Anda di halaman 1dari 34

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N.E DENGAN KANKER SERVIKS DI


RUANGAN IRINA D ATAS RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

KELOMPOK I

FARIS ALBERT WENAS, S.KEP. 20014104022

MAJESTY A. KOWURENG, S.KEP. 20014104032

YESSICA C. R. PESIK, S.KEP. 20014104018

MILITIA C. A. SUNDALANGI, S.KEP. 20014104027

NENENG TRI AFRIANI, S.KEP. 20014104028

PUTRI DE HAAN, S.KEP. 20014104005

ENJEL MANDEY, S.KEP. 20014104021

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017)
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe
onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks
antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner,
merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB, penyakit
menular seksual, dan gangguan imunitas (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2017).
C. Gejala
Wanita dengan kanker serviks awal dan pra kanker biasanya tidak mengalami gejala dan
akan timbul ketika sudah menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks
yang sering timbul (American Cancer Society, 2016b; Jhingran and Rodriguez, 2017)
adalah :
1. Perdarahan pervagina abnormal
Perdarahan dapat terjadi setelah seks vaginal, perdarahan setelah menopause,
perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode menstruasi yang
lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan setelah douching atau
setelah pemeriksaan panggul juga dapat terjadi.
2. Keputihan.
Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin terjadi
antara menstruasi atau setelah menopause.
3. Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.
4. Trias berupa back pain, oedema tungkai dan gagal ginjal merupakan tanda kanker
serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.
D. Patofisiologi
Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan epitel
serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in
situ (KIS).
Selanjutnya setelah menembus membrana basalis akan berkembang menjadi karsinoma
mikroinvasif dan invasif. Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrining,
sedangkan pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi diagnostik (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik. Pemeriksaan klinik
ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP,
foto toraks dan bone scan, CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke
kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi
dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan
sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih.
Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan
harus cermat kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila
kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih
stadium yang lebih rendah.
F. Klasifikasi Stadium
0 : Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
I : Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat
secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium IB
1) IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang
pada ukuran secara horizontal
2) IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran
horizontal 7,0 mm atau kurang
3) IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
besar dari IA2
4) IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
5) IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai
1/3 bawah vagina
1) IIA Tanpa invasi ke parametrium
2) IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau
kurang
3) IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
4) IIB Tumor dengan invasi ke parametrium

III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
1) IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul
2) IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis
atau afungsi ginjal

IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau meluas keluar
panggul kecil (true pelvis)

IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar
getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru, hati, atau tulang)

Penyebaran ke korpus uterus tidak mempengaruhi stadium.Penumbuhan ke dinding


panggul pendek dan induratif, kalau tidak nodular dimasukkan sebagai stadium IIB,
bukan stadium IIIB. Induratif sulit dibedakan apakah proses kanker ataukah peradangan.
Penemuan paska operasi dicatat tetapi tidak merubah stadium yang ditetapkan praoperasi.
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan, sesuai
dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat
pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program skrining
atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara
single visit approach atau see and treat program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif
maka selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter
umum atau bidan yang sudah terlatih.
Pada skrining dengan Papsmear, temuan hasil abnormal direkomendasikan untuk
konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan
dengan tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large Loop
Excision of the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan diagnostik maupun
sekaligus terapeutik.
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan
dengan tindakan konisasi atau histerektomi total. Temuan abnormal hasil setelah
dilakukan kolposkopi :
1) LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 1
tahun.
2) HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 6
bulan

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:

1) Terapi NIS dengan Destruksi Lokal


2) Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi dengan N2O dan CO2,
elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk destruksi
lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian pada fase
penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.
a) Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurang-kurangnya -20oC selama 6 menit
(teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2. Kerusakan
bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐sel mengalami dehidrasi dan
mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal dan
denaturasi kompleks lipid protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.
b) Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loopdiathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona
transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi
anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk menentukan
tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan.
c) Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi
umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai
kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi
tersebut sangat luas.
d) Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu muatan
listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas helium, gas
nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai
panjang gelombang 10,6 u. Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat
dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar
dari mukosa serviks menguap karena cairan intraselular mendidih, sedangkan
jaringan yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya. Volume jaringan yang
menguap atau sebanding dengan kekuatan dan lama penyinaran.
Tatalaksana Kanker Serviks Invasif

1) Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ)


Konisasi (Cold knife conization).
Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih memerlukan fertilitas.
Bila tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi.
Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total
Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai tatalaksana kanker invasif.
2) Stadium IA1 (LVSI negatif)
Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan.
Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi.
Histerektomi Total apabila fertilitas tidak dipertahankan
3) Stadium IA1 (LVSI positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan.
Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan
Brakhiterapi
4) Stadium IA2,IB1,IIA1
Pilihan :
Operatif:
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik.
Ajuvan Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu metastasis
KGB, metastasis parametrium, batas sayatan tidak bebas tumor,deep stromal
invasion, LVSI dan faktor risiko lainnya.
Hanya ajuvan radiasi eksterna (EBRT) bila metastasis KGB saja. Apabila tepi sayatan
tidak bebas tumor / closed margin, maka radiasi eksterna dilanjutkan dengan
brakhiterapi.
Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan brakiterapi)
5) Stadium IB 2 dan IIA2
Pilihan :
Operatif:
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
Neoajuvan kemoterapi
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa tumor primer
dan mengurangi risiko komplikasi operasi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
6) Stadium IIB
Pilihan :
Kemoradiasi (Rekomendasi A)
Radiasi (Rekomendasi B)
Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvic limfadenektomi.
Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam penelitian)
7) Stadium III A III B
Kemoradiasi (Rekomendasi A)
Radiasi (Rekomendasi B)
8) Stadium IIIB dengan CKD
Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau Radiasi
9) Stadium IV A tanpa CKD
Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih dahulu
dilakukan kolostomi, dilanjutkan : Kemoradiasi Paliatif, atau Radiasi Paliatif
10) Stadium IV A dengan CKD, IVB
Paliatif
Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif dapat
dipertimbangkan.
H. Pathway

‐ Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar
‐ Genetik
timbul nodul (ekstroserviks dan endoserviks)
‐ Hygiene yang tidak bersih di organ vital
‐ Hubungan seksual <16 tahun
‐ Merokok
‐ Ganti-ganti pasangan
Proses metaplastik (erosive)

Tumor Dysplasia Penyebaran tumor

Karsinoma invasive serviks Pelvis Ke arah


Eksolistik Endolitik
parametriu
m
Ke arah lumen Ke stroma serviks Perubahan
Perubahanepitel Menekan
Metastase
vagina epiteldisplastik
displastik serviks saraf
saraf kevagina
Infiltrasi serviks lumbosakrali
Massa Perdarahan
Perdarahan
lumbosakrali Menginfiltrasi
proliferasi Stimulus
Ulkus septum
Anemia
rektovagina
Nekrosis Ditangkap
Gangguan dankandung
jaringan reseptop
integritas kulit Imunitas ↓ Curah jantung ↓ kemih
nyeri
Obstruksi
Keputihan, bau kandung kemih
Resiko Sirkulasi ke
busuk infeksi Nyeri
jaringan ↓ Kronis
infeksi Gangguan
Perubahan pola seksual
Perfusi perifer tidak
Ketidakefektifan pola eliminasi
efektif/Risiko syok
perfusi jaringan
Harga diri rendah

Terapi

Pembedahan
Pembedahan
Non bedah

Pre operasi Histerektomi


Histerektomi
Kemoterapi Radioterapi

Kurang Luka Operasi


Luka operasi
pengetahuanttg Mual
Mualdan muntah
& muntah Kerusakan jaringan
Kerusakan jaringan
prosedur operasi Perdarahan
Perdaraha
Ansietas n Nafsu
Nafsumakan
makan ↓
↓ Turgor kulit buruk

Post operasi O2 ke sel berkurang


Berat badan ↓ Kerusakan
Proteksi kurang Metabolisme & energy ↓ integritas
Defisit nutrisi jaringan
Kelemahan fisik
Invasi bakteri

Hambatan mobilitas fisik


Resiko infeksi
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal pengkajian : Jumat, 28 Mei 2021 Jam : 14:30 Wita
Ruangan : Irina D Bawah No. RM : 00702607
Diagnosa : P3A0 dengan Ca. Serviks St. 3a + Anemia + Electrolyte Imbalance

A. Anamnesa
1. Identitas
Nama : Ny. N.E
Umur : 39 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lewet Lingkungan VI
Status : Menikah
2. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah
3. Riwayat Keluhan Utama
Pasien pertama kali didiagnosa Ca. Cervix stadium IB pada tahun 2019. Pasien
mengatakan keluhan awal yang dirasakan yaitu perdarahan yang banyak keluar dari
vagina dan masih dirasakan sampai saat ini. Pasien masuk rumah sakit sejak tanggal 7
Mei 2021 dan sudah dirawat selama 21 hari. Saat dikaji pasien mengeluh nyeri perut
bagian bawah, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 8, nyeri hilang timbul
muncul setiap 5 menit dengan lama nyeri yang dirasakan  2 menit. Pasien tampak
meringis. Saat pengkajian didapati bahwa pasien masih mengalami perdarahan aktif yang
keluar dari vagina. Pasien juga mengeluh lemah badan, pasien tampak pucat dan lesu.
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari teratur
Jumlah : 30-50 ml, dengan 2-3 kali ganti pembalut per hari
Bau/tidak bau : Tidak ada kelainan, tidak bau
Lamanya : 3-5 hari
5. Riwayat obstetrik
Kehamilan : Pasien pernah hamil sebanyak 3 kali
Persalinan : Pasien melahirkan sebanyak 3 kali pada tahun 2001, 2004, dan 2007
Nifas : Pasien tidak memiliki keluhan pada saat nifas
Penggunaan Kontrasepsi: pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik tiap 1
bulan yang digunakan selama 18 tahun.
6. Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan tidak memilki riwayat penyakit kronis lainnya seperti hipertensi,
diabetes melitus, gout atritis, dan penyakit lain. Pasien juga mengatakan belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya karena penyakit kronis lain selain penyakit yang
diderita saat ini.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga pasien tidak terdapat riwayat penyakit yang sama
dengan pasien maupun penyakit herediter lain.
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan
Kebutuhan Hasil
Nutrisi Pasien makan 3 kali sehari, pasien hanya makan satu suapan
setiap makan, berat badan 90 kg, pasien mengalami penurunan
berat badan 8 kg, tinggi badan 154 cm, IMT: 37,9 (kelebihan
BB tingkat berat).
Eliminasi Pasien BAK dan BAB dibantu keluarga, BAK 5-6 kali sehari,
BAK dan BAB BAB 1 kali seminggu. BAK warna bening sampai kuning, BAB
konsistensi padat, warna kuning.
Aktifitas/istirahat Pasien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, aktivitas dibantu
keluarga, pasien tidur malam 5-6 jam sehari dan sering
terbangun saat malam akibat nyeri, pasien tampak lesu.
Personal Hygiene Pasien rutin membersihkan diri dengan mandi sehari sekali
dibantu keluarga
Kebiasaan yang Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi minuman beralkhol,
mempengaruhi merokok, atau penggunaan obat-obatan terlarang atau tidak
kesehatan terkontrol
Psikososial dan Saat dikaji pasien mengeluh sudah lelah dikarenakan hari
spiritual; rawatnya di rumah sakit yang sudah lebih dari 20 hari sehingga
membuat pasien enggan untuk makan. Pasien mengatakan
berserah dengan keadaannya saat ini dan masih yakin ia pasti
akan sembuh dan beraktivitas kembali.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
temannya, pasien beragama Kristen dan rutin melakukan ibadah
dan berdoa meskipun dirawat di rumah sakit.
Kebutuhan seksual Riwayat menikah 1 kali, saat ini pasien sudah tidak pernah
melakukan hubungan badan semenjak sakit.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Cukup
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
Nadi: 84 x/mnt
RR: 20 x/mnt
Suhu 36 oC.
2. Kepala :
Bentuk normosefalik, tidak ada nodul atau pembengkakkan
Skelra dan konjungtiva:
Sklera putih, konjungtiva anemis
Wajah :
Tidak ada kontraktur, tidak ada edema
Mulut dan bibir :
Mulut merah kehitaman, tidak ada sianosis, mukosa lembab
Gigi dan gusi :
Gigi lengkap, bersih, gusi merah muda
3. Dada
Payudara :
Pengeluaran cairan: tidak ada
Kondisi puting susu: tidak ada retraksi
Kondisi, Ukuran dan bentuk payudara: bentuk sama kiri dan kanan, tidak ada nodul atau
luka
Paru-paru :
Suara napas tambahan: tidak ada, bunyi nafas vesikuler
Ekspansi Dada: normal tidak hambatan
Jantung :
Suara jantung: Reguler tidak ada kelainan
Kodisi jantung:
Berdasarkan pemeriksaan sebelumnya tidak ada kelainan pada fungsi jantung
4. Abdomen :
Hepar : Tidak ada nodul, terdapat pembesaran, tidak ada nyeri
Limpa : Terdapat pembesaran dan tidak ada nyeri pada limpa
Bising Usus : 6 kali permenit
Vesika Urinaria: Normal tidak ada keluhan
5. Genitalia :
a) Fluor albus :
Warna : Putih kekuningan, konsentrasi kental
Bau : Bau khas keputihan
Jumlah : 15 cc
b) Vulva dan serviks:
Tampak bersih, terdapat pengeluaran darah dari vagina, pasien menggunakan
tampone untuk menampung pengeluaran darah. Tampone diganti setiap 24-48 jam
sekali, jumlah darah yang dibersihkan dari tampone sebanyak ±15 cc.
6. Anus : Tidak dikaji
7. Ekstremitas :
Odema : Tidak ada
Refleks Patela : Positif
C. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan (27/05/2021)
Masa segmen bawah rahim yang meluas ke distal vagina (FIGO IIIA)
Hepatosplenomegali

2. Hematologi (22/05/2021)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 12,9 4,0-10,0 10^3/uL
Eritrosit 3,75 4,70-6,10 10^6/uL
Hemoglobin 9,8 13,0-16,5 g/dL
Hematokrit 31,5 39,0-51,0 %
Trombosit 402 150-450 10^3/uL
MCH 26,1 27,0-35,0 Pg
MCHC 31,1 30,0-40,0 g/dL
MCV 84,0 80,0-100,0 fL
3. Kimia Klinik (21/05/2021)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kimia Klinik
SGOT 13 <33 U/L
SGPT 11 <43 U/L
Ureum Darah 18 10-40 mg/dL
Kreatinin Darah 0,7 0,5-1,5 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 114 70-140 Mg/dL
Klorida Darah 102,2 98,0-109,0 mEq/L
Kalium Darah 2,98 3,50-5,30 mEq/L
Natrium Darah 145 135-153 mEq/L

D. Terapi
No Nama Obat Dosis Frekuensi Rute
1 NaCl 0,9% 500 ml /12 jam I.V
2 Asam Tranexamat 500 mg /8 jam P.O
3 SF 200 mg /24 jam P.O
4 Asam Mefenamat 500 mg /8 jam P.O
5 Ranitidine 150 mg /12 jam P.O
6 KSR 600 mg /8 jam P.O
7 Caglukonas 100 mg Ekstra I.V
8 Phytomenadione 1 ml Ekstra I.V
9 Ketoprofen 100 mg Ekstra P.A
E. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Subjektif: Infiltrasi tumor Nyeri Kronis
- Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah,
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri 8, nyeri hilang timbul muncul
setiap 5 menit dengan lama nyeri yang
dirasakan  2 menit.

Objektif:
- Pasien tampak meringis
- Pasien sering terbangun saat malam akibat
nyeri.
- Pasien hanya makan satu suapan setiap makan
- CT-Scan: Masa segmen bawah rahim yang
meluas ke distal vagina (FIGO IIIA)
Subjektif: Kondisi Keletihan
- Pasien mengeluh lemah badan fisiologis
(penyakit
Objektif: kronis, anemia)
- Pasien tidak dapat beraktivitas secara mandiri,
aktivitas dibantu keluarga
- Pasien tampak lesu
- Hb: 9,8 g/dL
- CT-Scan: Masa segmen bawah rahim yang
meluas ke distal vagina (FIGO IIIA)
Faktor Risiko: Kehilangan Risiko
- Kehilangan cairan secara aktif: terdapat cairan secara Hipovolemia
pengeluaran darah dari vagina, pasien aktif
menggunakan tampone untuk menampung
pengeluaran darah. Tampone dibersihkan
setiap 48 jam sekali, jumlah darah yang
dibersihkan dari tampone sebanyak ±15 cc
- Konjungtiva Anemis
- Kalium darah: 2,98 mEq/L
- TD : 100/60 mmHg
Faktor Risiko: Faktor Risiko Defisit
- Faktor psikologis (keenggenan untuk makan): psikologis Nutrisi
Pasien mengeluh lelah dikarenakan hari
rawatnya di rumah sakit yang sudah lebih dari
20 hari sehingga membuat pasien enggan
untuk makan dan hanya menghabiskan 1
sendok makan setiap kali makan
- Berat badan 90 kg, pasien mengalami
penurunan berat badan 8 kg, tinggi badan 154
cm, IMT: 37,9 (kelebihan BB tingkat berat)
F. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dibuktikan dengan:
Subjektif:
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri 8, nyeri hilang timbul muncul setiap 5 menit dengan lama nyeri yang
dirasakan  2 menit
Objektif:
Pasien tampak meringis
Pasien sering terbangun saat malam akibat nyeri.
Pasien hanya makan satu suapan setiap makan
CT-Scan: Masa segmen bawah rahim yang meluas ke distal vagina (FIGO IIIA)
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyakit kronis, anemia) dibuktikan
dengan:
Subjektif:
Pasien mengeluh lemah badan
Objektif:
Pasien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, aktivitas dibantu keluarga
Pasien tampak lesu
Hb: 9,8 g/dL
CT-Scan: Masa segmen bawah rahim yang meluas ke distal vagina (FIGO IIIA)
3. Risiko Hipovolemia dibuktikan dengan:
Faktor risiko:
Kehilangan cairan secara aktif: terdapat pengeluaran darah dari vagina, pasien
menggunakan tampone untuk menampung pengeluaran darah. Tampone dibersihkan
setiap 48 jam sekali, jumlah darah yang dibersihkan dari tampone sebanyak ±15 cc
Konjungtiva Anemis
Kalium darah: 2,98 mEq/L
TD : 100/60 mmHg
4. Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan:
Faktor risiko:
Faktor psikologis (keenggenan untuk makan): Pasien mengeluh lelah dikarenakan hari
rawatnya di rumah sakit yang sudah lebih dari 20 hari sehingga membuat pasien enggan
untuk makan dan hanya menghabiskan 1 sendok makan setiap kali makan.
Berat badan 90 kg, pasien mengalami penurunan berat badan 8 kg, tinggi badan 154 cm,
IMT: 37,9 (kelebihan BB tingkat berat).
G. Intervensi Keperawatan
Diagnosis (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Nyeri Kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi Observasi
keperawatan selama 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3 hari diharapakan frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun meningkat 3. Monitor keberhasilan terapi komplementer
dengan kriteria hasil: yang sudah diberikan
1. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun (skala 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
nyeri sedang skor mengurangi rasa nyeri
4-6) 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
2. Meringis nyeri
menurun 6. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Anoreksia Edukasi
menurun 7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Kesulitan tidur 8. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
menurun 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik
Keletihan Setelah dilakukan Manajemen Energi
intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
3 hari diharapkan mengakibatkan kelelahan
Tingkat Keletihan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
menurun dengan 3. Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil: 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
1. Verbalisasi melakukan aktivitas
kepulihan energi Terapeutik
meningkat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
2. Kemampuan stimulus (cahaya, suara, kunjungan)
melakukan 6. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
aktivitas rutin tidak dapat berpindah atau berjalan
meningkat Edukasi
3. Hemoglobin 7. Anjurkan tirah baring
meningkat (13,0- 8. Anjurkan melakukan aktivitas secara
16,5 g/dL) bertahap
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi
3 hari diharapkan meningkat, nadi lemah, tekanan darah
Status Cairan menurun, lemah)
membaik dan Terapeutik
Keseimbangan 2. Hitung kebutuhan cairan
Elektrolit meningkat 3. Berikan asupan cairan oral
dengan kriteria hasil: Edukasi
1. Kadar 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Hemoglobin 5. Anjurkan menghindari perubahan posisi
membaik (13,0- mendadak
16,5 g/dL) Kolaborasi
2. Tekanan Darah 6. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
membaik (120/80 (NaCl)
mmHg) 7. Kolaborasi pemberian produk darah
3. Serum Klorida
meningkat (3,50- Manajemen Elektrolit
5,30 mEq/L) Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala
ketidakseimbangan kadar elektrolit
2. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
3. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
4. Pasang akses intravena
Edukasi
5. Jelaskan jenis, penyebab, dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit

Risiko Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


Nutrisi intervensi Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi status nutrisi
3 hari diharapkan 2. Identifikasi makanan yang disukai
Status Nutrisi 3. Monitor berat badan
membaik dengan 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
kriteria hasil: Terapeutik
1. Porsi makan yang 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
dihabiskan protein
meningkat 6. Berikan makanan tinggi serat
2. Frekuensi makan Edukasi
membaik 7. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3. Nafsu makan 8. Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
sebelum makan (pereda nyeri, antiemetik)
jika perlu
G. Implementasi Keperawatan
Jumat, 28 Mei 2021
Dx Waktu Implementasi Evaluasi
1,3 14:00 Melayani pemberian terapi: Asam Mefenamat 500 mg, KSR 600 mg 20:00
Respon: Obat masuk via peroral Subjektif:
Dx 1:
1 14:05 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan Pasien mengatakan masih merasakan
skala nyeri nyeri perut bawah, nyeri hebat skala 8,
Respon: Nyeri perut bagian bawah. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul
hilang timbul setiap 5 menit, nyeri dirasakan selama 2 menit, nyeri hebat skala setiap 5 menit selama 2 menit.
nyeri 8. Dx 2:
Pasien mengatakan masih merasakan
1 14:07 Mengajarkan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk mengurangi rasa nyeri lemah badan, sudah mengikuti anjuran
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan untuk tirah barang.
2 14:15 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan tirah baring Dx 3:
Respon: Pasien mengerti dan mengatakan akan melakukan sesuai anjuran Pasien mengatakan sudah mengikuti
3 14:16 Melayani pemberian terapi Asam Tranexamat 500 mg anjuran untuk tidak merubah posisi
Respon: Obat masuk peroral mendadak, dan meningkatkan asupan
cairan oral.
14:17 Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia Dx 4:
Respon: TD : 100/60 mmHg, Nadi: 84 x/menit Pasien mengatakan belum bisa melakukan
anjuran untuk makan sedikit tapi sering
14:30 Menghitung kebutuhan cairan
Respon: 40 ml x 90 kg = 3.600 ml/hari Objektif:
Dx 1:
14:35 Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral Pasien tampak meringis
Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran N: 90 x/menit
Dx 2:
14:37 Menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Pasien tidak dapat beraktivitas mandiri
Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran Pasien tampak lesu
14:40 Mengatur tetesan cairan IV NaCl 0,9% Dx 3:
Respon: Tetesan infus diatur 20 tpm TD: 110/70 mmHg
N: 88 x/menit
4 14:45 Mengidentifikasi status nutrisi Konjungtiva anemis
Respon: Pasien makan 3 kali sehari, sekali makan hanya 1 suapan, pasien tidak Dx 4:
nafsu makan. BB 90 kg. IMT: 37,9 (kelebihan BB tingkat berat). Pasien mengalami Porsi makan tidak dihabiskan
penurunan BB sebanyak 8 kg.
Assessment:
14:50 Menganjurkan pasien makan makanan yang disukai dan makan sedikit tapi sering Dx 1:
Respon: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran Keluhan nyeri belum menurun
1 15:30 Mengajarkan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk mengurangi rasa nyeri Meringis belum menurun
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan, pasien Dx 2:
tampak koperatif dengan setiap tindakan yang diberikan Kepulihan energi belum meningkat
Kemampuan melakukan aktivitas belum
16.10 Mengidentifikasi skala nyeri
meningkat
Respon : pasien mengatakan nyeri skala 7
Dx 3:
16.45 Menganjurkan teknik nonfarmakologis relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot Tekanan darah belum membaik
progresif untuk mengalihkan perasaan nyeri Dx 4:
Respon : pasien dapat mengikuti instruksi, pasien tampak rileks dan mengalihkan Porsi makan belum dihabiskan
nyeri yang dirasakan Frekuensi makan membaik
1,3 17.36 Mengukur TTV Nafsu makan belum meningkat
Respon : TD : 100/70 mmHg, N : 80x/m, S :36.7, R : 18x/m
17.45 Mengidentifikasi skala nyeri Planning:
Respon: Pasien mengatakan skala nyeri 7
Dx 1: Manajemen Nyeri :
1,3 18:00 Melayani pemberian terapi Asam Mefenamat 500 mg, SF 200 mg, Ranitidin 150 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
,4 mg durasi, frekuensi, kualitas, dan
Respon: Obat masuk peroral intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Dx 2: Manajemen Energi :
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (cahaya, suara,
kunjungan)
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Dx 3: Manajemen Hipovolemia:
- Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (nadi meningkat, nadi
lemah, tekanan darah menurun,
lemah)
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (NaCl)
- Kolaborasi pemberian produk
darah
Manajemen Elektrolit:
- Identifikasi tanda dan gejala
ketidakseimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit
- Kolaborasi pemberian suplemen
elektrolit
Dx 4: Manajemen Nutrisi
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
- Berikan makanan tinggi serat
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum sebelum makan (pereda
nyeri, antiemetik)
Sabtu, 29 Mei 2021
Dx Waktu Implementasi Evaluasi
1,3 06:00 Melayani pemberian terapi: Asam Mefenamat 500 mg, KSR 600 mg, Asam 14:00
,4 Tranexamat 500 mg, Ranitidine 150 mg Subjektif:
Respon: Obat masuk via peroral Dx 1:
Pasien mengatakan masih merasakan
1 07:00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan nyeri perut bawah, nyeri hebat skala 8,
skala nyeri nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul
Respon: Nyeri perut bagian bawah. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri setiap 5 menit selama 2 menit.
hilang timbul setiap 5 menit, nyeri dirasakan selama 2 menit, nyeri hebat skala Dx 2:
nyeri 8. Pasien mengatakan masih merasakan
lemah badan, sudah mengikuti anjuran
07:03 Mengunjurkan untuk melakukan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk untuk tirah barang.
mengurangi rasa nyeri Dx 3:
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan Pasien mengatakan sudah mengikuti
2 07:15 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya, suara, kunjungan) anjuran untuk tidak merubah posisi
Respon: mendadak, dan meningkatkan asupan
- mengatur suhu lingkungan, mengurangi kebisingan dengan membatasi cairan oral.
jumlah pengunjung dan penjaga di dalam ruangan Dx 4:
- tampak yang menjaga pasien hanya 1 orang Pasien mengatakan belum bisa melakukan
- menutup sampiran
- pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3 bersama dua orang pasien lainnya anjuran untuk makan sedikit tapi sering

07.15 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan tirah baring Objektif:


Respon: Pasien mengerti dan mengatakan akan melakukan sesuai anjuran Dx 1:
3 07:17 Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia Pasien tampak meringis
Respon: TD : 100/60 mmHg, Nadi: 90 x/menit N: 90 x/menit
Dx 2:
07:19 Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral Pasien tidak dapat beraktivitas mandiri
Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran Pasien tampak lesu

07:20 Menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Dx 3:


Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran TD: 110/70 mmHg
N: 88 x/menit
4 07:45 Menganjurkan pasien makan makanan yang disukai dan makan sedikit tapi sering Konjungtiva anemis
Respon: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran Dx 4:
1 10:00 Mengunjurkan untuk melakukan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk Porsi makan tidak dihabiskan
mengurangi rasa nyeri
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan Assessment:
Mengidentifikasi skala nyeri Dx 1:
1 10:10 Respon: Pasien mengatakan skala nyeri 7 Keluhan nyeri belum menurun
1, 12:00 Mengukur TTV
Meringis belum menurun
3 Respon : TD : 100/70 mmHg, N : 90x/m, S :36, R : 18x/m
Dx 2:
4 12:30 Menganjurkan pasien makan makanan yang disukai dan makan sedikit tapi sering
Kepulihan energi belum meningkat
Respon: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran
Kemampuan melakukan aktivitas belum
3 13:00 Melayani pemberian tranfusi darah PRC 250cc meningkat
Respon: Tranfusi via IV Dx 3:
13.10 Mengidentifikasi skala nyeri Tekanan darah belum membaik
Respon : Pasin mengatakan skala nyeri 8
Dx 4:
1 13.35 Menganjurkan teknik nonfarmakologis relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot Porsi makan belum dihabiskan
progresif untuk mengalihkan perasaan nyeri
Frekuensi makan membaik
Respon : pasien dapat mengikuti instruksi, pasien tampak dapat mengalihkan nyeri
lewat instruksi yang diberikan Nafsu makan belum meningkat
1 13.45 Mengukur TTV
Respon : TD : 100/60 mmHg, N : 90x/m, S :36.5, R : 20x/m
Planning:
1 13.55 Mengidentifikasi skala nyeri
Dx 1: Manajemen Nyeri :
Respon : Pasien mengatakan skala nyeri 7
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
3 13.57 Meganjurkan untuk menigkatkan cairan oral dengan banyak minum air putih durasi, frekuensi, kualitas, dan
minimal 3.600 ml/hari (18 gelas)
intensitas nyeri
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan sesuai anjuran yang diberikan
1, 14:00 Melayani pemberian terapi: Asam Mefenamat 500 mg, KSR 600 mg, Asam - Identifikasi skala nyeri
3 Tranexamat 500 mg - Monitor keberhasilan terapi
Respon : Obat masuk via peroral komplementer yang sudah
diberikan
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Dx 2: Manajemen Energi :
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (cahaya, suara,
kunjungan)
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Dx 3: Manajemen Hipovolemia:
- Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (nadi meningkat, nadi
lemah, tekanan darah menurun,
lemah)
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (NaCl)
- Kolaborasi pemberian produk
darah

Manajemen Elektrolit:
- Identifikasi tanda dan gejala
ketidakseimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit
- Kolaborasi pemberian suplemen
elektrolit
Dx 4: Manajemen Nutrisi
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
- Berikan makanan tinggi serat
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum sebelum makan (pereda
nyeri, antiemetik)
Senin, 31 Mei 2021
Dx Waktu Implementasi Evaluasi
1,3 06:00 Melayani pemberian terapi: Asam Mefenamat 500 mg, KSR 600 mg, Asam 14:00
,4 Tranexamat 500 mg, Ranitidine 150 mg Subjektif:
Respon: Obat masuk via peroral Dx 1:
Pasien mengatakan masih merasakan
1 08:10 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan nyeri perut bawah, nyeri hebat skala 7,
skala nyeri nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul
Respon: Nyeri perut bagian bawah. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri setiap 5 menit selama 2 menit.
hilang timbul setiap 5 menit, nyeri dirasakan selama 2 menit, nyeri hebat skala Dx 2:
nyeri 7. Pasien mengatakan masih merasakan
lemah badan, sudah mengikuti anjuran
08:13 Mengunjurkan untuk melakukan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk untuk tirah barang.
mengurangi rasa nyeri Dx 3:
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan Pasien mengatakan sudah mengikuti
2 08:15 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya, suara, kunjungan) anjuran untuk tidak merubah posisi
Respon: mendadak, dan meningkatkan asupan
- mengatur suhu lingkungan, mengurangi kebisingan dengan membatasi cairan oral.
jumlah pengunjung dan penjaga di dalam ruangan Dx 4:
- tampak yang menjaga pasien hanya 1 orang Pasien mengatakan belum bisa melakukan
- menutup sampiran
- pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3 bersama dua orang pasien lainnya anjuran untuk makan sedikit tapi sering
3 08:16 Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
Respon: TD : 100/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit Objektif:
Dx 1:
08:19 Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral Pasien tampak meringis
Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran N: 86 x/menit
Dx 2:
08:20 Menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Pasien tidak dapat beraktivitas mandiri
Respon: Pasien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran Pasien tampak lesu
4 08:45 Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering
Respon: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran, tampak pasien makan 1-2 Dx 3:
sendok makan tiap 3 jam TD: 110/70 mmHg
N: 88 x/menit
1 10:00 Menganjurkan untuk melakukan teknik nonfarmakologis relaksasi otot untuk Konjungtiva anemis
mengurangi rasa nyeri Dx 4:
Respon: Pasien dapat mengikuti langkah-langkah teknik yang diajarkan Porsi makan tidak dihabiskan

Mengidentifikasi skala nyeri Assessment:


1 10:10 Respon: Pasien mengatakan skala nyeri 7 Dx 1:
1, 12:00 Mengukur TTV
Keluhan nyeri belum menurun
3 Respon : TD : 100/70 mmHg, N : 86 x/m, S :36, R : 18x/m
Meringis belum menurun
4 12:30 Menganjurkan pasien makan makanan yang disukai dan makan sedikit tapi sering
Dx 2:
Respon: Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran
Kepulihan energi belum meningkat
3 13:00 Melayani pemberian tranfusi darah PRC 250cc
Kemampuan melakukan aktivitas belum
Respon: Tranfusi via IV
meningkat
13.10 Mengidentifikasi skala nyeri Dx 3:
Respon : Pasin mengatakan skala nyeri 7
Tekanan darah belum membaik
1 13.35 Menganjurkan teknik nonfarmakologis relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot Dx 4:
progresif untuk mengalihkan perasaan nyeri
Porsi makan belum dihabiskan
Respon : pasien dapat mengikuti instruksi, pasien tampak dapat mengalihkan nyeri
lewat instruksi yang diberikan Frekuensi makan membaik
1 13.45 Mengukur TTV Nafsu makan belum meningkat
Respon : TD : 110/70 mmHg, N : 86 x/m, S :36.5, R : 20x/m
1 13.55 Mengidentifikasi skala nyeri
Planning:
Respon : Pasien mengatakan skala nyeri 7
Dx 1: Manajemen Nyeri :
3 13.57 Meganjurkan untuk menigkatkan cairan oral dengan banyak minum air putih - Identifikasi lokasi, karakteristik,
minimal 3.600 ml/hari (18 gelas)
Respon : Pasien mengatakan akan melakukan sesuai anjuran yang diberikan durasi, frekuensi, kualitas, dan
1, 14:00 Melayani pemberian terapi: Asam Mefenamat 500 mg, KSR 600 mg, Asam intensitas nyeri
3 Tranexamat 500 mg - Identifikasi skala nyeri
Respon : Obat masuk via peroral - Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Dx 2: Manajemen Energi :
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (cahaya, suara,
kunjungan)
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Dx 3: Manajemen Hipovolemia:
- Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (nadi meningkat, nadi
lemah, tekanan darah menurun,
lemah)
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (NaCl)
- Kolaborasi pemberian produk
darah

Manajemen Elektrolit:
- Identifikasi tanda dan gejala
ketidakseimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit
- Kolaborasi pemberian suplemen
elektrolit
Dx 4: Manajemen Nutrisi
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
- Berikan makanan tinggi serat
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum sebelum makan (pereda
nyeri, antiemetik)
JURNAL PENELITIAN

Strategi Pencarian: Menggunakan aplikasi search engine Google (Google Scholar) dengan
menggunakan kata kunci: ‘Progressive Muscle Relaxation’ dan ‘Pasien Kanker Serviks’ yang
kemudian diseleksi sesuai dengan kasus kelolaan berdasarkan judul dan dipilih terbitan jurnal
yang memiliki akses penuh.

Judul Penelitian: Pengaruh Progressive Muscle Relaxation sebagai Penerapan Palliatif Care
terhadap Nyeri dan Kecemasan Pasien Kanker Serviks

Nama Peneliti: 1 Eka Nadya Rahmania, 2 Jum Natosba, 3 Karolin Adhisty (Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya)

Metodologi Intervensi Hasil Simpulan & Saran


Penelitian ini merupakan Pemberian latihan PMR Hasil penelitian Hasil penelitian
penelitian dilakukan secara rutin menyatakan dapat menjadi
kuantitatif dengan pra sebanyak 2 kali terdapat bahan
eksperimental sehari selama 25-30 perbedaan yang masukan bagi
dalam klasifikasi one menit dalam waktu bermakna perawat dalam
group pretest and 5 hari. skala nyeri dan memberikan asuhan
posttest design. Sampel Instrumen penelitian ini skor kecemasan keperawatan
penelitian terdiri atas sebelum dan maternitas
berjumlah 16 orang lembar screening awal setelah dilakukan khususnya
responden kanker responden, intervensi PMR memberikan
serviks yang diambil lembar karakteristik (p-value=0,000). edukasi mengenai
dengan teknik responden, lembar Latihan PMR terapi PMR dalam
purposive sampling. observasi pengukuran sebagai salah satu mengatasi nyeri dan
Penelitian ini nyeri dan terapi non kecemasan pada
dilakukan pada bulan kecemasan, alat farmakologi pasien kanker
Maret-April 2018 pengukuran nyeri terbukti dapat serviks.
di Ruang Rambang 2.2 menggunakan Visual menurunkan nyeri
Instalasi Rawat Analog Scale dan kecemasan
Inap G RSUP (VAS), alat pengukuran pada pasien
dr.Mohammad Hoesin kecemasan kanker serviks.
Palembang. Analisa menggunakan kuesioner
data penelitian terdiri atas Zung SelfRating
dua jenis, Anxiety Scale
yaitu analisis univariat dan (SAS/SRAS), dan
analisis panduan pelaksanaan
bivariat yang PMR.
menggunakan uji Shapiro
Wilk sebagai uji
normalitas data dan
didapatkan bahwa data
pengukuran
skala nyeri terkategori
normal (p>0,05)
sehingga dilanjutkan
dengan
menggunakan uji paired t-
test
sedangkan data
pengukuran skor
kecemasan terkategori
tidak normal
(p<0,05) sehingga
dilanjutkan dengan
menggunakan uji alternatif
Wilcoxon
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (2016b) Signs and Symptoms of Cervical Cancer. Available at:
https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/detectiondiagnosis-staging/signs-
symptoms.html (Accessed: 29 Mei 2021).

Jhingran, A. and Rodriguez, A. M. (2017) ‘Neoplasms of the cervix’, pp. 1–28. doi:
10.1002/9781119000822.hfcm103.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2017). Kanker Serviks. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI

Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai