Anda di halaman 1dari 43

RESUME JURNAL

KEPERAWATAN HERBAL

Teh Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr)

OLEH:

KELAS 6A

ANGGOTA KELOMPOK:

1. Firdausi Zamhariroh R 1130017121


2. Lintang Rahma Vera 1130017129
3. Widya Ayu Soetawati 1130017141
4. Putri Nur Indah Sari 1130017143

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas ke islaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan
kita Nabi agung Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya
yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada
jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang


berjudul “Resume Jurnal Bawang Dayak”. Kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen Pembimbing Kelas Herbal yang telah membimbing
kami dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa kami
banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat
berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari
itu kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, 24 Maret 2020

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................
BAB 1 RESUME JURNAL .........................................................................
1.1 Jurnal 1 ...........................................................................................
1.2 Jurnal 2 ...........................................................................................
1.3 Jurnal 3 ..........................................................................................
1.4 Jurnal 4 ..........................................................................................
1.5 Jurnal 5 .................................................................................
BAB 2 PENUTUP .......................................................................................
2.1 Kesimpulan .....................................................................................
2.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
BAB 1

RESUME JURNAL

1.1. Jurnal 01 : Teh bawang dayak (Eleutherine americana Merr)


menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi.

Bawang Dayak adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan tekanan darah. Penggunaan Teh Bawang Dayak banyak dilakukan
masyarakat sejak zaman dulu. Sehingga menggunakan Bawang Dayak sebagai bahan obat
komplementer sering dilakukan untuk pengobatan alternatif sebagai pengganti obat
antihipertensi yang relatif mahal dan penggunaannya seumur hidup. Bawang Dayak
mengandung flavonoid, saponin dan alkaloid. Zat flavonoid berkhasiat sebagai diuretic
yang mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-at yang bersifat toksik.
Sebagai antioksidan eksogen, flavonoid bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat
stres oksidatif. Kelebihan obat tradisional adalah efek sampingnya yang relatif rendah
serta satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi dan lebih sesuai untuk
penyakit-penyakit metabolik dan degenerative.

Umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr) merupakan obat herbal tradisional
yang digunakan sebagian masyarakat di daerah Kalimantan dalam bentuk segar. Selain itu,
umbi bawang dayak berkhasiat sebagai obat Antihipertensi. Daunnya digunakan minuman
ibu-ibu setelah melahirkan untuk mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Adapun
penggunaan bawang dayak biasanya dipakai ± 50 gram umbi segar Eleutherine americana,
dicuci dengan pelarut kemudian diperas dan disaring. Hasil saringan ditambah ½ gelas air
matang panas. Diminum sehari 2 kali ¼ gelas pagi dan sore7. Laporan dan penelitian efek
negative dari pemanfaatan bawang dayak belum ditemukan hingga saat ini. Adapun
pemanfaatan teh bawang dayak biasanya diolah dengan mengiris umbi bawang dayak dan
kemudian mengeringkan di bawah cahaya matahari. Teh bawang dayak yang disarankan
untuk hipertensi yaitu sebanyak 3 sendok teh kemudian direndam dalam gelas berukuran
gelas duralex (±75 mL) dan diminum sebanyak 2 kali sehari sebelum makan karena obat
herbal alam lebih mudah diserap sebelum makan.Bawang dayak mengandung
senyawasenyawa kimia seperti alkaloid, glikosid, flavonoid, fenolik, steroid dan tanin
yang merupakan sumber potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid
memiliki fungsi sebagai antimikroba. Selain itu alkaloid, glikosid dan flavonoid juga
memiliki fungsi sebagai hipoglikemik sedangkan tannin biasa digunakan sebagai obat
sakit perut Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan
senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu atom nitrogen. Kadar air yang dimiliki
bawang dayak dalam bentuk serbuk simplisia sekitar 8,98%, kadar sari yang larut dalam
air adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol adalah 9,6%.
kriteria eksklusi yaitu mengalami penyakit kronik (gagal ginal) dan komplikasi
penyakit berbahaya lainnya, pasien yang mengkonsumsi minuman yang mengandung
kafein dan alkohol, pasien yang mengkonsumi obat hipertensi. Teh bawang dayak dibuat
dengan memilih umbi bawang dayak yang merah, kemudian dicuci akar serta dibersihkan
dengan air yang mengalir. Setelah dibersihkan dipotong menjadi irisan tipis yang
selanjutnya dijemur di sinar matahari selama 3 hari. Setelah irisan tipis umbi bawang
dayak kering kemudian dicampur dengan air hangat (50-750C). Teh bawang dayak yang
disarankan untuk hipertensi yaitu sebanyak 3 sendok teh kemudian direndam dalam gelas
berukuran gelas duralex (±75 mL) dan diminum sebanyak 2 kali sehari. Menurut studi
literatur hingga saat ini belum ditemukan efek berbahaya dari umbi bawang dayak
sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan maupun olahan pengobatan . Hasil uji
normalitas menggunakan uji Shapiro wilk didapatkan hasil uji normalitas sign: 0,121
(>p:0,05) yang berarti bahwa data berdistribusi normal sehingga Uji bivariat yang
digunakan adalah uji Paired t-test. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari
komisi etik penelitian kesehatan Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur dengan
Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearence).
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang berada di alam.
Senyawa tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme
antioksidan. Senyawa ini dalam tubuh juga berfungsi sebagai antioksidan. Saponin
memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma dengan cara mengeluarkan
air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada akhirnya cardiac output menurun.
Natrium dan air juga dapat mempengaruhi resistensi perifer. Zat flavonoid berkhasiat
sebagai diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan
elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam
dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan
mengalami penurunan.
Alkaloid pada teh bawang dayak bekerja seperti β blocker yang memiliki efek
inotropik dan kronotropik negatif terhadap jantung sehingga curah jantung dan frekuensi
denyut jantung berkurang yang menyebabkan tekanan darah menurun. Saponin dalam teh
bawang dayak memiliki efek diuretik dengan cara menghambat enzim Na+/K+ ATPase
yang dapat menurunkan reabsorpsi natrium dan air sehingga menyebabkan peningkatan
diuresis yang Flavonoid yang terkandung dalam teh bawang dayak memiliki pengaruh
sebagai penghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II yang menimbulkan
efek vasodilatasi sehingga terjadi penurunan dari total peripheral resistance yang
menyebabkan tekanan darah akan menurun. Kandungan kalium yang terdapat di dalam teh
bawang dayak berefek pada peningkatan diuresis sehingga volume cairan intravaskular
menurun dan menyebabkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang berkurang akan
menyebabkan penurunan tekanan darah. Selain itu juga, kalium sebagai penghambat
sistem renin-angiotensin yang menghambat pengeluaran aldosteron sehingga terjadi
peningkatan diuresis yang menyebabkan penurunan volume darah dan tekanan darah pun
akan menurun (15,17). Pemakaian teh bawang dayak untuk menurunkan tekanan darah,
obat herbal mempunyai kelebihan bagi masyarakat di daerah penelitian. Kelebihan bahan
tersebut antara lain sudah mengenal kedua bahan tersebut dengan baik, pemakaiannya
tidak menimbulkan efek samping hanya pada pemakaian teh bawang dayak rasa pahit dan
meningkatnya frekuensi urin menimbulkan rasa kurang nyaman. Mudah dibuat sehingga
tidak memerlukan keahlian khusus dan tidak perlu berkonsultasi dengan ahli atau dokter,
murah karena terdapat di lingkungan, selain dapat menurunkan tekanan darah teh bawang
dayak juga dapat mengobati asam urat dan kolesterol.
1.2. Jurnal 02 : EFEKTIFITAS TEH BAWANG DAYAK UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI.

1. Pengertian
Potensi Teh Bawang Dayak dan cukup banyak dan dikenal luas di masyarakat sebagai
tanaman buah, penyedap, dan herba. Penggunaan Teh Bawang Dayak banyak dilakukan
masyarakat sejak zaman dulu. Sehingga menggunakan Bawang Dayak sebagai bahan obat
komplementer sering dilakukan untuk pengobatan alternatif sebagai pengganti obat
antihipertensi yang relatif mahal dan penggunaannya seumur hidup (Yuliarti, 2011 dalam
Ramadi, 2012). Bawang Dayak adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan tekanan darah (Febrinda dkk, 2013). Bawang Dayak mengandung flavonoid,
saponin dan alkaloid. Zat flavonoid berkhasiat sebagai diuretik yang mengeluarkan
sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-at yang bersifat toksik. Sebagai antioksidan
eksogen, flavonoid bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif.
Kelebihan obat tradisional adalah efek sampingnya yang relatif rendah serta satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik dan degeneratif (Setyawan dkk, 2016).

2. Metode
kriteria inklusi terdiagnosis hipertensi (tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan
diastolik ≥90 mmHg) dan hipertensi sedang, berusia diantara 36-45, bersedia menjadi
responden, sedangkan kriteria eksklusi yaitu mengalami penyakit kronik (gagal ginal) dan
komplikasi penyakit berbahaya lainnya, pasien yang mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein dan alcohol, pasien yang mengkonsumi obat hipertensi. Hasil uji
normalitas menggunakan uji Shapiro wilk didapatkan hasil uji normalitas sign: 0,121
(>p:0,05) yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Uji Untuk mengetahui perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teh bawang dayak digunakan uji
Paired t-test.
3. Pembahasan
Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden berusia di antara 39-41 tahun yaitu sebanyak 9 orang (45,0%), sisanya berusia
di antara 42-45 tahun sebanyak 6 orang (30,0%) dan berusia di antara 36-38 tahun
sebanyak 5 orang (25,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rohmah (2012) yang berjudul pengaruh pemberian seduhan teh bawang dayak
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Mutihan Klaten
dimana responden terbanyak berada pada usia 40-55 tahun yaitu sebanyak 17 orang
(65%). Berdasarkan teori yang ada, semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi
resiko hipertensi, hal ini disebabkan oleh proses penuaan pada system kardiovaskuler
(Muhammadun, 2010). Menurut asumsi peneliti umur merupakan salah satu sifat
karakteristik seseorang yang sangat utama bagi penderita hipertensi karena hipertensi
sejalan dengan bertambahnya usia, bila usia tinggi maka bisa terjadi perubahan struktur
pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku, sehingga akibat tersebut adalah meningkatnya tekanan darah
darah sistolik. Hendaknya bila usia semakin tinggi, maka seseorang menjaga kesehatan
tubuhnya dengan berolahraga. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden sebagian besar responden adalah
perempuan sebanyak 11 orang (55,0%) dan laki-laki sebanyak 9 orang (45,0). Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2012) yang menunjukkan bahwa
kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi.

1.3. Jurnal 03 : IPTEK BAGI BUDIDAYA DAN EKSTRAK BAWANG


DAYAK SEBAGAI OBAT ALTERNATIF.

1. Pengertian
Bawang dayak dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai bawang hantu, atau
tumbuhan yang memiliki daya magis. Sehingga untuk menggunakan bawang dayak
sebagai obat tradisional, masyarakat harus mengambilnya dengan cara yang tradisional
pula, yaitu dengan mantra atau jampi-jampi serta memberikan sejumlah imbalan seperti
ayam hitam, sebilah besi, sejumlah uang, garam dan lain-lain. Untuk mengambil bawang
dayak juga hanya orang-orang yang dianggap manjur dalam mengambil obat dari alam.
Oleh karena itu, untuk memperkaya pengetahuan dan pola pikir masyarakat, perlu
pendekatan khusus yaitu pendekatan kebudayaan. Secara taksonomi, bawang dayak
merupakan tanaman herba yang termasuk kedalam famili Iridaceae. Famili tanaman ini
meliputi 90 genus dengan sekitar 1.200 spesies didalamnya (Schultes & Raffauf, 1990).
Menurut Goldblatt et al. (2008), anggota famili Iridaceae mencakup sekitar 2050 spesies
yang terbagi kedalam 67 genus, dengan pusat keanekaragaman tertinggi terdapat di
Sahara, Afrika Selatan. Pusat persebaran terpenting kedua famili ini diperkirakan terdapat
di Brazil, dengan 250 spesies dan 30 genus yang telah diketahui (Eggers etal., 2010; Judd
et al., 2008). Secara morfologi, tanaman bawang dayak dicirikan dengan daun tunggal
berbentuk pita dan berwarna hijau, ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi daun rata,
bunga majemuk dalam tandan terletak diujung (terminalis) dan monochlasial, biseksual
dan aktinomorf, periantium terdiri atas enam kepala berwarna putih, saling lepas dengan
panjang lebih kurang 5 mm, terletak dalam 2 lingkaran, benang sari berjumah 2 atau 3
dengan warna kepala sari kuning, putik berwarna putih kekuningan berjumlah 3 dan
berbentuk jarum dengan panjang lebih kurang 4 mm, kelopak terdiri atas 2 daun kelopak
berwarna hijau kekuningan, ruang bakal buah beruang 3, akar serabut berwarna coklat
muda (Heyne, 1987). Secara sitologi, tanaman bawang dayak belum banyak dipelajari. Hal
ini karena pengamatan tanaman bawang dayak umumnya hanya dilakukan terhadap
karakter morfologi bunga dan anatomi umbi. Padahal pengamatan secara sitologi melalui
jumlah, bentuk dan ukuran kromosom merupakan salah satu sifat yang prospektif sebagai
sumber data baru untuk mendukungdan memecahkan permasalahan taksonomi. Data-data
ini juga berguna untuk mendukung usaha pemuliaan tanaman.
2. Metodologi Tahapan

Metode Pelaksanaan :
a. Persiapan
1. Sosialis Menyampaikan tujuan program dan kerjasama pada easaran tentang upaya
melestarikan tanaman khas obat-obatan tradisional melalui budidaya tanaman bawang
dayak serta ekstrak bawang dayak
2. Pelatihan - Persiapan bahan dan lahan yang dibutuhkan tentang cara melestarikan
tanaman khas obat-obatn tradisional desa kunyai melalui pembudidayaan tanaman
bawang dayak, - bahan yang diperlukan untuk membuat ekstrak bawang dayak sebagai
obat alternatif, - Strategi Pemasaran, dan Publikasi, - Sarana prasarana.
3. Tim pemasaran Jadwal kegiatan Pelatihan
4. Evaluasi program - Pelaku Program (PHBD) pada sasaran - Penduduk Desa Kunyai
sebagai (Mitra) dalam kegiatan pelaksaan program.

3. Hasil Kegiatan Temuan dan Hasil Evaluasi

Kegiatan awal yaitu koordinasi dengan Kepala Desa Kunyai dan ketua kelompok tani.
Pemilihan desa Kunyai sebagai tempat pelatihan karena desa Kunyai mudah dijangkau,
tanah subur, banyak lahan kosong yang belum ditanam. Pelatihan berjalan lancar, peserta
yang mengikuti sejumlah 24 orang. Kelompok Titing Terotong membudidayakan bawang
dayak, kelompok Pintas Kenyalang pengeringan pasca panen dan membuat jamu teh
bawang dayak. Semua peserta setelah mendapatkan pelatihan dan praktek langsung. Hasil
angket respon para petani di uraikan pada tabel berikut: No Aspek Penilaian Hasil
Responden (%) 1 Kebersihan penampilan minuman 98.33% 2 Kemenarikan dalam
penampilan minuman 94.16% 3 Kesesuaian porsi minuman 94.16% 4 Kesesuaian
temperatur dengan menu yang disajian 97.5% 5 Kemenarikan aroma 94.16% 6 Kesesuaian
rasa 93.33% a. Pembahasan Dari hasil pelatihan dismpulakan bahwa selama proses
pelatihan para petani antusias mengikuti pelatihan. Hal ini dilihat dari respon para petani.
Pasca panen peserta diminta membuat tempat pengeringan kemudian membuat jamu teh
bawang dayak baik teh segar dan teh yang sudah dikeringkan. Peserta diminta untuk
mengisi angket yaitu 1. Kebersihan penampilan minuman, 2. Kemenarikan dalam
penampilan minuman, 3. Kesesuaian porsi minuman., 4. Kesesuaian timperatur dengan
jenis menu yang disajikan, 5. Kemenarikan aroma, 6. Kesesuaian rasa minuman.
Responden memberikan respon sebagai berikut: 1. Kebersihan penampilan minuman
sebesar 98.33% ; 2. Kemenarikan dalam penampilan minuman 94.16%, 3. Kesesuaian
porsi minuman 94.16% ; 4. Kesesuaian timperatur dengan jenis menu yang disajikan
97.5% ; 5. Kemenarikan aroma 94.16% ; 6. Kesesuaian rasa minuman 93.33%.

1.4. Jurnal 04 : Efektivitas Teh Bawang Dayak untuk Menurunkan


Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Pengertian
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) merupakan tanaman khas Kalimantan.
Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau dengan bunga berwarna putih serta umbi
berwarna merah yang menyerupai bentuk umbi bawang merah. Air rebusan atau perasan
umbi bawang dayak secara tradisional diyakini mempunyai berbagai khasiat, antara lain
sebagai obat kanker payudara, darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus),
kolesterol, dan bisul (Galingging, 2007). Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan
tanaman obat di Indonesia biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya
diwariskan secara turun temurun dan belum teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan
penelitian tentang obat tradisional, sehingga nantinya obat tersebut dapat digunakan
dengan aman dan efektif (Setyawan, 2018). Aktivitas antioksidan dan inhibitor alfa
glukosidase yang terdapat pada ekstrak etanol umbi bawang dayak lebih besar
dibandingkan yang terdapat pada ekstrak air. Hasil penapisan fitokimia dan penghitungan
total flavonoid dan total fenol juga memperlihatkan jenis dan kandungan senyawa
fitokimia yang lebih besar pada ekstrak etanol dibandingkan pada ekstrak air. Perpaduan
kapasitas antioksidan dan kemampuan peng- hambatan enzim alfa glukosidase yang
terdapat pada umbi bawang dayak menunjukkan bahwa umbi bawang dayak memiliki
potensi sebagai agen antidiabetik yang bermanfaat dalam pencegahan dan perlindungan
(prophylaxis) terhadap penyakit diabetes mellitus (Febrinda, et al , 2013). Menurut studi
pendahuluan yang sudah dilakukan dari 10 pasien DM tipe 2 yang diwawancarai 6 orang
sudah mengetahui tentang manfaat teh bawang dayak dan sudah pernah membuatnya,
namun 4 orang lainnya belum mengetahui manfaat bawang dayak. Tujuan penelitian ini
untuk membuktikan efek teh bawang dayak terhadap penurunan kadar glukosa pasien
diabetes mellitus tipe 2.

2. Bahan dan Metode


teh bawang dayak diberikan selama 2 minggu dengan pemberian sehari sekali pada
pagi hari. Sedangkan pada kelompok kontrol diberi minuman berupa seduhan daun teh
tanpa gula. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: responden yang tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Juanda Samarinda, responden yang mengikuti intervensi dari awal
sampai akhir, berusia 30 sampai 65 tahun, responden dengan diabetes mellitus tipe 2
dengan kada gula darah 200-400mg/dl. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
responden DM yang mendapatkan terapi suntik insulin dan obat oral antidiabetik serta
memiliki komplikasi penyakit berat seperti gagal ginjal penyakit jantung. Pemberian teh
bawang dayak sebanyak 3 sendok teh yang dimasukan dalam 75mL air hangat (gelas
duralex) hingga warna berubah menjadi kemerahan (Nirmala, 2010). Pengukuran gula
darah menggunakan alat pengukur glukosa digital yang sudah dikalibrasi. Penelitian ini
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Pemilihan lokasi penelitian
berdasarkan pertimbangan dari data klien DM yang mengalami peningkatan kunjungan
sebanyak 2 kali lipat sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, selain itu Puskesmas Juanda
menduduki 10 besar dengan jumlah kunjungan klien terbanyak di wilayah kota Samarinda.
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji mann whitney untuk mengetahuai
perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Penelitian ini telah
mendapatkan persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan Politeknik Kesehatan
Kalimantan Timur dengan Efektivitas Teh Bawang Dayak.

3. Kesimpulan
Kesimpulan Teh bawang dayak terbukti mampu menurunkan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2, hal itu terlihat dari rata-rata pada kelompok intervensi
(6.65) lebih kecil dibanding rata-rata kelompok kontrol (14.35). Hal itu terjadi karena
pada kelompok intervensi terjadi penurunan kadar gula darah lebih banyak dibandingkan
kelompok kontrol. Selain itu didapatkan p value 0,004.

Efektivitas Teh Bawang Dayak untuk Menurunkan Kadar


Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Annaas Budi Setyawan1, Rusni Masnina1
1
Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Email: abs564@umkt.ac.id

Received 13 August 2018; Accepted 15 August 2018; Published 6 November 2018

ABSTRAK
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) dan gangguan sekresi insulin.
Hal ini sering terjadi pada seseorang dengan diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan glukosa darah dan juga komplikasi lain seperti peningkatan
kolesterol jahat dalam darah. Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia
biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun temurun dan
belum teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional, sehingga nantinya
obat tersebut dapat digunakan dengan aman dan efektif. Rancangan penelitian dengan quasi
ekperimental, Besaran sampel 20 orang, kelompok intervensi 10 orang, kelompok kontrol 10.
Kelompok intervensi mendapatkan teh bawang dayak yang diminumkan sekali sehari pada pagi hari
selama 2 minggu. Analisa data untuk mengetahui perbedaan kelompok kontrol dan intervensi
menggunakan uji mann whitney. Hasil Penelitian didapatkan uji mann whitney dengan p value 0,004
(<0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus yang
diberikan teh bawang dayak dengan yang tidak diberikan.

Kata kunci : Teh bawang dayak, gula darah, diabetes mellitus Tipe 2

Copyright © 2018 STIKes Surya Mitra Husada


All right reserved.

This is an open-acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.

PENDAHULUAN

Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mengalami dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) dan gangguan sekresi insulin.
Hal ini sering terjadi pada seseorang dengan diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas
(Price & Wilson, 2010).
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes
Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta
pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (PERKENI, 2016).
Data menurut profil kesehatan provinsi Kalimantan Timur tahun 2016, menyatakan bahwa
Diabetes mellitus masuk kedalam 10 besar penyakit morbiditas yang ada di Puskesmas. Morbiditas
adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka prevalensi dari suatu penyakit.
Jumlah pasien DM yang melakukan kunjungan Puskesmas di wilayah Samarinda pada tahun 2014
tercatat sebanyak 8.997 kunjungan. Kunjungan Puskesmas untuk DM tipe 1 sebanyak 2.964
kunjungan dan DM tipe 2 sebanyak 6.033 kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2015).
Tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien DM yaitu sebanyak 11.587 kunjungan,
untuk DM tipe 1 sebanyak 4.204 kunjungan dan untuk kunjungan DM tipe 2 sebanyak 7.383
kunjungan (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2016).
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) merupakan tanaman khas Kalimantan. Tanaman ini
memiliki daun berwarna hijau dengan bunga berwarna putih serta umbi berwarna merah yang
menyerupai bentuk umbi bawang merah. Air rebusan atau perasan umbi bawang dayak secara
tradisional diyakini mempunyai berbagai khasiat, antara lain sebagai obat kanker payudara, darah
tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), kolesterol, dan bisul (Galingging, 2007).
Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia biasanya hanya
berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun temurun dan belum teruji
secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional, sehingga nantinya obat
tersebut dapat digunakan dengan aman dan efektif (Setyawan, 2018).
Aktivitas antioksidan dan inhibitor alfa glukosidase yang terdapat pada ekstrak etanol umbi
bawang dayak lebih besar dibandingkan yang terdapat pada ekstrak air. Hasil penapisan fitokimia dan
penghitungan total flavonoid dan total fenol juga memperlihatkan jenis dan kandungan senyawa
fitokimia yang lebih besar pada ekstrak etanol dibandingkan pada ekstrak air. Perpaduan kapasitas
antioksidan dan kemampuan peng- hambatan enzim alfa glukosidase yang terdapat pada umbi bawang
dayak menunjukkan bahwa umbi bawang dayak memiliki potensi sebagai agen antidiabetik yang
bermanfaat dalam pencegahan dan perlindungan (prophylaxis) terhadap penyakit diabetes mellitus
(Febrinda, et al , 2013).
Menurut studi pendahuluan yang sudah dilakukan dari 10 pasien DM tipe 2 yang
diwawancarai 6 orang sudah mengetahui tentang manfaat teh bawang dayak dan sudah pernah
membuatnya, namun 4 orang lainnya belum mengetahui manfaat bawang dayak. Tujuan penelitian ini
untuk membuktikan efek teh bawang dayak terhadap penurunan kadar glukosa pasien diabetes
mellitus tipe 2

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian
eksperimen semu (quasy-experiment) dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Besar
sampel yang digunakan sebanyak 20 orang yang dibagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok
kontrol dan 10 orang kelompok perlakuan.
Pada kelompok intervensi teh bawang dayak diberikan selama 2 minggu dengan pemberian
sehari sekali pada pagi hari. Sedangkan pada kelompok kontrol diberi minuman berupa seduhan daun
teh tanpa gula. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: responden yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Juanda Samarinda, responden yang mengikuti intervensi dari awal sampai akhir, berusia
30 sampai 65 tahun, responden dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan kada gula darah 200-400mg/dl.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: responden DM yang mendapatkan terapi suntik insulin
dan obat oral antidiabetik serta memiliki komplikasi penyakit berat seperti gagal ginjal penyakit
jantung. Pemberian teh bawang dayak sebanyak 3 sendok teh yang dimasukan dalam 75mL air hangat
(gelas duralex) hingga warna berubah menjadi kemerahan (Nirmala, 2010). Pengukuran gula darah
menggunakan alat pengukur glukosa digital yang sudah dikalibrasi.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Pemilihan lokasi
penelitian berdasarkan pertimbangan dari data klien DM yang mengalami peningkatan kunjungan
sebanyak 2 kali lipat sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, selain itu Puskesmas Juanda menduduki 10
besar dengan jumlah kunjungan klien terbanyak di wilayah kota Samarinda.
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji mann whitney untuk mengetahuai
perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan dari komisi etik penelitian kesehatan Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur dengan
Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearence) Nomor: LB. 02.01/7.1/5071/ 2018.
HASIL

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin Dan Status Merokok
Di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda Juni-Juli 2018

Karakteristik Frekuensi Persentase


1. Umur
40-54 tahun 7 35,0
55-64 tahun 10 50,0
>65 tahun 3 15,0
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 4 20,0
Perempuan 16 80,0
3. Status Merokok
Merokok 3 15,0
Tidak Merokok 17 85,0
Total 20 100

Sumber: Data Primer 2018

Hasil analisis distribusi karakteristik responden pada tabel 1 berdasarkan umur diketahui
sebagian besar berusia 55-64 tahun sebanyak 10 orang (50,0%), kemudian berdasarkan jenis kelamin
sebagian besar adalah perempuan sebanyak 16 orang (80,0%) dan data mengenai status merokok
diketahui sebagian besar tidak merokok sebanyak 17 orang (85,0%).

2. Perubahan Rata-Rata Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi

Tabel 2 Hasil Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol Dan
Intervensi

Kelompok (Mean±SD) 95% CI t P


Intervensi 51.60±35.90 20.18; 28.41 13.35 0.001
Kontrol 24.30±5.755 25.19; 77.28 4.54 0.001

Sumber data primer 2018

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan uji Paired t-test terdapat perbedaan kadar gula
darah yang bermakna antara sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi dengan nilai 0,001 lebih
kecil dari taraf signifikansi 95% (p<0,05) dengan nilai interval kepercayaan 20.18-28.41. Pada
kelompok intervensi terjadi penurunan kadar gula darah ditandai dengan nilai t hitung (t=13.35),
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan kadar gila darah dengan nilai t hitung (t=4.54).

3. Perbedaan Perubahan Kadar Glukosa Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 2 Hasil Perbedaan Perubahan Kadar Glukosa Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Responden Jumlah Variabel Mean Z P*


Intervensi 10 Kadar Glukosa 6.65 -2.913 0,004
Kontrol 10 14.35

Sumber data primer 2018

Tabel 2 menunjukan terdapat perbedaan perubahan kadar glukosa setelah intervensi yang
bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan hasil melalui uji Mann
Withney test diperoleh angka signifikansi 0,004 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna
kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus yang diberikan teh bawang dayak dengan yang tidak
diberikan. Kemudian rata-rata kadar gula darah kelompok intervensi 6.65 sedangkan kelompok
kontrol 14.35. Pada mann whitney yang dijadikan perbandingan adalah setelah perlakuan baik itu
kelompok kontrol dan intervensi, sehingga terlihat rata-rata kelompok intervensi lebih rendah
karena mengalami penurunan lebih banyak dibanding pada kelompok kontrol (Dahlan, 2014).

239.1 233.5
250 214.8
181.9
200

150 Pre

100 Post

50

0
Kontrol Intervensi

Gambar 1 Perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol dan intervensi

PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa terbanyak responden berada pada usia 55-
64 tahun yaitu sebanyak 10 orang (50%). Resiko terjadinya penyakit DM tipe 2 meningkat dengan
bertambahnya usia, terutama usia diatas 40 tahun. Menurut Nugroho (2000 dalam Efendi dan
Makhfudi 2009) semua pasien DM tipe 2 termasuk dalam kelompok usia yang sama yaitu 40 – 65
tahun yang merupakan masa setengah umur.
Faktor usia berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang, hal ini terjadi karena semakin
tua kemampuan mekanisme kerja bagian-bagian organ tubuh seseorang akan mengalami penurunan
seperti absorbsi, sintesis dan ekskresi lemak akan mulai berkurang. Termasuk juga penurunan fungsi
kelenjar pankreas dalam menghasilkan insulin yang dapat menyebabkan glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel dan kembali kedalam darah sehingga terjadi hiperglikemi pada pasien diabetes mellitus
(Efendi dan Makhfudi 2009). Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa seiring dengan
bertambahnya usia, manusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah usia
40 tahun, dimana hal ini merupakan salah satu faktor terjadinya DM tipe 2. Penurunan fisiologis yang
terjadi mempengaruhi penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan dengan
jumlah 16 orang (80,0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyakit
DM tipe 2 lebih sering terjadi pada perempuan yang sudah monopuse. Setelah menopause, perubahan
tingkat hormon tubuh dapat memicu fluktuasi dalam kadar gula darah. Hal ini menyebabkan kadar

gula darah lebih sulit diprediksi dibandingkan pada masa sebelum menopause. Jika kadar gula darah
tidak terkontrol, maka akan memiliki risiko komplikasi diabetes yang lebih tinggin (Nilawati, 2008).
Selain itu kehilangan hormone progesterone membuat terjadinya peningkatan kadar lipid (lemak
darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, jumlah lemak pada laki-laki dewasa
rata-rata berkisar antara 15 – 20% dan berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25%
sehingga faktor risiko terjadinya DM pada perempuan 3 – 7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki-
laki yaitu 2 – 3 kali (Nurlaily, 2010).
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden tidak merokok sebanyak
18 orang (85,0%). Menurut teori, kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus
karena terjadinya resistensi insulin yang membuat glukosa tidak dapat diubah menjadi energi pada
tingkat sel (Nilawati, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh American Diabetes Association (ADA)
(Nilawati, 2008) menunjukkan merokok 20 batang atau lebih per hari mengakibatkan terjadinya
peningkatan glukosa sekitar 11% untuk lakilaki dan 14% untuk perempuan. Merokok dapat
menyebabkan terjadinya hiperglikemi pada pasien diabetes mellitus.
Hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh responden tidak ada yang merokok, dengan tidak
adanya responden yang merokok dalam penelitian ini maka salah satu faktor yang dapat
memperburuk kondisi klien DM tipe 2 dapat dihindari, karena dengan merokok dapat meningkatkan
kadar LDL dan menurunkan kadar HDL. Kadar kolesterol yang tidak dikontrol dengan baik dalam
jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya komplikasi-komplikasi yang lebih serius pada
klien DM tipe 2.
Hasil analisa dengan uji mann whitney menunjukan terdapat perbedaan rata-rata kadar
glukosa setelah intervensi yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan
hasil melalui uji Mann Withney test diperoleh angka signifikansi 0,004 (p<0,05) yang berarti ada
perbedaan bermakna kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus yang diberikan teh bawang dayak
dan tidak. Kemudian terjadi perbedaan rata-rata kadar gula darah kelompok kontrol 14,35, sedangkan
kelompok intervensi 6,65 yang berarti terjadi perbedaan penurunan rata-rata kadar gula darah
kelompok kontrol dan intervensi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Febrinda, dkk (2013) bahwa umbi bawang dayak
merupakan agen antidiabetik yang bermanfaat dalam pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit
diabetes mellitus dengan cara bekerja sebagai penghambat alfaglukosidase.
Umbi bawang dayak mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, glikosida,
tanin, fenolik, antrakuinon. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak etanol umbi bawang
dayak adalah alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, antrakuinon glikosida, tanin dan
triterpenoid/steroid. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada fraksi etilasetat adalah senyawa
fenol, tanin dan flavonoid (Subramaniam, et al., 2012)
Inhibitor alfa glukosidase (alpha glucosidase inhibitor, AGI) merupakan salah satu agen
antidiabetik yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukosidase. Pengurangan
penyerapan karbohidrat dari makanan oleh usus merupakan sebuah pendekatan terapeutik bagi
hiperglikemia postpandrial. Polisakarida kompleks akan dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi
dekstrin dan dihidrolisis lebih lenjut menjadi glukosa oleh enzim alpha glukosidase sebelum
memasuki sirlulasi darah melalui penyerapan epitelium. Amilase dan alpha glukosidase inhibitor
sintetis, seperti misalnya acarbose, telah banyak digunakan untuk penanganan pasien diabetes tipe II
namun obat ini juga dilaporkan menyebabkan berbagai efek samping (Feng et al. 2011). Sehubungan
dengan hal tersebut banyak usaha yang telah dilakukan untuk menemukan AGI dari sumber alami
untuk mengobati diabetes.
Aktivitas glukosidase merupakan hal yang fundamental bagi beberapa proses biokimia seperti
degradasi polisakarida menjadi unit mono-sakarida, agar dapat diserap dan digunakan oleh organism.
Oleh karena itu pada kondisi hiperglikemia dimana konsentrasi gula pada darah tinggi melebihi
normal seperti yang terjadi pada penderita diabetes, penghambatan kerja enzim alfa glukosidase dapat
membantu mengatasi kondisi hiperglikemia karena jumlah monosakarida yang dapat diserap oleh
usus menjadi berkurang.
SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Teh bawang dayak terbukti mampu menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2, hal itu terlihat dari rata-rata pada kelompok intervensi (6.65) lebih kecil dibanding
rata-rata kelompok kontrol (14.35). Hal itu terjadi karena pada kelompok intervensi terjadi penurunan
kadar gula darah lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu didapatkan p value 0,004
(<0,05) yang berarti ada perbedaan bermakna kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus yang
diberikan teh bawang dayak dengan yang tidak diberikan.

Saran

Teh bawang dayak bisa digunakan sebagai upaya non farmakologi dalam menurunkan kadar
gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan dan Pengabdian Masyarakat
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas hibah penelitian skema penelitian dosen
pemula dengan kontrak penelitian Tahun Anggaran 2018 dengan kontrak penelitian nomor
115/Sp2H/LT/DRPM/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, A. B. (2018). Efektivitas Senam Diabetes Melitus Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Pasien
Diabetes Melitus. Husada Mahakam 1 (I), 98-107.

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. (2016). Laporan Kunjungan (LBI) DM Kota Samarinda Tahun 2015. Samarinda:
Dinas Kesehatan Kota Samarinda.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur 2016.
Samarinda: Dinas Kesehatan KalimantanTimur.

Effendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Febrinda, E. A., Astawan, M., Wresdiyati, T., & Dewi Yuliana, N. (2013). Kapasitas Antioksidan Dan Inhibitor Alfa
Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang Dayak. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 24(2), 161–167.
https://doi.org/10.6066/jtip.2013.24.2.161.
Feng, J., Yang, X. W., Wang, R. F. (2011). Bio-assay guided isolation and identification of a-glucosidase inhibitors
from the leaves of Aquilaria sinensis. Phytochemistry 72: 242–247. DOI: 10.1016/j.phytochem.2010.11.025.

Galingging, R. Y. (2007). Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai sumber biofarmaka di Kalimantan
Tengah. J Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 10: 76-83.

Nirmala, R. (2010). Budidaya Pengembangan Bawang Tiwai/Bawang Dayak (Eleutherine americana (L). Merr.).
Erlangga. Jakarta.

Nurlaily. (2010). Analisis Beberapa Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Mellitus pada RSUD dr. Mm. Dunda Limboto
Kab. Gorontalo. [serial online].

http://dc162.4shared.com/doc/nQxQGwrK/preview.html. [08 Agustus 2018].

Nilawati. (2008). Care Yourself Kolesterol. Cetakan 1. Jakarta: Penebar Plus


EFEKTIFITAS TEH BAWANG DAYAK UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI
Annaas Budi Setyawan1, Burhanto2

1,2
Fakultas Kesehatan dan Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Email:
abs564@umkt.ac.id

ABSTRACT
Bawang Dayak is one of the plants used by Dayak people in East Kalimantan to treat several diseases such as breast
cancer, high blood pressure (hypertension), diabetes (diabetes mellitus) and cholesterol. Dayak onion bulbs contain
flavonoids which are useful for blood circulation and prevent blockages in blood vessels, so that blood can flow normally.
Flavonoids also reduce cholesterol content and reduce fat deposits in blood vessel walls. The purpose of proving the effect
of onion day tea on reducing blood pressure in hypertensive patients. The research method used a one group pretest and
posttest design without a comparison group (control). The sample in this study were 20 people with hypertension in the
work area of the Wonorejo Samarinda Health Center. To find out the difference in blood pressure with hypertension before
and after being given a daily treatment of decoction of avocado leaves, the Paired t-test was used. The results of the
statistical test analysis showed that the variable blood pressure measured through systolic and diastolic P values was 0.001,
which means that onion dayak tea was effective in reducing blood pressure in hypertension patients.

Keywords: Bawang Dayak Tea, Blood Pressure, Hypertension

ABSTRAK
Bawang Dayak merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Timur untuk
mengobati beberapa penyakit antara lain sebagai obat kanker payudara, darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes
melitus) dan kolesterol. Umbi bawang dayak mengandung flavonoid yang berguna untuk melancarkan peredaran darah
dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid
juga mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Tujuan dari
membuktikan efek teh bawang dayak terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Metode penelitian
menggunakan rancangan one grup pretest and posttest tanpa kelompok pembanding (kontrol). Sampel dalam
penelitian ini adalah warga dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda sebanyak 20
orang. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan rebusan daun alpukat sebanyak sehari sekali digunakan uji Paired t-test. Hasil analisis uji statistik
menunjukkan bahwa pada variabel tekanan darah diukur melalui sistolik dan diastolik nilai P adalah 0.001 yang
berarti teh bawang dayak efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata kunci: Teh Bawang Dayak, Tekanan Darah, Hipertensi.


1. Pendahuluan
Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekataan yaitu secara
farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan farmakologi untuk hipertensi dilakukan dengan
pemberian antihipertensi dengan tujuan mencegah komplikasi hipertensi yang efek samping sekecil
mungkin. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan antara lain diuretik, alfa-blocker,
betablocker, vasodilator, antagonis kalsium, ACE-Inhibitor, angiotensin-II-Blocker (Susilo &
Wulandari, 2011).
Penggunaan terapi farmakologik dengan menggunakan obat kimia sering menimbulkan efek
samping, mahal dan penggunaan seumur hidup bagi penderita
hipertensi. Penatalaksanaan nonfarmakologis dilakukan dengan cara mengatur pola hidup dan
terapi non farmakologi pada penderita hipertensi diantaranya dengan menggunakan terapi herbal yang
diyakini rendah efek samping, mudah dan murah yaitu menggunakan Teh Bawang Dayak (Febrinda
dkk, 2013).
Potensi Teh Bawang Dayak dan cukup banyak dan dikenal luas di masyarakat sebagai tanaman
buah, penyedap, dan herba. Penggunaan Teh Bawang Dayak banyak dilakukan masyarakat sejak
zaman dulu. Sehingga menggunakan Bawang Dayak sebagai bahan obat komplementer sering
dilakukan untuk pengobatan alternatif sebagai pengganti obat antihipertensi yang relatif mahal dan
penggunaannya seumur hidup (Yuliarti, 2011 dalam Ramadi, 2012). Bawang Dayak adalah salah satu
tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah (Febrinda dkk, 2013).
Bawang Dayak mengandung flavonoid, saponin dan alkaloid. Zat flavonoid berkhasiat sebagai
diuretik yang mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-at yang bersifat toksik. Sebagai
antioksidan eksogen, flavonoid bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif.
Kelebihan obat tradisional adalah efek sampingnya yang relatif rendah serta satu tanaman memiliki
lebih dari satu efek farmakologi dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
(Setyawan dkk, 2016).
Umbi bawang dayak (Eleutherine americana Merr) merupakan obat herbal tradisional yang
digunakan sebagian masyarakat di daerah Kalimantan dalam bentuk segar. Selain itu, umbi bawang
dayak berkhasiat sebagai obat Antihipertensi. Daunnya digunakan minuman ibu-ibu setelah melahirkan
untuk mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Adapun penggunaan bawang dayak biasanya dipakai
± 50 gram umbi segar Eleutherine americana, dicuci dengan pelarut kemudian diperas dan disaring.
Hasil saringan ditambah ½ gelas air matang panas. Diminum sehari 2 kali ¼ gelas pagi dan sore.
Laporan dan penelitian efek negatif dari pemanfaatan bawang dayak belum ditemukan hingga saat ini.
Adapun pemanfaatan teh bawang dayak biasanya diolah dengan mengiris umbi bawang dayak dan
kemudian mengeringkan di bawah cahaya matahari. Teh bawang dayak yang disarankan untuk
hipertensi yaitu sebanyak 3 sendok teh kemudian direndam dalam gelas berukuran gelas duralex (±75
mL) dan diminum sebanyak 2 kali sehari sebelum makan karena obat herbal alam lebih mudah diserap
sebelum makan (Nirmala, 2010).
Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti alkaloid, glikosid, flavonoid,
fenolik, steroid dan tanin yang merupakan sumber potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman
obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai antimikroba. Selain itu alkaloid, glikosid dan flavonoid juga
memiliki fungsi sebagai hipoglikemik sedangkan tannin biasa digunakan sebagai obat sakit perut
Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan senyawa organik yang memiliki
paling sedikit satu atom nitrogen. Kadar air yang dimiliki bawang dayak dalam bentuk serbuk simplisia
sekitar 8,98%, kadar sari yang larut dalam air adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol adalah
9,6% (Galingging, 2007).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Samarinda angka kejadian hipertensi di kota
Samarinda tahun 2015 sebanyak 68.123 penderita (DKK Kaltim, 2015), Sementara data Puskesmas
Wonorejo Samarinda menyebutkan penyakit hipertensi menempati urutan pertama dari 10 penyakit
terbanyak dan angka kejadian penyakit hipertensi terus meningkat, dilihat dari data tahun 2014 jumlah
penderita hipertensi sebanyak 2.404 orang (12.19%) dari 13.129 orang. Tahun 2015 meningkat menjadi
2.354 orang (22.93%) dari
10.493 orang, sedangkan tahun 2016 periode Januari-Desember sebanyak 1.431 orang dimana 1.227
orang (85.7%) berusia > 45 tahun (Data Puskesmas Wonorejo Samarinda, 2018).
2. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan pre post only
one group. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda. Penelitian
ini dilakukan dari tanggal 20 Maret sampai 23 April 2019. Sampel sebanyak 20 orang dengan kriteria
inklusi terdiagnosis hipertensi (tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥90 mmHg)
dan hipertensi sedang, berusia diantara 36-45, bersedia menjadi responden, sedangkan kriteria eksklusi
yaitu mengalami penyakit kronik (gagal ginal) dan komplikasi penyakit berbahaya lainnya, pasien yang
mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dan alcohol, pasien yang mengkonsumi obat
hipertensi. Hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro wilk didapatkan hasil uji normalitas sign:
0,121 (>p:0,05) yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Uji Untuk mengetahui perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teh bawang dayak digunakan uji Paired t-test

3. Hasil dan
Pembahasan Hasil
a. Karakteristik Responden
1) Berdasarkan Usia
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan Usia pada penderita hipertensi di Puskesmas
Wonorejo Kota Samarinda
Usia F (%)
36-38 tahun 5 25,0
39-41 tahun 9 45,0
42-45 tahun 6 30,0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 1. diperoleh hasil bahwa Sebagian besar responden berusia di
antara 39-41 tahun yaitu sebanyak 9 orang (45,0%), sisanya berusia di antara 42-45 tahun
sebanyak 6 orang (30,0%) dan berusia di antara 36-38
tahun sebanyak 5 orang (25,0%).

2) Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin pada penderita hipertensi
di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda
Jenis Kelamin F (%)
Laki-laki 9 45,0
Perempuan 11 55,0
Jumlah 20 100
Dari tabel 2. diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden adalah perempuan
sebanyak 11 orang (55,0%) dan laki-laki sebanyak 9 orang (45,0).

3) Pendidikan Terakhir
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir pada penderita
hipertensi di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda
Pendidikan F (%)
Tidak Sekolah 3 15,0
SD 8 40,0
SMP 3 15,0
SMA 4 20,0
DIploma 2 10,0
Jumlah 20 100

Dari tabel 3. diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan SD


yaitu sebanyak 8 orang (40,0%), kemudian SMA sebanyak 4 orang (20,0%), SMP sebanyak
3 orang (15,0%), Diploma sebanyak 2 orang
(10,0%).

b. Analisa Bivariat
Tabel 4 Hasil Analisis Perubahan tekanan darah dilihat dari sistolik dan diastolik sebelum dan
sesudah diberikan intervensi Teh Bawang Dayak

Beda Mean
Tekanan Darah Pengukuran P
Sebelum
Sistolik 9.50 0.000*
Sesudah
Sebelum
Diastolik 8.00 0.000*
Sesudah
Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa pada variabel tekanan darah diukur
melalui sistolik dan diastolik nilai P adalah 0.000 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
adanya pengaruh yang bermakna pada tekanan darah antara sebelum dan sesudah diberikan air
teh bawang dayak (p value < α = 0.05).

Pembahasan
Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden
berusia di antara 39-41 tahun yaitu sebanyak 9 orang (45,0%), sisanya berusia di antara 42-45 tahun
sebanyak 6 orang (30,0%) dan berusia di antara 36-38 tahun sebanyak 5 orang (25,0%). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah (2012) yang berjudul pengaruh
pemberian seduhan teh bawang dayak terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di
Puskesmas Mutihan Klaten dimana responden terbanyak berada pada usia 40-55 tahun yaitu sebanyak
17 orang (65%). Berdasarkan teori yang ada, semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko
hipertensi, hal ini disebabkan oleh proses penuaan pada system kardiovaskuler (Muhammadun, 2010).
Menurut asumsi peneliti umur merupakan salah satu sifat karakteristik seseorang yang sangat utama
bagi penderita hipertensi karena hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, bila usia tinggi maka
bisa terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sehingga akibat tersebut adalah meningkatnya tekanan
darah darah sistolik. Hendaknya bila usia semakin tinggi, maka seseorang menjaga kesehatan tubuhnya
dengan berolahraga.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 11 orang (55,0%) dan laki-laki
sebanyak 9 orang (45,0). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2012) yang
menunjukkan bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi
pada perempuan sebesar 68,3% dibandingkan laki-laki sebesar 31,7% dan menjelaskan juga ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hasil pengamatan Third
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III memperlihatkan bahwa prevalensi
hipertensi lebih tinggi pada populasi laki-laki dibandingkan populasi perempuan pada kelompok
sebelum menopause.
Pada masa setelah menopause atau mendekati usia 60 tahun maka prevalensi hipertensi kedua
kelompok hamper sama. Latar belakang ini disebabkan bahwa pada masa perempuan mengalami siklus
menstruasi maka terdapat kehilangan volume darah secara teratur setiap bulan sehingga terjadi
pengurangan volume intravaskuler secara berkala yang akan berhenti setelah menopause. Dengan
bertambahnya usia, pada kelompok 65 tahun keatas prevalensi hipertensi akan lebih tinggi terjadi pada
perempun diandingkan laki-laki (Kaplan, 2010).
Menurut asumsi peneliti perempuan beresiko lebih tinggi terserang hipertensi terutama pada
fase premenopause karena faktor kehilangan hormon estrogen yang merupakan pelindung bagi
pembuluh darah. Disarankan bagi perempuan yang berusia 40- 55 tahun untuk lebih menjaga makanan
agar terhindar dari hipertensi pada usia tersebut. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan SD yaitu sebanyak 8 orang
(40,0%), kemudian SMA sebanyak 4 orang (20,0%), SMP sebanyak 3 orang (15,0%), Diploma
sebanyak 2 orang (10,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah
(2012) yang berjudul pengaruh pemberian seduhan teh bawang dayak terhadap perubahan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Mutihan Klaten dimana responden terbanyak berada
pada tingkat pendidikan menengah SD sebanyak 27 orang
(63,2%).
Menurut Nursalam (2012) proses belajar atau pengalaman belajar seseorang menentukan bentuk
perilaku seseorang sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya perilakunya berbeda dengan
mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam menerima informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik atau
buruk sehingga berdampak terhadap status kesehatannya. Kemudian masih menurut Nursalam (2012)
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki, begitu pula sebaliknya bila pendidikan rendah maka akan
semakin sulit untuk menerima informasi.
Pada analisa bivariat didapatkan bahwa pada sebelum diberikan air teh bawang dayak rata-rata
pada sistolik sebesar 150.00 dan setelah diberikan air teh bawang dayak rata-rata skor sistolik menjadi
140.50. Selisih rata-rata skor penurunan sistolik antara sesudah dan sebelum pemberian air teh bawang
dayak yaitu sebesar 9.50. Pada diastolik sebelum diberikan air teh bawang dayak rata-rata pada
diastolik sebesar 93.00 dan setelah diberikan air teh bawang dayak rata-rata skor sistolik menjadi
85.00. Selisih rata- rata skor penurunan sistolik antara sesudah dan sebelum pemberian air teh bawang
dayak yaitu sebesar 8.00.
Hasil estimasi diyakini bahwa selisih rata-rata penurunan sistolik berada pada rentang 8.453;10.547,
sedangkan pada diastolik berada pada rentang 6.079;9.921. Hasil analisis uji statistik menunjukkan
bahwa pada variabel tekanan darah diukur melalui sistolik dan diastolik nilai P adalah 0.000 dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna pada penurunan tekanan darah
sebelum dan sesudah diberikan air teh bawang dayak (p value<α = 0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margowati (2012) yang
berjudul efektivitas penggunaan teh bawang dayak dalam penurunan tekanan darah dimana hasil p
value <0.05 yang berarti terapi herbal dengan menggunakan teh bawang dayak dapat menurunkan
tekanan darah lansia hipertensi. Selain itu, terjadi penurunan sistolik dan diastolik dari rata-rata sistolik
160.50 menjadi 140.50, sedangkan pada diastolik dari rata-rata diastolik 100.50 menjadi 95.00. Hasil
peneiltian ini sejalan dengan
penelitian Ismiyati (2013) menyatakan bahwa teh bawang dayak memiliki aktifitas antioksidan dan
membantu dalam mencegah atau memperlambat kemajuan berbagai oksidatif stres yang berhubungan
dengan penyakit. Konsumsi ekstrak teh bawang dayak diketahui dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi secara signifikan, menurunkan kadar glukosa darah serta dapat menurunkan kadar
ureum dan kreatinin pada ginjal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ojewole, dinyatakan bahwa teh
bawang dayak berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah melalui efek vasorelaksan yang
dimilikinya. Teh bawang dayak memiliki kandungan kalium yang tinggi. Kalium diperlukan untuk
keseimbangan elektrolit dan mengontrol tekanan darah. Hal ini dapat menjadi dasar penggunaan teh
bawang dayak untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi (Widharto, 2007).
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang berada di alam. Senyawa tersebut
dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme antioksidan. Senyawa ini dalam tubuh
juga berfungsi sebagai antioksidan. Saponin memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume
plasma dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada akhirnya cardiac
output menurun. Natrium dan air juga dapat mempengaruhi resistensi perifer. Zat flavonoid berkhasiat
sebagai diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit
maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh maka
pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan (Ramadi,
2012).
Alkaloid pada teh bawang dayak bekerja seperti β blocker yang memiliki efek inotropik dan
kronotropik negatif terhadap jantung sehingga curah jantung dan frekuensi denyut jantung berkurang
yang menyebabkan tekanan darah menurun. Saponin dalam teh bawang dayak memiliki efek diuretik
dengan cara menghambat enzim Na+/K+ ATPase yang dapat menurunkan reabsorpsi natrium dan air
sehingga menyebabkan peningkatan diuresis yang Flavonoid yang terkandung dalam teh bawang dayak
memiliki pengaruh sebagai penghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II yang
menimbulkan efek vasodilatasi sehingga terjadi penurunan dari total peripheral resistance yang
menyebabkan tekanan darah akan menurun. Kandungan kalium yang terdapat di dalam teh bawang
dayak berefek pada peningkatan diuresis sehingga volume cairan intravaskular menurun dan
menyebabkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang berkurang akan menyebabkan penurunan
tekanan darah. Selain itu juga, kalium sebagai penghambat sistem renin-angiotensin yang menghambat
pengeluaran aldosteron sehingga terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan penurunan volume
darah dan tekanan darah pun akan menurun (Hikayati, 2013). Dalam hal pemakaian teh bawang dayak
untuk menurunkan tekanan darah, obat herbal mempunyai kelebihan bagi masyarakat di daerah
penelitian. Kelebihan bahan tersebut antara lain sudah mengenal kedua bahan tersebut dengan baik,
pemakaiannya tidak menimbulkan efek samping hanya pada pemakaian teh bawang dayak rasa pahit
dan meningkatnya frekuensi urin menimbulkan rasa kurang nyaman. Mudah dibuat sehingga tidak
memerlukan keahlian khusus dan tidak perlu berkonsultasi dengan ahli atau dokter, murah karena
terdapat di lingkungan, selain dapat menurunkan tekanan darah teh bawang dayak juga dapat
mengobati asam urat dan kolesterol.

4. Simpulan
Teh Bawang Dayak terbukti Efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien Hipertensi.
Daftar Rujukan

Depkes (2013) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Pdf


DKK Kalimantan Timur (2015) Profil Kesehatan Kalimantan Timur. Samarinda. pdf
Febrinda, A., Astawan, M., Wresdiyati, T., & Dewi Yuliana, N. (2013). Kapasitas Antioksidan dan
Inhibitor Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang Dayak. Jurnal Teknolog Dan
Industri Pangan,24(2),161–167.
https://doi.org/10.6066/jtip.2013.24.2.161 .
Galingging RY. (2007). Potensi plasma nutfah tanaman obat sebagai sumber biofarmaka di
Kalimantan Tengah. J Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 10: 76-83
Insanu M, Kusmardiyani S, Hartati R (2014). Recent Studies on Phytochemicals and Pharmacological
Effects of Eleutherine americana Merr. Procedia Chemistry.;13: 221 – 228.
Nirmala. (2010). Budidaya Pengembangan Bawang Tiwai/Bawang Sabrang (Eleutherine americana
(L). Merr.). Erlangga. Jakarta
Nur A, Astawan M (2011). Kapasitas antioksidan bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam
bentuk segar, simplisia dan keripik, pada pelarut nonpolar, semipolar dan polar. [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Nursalam. (2013). Konsep dan Metodelogi Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Oktarini (2018) Pengaruh Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr.) Terhadap Tekanan
Darah Tikus Hipertensi. Skripsi. Universitas Andalas
Ramadi. (2012). Lima belas herbal paling ampuh. Yogyakarta: Aulia Press.
Rosas-Nexticapa M,Lauro FV, Francisco DC, Lenin HH, Elodia GC, Leduardo PG, Rolando GM,
Abelardo AL.(2015) New Naphthalene-Derivative as Cardioprotector Drug on the
Ischemia/Reperfusion Injury. Biomedical & Pharmacology Journal ;8(1): 203- 212
Setyawan AB, Winarto, Lestari ES (2016) Pembuktian Ekstrak Daun Kejibeling dalam Meningkatkan
Sistem Imun. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 11 (2) (2016)
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa: Agung waluyo.
Jakarta. EGC.
Susilo & Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Jakarta: Penerbit. Andi.
DOI: 10.30644/rik.v8i2.234
Teh bawang dayak (Eleutherine americana Merr) menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien hipertensi

Annaas Budi Setyawan*, Burhanto


Program Studi D3 Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Indonesia
*Email : abs564@umkt.ac.id

Accepted: 29 Agustus 2019; revision: 23 September 2019; published: 31 Desember 2019

Abstrak

Latar Belakang : Bawang Dayak(Eleutherine americana Merr) merupakan salah satu tumbuhan yang sejak lama
digunakan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Timur untuk mengobati beberapa penyakit antara lain sebagai
obat kanker payudara, darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus) dan kolesterol. Umbi bawang
dayak mengandung flavonoid yang berguna untuk melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan normal. Tujuan dari penelitian ini
membuktikan efek teh bawang dayak terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Metode : Metode penelitian menggunakan rancangan one grup pretest and posttest tanpa kelompok pembanding
(kontrol). Sampel dalam penelitian ini adalah warga dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wonorejo
Samarinda sebanyak 20 orang. Uji Bivariat menggunakan Paired t-test untuk mengetahui perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah diberikan teh bawang dayak

Hasil : Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa pada variabel tekanan darah diukur melalui sistolik dan
diastolik nilai p value adalah 0.001 (<0.05) yang berarti teh bawang dayak efektif menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

Kesimpulan : Teh bawang dayak efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi

Kata kunci: Teh Bawang Dayak, Tekanan Darah, Hipertensi

Abstract

Background :Bawang dayak is one of the plants that has long benn sed by Dayak people in East Kalimantan to
treat several diseases such as breast cancer, high blood pressure (hypertension), diabetes (diabetes mellitus) and
cholesterol. Bawang dayak bulbs contain flavonoids which are useful for blood circulation and prevent blockages in
blood vessels, so that blood can flow normally. Flavonoids also reduce cholesterol content and reduce fat deposits
in blood vessel walls.

The objective of this research is toprove the effect of bawang dayak tea on reducing blood pressure in hypertensive
patients.
Method : The research method used a one group pretest and posttest design without a comparison group (control).
The sample in this study were 20 people with hypertension in the work area of the Wonorejo Samarinda Public
Health Center. To find out the difference in blood pressure with hypertension before and after being given a daily
treatment of decoction of Bawang Dayak Tea

Results : The results of the statistical test analysis showed that the variable blood pressure measured through
systolic and diastolic P values was 0.001, which means that bawang dayak tea was effective in reducing blood
pressure in hypertension patients.

Conclusion : Bawang Dayak Tea effective to lower blood pressure in hypertension patients.

Key words: Bawang Dayak Tea, Blood Pressure, Hypertension


PENDAHULUAN Umbi bawang dayak (Eleutherine
Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat americana Merr) merupakan obat herbal
dilakukan dengan dua pendekataan yaitu secara tradisional yang digunakan sebagian masyarakat di
farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan daerah Kalimantan dalam bentuk segar. Selain itu,
farmakologi untuk hipertensi dilakukan dengan umbi bawang dayak berkhasiat sebagai obat
pemberian antihipertensi dengan tujuan mencegah Antihipertensi. Daunnya digunakan minuman ibu-
komplikasi hipertensi yang efek samping sekecil ibu setelah melahirkan untuk mengurangi
mungkin. Jenis obat antihipertensi yang sering perdarahan setelah melahirkan (6).
digunakan antara lain diuretik, alfa- blocker, Adapun penggunaan bawang dayak biasanya
betablocker, vasodilator, antagonis kalsium, ACE- dipakai ± 50 gram umbi segar Eleutherine
Inhibitor, angiotensin-II-Blocker (1). americana, dicuci dengan pelarut kemudian
Penggunaan terapi farmakologik dengan diperas dan disaring. Hasil saringan ditambah ½
menggunakan obat kimia sering menimbulkan efek gelas air matang panas. Diminum sehari 2 kali ¼
samping, mahal dan penggunaan seumur hidup gelas pagi dan sore7. Laporan dan penelitian efek
bagi penderita hipertensi. Salah satu negative dari pemanfaatan bawang dayak belum
penatalaksanaan nonarmakologis untuk ditemukan hingga saat ini. Adapun pemanfaatan
penanganan hipertensi berupa modifikasi gaya teh bawang dayak biasanya diolah dengan
hidup, seperti penurunan berat badan, mengurangi mengiris umbi bawang dayak dan kemudian
asupan garam, olah raga teratur, dan berhenti mengeringkan di bawah cahaya matahari (7).
merokok (2). Selain dengan modifikasi gaya hidup Teh bawang dayak yang disarankan untuk
dapat juga ditambahkan dengan menggunakan hipertensi yaitu sebanyak 3 sendok teh kemudian
terapi herbal yang diyakini rendah efek samping, direndam dalam gelas berukuran gelas duralex
mudah dan murah yaitu menggunakan Teh (±75 mL) dan diminum sebanyak 2 kali sehari
Bawang Dayak (3). sebelum makan karena obat herbal alam lebih
Bawang Dayak adalah salah satu tanaman mudah diserap sebelum makan (7).
yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan Bawang dayak mengandung senyawa-
tekanan darah. Penggunaan Teh Bawang Dayak senyawa kimia seperti alkaloid, glikosid,
banyak dilakukan masyarakat sejak zaman dulu. flavonoid, fenolik, steroid dan tanin yang
Sehingga menggunakan Bawang Dayak sebagai merupakan sumber potensial untuk dikembangkan
bahan obat komplementer sering dilakukan untuk sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi
pengobatan alternatif sebagai pengganti obat sebagai antimikroba. Selain itu alkaloid, glikosid
antihipertensi yang relatif mahal dan dan flavonoid juga memiliki fungsi sebagai
penggunaannya seumur hidup (4). hipoglikemik sedangkan tannin biasa digunakan
Bawang Dayak mengandung flavonoid, sebagai obat sakit perut Alkaloid yang terkandung
saponin dan alkaloid. Zat flavonoid berkhasiat dalam bawang dayak adalah suatu golongan
sebagai diuretic yang mengeluarkan sejumlah senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu
cairan dan elektrolit maupun zat-at yang bersifat atom nitrogen. Kadar air yang dimiliki bawang
toksik. Sebagai antioksidan eksogen, flavonoid dayak dalam bentuk serbuk simplisia sekitar
bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat 8,98%, kadar sari yang larut dalam air adalah
stres oksidatif. Kelebihan obat tradisional adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam etanol adalah
efek sampingnya yang relatif rendah serta satu 9,6% (6).
tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit Samarinda angka kejadian hipertensi di kota
metabolik dan degenerative (5). Samarinda tahun 2015 sebanyak 68.123
penderita(13), Sementara data Puskesmas
Wonorejo Samarinda menyebutkan penyakit sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan
hipertensi menempati urutan pertama dari 10 makanan maupun olahan pengobatan (5).
penyakit terbanyak dan angka kejadian penyakit Hasil uji normalitas menggunakan uji
hipertensi terus meningkat, dilihat dari data tahun Shapiro wilk didapatkan hasil uji normalitas sign:
2014 jumlah penderita hipertensi sebanyak 2.404 0,121 (>p:0,05) yang berarti bahwa data
orang (12.19%) berdistribusi normal sehingga Uji bivariat yang
dari 13.129 orang. Tahun 2015 meningkat digunakan adalah uji Paired t-test. Penelitian ini
menjadi 2.354 orang (22.93%) dari 10.493 orang, telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik
sedangkan tahun 2016 periode Januari-Desember penelitian kesehatan Politeknik Kesehatan
sebanyak 1.431 orang dimana 1.227 orang (85.7%) Kalimantan Timur dengan Keterangan Kelaikan
berusia > 45 tahun (14). Tujuan dari penelitian ini Etik (Ethical Clearence) Nomor: LB.
membuktikan efek teh bawang dayak terhadap 02.01/7.1/5071/ 2018.
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

METODE HASIL
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan rancangan pre a. Karakteristik Responden
post only one group. Penelitian ini dilakukan di Karakteristik responden hipertensi seperti usia,
Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kota jenis kelamin dan pendidikan disajikan pada tabel
Samarinda. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 20 1.
Maret sampai 20 April 2019. Sampel sebanyak 20
orang dengan kriteria inklusi terdiagnosis Tabel 1. Karakteristik responden padapasien hipertensi
hipertensi (tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau di Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda
tekanan diastolik ≥90 mmHg) dan hipertensi
sedang, berusia diantara 36-45, bersedia menjadi Karaktersitik F (%)
responden, sedangkan kriteria eksklusi yaitu Usia
mengalami penyakit kronik (gagal ginal) dan 36-38 tahun 5 25,0
komplikasi penyakit berbahaya lainnya, pasien 39-41 tahun 9 45,0
yang mengkonsumsi minuman yang mengandung
42-45 tahun 6 30,0
kafein dan alkohol, pasien yang mengkonsumi
obat hipertensi. Jenis Kelamin
Teh bawang dayak dibuat dengan memilih Laki-laki 9 45,0
umbi bawang dayak yang merah, kemudian dicuci
Perempuan 11 55,0
akar serta dibersihkan dengan air yang mengalir.
Setelah dibersihkan dipotong menjadi irisan tipis Pendidikan
yang selanjutnya dijemur di sinar matahari selama Tidak Sekolah 3 15,0
3 hari. Setelah irisan tipis umbi bawang dayak SD 8 40,0
kering kemudian dicampur dengan air hangat (50-
750C). Teh bawang dayak yang disarankan untuk SMP 3 15,0
hipertensi yaitu sebanyak 3 sendok teh kemudian SMA 4 20,0
direndam dalam gelas berukuran gelas duralex DIploma 2 10,0
(±75 mL) dan diminum sebanyak 2 kali sehari (7).
Menurut studi literatur hingga saat ini belum Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer 2019
ditemukan efek berbahaya dari umbi bawang
dayak Berdasarkan tabel 1. diperoleh hasil bahwa
Sebagian besar responden berusia di antara 39-41
tahun yaitu sebanyak 9 orang (45,0%), sisanya
berusia di antara 42-45 tahun sebanyak 6 orang
(30,0%) dan berusia di antara 36-38 tahun
sebanyak 5 orang (25,0%). Selain itu, diperoleh
hasil bahwa sebagian besar responden adalah
perempuan
sebanyak 11 orang (55,0%) dan laki-laki sejalan dengan bertambahnya usia, bila usia tinggi
sebanyak 9 orang (45,0). Tingkat pendidikan maka bisa
didapatkan hasil bahwa mayoritas responden
memiliki pendidikan SD yaitu sebanyak 8 orang
(40,0%), kemudian SMA sebanyak 4
orang (20,0%), SMP sebanyak 3 orang
(15,0%), Diploma sebanyak 2 orang (10,0%).

b. Analisa Bivariat
Tabel 2 Hasil Analisis Perubahan Tekanan Darah Sistolik
Dan Diastolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Pemberian
Teh Bawang Dayak
Variabel Mean SD P Value
Sistolik Pre Test 151.3 9.15
Post Test 130.6 4.57 0.001*
Diastolik Pre Test 102.6 5.93
Post Test 88.00 4.14 0.001*

Sumber: Data Primer 2019

Perubahan tekanan darah sistolik dan


diastolik didapatkan p value 0.001 (<0.05) yang
berarti ada perubahan signifikan sebelum dan
sesudah diberikan intervensi berupa teh bawang
dayak pada pasien hipertensi. Mean sistolik
mengalami penurunan dari pre test 151.3 mmHg
menjadi
130.6 mmHg dan mean diastolic juga mengalami
penurunan dari pre test 102.6 mmHg menjadi 88.0
mmHg.

PEMBAHASAN
Karakteristik responden berdasarkan usia
diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden
berusia di antara 39-41 tahun yaitu sebanyak 9
orang (45,0%), sisanya berusia di antara 42-45
tahun sebanyak 6 orang (30,0%) dan berusia di
antara 36-38 tahun sebanyak 5 orang (25,0%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rohmah (2012) dimana responden
terbanyak berada pada usia 40-55 tahun yaitu
sebanyak 17 orang (65%). Berdasarkan teori yang
ada, semakin bertambahnya usia maka semakin
tinggi resiko hipertensi, hal ini disebabkan oleh
proses penuaan pada system kardiovaskuler (8).
Menurut asumsi peneliti umur merupakan
salah satu sifat karakteristik seseorang yang sangat
utama bagi penderita hipertensi karena hipertensi
terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sehingga akibat tersebut adalah meningkatnya
tekanan darah darah sistolik. Hendaknya bila usia
semakin tinggi, maka seseorang menjaga
kesehatan tubuhnya dengan berolahraga.
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden sebagian besar responden adalah
perempuan sebanyak 11 orang (55,0%) dan laki-
laki sebanyak 9 orang (45,0). Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan (20) yang
menunjukkan bahwa kejadian hipertensi lebih
tinggi terjadi pada perempuan sebesar 68,3%
dibandingkan laki- laki sebesar 31,7% dan
menjelaskan juga ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
Hasil pengamatan Third National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) III
memperlihatkan bahwa prevalensi hipertensi
lebih tinggi pada populasi laki-laki dibandingkan
populasi perempuan pada kelompok sebelum
menopause.
Pada masa setelah menopause atau
mendekati usia 60 tahun maka prevalensi
hipertensi kedua kelompok hampir sama. Latar
belakang ini disebabkan bahwa pada masa
perempuan mengalami siklus menstruasi maka
terdapat kehilangan volume darah secara teratur
setiap bulan sehingga terjadi pengurangan volume
intravaskuler secara berkala yang akan berhenti
setelah menopause (9), Seiring bertambahnya
usia, pada kelompok 65 tahun keatas prevalensi
hipertensi akan lebih tinggi terjadi pada
perempuan diandingkan laki-laki (9).
Menurut asumsi peneliti perempuan
beresiko lebih tinggi terserang hipertensi terutama
pada fase premenopause karena faktor kehilangan
hormone estrogen yang merupakan pelindung
bagi pembuluh darah. Disarankan bagi
perempuan yang berusia 40- 55 tahun untuk lebih
menjaga makanan agar terhindar dari hipertensi
pada usia tersebut.
Karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir diperoleh hasil bahwa
mayoritas responden memiliki pendidikan SD
yaitu sebanyak 8 orang (40,0%), kemudian
SMA sebanyak 4 orang (20,0%), SMP diastolik sebelum dan sesudah diberikan air teh
sebanyak 3 orang (15,0%), Diploma sebanyak 2 bawang dayak (p value<α = 0.05).
orang (10,0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh (18) dimana yang dilakukan oleh (19) yang berjudul efektivitas
responden terbanyak berada pada tingkat penggunaan ekstrak bawang dayak pada mencit
pendidikan menengah SD sebanyak 27 orang dalam penurunan tekanan darah dimana hasil p
(63,2%). value <0.05 yang berarti ekstrak bawang dayak
Proses belajar atau pengalaman belajar dapat menurunkan tekanan darah pada mencit
seseorang menentukan bentuk perilaku seseorang hipertensi. Hasil peneiltian ini sejalan dengan
sehingga orang yang berpendidikan tinggi penelitian (15) menyatakan bahwa teh bawang
umumnya perilakunya berbeda dengan mereka dayak memiliki aktifitas antioksidan dan
yang berpendidikan rendah (10). Tingkat membantu dalam mencegah atau memperlambat
pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan kemajuan berbagai oksidatif stres yang
seseorang dalam menerima informasi dan berhubungan dengan penyakit. Konsumsi ekstrak
mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik teh bawang dayak diketahui dapat menurunkan
atau buruk sehingga berdampak terhadap status tekanan darah pada penderita hipertensi secara
kesehatannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan signifikan, menurunkan kadar glukosa darah serta
seseorang semakin mudah menerima informasi dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin pada
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang ginjal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (12),
dimiliki, begitu pula sebaliknya bila pendidikan dinyatakan bahwa teh bawang dayak berkontribusi
rendah maka akan semakin sulit untuk menerima terhadap penurunan tekanan darah melalui efek
informasi (10). Penulis berasumsi pendidikan vasorelaksan yang dimilikinya. Teh bawang dayak
tinggi dapat meningkatkan kemampuan dalam memiliki kandungan kalium yang tinggi. Kalium
menerima dan mengolah informasi yang diperlukan untuk keseimbangan elektrolit dan
berdampak pada sikap dan perilaku untuk selalu mengontrol tekanan darah. Hal ini dapat menjadi
menjaga kesehatan dan dapat meningkatkan status dasar penggunaan teh bawang dayak untuk
kesehatannya. menyembuhkan tekanan darah tinggi (11).
Pada analisa bivariat didapatkan bahwa pada Flavonoid merupakan salah satu golongan
sebelum diberikan air teh bawang dayak rata-rata fenol terbesar yang berada di alam. Senyawa
pada sistolik sebesar 151.33 dan setelah diberikan tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas
air teh bawang dayak rata- rata skor sistolik melalui mekanisme antioksidan. Senyawa ini
menjadi 130.67. Selisih rata- rata skor penurunan dalam tubuh juga berfungsi sebagai antioksidan.
sistolik antara sesudah dan sebelum pemberian air Saponin memiliki khasiat diuretik dengan
teh bawang dayak yaitu sebesar 20.66. Pada menurunkan volume plasma dengan cara
diastolik sebelum diberikan air teh bawang dayak mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium,
rata-rata pada diastolik sebesar 102.67 dan setelah sehingga pada akhirnya cardiac output menurun.
diberikan air teh bawang dayak rata-rata skor Natrium dan air juga dapat mempengaruhi
sistolik menjadi 88.00 Selisih rata-rata skor resistensi perifer. Zat flavonoid berkhasiat sebagai
penurunan sistolik antara sesudah dan sebelum diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan
pemberian air teh bawang dayak yaitu sebesar mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit
14.67. maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan
Hasil analisis uji statistik menunjukkan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh
bahwa pada variabel tekanan darah diukur melalui maka pembuluh darah akan longgar sehingga
sistolik dan diastolik nilai P adalah tekanan darah perlahan-lahan mengalami
0.001 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan (12).
adanya pengaruh yang bermakna pada penurunan
tekanan darah sistolik dan
Alkaloid pada teh bawang dayak bekerja laporan mengenai efek samping dalam
seperti β blocker yang memiliki efek inotropik dan penggunaan bawang dayak sehingga aman untuk
kronotropik negatif terhadap jantung sehingga digunakan.
curah jantung dan frekuensi denyut jantung
berkurang yang menyebabkan tekanan darah
menurun. Saponin dalam teh bawang dayak UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki efek diuretik dengan cara menghambat Penulis mengucapkan terima kasih kepada
enzim Na+/K+ ATPase yang dapat menurunkan Direktorat Riset dan dan Pengabdian Masyarakat
reabsorpsi natrium dan air sehingga menyebabkan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
peningkatan diuresis yang Flavonoid yang Tinggi atas hibah penelitian skema Penelitian
terkandung dalam teh bawang dayak memiliki Dosen Pemula tahun 2019 dengan nomor
pengaruh sebagai penghambat perubahan kontrak:
angiotensin I menjadi angiotensin II yang 515.5/LPPM/A.4/C/2019.
menimbulkan efek vasodilatasi sehingga terjadi
penurunan dari total peripheral resistance yang
menyebabkan tekanan darah akan menurun.
Kandungan kalium yang terdapat di dalam teh DAFTAR PUSTAKA
bawang dayak berefek pada peningkatan diuresis 1. Susilo & Wulandari (2011) Cara Jitu Mengatasi
sehingga volume cairan intravaskular menurun dan Hipertensi. Jakarta: Penerbit. Andi.
menyebabkan penurunan curah jantung. Curah 2. Hikayati (2014) Penatalaksanaan Non
jantung yang berkurang akan menyebabkan Farmakologis Terapi Komplementer Sebagai
penurunan tekanan darah. Selain itu juga, kalium Upaya Untuk Mengatasi Dan Mencegah
sebagai penghambat sistem renin-angiotensin yang Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Primer
menghambat pengeluaran aldosteron sehingga Di Kelurahan Indralaya Mulya Kabupaten
terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan Ogan Ilir. Jurnal. Pengabdian Sriwijaya
penurunan volume darah dan tekanan darah pun 3. Febrinda, A., Astawan, M., Wresdiyati, T., &
akan menurun (15,17). Dewi Yuliana, N. (2013). Kapasitas Antioksidan
Pemakaian teh bawang dayak untuk Dan Inhibitor Alfa
menurunkan tekanan darah, obat herbal
Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang
mempunyai kelebihan bagi masyarakat di daerah
Dayak. Jurnal Teknologi Dan Industri
penelitian. Kelebihan bahan tersebut antara lain
sudah mengenal kedua bahan tersebut dengan baik, Pangan,24(2),161–167.
pemakaiannya tidak menimbulkan efek samping https://doi.org/10.6066/jtip.2013.24.2.161
hanya pada pemakaian teh bawang dayak rasa 4. Ramadi, A. (2012). Perbedaan pengaruh
pahit dan meningkatnya frekuensi urin pemberian seduhan daun alpukat (persea
menimbulkan rasa kurang nyaman. Mudah dibuat gratissima gaerth) terhadap tekanan darah
sehingga tidak memerlukan keahlian khusus dan pada pasien hipertensi laki-laki yang perokok
tidak perlu berkonsultasi dengan ahli atau dokter, dengan bukan perokok di wilayah kerja
murah karena terdapat di lingkungan, selain dapat Puskesmas Padang Pasir Kota Padang tahun
menurunkan tekanan darah teh bawang dayak juga 2012. Padang: Skripsi Universitas Andalas.
dapat mengobati asam urat dan kolesterol (16). 5. Setyawan AB, Winarto, Lestari ES (2016)
Pembuktian Ekstrak Daun Kejibeling Dalam
Meningkatkan Sistem Imun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. KEMAS 11 (2) (2016)
KESIMPULAN 6. Galingging (2007). Potensi plasma nutfah
Teh Bawang Dayak terbukti efektif untuk tanaman obat sebagai sumber biofarmaka di
menurunkan tekanan darah pada pasien Hipertensi. Kalimantan Tengah. J Pengkajian dan
Hingga saat ini menurut studi literatur maupun Pengembangan Teknologi Pertanian 10: 76-83
empiris tidak didapatkan 7. Nirmala. (2010). Budidaya
Pengembangan Bawang Tiwai/Bawang
Sabrang (Eleutherine americana (L). Merr.). rahim Hela. Traditional Medicine Journal. Vol
Erlangga. Jakarta 19 No.1: 24-28
8. Muhammadun. 2010. Hidup Bersama 16. Setyawan AB, Masnina R (2018). Efektivitas
hipertensi. In Books : Yogyakarta. Teh Bawang Dayak untuk Menurunkan Kadar
9. Kaplan, NM (2010). Hipertensi dan Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan
Jakarta 17. Margowati (2012) Uji Aktivitas Antihipertensi
10. Notoatmodjo S (2012) Promosi Kesehatan dan Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Dayak
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta (Eleutherine Americana Merr.) Pada Hewan
11. Widharto (2007). Bahaya Hipertensi. Jakarta: Coba Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan.
PT Sunda Kelapa Pustaka 18. Rohmah (2012). Kualitas Hidup Lanjut Usia.
12. Ojewole JAO. (2011). Protective effects of Jurnal Keperawatan, ISSN. 2086- 3071
annona muricata linn. (annonaceae) leaf 19. Margowati (2012) Uji Aktivitas Antihipertensi
aqueous extract on serum lipid profiles and Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Dayak
oxidative stress in hepatocytes of (Eleutherine Americana Merr.) Pada Hewan
streptozotocin-treated diabetic rats. Afr J Coba Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan.
Traditional.6(1):30 – 41. 20. Rahayu. (2012). Faktor-faktor Yang
13. DKK Kalimantan Timur (2015) Profil Kesehatan Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Di
Kalimantan Timur. Samarinda. pdf Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas
14. Data Puskesmas Wonorejo Samarinda (2018). 2007). Gizi Indon 2010 33(1):59-66.
Data Rekam Medis. Samarinda.
15. Ismiyati (2013) Aktivitas Sitotoksik Ekstrak
Bawang Dayak pada sel kanker leher
IPTEK BAGI BUDIDAYA DAN EKSTRAK BAWANG DAYAK
SEBAGAI OBAT ALTERNATIF

Sirilus Sirhi, Sri Astuti, F. Rahayu Esti

STKIP Sintang Kal-Bar

Abstrak

Bawang dayak (Eleutherine Palmifolia) dikenal sebagai tanaman obat lokal yang
secara empiris telah digunakan oleh masyarakat dayak di desa Kunyai, dusun Rajang
Begantung II. Bawang dayak mengandung berbagai jenis senyawa bioaktif yang dapat
digunakan untuk pengobatan, diantaranya triterpenoid naftokuinon dan senyawa
turunannya, seperti elacanicin, eleutherol, isoeleoutherol, eleutherin, dan isoeleutherin.
Cara pengambilan bawang dayak masih bersifat tradisional serta memiliki daya magis,
walaupun demikian masyarakat lokal meyakini bawang dayak memiliki fungsi sebagai
obat berbagai jenis penyakit berat maupun penyakit ringan seperti kanker payudara,
membantu mengatasi penyakit dibetes melitus, menurunkan hipertensi, menurunkan
kadar kolesterol, obat bisul dan lainnya. Pemasaran hasil produk ekstrak bawang dayak
perlu analisis finansial dan bimbingan atau pelatihan manajemen pemasaran agar produk
dapat terjual sesuai dengan target.
Kata kunci: ekstrak bawang dayak, tanaman obat, obat alternatif.

Pendahuluan
Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah bagian timur di Provinsi
Kalimantan Barat yang dilalui oleh garis Khatulistiwa dengan Ibu kotanya Sintang,
terletak di antara 1o05’ Lintang Utara dan 0o46’ Lintang Selatan serta 110o50’ Bujur
Timur dan 113o20’ Bujur Timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 21.635 km². Desa
Kunyai terletak di kecamatan Sungai Tebelian Penduduk Desa Kunyai terbagi dalam Dua
(2) Dusun yaitu: Dusun Rajang Begantung I, Begantung
II. Desa Kunyai merupakan salah satu bagian dari 3 Desa yang berada di Ibu Kota
Kecamatan Sungai Tebelian yang merupakan Desa Baru hasil dari Pemekaran dari Desa
Sungai Ukoi, Kecamatan Sungai Tebelian Kabupaten Sintang yang terletak di Pinggir
Jalan Sintang Pontianak.
Luas wilayah Desa Kunyai sekitar ± 23.500 KM2 jumlah penduduknya. ± 235 kk
dan Memiliki Hutan Adat yang sangat luas. Perekonomian Desa Kunyai masih sangat
rentan terhadap fluktuasi gejolak perekonomian, dibalik potesi yang ada di desa Kunyai
masih belum optimal, Masyarakat Desa Kunyai Masih perlu Pendampingan dalam
memberdayakan sumber daya Alam (SDA) yang ada. Untuk menigkatkan perekonomian
Masyarakat, Bawang Dayak adalah tanaman yang memiliki nama latin Eleutherine
palmifolia. Bawang Dayak memiliki nama lokal yang beragam seperti Bawang Tiwai,
bawang Sabrang, bawang berlian, bawang lubak, teki sebrang atau bawang hantu.
Tanaman ini sudah secara Empiris dipergunakan masyarakat Dayak sebagai tanaman
obat. Tanaman ini memiliki
warna umbi merah dengan daun hijau berbentuk pita dan bunganya berwarna putih.
pertulangan daun sejajar dengan tepi daun licin dan bentuk daun berbentuk pita berbentuk
garis.

Kajian Pustaka
Menurut beberapa peneliti, bawang dayak juga telah digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit lain, misalnya pereda nyeri dan menstruasi tidak teratur (Hodge &
Taylor, 1956; Alves et al., 2003), kerusakan jaringan pencernaan (Lin etal., 2002), dan
agen aborsi serta anti fertilitas (Weniger et al.,1982). Dam & Mai (1990), melaporkan
bahwa umbi bawang dayak dapat digunakan sebagai agen anti bakterial. Berdasarkan
penelitian lain, diketahui pula bahwa umbi tanaman bawang dayak mengandung berbagai
jenis senyawa bioaktif yang dapat digunakan untuk pengobatan, diantaranya triterpenoid
(Kuntorini & Nugroho, 2009), naftokuinon dan senyawa turunannya, seperti elecanicin,
eleutherol, isoeleutherol, eleutherin, isoeleutherin (Hara et al., 1997). Selain digunakan
sebagai tanaman obat tanaman ini juga dapat digunakan sebagai tanaman hias karena
bunganya indah.
Bawang dayak dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai bawang hantu, atau
tumbuhan yang memiliki daya magis. Sehingga untuk menggunakan bawang dayak
sebagai obat tradisional, masyarakat harus mengambilnya dengan cara yang tradisional
pula, yaitu dengan mantra atau jampi-jampi serta memberikan sejumlah imbalan seperti
ayam hitam, sebilah besi, sejumlah uang, garam dan lain-lain. Untuk mengambil
bawang dayak juga hanya orang-orang yang dianggap manjur dalam mengambil obat
dari alam. Oleh karena itu, untuk memperkaya pengetahuan dan pola pikir masyarakat,
perlu pendekatan khusus yaitu pendekatan kebudayaan. Secara taksonomi, bawang dayak
merupakan tanaman herba yang termasuk kedalam famili Iridaceae. Famili tanaman ini
meliputi 90 genus dengan sekitar
1.200 spesies didalamnya (Schultes & Raffauf, 1990). Menurut Goldblatt et al. (2008),
anggota famili Iridaceae mencakup sekitar 2050 spesies yang terbagi kedalam 67 genus,
dengan pusat keanekaragaman tertinggi terdapat di Sahara, Afrika Selatan. Pusat
persebaran terpenting kedua famili ini diperkirakan terdapat di Brazil, dengan 250 spesies
dan 30 genus yang telah diketahui (Eggers etal., 2010; Judd et al., 2008). Secara
morfologi, tanaman bawang dayak dicirikan dengan daun tunggal berbentuk pita dan
berwarna hijau, ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi daun rata, bunga majemuk
dalam tandan terletak diujung (terminalis) dan monochlasial, biseksual dan aktinomorf,
periantium terdiri atas enam kepala berwarna putih, saling lepas dengan panjang lebih
kurang 5 mm, terletak dalam 2 lingkaran, benang sari berjumah 2 atau 3 dengan warna
kepala sari kuning, putik berwarna putih kekuningan berjumlah 3 dan berbentuk jarum
dengan panjang lebih kurang 4 mm, kelopak terdiri atas 2 daun kelopak berwarna hijau
kekuningan, ruang bakal buah beruang 3, akar serabut berwarna coklat muda (Heyne,
1987). Secara sitologi, tanaman bawang dayak belum banyak dipelajari. Hal ini karena
pengamatan tanaman bawang dayak umumnya hanya dilakukan terhadap karakter
morfologi bunga dan anatomi umbi. Padahal pengamatan secara sitologi melalui jumlah,
bentuk dan ukuran kromosom merupakan salah satu sifat yang prospektif sebagai sumber
data baru untuk mendukungdan memecahkan permasalahan taksonomi. Data-data ini juga
berguna untuk mendukung usaha pemuliaan tanaman
(Chikmawati et al., 1998), karena semua penampakan fenotip diatur secara genetis oleh
gen-gen di dalam kromosom (Suryo, 1995).

Metodologi
Tahapan Metode Pelaksanaan

a. Persiapan
1. Sosialis
Menyampaikan tujuan program dan kerjasama pada easaran tentang upaya
melestarikan tanaman khas obat-obatan tradisional melalui budidaya tanaman
bawang dayak serta ekstrak bawang dayak
2. Pelatihan
- Persiapan bahan dan lahan yang dibutuhkan tentang cara
melestarikan tanaman khas obat-obatn tradisional desa kunyai
melalui pembudidayaan tanaman bawang dayak,
- bahan yang diperlukan untuk membuat ekstrak bawang dayak
sebagai obat alternatif,
- Strategi Pemasaran, dan Publikasi,
- Sarana prasarana.
3. Tim pemasaran
Jadwal kegiatan Pelatihan
4. Evaluasi program
- Pelaku Program (PHBD) pada sasaran
- Penduduk Desa Kunyai sebagai (Mitra) dalam kegiatan pelaksaan
program.
b. Pelaksanaan kegitan program
Lokasi sasaran (LAHAN) Disamping kantor Desa Kunyai Masyarakat Desa
Kunyai diikutsertakan untuk praktek langsung Tentang cara Melestarikan Tanaman
Khas Obat-obatan Tradisional Desa Kunyai Melalui Pembudidayaan Bawang
Dayak serta cara membuat ekstrak bawang dayak sebagai obat alternatif.
c. Manajemen Organisasi Masyarakat (MOM)
Musyawarah Desa (MD) Mengenai tahapan pelaksanaan program (PHBD)
pembentukan tim pengelolaan kegiatan program yang berkelanjutan. Tentang Cara
Melestarikan Tanaman Khas Obat-obatan Tradisional Desa Kunyai Melalui
Pembudidayaan Bawang Dayak, dan cara mengolah bawang dayak menjadi obat
alternatif, dan cara membuat iklan.
d. Pelatihan Tentang Strategi Pemasaran ( Market & Medsos)
Menggunakan Sosial Media, promosi tentang Hasil dari Melestarikan
Tanaman Kas Obat-obatan Tradisional Melalui Pembudidayaan Bawang Dayak.
Bertujuan untuk menambah pengetahuan dibindang ilmu teknologi Agribisnis
selain itu juga masyarakat luar tau bahwa tanaman kas bawang dayak mempunyai
nalai ekonomis yang bisa dijadikan ramuan obat alternatif
e. Pelatihan tentang cara membuat iklan untuk bawang dayak dan produk
ektrak bawang dayak di media masa dan media online
f. Partisipasi mitra
Mitra 1 sebagai budidaya dan penyedia bahan baku ekstrak bawang dayak,
memasarkan bawang dayak. Mitra 2 sebagai pembuat ekstrak bawang dayak
sebagai obat alternatif, memasarkan ekstrak bawang dayak
g. Evaluasi Program.
- Monitoring perkembangan pelaksanaan program.
- Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan Program
- Pemecahan masalah dalam pelaksanaan program
h. Laporan Program.
1. Disesuaikan dengan hasil yang telah dicapai mulai dari proses
Perencanaan, Pelaksanaan, melakukan pembinaan, memaparkan proses
pelaksanaan program dari awal sampai akhir.
2. Revisi laporan
Apabila Terdapat perkembangan baru dalam program bina Desa berlangsung
sampai dengan selesainya kegiatan pelasanaan program tersebut.
3. Laporan Akhir.
Penyususnan laporan terakhir diperoleh hasil yang lebih baik dari laporan awal.
Kegiatan IBM ini adalah memberikan pelatihan kepada kelompok tani,
dalam bidang budidaya dan ekstrak bawang dayak. Pelatihan ini diharapkan petani
dapat membudidayakan bawang dayak dan pengilahan pasca panen hingga
membuat ektrak bawang dayak sebagai obat alternatif. Sebelum melakasanakn
kegiatan pelatihan, tim IBM melakukan observasi tempat yang akan dijadikan
pelatihan tersebut, diskusi dengan Kepala Desa Kunyai, dan kelompok tani dan
menentuakn sasaran pelatihan. Pelakasanaan kegiatan dimulai pada tanggal 6
Februari 2017 hingga sekarang ini. Sasaran dari kegiatan ini adalah dari kegiatan
ini adalah kelompok tani. Ada dua kelompok tani yang mengikuti pelatihan ini
adalah kelompok Titing Terotong dan kelompok Tintas Kenyalang. Harapan dari
kegiatan ini adalah petani mampu memanfaatkan teknologi untuk mengolah
bawang dayak pasca panen agar bawang dayak lebih tahan lama dan dapat
dipasarkan ke masyarakat sehingga dapat menjadi industri rumahtangga.
Tempat pelakasanaan pengabdian di desa Kunyai, tepatnya yaitu di Kantor
Desa, di kebun di wilayah Desa Kunyai, dan tanah milik desa Kunyi yang berada di
Desa Sui. Ukoi. Pelatihan pengolahan pasca panen dilakukan di salah satu rumah
warga, rumah ketua kelompok yaitu rumah Pak Ignas. Sedangkan penyuluh
(instruktur pelatihan) adalah a. Nama: Sirilus Sirhi, S.TP., MM., NIDN:
1105117903, b. Nama: Sri Astuti, S.S., M.Pd. NIDN:
1113048402, C. Nama F Rahayu Esti Wahyuni, S.Si, M.Pd NIDN: 1120068401
dengan materi 1. Budidaya bawang dayak. 2. pengolahan pasca panen, yaitu
pengeringan dan pengolahan menjadi teh bawang dayak.
Hasil Kegiatan
Temuan dan Hasil Evaluasi

Kegiatan awal yaitu koordinasi dengan Kepala Desa Kunyai dan ketua kelompok
tani. Pemilihan desa Kunyai sebagai tempat pelatihan karena desa Kunyai mudah
dijangkau, tanah subur, banyak lahan kosong yang belum ditanam. Pelatihan berjalan
lancar, peserta yang mengikuti sejumlah 24 orang. Kelompok Titing Terotong
membudidayakan bawang dayak, kelompok Pintas Kenyalang pengeringan pasca panen
dan membuat jamu teh bawang dayak. Semua peserta setelah mendapatkan pelatihan dan
praktek langsung. Hasil angket respon para petani di uraikan pada tabel berikut:

Hasil
No Aspek Penilaian
Responden (%)
1 Kebersihan penampilan minuman 98.33%
2 Kemenarikan dalam penampilan minuman 94.16%
3 Kesesuaian porsi minuman 94.16%
4 Kesesuaian temperatur dengan menu yang 97.5%
disajian
5 Kemenarikan aroma 94.16%
6 Kesesuaian rasa 93.33%

a. Pembahasan
Dari hasil pelatihan dismpulakan bahwa selama proses pelatihan para petani
antusias mengikuti pelatihan. Hal ini dilihat dari respon para petani. Pasca panen
peserta diminta membuat tempat pengeringan kemudian membuat jamu teh
bawang dayak baik teh segar dan teh yang sudah dikeringkan. Peserta diminta
untuk mengisi angket yaitu 1. Kebersihan penampilan minuman, 2. Kemenarikan
dalam penampilan minuman, 3. Kesesuaian porsi minuman., 4. Kesesuaian
timperatur dengan jenis menu yang disajikan, 5. Kemenarikan aroma, 6.
Kesesuaian rasa minuman. Responden memberikan respon sebagai berikut: 1.
Kebersihan penampilan minuman sebesar 98.33%
; 2. Kemenarikan dalam penampilan minuman 94.16%, 3. Kesesuaian porsi
minuman 94.16% ; 4. Kesesuaian timperatur dengan jenis menu yang disajikan
97.5% ; 5. Kemenarikan aroma 94.16% ; 6. Kesesuaian rasa
minuman 93.33%.

Gambar 1 Kemasan Produk Jamu Teh Bawang Dayak


Gambar 2 Publikasi Koran Jamu Teh Bawang Dayak

Gambar 3 Proses Pembuatan Exstrak Jamu Teh

Gambar 4 Foto bersama Tim Pengusul dan Mitra


Daftar Pustaka

Alves et al., 2003. Khasiat Bawang Dayak Pereda Nyeri Dan Menstruasi Tidak Teratur.

Lin etal. 2002. Pengobatan Kerusakan Jaringan Pencernaan.

Weniger et al. 1982. Agen Aborsi Sertaantifertilitas.

Dam & Mai 1990. Bawang Dayak Dapat Digunakan Sebagai Agen Antibakterial.

Kuntorini & Nugroho. 2009. Bawang Dayak Mengandung Berbagai Jenis Senyawa
Bioaktif Yang Dapat Digunakan Untuk Pengobatan, Diantaranya Triterpenoid.

Hara et al. 1997. Bawang Dayak Mengandung Senyawa Naftokuinon Dan Senyawa
Turunannya, Seperti Elecanicin, Eleutherol, Isoeleutherol, Eleutherin,
Isoeleutherin.

Schultes & Raffauf. 1990. Famili Tanaman Bawang Dayak Meliputi 90 Genus Dengan
Sekitar 1.200 Spesies Didalamnya.

Goldblatt et al. 2008. Anggota Famili Iridaceae Mencakup Sekitar 2050 Spesies Yang
Terbagi Kedalam 67 Genus.

Eggers etal. 2010. Judd et al., 2008. Pusat Persebaran Terpenting Kedua Famili Ini
Diperkirakan Terdapat Di Brazil, Dengan 250 Spesies Dan 30 Genus Yang Telah
Diketahui.

Heyne. 1987. Ciri Tanaman Bawang Dayak Secara Morfologi.

Chikmawati et al. 1998. Ciri Tanaman Bawang Dayak Secara Sitologi.

Suryo. 1995. Penampakan Fenotip Diatur Secara Genetis Oleh Gen-Gen Di Dalam
Kromosom.

Prof. Dr. Sidik Apt (guru besar emiritus Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran)
Bawang Dayak Untuk Obat Hipertensi Dan Diabetes.

Anda mungkin juga menyukai