Petrologi Batuan
Petrologi Batuan
I. Pengertian
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang lebih
75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya tersingkapsekitar
25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat
penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula
dijumpai pada batua sediment dan mempunyaiarti penting dalam menentukan umur batuan dan
lingkungan pengendapan.
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain
yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun
kimia. Proses erosidan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat
terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan
yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi,
diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih
rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment
merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi sehingga batuan-batuan lunak
tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama
terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan
kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan
bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur
atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap
secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang
diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai satu sifat
yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di atas,
adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan
tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil
penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun
kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air,
sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada awalnya diendapkan secara
mendatar.
Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di
dekat muara sungai endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut
endapan-endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai,
endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita temukan
butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh beda butir
batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut
batupasir ini berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan
batugamping(Katili dan Marks).
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak secara bersama-sama.
Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah densitas dan viskositas air lebih besar daripada
angina sehingga air lebih mampu mengangkut partikel yang mengangkut partikel lebih besar
daripada yang dapat diangkut angina. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika
viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas yang
kecepatan mewngalirnyabesar merupakan viskositas yang tinngi.
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi, disini
material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa
batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris
flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk
yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi
dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang
dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan batuan sedimen telah
ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetic maupun deskrritif. Secara genetic dapat
disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan W.T.Huang,1962)
Terbentuknya dari pengendepan kembali denritus atau perencanaan batuan asal. Batuan asal
dapat berupa batuan beku, batuan sedimnen dan batuan metamorf. Dalam pembentukkan batuan
sedimen klastik ini mengalami diagnesa yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur
rendah di dalam suatu sediment selama dan sesudah litifikasi.
Tersusun olek klastika-klastika yang terjadi karena proses pengendapan secara mekanis dan
banyak dijumpai allogenic minerals. Allogenic minerals adalah mineral yang tidak terbentuk
pada lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini berasal dari batuan
asal yang telah mengalami transportasi dan kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi.
Pada umumnya berupa mineral yang mempunyai resistensi tinggi. Contohnya: kuarsa, bioptite,
hornblende, plagioklas dan garnet.
• § Kompaksi
• § Anthigenesis
Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut: karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain..
• § Metasomatisme
Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal. Contoh : dolomitiasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan
karbonat atau fosil.
• § Rekristalisasi
Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal
dari pelarutan material sedimen selama diagnesa atau sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum
terjadi pada pembentukkan batuan karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung di bagian atas
sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah semakin kecil dan cairan (fluida) dalam
ruang antar butir tertekan keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan.
• § Larutan (Solution)
Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga
di dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya struktur iolit.
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak.
Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan
perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagnesis. Diagnesis
terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan,
namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagnesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang mengontrolnya,
yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya. Proses diagnesis akan menyebabkan perubahan material sedimen.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan kimia.
Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama perubahan tekstur, proses kompaksi akan
merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak antar butirannya. Proses sementasi
dapat menyebabkan ukuran butir kwarsa akan menjadi lebih besar. Perubahan kimia antara lain
terdapat pada proses sementasi, authigenesis, replacement, inverse, dan solusi. Proses sementasi
menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan partikel oleh fluida. Pengangkutan sedimen
oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended load. Partikel yang berukuran lebih besar dari
pasir umumnya dapat diangkut secara bedload dan yang lebih halus akan terangkut oleh partikel
secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan, traksi meliputi rolling, sliding, dan
creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu mengalami kontak dengan permukaan.
Deposisi akan terjadi jika energi yang mengangkut partkel sudah tidak mampu
lagimengangkutnya.
II.B.1 Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
Contoh batupasir kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
Pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya
cenderung akan lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi
lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan
oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan material organic (organic matter) mempunyai
warna yang lebih gelap.
II.B.2 Tekstur
Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen
sepertiukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tewkstur batuan sedimen mempunyai arti penting
karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi
dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan
pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu
tekstur klastik dan non klastik.
a) Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
1-5 mm = sedang
<1 mm = halus
Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.
Ukuran Butir
1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu/jarak transport
4. Resistensi
Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses
transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa
dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten
seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir.
Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin
jauh jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran :
b) Rounded (membundar)
e) Angular (menyudut)
(Endarto:2005)
• Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan sediment, artinya bila
semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen klastik.bebrapa istilah yang biasa
dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu :
• Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matrik).
• Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain
II.C.3 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi
pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan.
1. Struktur eksternal
Terlihat pada kenampakan morfologi dan bentuk batuan sedimen secara keseluruhan di lapangan.
Contoh : lembaran (sheet), lensa, membaji (wedge), prisma tabular.
1. Struktur internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen, macam struktur internal :
Disebut dengan perlapisan jika tebalnya lebih dari 1 cm dan disebut laminasi jika kurang dari 1
cm.perlapisan dan laminasi batuan sedimen terbentuk karena adanya perubahan kondisi
fisik,kimia, dan biologi. Misalnya terjadi perubahan energi arus sehingga terjadi perubahan
ukuran butir yang diendapkan.
Dimana lapisan/laminasi batuan tersusun secara horizontal dan saling sejajar satu dengan yang
lainnya.
• Graded bedding
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana butiran makin ke atas
makin halus. Graded bedding sangat penting sekali artinya dalam penelitian untuk menentukan
yang mana atas (up) dan yang bawah (bottom) dimana yang halus merupakan bagian atasnya
sedangkan bagian yang kasar adalah bawahnya. Graded bedding yang disebabkan oleh arus
turbid,dimana fraksi halus didapatkan di bagian atas juga tersebar di seluruh batuan tersebut.
Secara genesa graded bedding oleh arus turbid juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga
disebabkan oleh pengaruh arus turbulensi.
b) Masif
• Ripple mark
• Flute cast
• Mud cracks
• Rain marks
- Load cast
Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari beban di atasnya.
- Convolute structure
1. Galian (burrow)
Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan untukmenentukan bagian atas suatu batuan
sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan sedimen sangat penting artinya dalam menentukan
urutan batuan sediment tersebut.
II.B.4 Komposisi
Batuan sediment berdasarkan komposisinya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Komposisi batuan ini pada umumnya adalah kwarsa, feldspar, mika,mineral lempung,dsb.
Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. Contoh batuannya adalah gips, anhydrite,
batu garam.
Batuan ini terbentuk dari material organic yang berasal dari tumbuhan. Untuk batubara
dibedakan berdasarkan kandungan unsure karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya.
Contohnya lignit, bituminous coal, anthracite.
Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, organic. Contoh batuan karbonat adalah
framestone, boundstone, packstone, wackstone dan sebagainya.
Klasifikasi batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran butirnya
(menurut ukuran butir dari Wenworth), namun akan lebih baik lagi ditambahin mengenai hal-hal
lain yang dapat memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti
komposisi dan strukturalnya. Misalnya batupasir silang siur, batulempung kerikil, batupasir
kwarsa.
Ada klasifikasi lain yang juga dapat digunakan yaitu end members classification, klasifikasi ini
dibuat berdasarkan komposisi atau ukuran butir. Penyusun batuan sedimen yang sudah
ditentukan lebih dahulu.
Batupasir kwarsa
• Komposisi didominasi oleh pasir kwarsa dengan demikian berarti transportasinya lebih
jauh.
• Sedikit mengandung chert (rijang)
• Semennya adalh karbonat dan silica.
• Kemungkinan mengandung fosil kecil sekali (fosil karbonat), jika ada kemungkinan
karena semennya karbonat (gamping)
• Warnanya agak gelap terang, karena kwarsa berwarna putih.
Greywocke
Arkone
Konglomerat
Batuan klastik yang mempunyai fragmen batuan dan matrik,dengan batuan fragmen membundar
– sangat membundar, kerikil, kerakal, dan bongkah dapat terdiri bermacam batuan tetapi,
kebanyakan biasanya kaya akan mineral kwarsa. Biasanya ruang antara kerikil dengan pasir
tersementasi dengan silica, lempung, limonite atau kalsit.
Breccia (breksi)
Adalah jenis batuan sedimen klastik yang menyerupai konglomerat, tetapi kebanyakan fragmen
batuannya berbentuk angular sampai meruncing-runcing, ukuran umumnya berkisar dari kerakal
sampai berangkal, sering diantara fragmen ini dijumpai ukuran yang lebih kecil yang disebut
matrik, fragmen dan matrikpenyusun breksi ini terikat dengan semen yang berupa material
karbonatan atau lempungan, dari bentuk fragmen yang meruncing, dapat ditafsirkan bahwa
breksi ini diendapkan dengan sumbernya, sehingga tidak terpengaruh suara fisik oleh jarak
transportasi hingga ingin mencapai cekungan sedimen ukuran material penyusun breksi lebih
besar dari 2 mm.
Batupasir
Batuan sediment klastik yang terdiri dari semen berukuran pasir, massa pasir ini umumnya
adalah mineral silika, feldspar atau pasir karbonat, sedang material pengikat atau semen
berupabesi oksida, silika lempung atau kalsium karbonat. Dengan adanya perubahan yang besar
dalam ukuran butirnya, maka dapt dibedakan ukurannya dari batupasir kasar sampai batulanau.
Pada beberapa batuan, dijumpai ukuran butir yang beragam; jadi dapat dikatakan batupasir
konglomerat atau batulanau pasiran. Warna pada batupasir, terbentuk sebagian besar oleh variasi
butirnya.
Arkose
Adalah jenis dari batupasir dengan jumlah butiran feldspar yang lebih banyak. Kalau komposisi
batuan ini terdiri dari kwarsa dan feldspar dapat diikatakan granit, jadi kemungkinan adanya
kesalahan tentang arkose sangat kecil. Pada arkose butirnya tidak saling mengunci, butiran
membulat dan dipisahkan dengan material semen dengan butiran yang halus.
Adalah batuan sediment klastik yang terbentuk dari hasil pengompakan lempung dan lanau,
ukuran butirnya halus sehingga batuannya terlihat homogen. Batulempung adalah halus dan
umumnya terasa lembut, tetapi beberapa pasir halus atau lanau kasar mungkin membuat terasa
griity.
Batulempung umumnya dijumpai pelapisan sedimen. Batuan yang komposisinya sama tetapi
mempunyai ketebalan dan lapisan yang berbentuk blok dapat disebut batulumpur, warna dari
batulempung dan batulumpur antara ungu, hijau,merah,dan cokelat. Beberapalapisan yang
banyak mengndung karbon berwarna hitam.
Batugamping
Yang mungkin saja termasuk kedalam batuan sediment klastik atau kimiawi, umumnya terdiri
dari kalsit,beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus bahkan keduanya dalam
penampakkannya. Beberapa betugamping yang berbentuk butiran halus mungkin terbentuk
secara presipitasi kimia dengan batuan banyak atu sedikit organisme kecil, beberapa sedimen
pada dasar laut kemungkinan tersingkap di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus.
Dolostone
Seperti batugamping, juga merupakan batuan sedimen klastik ataun kimiawi yang umumnya
tersusun oleh mineral dolomite, CuMg(CO3)2. dolomite kelihatan seperti kalsit,oleh karena itu
mengapa dolomite dapat dikatakan sebagai batugamping.
Batuan Sedimen
Sedimentary Rocks (batuan sedimen) adalah batuan yang terbentuk dari litifikasi (kompaksi dan
sementasi) material-material hasil pelapukan batuan yang telah terangkut (oleh media air, angin,
es) dan diendapkan dalam suatu cekungan. Batuan sedimen memiliki tekstur berupa fragmen dan
struktur yang berlapis.
Batuan sedimen dan sedimen hanya mengisi 0,029% dari total volume bumi, namun tersebar
secara merata pada permukaan bumi dan merupakan dua per tiga batuan yang berada di atas
permukaan bumi.
Dipping lapisan batuan sedimen, Rocky Mountains, Canada
(sumber:physicalgeography.net)
Batuan-batuan Sedimen
Batupasir
Lanau
Batulempung
Kongklomerat
Breksi
Rijang
Batugamping
Dolomit (dolostone)
Batubara
Gipsum
Fosforit
Skala Wentworth
Skala Wentworth (oleh Uden Wentworth tahun 1922) digunakan dalam pengklasifikasian batuan
sedimen khususnya batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran butir-butir penyusun batuan.
Skala klasifikasi batuan sedimen klastik oleh Wentworth, 1922
Perbandingan pengkalsifikasian batuan sedimen
Batuan sediment memang sangat menarik untuk dibahas. Selain bentuknya yang
unik dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75% kulit
bumi terdiri atas batuan sedimen), proses-proses yang terjadi juga sangatlah
menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang menarik adalah bagaimana sedimen
sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan diendapkan menjadi batuan
sedimen.
Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu cekungan mungkin ada
baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-
prinsip tersebut sangatlah beragam diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari
uniformitarianism adalah proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau.
Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam
mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti
kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana
bentuk geologi yang terjadi dengan proses-proses geologi tertentu.
Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk
akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata
sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin ”sedimentum” yang artinya endapan.
Batas-batas lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada
batuan dimana batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan
belum berubah ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan lapisan
tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip superposition. Susunan lapisan tersebut
adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas
fenomena ini dilakukan oleh Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip
berkaitan dengan fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan
original continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam
posisi horizontal. Pembentuk batuan sedimen adalah partikel-partikel atau sering disebut sedimen yang
terbentuk akibat hancuran batuan yang telah ada sebelumnya seperti batuan beku, batuan metamorf, dan
juga batuan sedimen sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik, sedimen-sedimen dapat
dibedakan sebagai berikut:
Pebble/Kerikil 2 – 64 mm Gravel
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan
yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan
juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme
pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif
lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar
maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya
channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju
atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di
tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih
rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari
sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat
cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan
cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi
dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi
suatu batuan sedimen.
Referensi: