengajar setelah yang bersangkutan selesai/lulus
dari lembaga pendidikan guru. Demikian juga status dokter, perawat, pilot,
dokter, dan status lainnya.
3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai seseorang yang memegang
lebih dari satu peran, baik meliputi peran yang terberi maupun peran yang
diperjuangkan. Sebagai contoh, Ibu Nani tidak hanya berperan sebagai istri,
ibu, menantu, dan anak tetapi juga berperan sebagai guru SD, pelatih
senam, pengurus koperasi, dan anggota organisasi olah raga di desanya.
Dari peran-
peran ibu nani tersebut , peran sebagai guru SD merupakan peran kunci,
sedangkan peran lainnya sebagai peran tambahan.
Perbedaan yang mendasar dari peran kunci dan peran tambahan adalah
peran kunci lahir dari status kunci, sedangkan peran tambahan lahir dari
status tambahan. Peran kunci merupakan sumber utama penghidupan
seseorang, walaupun belum tentu merupakan penghasilan yang terbesar.
Penghasilan Ibu Nani sebagai guru SD mungkin lebih kecil dari pada
penghasilan dari honor sebagai pelatih senam. Peran kunci sangat penting,
umumnya menyita waktu perhatian, dan terikat, sehingga kalau tugas
memanggil maka si pemegang peran akan meninggalkan peran-peran
tambahan untuk melaksanakan panggilan tugas tersebut.
4. Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah
Peran sosial lahir dari status sosial, oleh karena itu tinggi rendahnya peran
sosial ditentukan oleh tinggi rendahnya status sosial tersebut dari kaca mata
masyarakat. Penilaian masyarakat bersifat dinamis, berubah, dan
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu status
sosial tertentu dapat naik atau turun dalam menempati anak tangga hirarki
status sosial.
Kriteria yang menentukan suatu peran sosial antara lain:
a. Nilai sosial budaya yang dianut masyarakat.
Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai keagamaan, maka
peran kaum ulama dianggap tinggi dan sebaliknya.
b. Prestise, yang meliputi gengsi, kehormatan, dan pengaruh yang
menyertai status sosial.
Status guru, dahulu mengandung prestise rendah dimata masyarakat,
karena tingkat kesejahteraannya rendah. Namun sekarang pristise status
guru naik peringkat karena tingkat kesejahteraannya mulai mendapat
perhatian dari pemerintah, apalagi dengan adanya isu-isu tunjangan
professional guru, prestise guru menjadi tinggi.
Prestise tidak selamanya berkaitan dengan pentingnya suatu peran
sosial. Kalau dahulu peran pramugari dianggap lebih rendah dari pada
peran guru maka sekarang pramugari dianggap lebih tinggi karena
prestise yang melekat pada peran pramugari. Padahal peran pramugari
itu sebagai pelayan penumpang sama dengan pelayan restoran.
Sedangkan guru mengemban tugas lebih berat karena untuk
pengembangan sumber daya manusia dan jauh lebih penting dari peran
pramugari. Namun prestise dapat memutarbalikkan kedudukan peran-
peran tersebut dalam hirarki penilaian masyarakat.
c. Prasarat pendidikan yang dituntut suatu peran sosial, menentukan pula
kedudukan peran itu dalam masyarakat.
Prasarat pendidikan seorang dokter lebih tinggi dari pada seorang
perawat. Oleh karena itu wajar jika peran dokter dianggap lebih tinggi
dari peran perawat.
d. Faktor ekonomi (penghasilan) menentukan tinggi rendahnya peran
sosial. Dengan melonjaknya penghasilan guru, maka sekarang peran
sosial guru melambung tinggi, menduduki posisi lebih tinggi dari jaman
orde baru.

Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial

(5). Pranata Sosial (Himpunan kaidah) (6). Lembaga-lembaga

(4). Pedoman mengatur pemenuhan kebutuhan dasar manusia

(3). Norma / kaidah

(2). Nilai Sosial

(1). Kebutuhan-kebutuhan dasar


dasar masyarakat
Amatilah bagan di atas pada kotak (1) tertulis kebutuhan dasar masyarakat
atau disebut kebutuhan sosial dasar, adalah kebutuhan akan kelangsungan
jenis/keluarga, pendidikan, ekspresi religius, mengatur pemerintahan, pelayanan
kesehatan dan sosial, penghayatan seni dan rekreasi, dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Selain itu manusia juga harus memenuhi kebutuhan pokoknya seperti
sandang, pangan, dan papan yang tidak bisa ditawar-tawar jika manusia tetap mau
hidup. Disamping itu manusia juga mempunayi kebutuhan yang tidak mendasar,
kebutuhan itu hanya sebagai tambahan atau pelengkap, tanpa dipenuhipun manusia
masih dapat hidup.
Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut sebenarnya menggambarkan nilai-nilai
sosial (lihat kotak-2) yang dihargai masyarakat, karena berguna bagi masyarakat.
Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai
masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup
bersama. Yang dihargai masyarakat dapat berupa orang, benda, hewan, sikap,
perbuatan, perilaku, cara berpikir, dan pandangan. Untuk memperjelas masalah
kebutuhan dasar tersebut mari kita ikuti contoh-contoh sebagai berikut. Guru SD
lebih dihargai masyarakat dari pada guru tari.
Oleh karena itu guru SD mendapat nilai sosial lebih tinggi, dan lebih
dihargai oleh masyarakat dari pada guru tari. Cincin kawin yang harganya relatif
lebih murah lebih dihargai oleh pasangan suami istri dari pada cincin berlian yang
harganya jauh lebih mahal tetapi baru dibeli kemudian setelah berkeluarga.
Orang Inggris lebih menghargai anjing dari pada binatang lain, karena
anjing mempunyai nilai sosial yang lain dari suku bangsa lain. Bagi orang Inggris,
anjing adalah binatang piaraan dan kesayangan, sehingga sampai diadakan kontes
anjing dan bahkan rumah sakit anjing. Di lain daerah ada yang menganggap daging
anjing sebagai santapan dalam pesta yang meriah. Begitu juga babi, di daerah Bali
merupakan santapan pesta, tetapi bagi orang Islam daging babi dianggap haram.
Sedangkan contoh pandangan hidup, bagi masyarakat Indonesia Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa, maka mempunyai nilai sosial tinggi.
Sesuatu yang berguna, baik, dan membawa keuntungan, dipandang
mempunyai nilai bagi masyarakat. Warga masyarakat berusaha melakukan
tindakan- tindakan untuk mencapai nilai-nilai tersebut. Karena masyarakat terdiri
dari berbagai tipe manusia, tidak semua tindakan yang dilakukan itu sama, selaras,
bahkan ada yang saling bertentangan. Namun ada tindakan yang baik dan tepat
sehingga orang cenderung untuk mengulanginya berkali-kali sehingga akhirnya
menjadi suatu pola
kelakuan. Pola kelakuan tersebut oleh masyarakat dipandang sebagai norma (lihat
kotak 3).
Menurut Th.L. Vanhoeven (S.Bellen,dkk), dalam bahasa latin norma
berasal dari kata “normalis” yang berarti yang menurut petunjuk, kaidah,
kebiasaan, kelaziman. Dengan demikian kita dapat menggunakan padanan kata
norma dengan kaidah (patokan, standar, ukuran).
Agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula
norma-norma terbentuk secara tidak disengaja, namun lama kelamaan norma
tersebut dibuat secara standar.
Misalnya dahulu di dalam jual beli, perantara tidak perlu diberi bagian
keuntungan. Tetapi lama–kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus
mendapat bagiannya, sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung apakah pembeli
atau penjual.
Contoh lain adalah perjanjian tertulis yang menyangkut pinjam meminjam
uang yang dahulu tidak pernah dilakukan.
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat, mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, sedang, sampai yang terkuat
daya ikatnya, pada yang terakhir ini biasanya anggota masyarakat tidak berani
melanggarnya.
Demi jelasnya berikut ini dikemukakan beragam norma dari garis rentang
yang lemah sampai dengan yang kuat.
1. Folkways, adalah norma-norma yang diikuti tanpa dasar, tanpa berpikir,
hanya berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi.
Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan
tersebut. Misalnya, kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih
tua, kebiasaan mandi dua kali sehari, kebiasaan mengucapkan terima kasih
dan kata maaf pada akhir sambutan. Apabila perbuatan tersebut tidak
dilakukan atau dilanggar maka orang lain tidak akan memberi sanksi
terhadap kelakuan yang tidak sesuai dengan kelaziman tersebut.
2. Tata Krama (adat sopan santun, sopan santun pergaulan, etiket).
Tata krama adalah pola kelakuan tertentu yang digolongkan sebagai norma,
kaidah atau patokan tata krama, sopan santun pergaulan. Misalnya,
memberikan sesuatu dengan tangan kanan, mempersilahkan wanita
mendapat giliran lebih dahulu, tidak memotong pembicaraan orang, makan
dengan tidak berbunyi. Pelanggaran terhadap norma tata krama tidak
diikuti sanksi
yang keras, paling-paling berupa cemoohan atau teguran bahwa orang
tersebut tidak sopan.
3. Mores (tata kelakuan), adalah norma kelakuan yang diikuti dengan
keyakinan dan pertimbangan perasaan.
Mores adalah norma moral yang menentukan suatu kelakuan tergolong
benar atau salah, baik atau buruk. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat
yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai pengawas,
secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-
anggotanya. Tata kelakuan di satu fihak memaksakan suatu perbuatan dan
di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar
anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata
kelakuan tersebut. Misalnya, masyarakat tertentu melarang makan daging
tertentu, larangan memperlihatkan kaki, buah dada, rambut, larangan
malakukan perkawinan incest( perkawinan dengan keluarga dekat).
Mores tertentu dapat berlaku pada masyarakat tertentu tetapi justru dilarang
oleh masyarakat lainnya, misalnya wanita pedesaan dari suku Bali cenderung tidak
menyembunyikan buah dadanya, mereka juga memperbohkan makan daging babi.
Sebaliknya masyarakat lain mores seperti contoh di atas dilarang.
Meskipun norma moral memperlihatkan perbedaan, namun prinsip yang
melandasinya sama, yaitu anjuran: ”Lakukanlah yang baik dan hindarilah yang
salah”.
Pada setiap masyarakat, perbuatan yang melanggar mores biasanya
dikenakan sanksi yang sepadan menurut kebiasaan yang berlaku.

Tata kelakuan itu sangat penting, karena:


1. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu.
Tata kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus
melarang anggota masyarakat melakukan suatu perbuatan. Setiap
masyarakat mempunyai tata kelakuan yang berbeda-beda, karena tata
kelakuan timbul dari pengalaman masyarakat yang berbeda pula.
2. Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya.
Di satu pihak tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan perbuatan-
perbuatannya dengan tata kelakuan yang berlaku. Di lain pihak
mengusahakan agar masyarakat menerima seseorang karena
kesanggupannya untuk menyesuaikan diri. Misalnya, terjadi kejahatan,
masyarakat akan menghukumnya dengan maksud agar orang tersebut mau
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku.
Sebaliknya akan
dijumpai keadaan di mana orang-orang yang memberi teladan, pada suatu
waktu diberi tanda terima kasih dari masyarakat yang bersangkutan.
3. Tata kelakuan menjaga solidaritas.
Setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan, misalnya hubungan antara
pria dan wanita, yang berlaku bagi semua orang, semua usia untuk segala
golongan masyarakat. Tata kelakuan ini dimaksudkan untuk menjaga
keutuhan dan kerja sama antara anggota-anggota masyarakat tersebut.
4. Hukum atau peraturan-peraturan hukum, adalah norma-norma yang
dirumuskan dan diwajibkan secara jelas dan tegas dan berlaku bagi semua
warga masyarakat.
Biasanya hukum ditulis dan dibukukan (dikodifikasi), kemudian
diumumkan bagi masyarakat secara terbuka dan diberlakukan secara resmi
atau formal. Pelanggaran terhadap norma hukum dikenakan hukuman
sacara jelas sesuai aturan hukum yang berlaku.
Beragam norma tersebut di atas tetap hidup dalam masyarakat dan
mengalami perkembangan, perubahan, pergantian, perbaikan atau pemantapan.
Kadang-kadang norma yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan diganti
dengan norma lain yang lebih sesuai.
Semua jenis norma tersebut setelah dikenal, diketahui, dipahami, dihargai,
dan ditaati oleh warga masyarakat akhirnya melembaga dalam kehidupan
masyarakat. Dengan demikian norma terbut berfungsi sebagai pedoman yang
mengatur peri kehidupan masyarakat (cara berpikir dan cara bertindak) untuk
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera, tertib, aman, dan tenteram (lihat kotak 4).
Norma-norma atau kaidah-kaidah itu biasanya berhimpun atau mengarah ke
titik pusat di sekitar fungsi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok. Karena
tujuannya adalah mengatur cara berpikir, cara bertindak untuk memenuhi
kebutuhan- kebutuhan pokok. Himpunan kaidah atau norma itu disebut pranata
sosial (lihat kotak 5).
Pranata sosial adalah, himpunan kaidah atau sistem norma yang bertujuan
menata atau mengatur pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari
hubungan-hubungan sosial yang menyangkut jaringan kedudukan dan peran sosial
yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat yang khusus untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang mendasar.
Seorang sosiolog D. Hendropuspito membagi pranata sosial menurut
fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Pranata kekeluargaan (family institution), berfungsi memenuhi
kebutuhan kelangsungan jenis manusia. Hal ini menyangkut hubungan
kelamin yang diatur dalam perkawinan serta bentuk perkawinan dari
monogami dan poligami. Pranata pembantunya adalah: pertunangan,
perkawinan, perawatan anak, dan hubungan kekerabatan.
2. Pranata perekonomian (economic institution), berfungsi memenuhi
kebutuhan manusia mencari nafkah dan mencapai kesejahteraan materi,
meliputi berproduksi, distribusi, dan konsumsi. Pranata pembatunya:
periklanan, pemasaran, perdagangan, pergudangan, perbankan, dan
pembukuan.
3. Pranata Pendidikan (educational institution), berfungsi memenuhi
kebutuhan manusia akan sosialisasi dan pendidikan formal agar menjadi
warga masyarakat yang berguna. Pranata pembantunya: pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan tinggi.
4. Pranata religi (religius institution), berfungsi memenuhi kebutuhan
manusia menyelami rahasia dan makna hidup, berkomunikasi dengan
Tuhan, beribadah, melaksanakan semua perintah dan larangannya. Pranata
pembentunya: beribadah, doa dan upacara, kepemimpinan umat, penyiaran
agama, dan hubungan antar agama.
5. Pranata seni dan rekreasi (aesthetic and recreation instution), berfungsi
memenuhi kebutuhan masyarakat akan penghayatan seni dan pemulihan
kesegaran jasmani dan mental. Pranata pembantunya: seni rupa, seni musik,
seni tari, teater, seni sastra, olah raga, dan hiburan lainnya.
6. Pranata ilmiah (scientific institution), berfungsi memenuhi kebutuhan
masyarakat mengembangkan ilmu, menerapkannya, dan mengembangkan
hasilnya dalam bentuk teknologi dan menerapkannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pranata pembantunya : penelitian dan
pengembangan ilmu dasar, ilmu terapan, teknologi tepat guna, dan
teknologi komunikasi.
Lembaga (institut) lihat (kotak 6), adalah badan yang melaksanakan
aktivitas khusus. Kata institut ini sering dikacaukan dengan institusi
(pranata) yang artinya sistem norma (kaidah, aturan) untuk menata aktivitas
khusus masyarakat.
Lebih jelasnya fahami dengan contoh ini:
Lembaga adalah kantor catatan sipil, institusinya pernikahan; lembaga
UNY, institusinya pendidikan tinggi; lembaga BAKN, institsinya
kepegawaian, dan sebagainya.
Latihan

1. Secara mendasar, masyarakat itu terdiri dari 4 komponen. Cobalah Anda


sebutkan dan jelaskan masing-msing komponen tersebut!
2. Setiap individu di dalam masyarakat mempunyai status dan peran yang
berbeda- beda. Coba lah Anda jelaskan apa itu status dan peran, dan berikanlah
contoh masing-masing!
3. Ada beberapakah jenis status dan peran di dalam kehidupan masyarakat.
Cobalah Anda sebutkan 4 jenis status dan peran, dan berikanlah contohnya
masing- masing!
4. Jelaskanlah perbedaan antara norma, nilai, dan pranata social!
5. Jelaskanlah secara sistematis rentangan norma dari yang terlemah sampai
dengan yang terkuat, dan berikanlah contohnya!

Pedoman Jawaban Latihan

1. Secara mendasar, masyarakat itu terdiri dari 4 komponen, antara lain:


a. kelompok besar manusia yang relatif permanen
b. berinteraksi secara permanen
c. menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan
d. self supporting
Secara jelasnya bacalah tentang pengertian masyarakat pada sub unit 8.2!

2. Perbedaan status dan peran. Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam
suatu kelompok, atau dari satu kelompok dalam hubungannya dengan
kelompok lain. Atau posisi seseorang dalam suatu sistem sosial. Peran sebagai
suatu konsep menunjukkan apa yang dilakukan seseorang.
Penjelasan lebih lanjut bacalah kembai uraian bagan di atas. Sedangkan untuk
contohnya cobalah cari dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ada beberapa jenis status dan peran di dalam kehidupan masyarakat:


a. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana
dalam kenyataan (actual roles)
b. Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved
roles).
c. Peran Kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
d. Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah.
Penjelasannya silahkan baca “Status dan Peran Individu dalam Masyarakat“
pada sub unit 8.2.

4. Perbedaan antara norma, nilai, dan pranata sosial


Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai
daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama. Norma adalah
tindakan yang baik dan tepat sehingga orang cenderung untuk mengulanginya
berkali-kali sehingga akhirnya menjadi suatu pola kelakuan. Pranata sosial
adalah, himpunan kaidah atau sistem norma yang bertujuan menata atau
mengatur pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan-
hubungan sosial.
Penjelasan lebih lanjut silahkan Anda pahami kembali tentang norma, nilai,
dan pranata sosial pada bagan dalam sub unit 8.2.

5. Rentangan norma dari yang terlemah sampai dengan yang terkuat, antara lain:
a. Folkways
b. Tata Krama (adat sopan santun, sopan santun pergaulan, etiket)
c. Mores (tata kelakuan
d. Hukum
Penjelasannya dapat Anda baca pada uraian unit 8.2 tentang “Pranata sosial
dan hubungannya dengan nilai dan norma sosial”.
Rangkuman

1. Masyarakat adalah, kelompok besar manusia yang relatif permanen,


berinteraksi secara permanen, menganut dan menjunjung suatu sistem
nilai dan kebudayaan, dan self supporting (memenuhi kebutuhan
sendiri).
2. Setiap individu memiliki kedudukan (status) dan peran yang berbeda-
beda, setiap individu harus berperilaku dan berperan sesuai dengan
kedudukannya agar diterima dan diakui keberadaannya di dalam
masyarakat. Di dalam masyarakat berlaku sanksi, tujuannya adalah
untuk menjaga keutuhan, keseimbangan, dan kestabilan kelompoknya
sehingga tujuan kelompoknya dapat tercapai.
3. Ada beberapa jenis peran di dalam masyarakat, antara lain:
 peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana
dalam kenyataan (actual roles),
 peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan
(achieved roles),
 peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
 peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah.
4. Norma yang berlaku di dalam masyarakat mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda dari yang lemah sampai yang terkuat. Agar
norma dipatuhi oleh anggota masyarakat, maka bagi yag melanggar
norma dikenai sanksi. Berat ringannya sanksi disesuaikan dengan jenis
pelanggarannya.
5. Pranata sosial adalah, himpunan kaidah atau sistem norma yang
bertujuan menata atau mengatur pola kelakuan warga masyarakat
tertentu yang lahir dari interaksi sosial yang menyangkut kedudukan dan
peran sosial yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendasar.
Tes Formatif 2

1. Secara biologis manusia dengan makhluk yang lain banyak memiliki


perbedaan, namun keduanya juga memiliki kesamaan yaitu kedua makhluk
tersebut ….
A. mempertahankan hidup berdasarkan akalnya
B. pola kelakuan diatur oleh akal
C. ingin mengembangkan keturunan
D. mengembangkan kebutuhan dengan nalurinya

2. Manusia sebagai makhluk sosial, karena ….


A. hidup di masyarakat
B. memiliki kebudayaan
C. suka membantu orang lain
D. dapat hidup layak karena orang lain

3. Sosialisasi merupakan proses pada seseorang sebagai anggota masyarakat untuk


….
A. menemukan jati diri
B. mencari peran
C. mencari status dalam masyarakat
D. mempelajari norma dan kebudayaan

4. Hal-hal yang mempribadi dalam diri individu melalui proses sosialisasi adalah
….
A. berbagai perasaan yang diperlukan dalam hidup manusia
B. nilai-nili pendidikan yang diperlukan untuk mencapai kedewasaan
C. pola-pola kelakuan sebagai hasil interaksi antar manusia
D. sistem norma yang hidup dalam masyarakat
5. Pewarisan tatakrama dapat dikatakan sebagai pewarisan dari generasi ke
generasi yang sifatnya memaksa, karena ….
A. orang tua, guru, dan warga masyarakat lainnya cenderung mengharuskan
anak mengikuti tatakrama
B. sebagai norma, tatakrama sudah ada sebelum seseorang lahir dan diteruskan
melalui sosialisasi
C. tatakrama berguna untuk menciptakan keselarasan hidup bersama dalam
masyarakat
D. pelanggaran tatakram sering diikuti saksi sosial dari warga masyarakat yang
selalu mengawasi pelaksanaannya

6. Proses belajar nilai dan norma di masyarakat agar ia dapat diterima/diakui


sebagai anggota masyarakat tersebut, disebut ….
A. internalisasi
B. sosialisasi
C. komunikasi
D. sistem sosial

7. Segala sesuatu akan mempunyai daya guna fungsional dan dihargai oleh
masyarakat, disebut ….
A. peran sosial
B. pranata sosial
C. hubungan sosial
D. nilai sosial

8. Setiap kali kita mandi dua kali sehari yaitu pagi dan sore, perbuatan ini
termasuk norma ….
A. folkways
B. kaidah
C. mores
D. etika
9. Diantara pernyataan dibawah ini, manakah yang menggambarkan nilai sosial
yang dianut oleh masyarakat Indonesia?
A. jagung lebih bernilai dari pada nasi
B. jagung dan nasi sama saja nilainya
C. nasi lebih bernilai dari pada jagung
D. nasi dan jagung sulit untuk ditentukan nilainya

10. Urutan norma yang mengatur kehidupan masyarakat ditinjau dari segi sanksi
(hukum) dari yang terlemah sampai dengan yang terkuat adalah ….
A. folkways- tata krama – hukum – mores
B. folkways- tata karma – mores - hukum
C. mores – tata karma – folkways –hukum
D. tata krama – folkways – mores – hukum

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat pada akhir unit ini. Hitunglah jawaban yang benar.kemudian gunakan
rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap bahan ajar
subunit 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat Penguasaan =---------------------------------x
100%
10
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat


meneruskan dengan bahan ajar unit berikutnya. Bagus! Jika masih dibawah 80%,
Anda harus mengulangi materi bahan ajar sub unit 8.2, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1. D = individu yang tidak dapat dibagi-bagi
2. B = kepribadian
3. A = alloplastis
4. B = autoplastis
5. B = interaksi orang-orang yang mempunyai kedudukan yang
sama
6. D = accommodation
7. C = evolusi
8. D = anggota masyarakat mempunyai akal dan daya kreatif tinggi
9. B = kontak dengan budaya lain
10. A = identifikasi

Tes Formatif 2
1. C = ingin mengembangkan keturunan
2. D = dapat hidup layak karena orang lain
3. D = mempelajari norma dan kebudayaan
4. C = pola-pola kelakuan sebagai hasil interaksi antar manusia
5. B = sebagai norma, tatakrama sudah ada sebelum seseorang lahir dan
diteruskan melalui sosialisasi
6. B = sosialisasi
7. D = nilai sosial
8. A = folkways
9. C = nasi lebih benilai dari pada jagung
10. B = folkways- tata karma – mores - hukum
Daftar Pustaka
Bellen, dkk (1990). Materi Pokok Pendidikan IPS I. Jakarta: Dikti

Doyle Pal Johnson (1986). Tori Soilogi Klasik dan Modern (Terjemahan: Robert
Lawang) Jakarta: PT Gramedia.

Gillin. Dkk. (1954). Cultura Sociologi. New York: The Macmillan Company

Koentjaraningrat. (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

---------------.(1971). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

---------------. (1964). Masyarakat Desa di Indonesia Masa Ini. Jakarta: Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Margaret M. Poloma. (1999). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Depdikbud

Nursid Sumaatmadja. (1990). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


Bandung: penerbit Alumni

Selo Soemardjan. (1991). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Soerjono Soekanto. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

---------------. (1983). Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Tri Widiarto. (2004). Lintas Budaya Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press.

Zamroni. (1992). Pengantar Pengembangan teori Sosial. Yogyakarta: PT Tiara


Wacana
Glosarium
Adjustable : menyesuaikan diri
Akulturasi : proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling
bertemu dan saling mempengaruhi. Contoh: candi adalah
hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dan India
Apriori : berprasangka; sebelum kita mngetahui keadaan sebenarnya
kita tidak boleh apriori
Asimilasi : penyesuaian/peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki dengan
sifat-sifat lingkungan sekitar
Asosiatif : bersifat asosiasi; perkumpulan orang yang
mempunyai kepentingan bersama
Built in : menyatu dalam dirinya
Destruktif : bersifat merusak, memusnahkan, menghancurkan
Difusi : proses penyebaran unsure-unsur kebudayaan dari individu ke
individu lain, dari masyarakat satu ke masyarakat lain.
Disorganiasi : keadaan tanpa aturan/kacau karena adanya perubahan pada
lembaga tertentu.
Inadjustable : tidak dapat/gagal menyesuaikan diri
Incest : hubungan perkawinan sedarah; perbuatan/berzina dengan
sesaudara
Inovasi : penemuan baru yang berbeda dengan yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, alat)
Interaksi : hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan,
antara perseorangan dengan keompok, antara kelompok
dengan kelompok.
Kodifikasi : himpunan berbagai peraturan menjadi undang-undang
Monogami : sistem yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki
mempunyai satu istri pada jangka waktu tertentu
Patokan : pedoman
Poligami : sistem perkawinan yang salah satu pihak
memiliki/mengawini beberapa lawan jenisnya pada waktu
yang bersamaan
Prstise : wibawa berkenaan dengan prestasi atau kemampuan
seseorang Self supporting : memenuhi kebutuhan sendiri
Xenophobia : kebencian terhadap barang atau orang asing; ketidaksukaan
terhadap semua yang berbau asing

Anda mungkin juga menyukai