Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.N DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN

NAMA : ROSYTA AMALIA NUR RAHMAWATI


NIM : C2018137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
BAB I
TINJAUAN TEORI KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Konsep Fisiologi
Menurut Hidayat & Musrifatul (2014), kebutuhan manusia merupakan unsur-
unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.
Seorang psikolog dari Amerika yaitu Abraham Maslow yang mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow: Hiereki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan paling dasar dalam Hierarki Maslow. Umumnya,
seorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan
lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Sebagai contoh, orang yang kekurangan makan, keselamatan,
dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makan
sebelum memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan
hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu:
- Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
- Kebutuhan cairan dan elektrolit
- Kebutuhan makanan
- Kebutuhan istirahat dan tidur
- Kebutuhan aktivitas
- Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
- Kebutuhan seksual
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi:
- Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh
dan hidup. Ancaman tersebut berupa penyakit, kecelakaan, bahay dari
lingkungan, dan sebagainya.
- Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa
terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki
- Memberi dan menerima kasih sayang
- Mendapatkan kehangatan keluarga
- Memiliki sahabat
- Diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun persamaan dihargai oleh orang lain
- Keinginan untuk mendapatkan kekuatan
- Meraih prestasi
- Rasa percaya diri
- Kemerdekaan diri
- Orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain
e. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarki
Maslow. Kebutuhan ini meliputi:
- Dapat mengemal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
diri sendiri)
- Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
- Tidak emosional
- Mempunyai dedikasi yang tinggi
- Kreatif
- Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya
Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan demam typhoid
mecakup:
1. Gangguan kebutuhan fisiologis
Masalah yang terjadi pada gangguan kebutuhan fisiologis
diantaranya:
- Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
Pada umumnya anak mengalami peningkatan suhu tubuh
sebagai salah satu manifestasi adanya proses infeksi kuman
salmonella typhosa. Meningkatnya metabolisme tubuh dan
kehilangan cairan karena meningkatnya Insensibel Water Loss
(IWL) juga merupakan penyebab dari gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan. Gangguan kebutuhan cairan juga dapat
terjadi sebagai akibat diare dan muntah pada anak yang
mengalami demam typoid, yang biasanya terjadi pada minggu
pertama timbulnya panas. Hal ini karena proliperasi pada
sistem pencernaanyang dimanifestasikan dengan diare, maka
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat terjadi.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi juga biasanya
menyertai anak yang mengalami demam typhoid, hal ini karena
terjadi infeksi dan proses inflamasi pada saluran pencernaan
oleh kuman salmonella typhosa terutama pada usus halus yang
berfungsi untuk mengabsorpsi makanan secara adekuat. Selain
itu sering muncul manifestasi lidah kotor atau putih yang
menyebabkan nafsu makan menurun, sehingga gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terjadi.
- Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pada umumnya anak dengan demam typhoid mengalami takut
pada orang asing dan prosedur tindakan, hal ini terjadi pada
setiap anak yang di rawat di rumah sakit dan akan
menyebabkan gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Orang tua akan mengalami kecemasan, yang termasuk dalam
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hal ini terjadi pada
orang tua karena kurangnya informasi tentang penyakit anak
tersebut dan kurangnya pengetahuan pada orang tua.
2. Definisi
Demam typhoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman salmonella
typhi yang menyerang pencernaan, terutama di perut dan usus. Demam typhoid
sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang sering di temukan di masyarakat
Indonesia. Penderita juga beragam mulai dari usia balita, anak-anak, dan dewasa
(Suratun & Lusianah 2010, hal 225).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
bakteri salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, dan C. Penularan demam
typhoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi (Widoyono, 2011).
Tifus abdominalisatau demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2012).
Berdasrkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam typhoid
adalah infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang
menyerang pencernaan melalui fecal dan oral mulai dari usia balita, anak-anak dan
dewasa dengan gejala demam satu minggu.
2. Karakteristik
Demam typhoid atau typhus abdominalis, typhoid fever, atau enteric fever
adalah penyakit sitemik akut yang mempunyai karakteristi demam, sakit kepala, dan
ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang tiga minggu yang disertai gejala-
gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit (Fatmawati, 2011).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut teori HL. Blum (2011) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku atau
gaya hidur (Life Style), Faktor Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), Faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.
Sehingga faktor yang mempengaruhi kejadian demam typhoid menurut teori
HL. Blum (2011) adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku,
fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat brvariasi, umumnya
digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek
fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik
contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia
seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan sebaginya.
Lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam typhoid
yaitu rumah sehat yang belum memenuhi syarat seperti tersedianya air
bersih, tersedianya jamban, tersedianya tempat pembuangan sampah dan
limbah rumah tangga, dan tempat penyimpanan makanan yang aman agar
terhindar dari vektor yang menyebabkan makanan terkontaminasi dengan
bakteri salmonella typhi.
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebisaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi dan
perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Perilaku yang
mempengaruhi terjadinya penyakit demam typhoid yaitu seperti
kebiasaan mencuci tangan setelah BAB, kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan dan kebiasaan membeli makanan di luar rumah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam typhoid dapat
dilihat dari karakteristik individu yaitu terdiri dari umur, pendidikan,
dan pengetahuan yang rendah sehingga faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan perilaku dan kebiasaan seseorang yeng menyebabkan
penyakit demam typhoid.
a. Umur
Demam typhoid masih merupakan penyakit endemis di Indonesia.
Penyakit ini banyak menimbulkan masalah pada kelompok umur
dewasa muda, karena tidak jarang disertai perdarahan dan perforasi
usus yang sering menyebabkan kematian penderita. Secara umum
insiden typhoid dilaporkan 75% di dapatkan pada umur kurang dari
30 tahun (Depkes, 2006).
b. Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk
melakukan kebiasaan hidup sehat. Seseorang yang mempunyai
pendidikan yang tinggi mempunyai resiko yang lebih kecil untuk
tertular penyakit demam typhoid (Notoatmodjo, 2010).
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain; pengalaman, tingkat
pendidikan yang luas, keyakinan tanpa adanya pembuktian,
fasilitas (televisi, radio, majalah, koran, buku), penghasilan, dan
sosial budaya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa proses yang terjadi
untuk memperoleh pengetahuan antara lain; awareness
(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu stimulus (obyek), interes (tertarik)
terhadap stimulus atau obyek tersebut, evaluation (menimbang-
nimbang) terhadap baik dan buruknya stimulus tersebut bagi
dirinya, trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, dan
adopsi (meniru) dimana subyek berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan perawatan serta kelompok masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dioengaruhi oleh
lokasi yang mudah di jangkau. Selanjutnya adalah tenaga kesehatan
pemberi pelayanan, informasi dan motivasi mesyarakat untuk mendatangi
fasilitas kesehatan dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan
kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma.
4. Tahapan-tahapan
Demam typhoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit
menular lainnya, typhoid banyak ditemukan di negara berkembang dimana hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi
tergantung lokasi, kondisi lingungan dan perilaku masyarakat. Angka 17 insidensi di
seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena
penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian berada di Asia. Indonesia
merupakan negara endemik demam typhoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per
100.000 penduduk setiap tahun yang diremukan sepanjang tahun (Widoyono, 2011).
Sumber penularan demam typhoid atau tifus tidak harus selalu penderita tifus.
Ada penderita yang sudah mendapat pengobatan dan sembuh, tetapi di dalam air seni
dan kotorannya masih mengandung bakteri. Penderita ini disebut sebagai pembawa
(carrier). Walaupun tiak lagi menderita penyakit tifus, orang ini masih dapat
menularkan penyakit ini kepada orang lain. Penularan dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan dari luar, apabila makanan
atau minuman yang di konsumsi kurang bersih (Addin, 2009).
Salmonella yang terbawa melalui makanan ataupun benda lainnya akan
memasuki saluran cerna. Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis
ataupun subklinis pada manusia adalah sebesar 105-108 salmonella (mungkin cukup
dengan 103 organisme Salmonella typhi). Di lambung, bakteri ini akan di musnahkan
oleh asam lambung, namun yang lolos akan masuk ke usus halus. Bakteri ini akan
melakukan penetrasi pada mukosa baik usus halus maupun usus besar dan tinggal
secara intraseluler dimana mereka akan berproliferasi. Ketika bakteri ini mencapai
epitel dan iga tidak bisa menanganinya, maka akan terjadi degenerasi brush border
(Brooks, 2011).
Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe
mesenterika, hati dan limfe. Setelah periode tertentu (inkubasi), yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun,
akan tetapi tempat predileksinya adalah hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu,
dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja (Soedarmo et al, 2010).
5. Masalah atau gangguan yang timbul
Gejala yang timbul pada demam typhoid sangat bervariasi, mulai dari gejala
yang ringan sehingga tidak terdiagnosis, dengan gejala klinis yang khas (sindrom
demam typhoid), sampai dengan gejala yang berat yang disertai komplikasi. Beberapa
gangguan yang timbul pada demam typhoid antara lain:
a. Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam typhoid. Awalnya,
demam hanya samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh naik turun yakni
pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara sore dan malam hari
lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40ºC.
Intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit
kepala, diare, nyeri otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual dan muntah.
Pada minggu ke-2 intensitas demam semakin tinggi, kadang terus-
menerus. Bila pasien membaik maka minggu ke-3 suhu tubuh berangsur
turun dan dapat kembali normal pada minggu ke-3.
Perlu diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas
pada demam typhoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan, mungkin
karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang terjadi lebih awal.
Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.
b. Gangguan saluran pencernaan
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang
lama. Bibir kering dan terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan
ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan
tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering
mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah.
Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderun
mengalami konstipasi.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringn.
Sering ditemui kesadaran apatis, bila gejala klinis berat tak jarang
penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis.
Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol.
d. Hepatosplenomegali
Pada penderita demam typhoid, hati dan limpa sering ditemukan
membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.
e. Bradikardia relatif dan gejala lain
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak di ikuti
oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering di pakai adalah
setiap peningkatan suhu 1ºC tidak di ikuti peningkatan frekuensi nadi 8
denyut dalam satu menit. Bradikardi relatif tidak sering di temukan,
mungkin karena teknis pemeriksaan yang sulit dilakukan. Gejala-gejala
lain yang dapat ditemukan pada demam typhoid adalah rose spot (bintik
kemerahan pada kulit) yang biasanya di temukan di perut bagian atas, serta
gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi (Yekti &
Romiyanti, 2016).
6. Pengkajian pada kebutuhan dasar manusia
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data
diumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
fisikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan
saat klien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat
berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan
yang utama dalam tahap pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan
data, dan analisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.
2) Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat,
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama yang bisa terjadi pada anak demam typhoid yaitu
terjadinya demam atau peningkatan suhu tubuh terjadi pada hari ke-3
minggu pertama, suhu berangsur naik setiap hari pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering
dan pecah-pecah, ujung lidah kotor dan tepinya kemerahan, pada minggu
ke-2 anak terus dalam keadaan demam, pada minggu ke-3 suhu berangsur
turun dan normal kembali.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat penyakit yang pernah diderita yang berkaitan dengan
penyakit sekarang atau pernah kontak dengan penyakit demam
typhoid sebelumnya.
b) Riwayat pemberian imunisasi: kelengkapan anak terhadap
penyakit imunisasi yang diberikan pada usia 0 sampai 14 bulan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga kemungkinan didapati salah satu anggota
keluarga yang pernah menerita demam typhoid yang dapat menularkan
atau sebagai carrier melalui feses atau urine dan makanan yang
terkontaminasi oleh tangan penderita sehingga secara tidak langsung
keluarga dapat terinfeksi.
4) Riwayat imunisasi
Kelengkapan anak terhadap penyakit imunisasi diberikan pada usia 1-14
bulan dengan macam-macam imunisasi yaitu: hepatitis, BCG, BPT 1, 2,
3, polio dan campak.
c. Kebutuhan dasar
1) Kebutuhan nutrisi
Anak penerita demam typhoid biasanya mengalami gangguan pada nutrisi
karena adanya rasa mual, muntah dan tidak nafsu makan sehingga
menyebabkan menurunnya berat badan.
2) Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eliminasi pada penderita demam typhoid mengalami gangguan
dalam pola eliminasi defekasi. Pada minggu kedua akan terjadi konstipasi.
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada minggu pertama, penderita demam
typhoid cenderung mengalami susah tidur terutama pada malam hari
berhubungan adanya peningkatan suhu tubuh yang terjadi pada sore hari
dan malam hari.
4) Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas penerita demam typhoid akan terganggu dikarenakan
pada anak dengan demam typhoid akut harus mengalami istirahat total.
5) Kebutuhan hygiene
Kebutuhan hygiene pada anak dengan demam typhoid umumnya
mengalami kelemahan dan harus istirahat total, maka dalam hal ini
kebutuhan personal hygiene memerlukan bantuan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Dilihat apakah pada penderita demam typhoid terjadi muntah, diare,
demam, tidak nafsu makan, lidah yang khas (lidah putih kotor pada
pertengahan lidah dan ujung yang hiperemisis) serta suhu tubuh yang
meningkat.
2) Palpasi
Diraba apakah kulit teraba halus dan lembab, pada bagian abdomen
kembung dan terasa tegang, nyeri perut pada bagian kanan atas.
3) Auskultasi
Frekuensi usus dapat melemah atau meningkat
4) Perkusi
Kadang ditemukan distensi abdomen
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leuksitosis atau kadar leukosit
normal. Eukstosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SPGT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3) Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat adanya infeksi
oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
Kultur urine: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5) Anti Salmonella Typhi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena muncul pada hari ketiga dan keempat terjadinya
demam (NIC-NOC, 2015).
7. Diagnosa keperawatan terkait
a. Hipertermi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kurangnya pengetahuan diri
8. Intervensi
a. Hipertermi
1. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermi
2. Observasi suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan
3. Berikan kompres air biasa
4. Berikan minum yang cukup
5. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
6. Pemberian obat antipiretika
7. Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Menilai status nutrisi anak
2. Ijinkan anak untuk memakai makanan yang dapat ditoleransi anak
3. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada anak saat selera anak
meningkat
4. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi
5. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
6. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
7. Mempertahankan kebersihan mulut anak
8. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
9. Kolaborasikan untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian
makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
c. Kurang pengetahuan
1. Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas
perkembangan anak
2. Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat
dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun
3. Membantu memenuhi kebutuhan dasar anak
4. Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak
9. Sumber pustaka
Hidayat, A.A.A, & Uliyah, M. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
https://www.repository.unimus.ac.id
https://www.jurnal.unimus.ac.id
https://www.repository.stikes-bhm.ac.id
BAB II
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : An. N
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kali Cebong Wetan RT.001 RW.002, Krasak, Teras
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : Jawa
Tgl masuk : 07 Desember 2020
No RM : 301702
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. P
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kali Cebong Wetan RT.001 RW.002, Krasak, Teras
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Hubungan dengan klien : Orang tua (Ibu)
c. Keluhan utama
Pasien
d. Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan rujukan dari Puskesmas
Mojosongo dan di bawa ke IGD RSUD Pandan Arang Boyolali pada
tanggal 30 November 2020 jam 07.00 dengan keluhan pusing dan
mual. Hasil pemeriksaan TTV, TD : 200/110 mmHg, N : 64 x/mnt,
RR : 22 x/mnt, S : 36,5ºC. Pasien mendapat terapi infus RL 20 tpm,
injeksi ranitidine 25 mg, amlodi pin 10 mg. Setelah klien merasa lebih
baik pasien dipindahkan ke bangsal Merbabu.
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa belum pernah di rawat di RS dan jika sakit
hanya berobat di Puskesmas.
 Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang sakit
seperti klien. Dan menantunya perah mengalami TBC 3 tahun yang
lalu.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
 Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan sakit adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak
dapat melakukan aktivitas tertentu karena kelumpuhan atau
keterbatasan gerak. Sedangkan kesehatan menurut pasien adalah suatu
keadaan yang mahal harganya. Pasien mengatakan memiliki prinsip
supaya bisa sehat yaitu dengan olah raga dan tidak merokok.
 Pola nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan sehari 3 kali dengan nasi, lauk pauk, dan
sayur. Tetapi pasien seminggu hanya makan sayur 2 kali, minum
sehari 6-7 gelas belimbing.
Saat sakit :
Pasien mengatakan makan dari rumah sakit diberi 3 kali sehari dengan
nasi, lauk, dan sayur. Makannya hanya tersisa ¼ porsi, dan minum 5-6
gelas sehari.
 Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidak ada keluhan sama sekali,
tiak menggunakan alat bantu, BAB 1 kali sehari, konsistensi padat,
warna kekuningan, BAK 6-7 kali sehari, warna kekuningan, tidak
menggunakan alat bantu.
Saat sakit :
Pasien mengatakan selama sakit BAB 1 kali dalam sehari, tidak
menggunakan alat bantu, warna kekuningan, tidak ada lendir dan
darah. BAK 5 kali dalam sehari, tidak menggunakan alat bantu, warna
kekuningan, dan sedikit tercium bau obat.
 Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri sebagai buruh tani dari pagi hingga menjelang siang hari dan
pasien mengatakan jarang berolah raga.
Saat sakit :
Pasien mengatakan hanya mampu beristirahat di tempat tidur dan
bergerak jika ingin BAB/BAK ke kamar mandi.
 Pola kognitif
Pasien mengatakan masih memiliki daya ingat yang kuat dan sering
merasa cemas karena penyakitnya.
 Pola hubungan pasien
Pasien mengatakan berperan sebagai suami di dalam keluarganya dan
berkerja sebagai buruh tani. Saat menjalankan peran pasien
mengatakan tidak ada masalah dan menjalankannya dengan baik.
Pasien mengatakan menjalin hubungan baik dengan keluarga dan
masyarakat.
 Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada oedema di genetalia pasien. Hubungan
suami istri terjalin harmonis. Pasien mengatakan mimpi basah pertama
kali pada usia 11 tahun.
 Pola konsep diri
Pasien mengatakan identitas dirinya adalah laki-laki. Pasien
mengatakan dapat menerima sakitnya dan berusaha untuk cepat
sembuh. Gambaran diri pasien adalah seorang pekerja keras,
berorientasi terhadap waktu, dan mengatur waktu dengan baik.
 Pola koping dan toleransi stres
Pasien mengatakan jika ada masalah dalam keluarganya di selesaikan
dengan musyawarah.
 Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa beragama islam, pasien mengatakan
menjalankan sholat 5 waktu dan dilakukan secara rutin. Pasien
mengatakan selama sakit ibadahnya dilakukan diatas tempat tidur.
f. Pemeriksaan umum
 Keadaan umum
Keadaan umum pasien adalah compos mentis
GCS = 15 E=4 V=5 M=6
TTV TD = 200/110 mmHg RR = 22 x/mnt
N = 96 x/mnt S = 36,5ºC
TB = 163 cm BB = 62 kg
IMT = BB = 62 = 23
(TB)²m (1,63 x 1,63)
g. Pemeriksaan sistematis Head To Toe
1. Kepala
- Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam menuju putih,
distribusi rambut tidak merata, rambut bersih, tidak ada lebam.
- Mata
Mata kanan dan kiri simetris, fungsi penglihatan baik,
konjungtiva merah, sklera putih, reflek cahaya positif, terdapat
kantung mata.
- Hidung
Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, dan tidak ada
penumpukan sekret.
- Telinga
Tidak menggunakan alat bantu dengar, simetris antara kanan
dan kiri, tidak ada luka, dan bersih.
- Gigi dan mulut
Tidak ada karotis, gigi sedikit kekuningan, tidak ada gigi palsu,
mukosa bibir lembab.
- Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
yang dirasakan.
2. Thorax
- Paru – paru (IPPA)
I = Pengembangan paru kanan dan kiri simetris
P = Vermintus kanan dan kiri simetris
P = Sonor
A = Tidak terdapat suara tambahan
- Jantung (IPPA)
I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Pekak
A = Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada suara tambahan
- Abdomen (IAPP)
I = Bentuk perut normal
A = Peristaltik usus 15 x/mnt
P = Tidak ada massa dan nyeri tekan
P = Tympani
3. Punggung
Simetris, tidak ada luka, tidak ada pembengkakan, dan tidak ada
lesi.
4. Genetalia
Genetalia bersih, tidak terpasang kateter, dan tidak ada oedema.
5. Ekstremitas
- Atas : tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak
ada oedema
- Bawah : tidak ada oedema
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 30 November 2020 pukul 07.30 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,4 g/dL 11,7 – 15,5
Leukosit 9,0 10^ 3/uL 3,6 – 11, 0
Hematokrit 36 % 35 – 47
Eritrosit 5,0 10^ 6/uL 3,80 – 5,20
Trombosit 273 10^ 3/uL 150 – 400
MCH L25 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36
MCV L73 FL 80 – 100
DIFF COUNT
Eosinofil 1,90 % 1- 4
Basofil 0,20 % 0–1
Netrofil H 78,80 % 50 – 70
Limfosit L 10,80 % 22 – 40
Monosit H 8,30 % 4–8
Golongan darah O
KIMIA KLINIK
GDS 102 mg/dL 70 – 120
Ureum L 10 mg/dL 10 – 50
Creatinin L 0,32 mg/dL 0,40 – 0,90
SGOT 26 u/L 0 – 35
SGPT 33 u/L 0 -35
HBSAg Rapid Non reaktif Non reaktif

2. Analisa data
NO TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. Senin, 30 DO : Agen cedera Nyeri akut
November - TTV biologis
2020 TD : 200/110 mmHg
08.00 S : 36,5ºC
WIB N : 64 x/mnt
RR : 22 x/mnt
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak gelisah
DS :
- Pasien mengatakan
nyeri pada kepala
P : Pasien mengatakan
nyeri datang tiba-tiba
Q : Pasien mengatakan
nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : Pasien mengatakan
nyeri di bagian
kepalanya
S : Pasien mengatakan
nyeri skala 7
T : Pasien mengatakan
nyerinya setiap 2 menit
sekali dan hilang timbul
2. Senin, 30 DO : Kebisingan Gangguan
November - Pasien terdapat mata lingkungan pola tidur
2020 panda
08.00 - Pasien tampak lemas
WIB - Pasien tampak tidak
bersemangat
DS :
- Pasien mengatakan
bahwa kurang tidur
karena sering terbangun
3. Senin, 30 DO : Kurang Kurang
November - Pasien tampak bingung sumber pengetahuan
2020 saat ditanya tentang informasi
08.00 penyakitnya
WIB - Pasien bertanya dan
meminta informasi
tentang penyakitnya
DS :
- Pasien mengatakan
tidak tau tentang
penyakit yang dialami
3. Diagnosa keperawatan dan Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kebisingan lingkungan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi
4. Perencanaan tindakan keperawatan
a. Tujuan dan kriteria hasil
N TGL / DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL TTD/NAMA
O JAM KRITERIA HASIL
1. Senin, Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor 1. TTV
30 berhubungan tindakan TTV merupakan
Novem dengan agen keperawatan 2. Lakukan bagian
ber cedera biologis selama 3x7 jam, pengkajian yang
2020 pasien tidak nyeri sangat Rosyta
09.00 mengalami nyeri secara penting
WIB dengan KH : komprehe dalam
a. Mampu nsif pemeriksaa
mengontrol termasuk n pada
nyeri, lokasi, pasien
penyebab karakterist 2. Mengidenti
nyeri, mampu ik, durasi, fikasi
menggunakan frekuensi, karateristik
teknik non kualitas, nyeri dan
farmakologi dan faktor ketidaknya
untuk presipitasi manan
mngurangi 3. Ajarkan pada
nyeri 7 – 4 teknik pasien
b. Mampu nafas 3. Memberika
mengenali dalam n perasan
nyeri (skala, 4. Ajarkan relaksasi
intensitas, teknik pada
frekuensi dan distraksi pasien
tanda nyeri) relaksasi 4. Teknik
5. Kolaborasi distraksi
pemberian adalah
obat terapi
analgesik pengalihan
dan non
irbesartan farmakolog
i yang
dapat
dilakukan
pada
pasien
dengan
kondisi
apapun
5. Memberika
n efek
penurunan
nyeri,
penurunan
tekanan
darah, dan
perasaan
tidak
nyaman
pada
pasien
2. Selasa, Gangguan Setelah 1. Jelaskan 1. Tidur
01 pola tidur dilakukan pentingnya yang
Desem berhubungan tindakan tidur yang adekuat
ber dengan keperawatan adekuat dapat
Rosyta
2020 kebisingan selama 3x7 jam, 2. Fasilitasi meningkatka
09.00 lingkungan gangguan pola untuk n perasaan
WIB tidur teratasi mempertaha lebih
dengan KH : nkan nyaman dan
- Jumlah jam aktivitas rileks
tidur lebih sebelum 2. Mencegah
banyak tidur kepenatan
- Pola tidur dan 3. Ciptakan dan
kualitas tidur lingkungan meningkatka
dalam batas yang nyaman n perasaan
normal 4. sehat
- Mampu Kolaborasi 3.
mengidentifikas pemberian Memberikan
i hal-hal yang obat tidur situasi
meningkatkan dengan kondusif
kualitas tidur dokter untuk pasien
tidur
(pengaturan
posisi, pijat,
terapi
akupresur)
4.
Penggunaan
obat tidur
yang
membantu
pasien dalam
beristirahat
3. Selasa, Kurang Setelah 1. Kaji 1. Proses
01 pengetahuan dilakukan tingkat pembelajara
Desem berhubungan tindakan pengetahuan n sangat
ber dengan keperawatan pasien dan dipengaruhi
2020 kurang selama 3x7 jam keluarga oleh Rosyta
09.00 sumber kurang 2. Berikan kesiapan
WIB informasi pengetahuan pendidikan fisik dan
pasien teratasi kesehatan mental klien
dengan KH : mengenai 2.
- Pasien dan (pengertian Meningkatka
keluarga hipertensi, n
mengatakan penyebab penyerapan
pemahaman hipertensi, materi
tentang makanan pembelajara
penyakit, yang di n
kondisi, bolehkan dan 3. Menilai
prognosis, dan yang tidak di sejauh mana
program perbolehkan) tingkat
pengobatan 3. Berikan kepahaman
- Pasien dan pertanyaan yang
keluarga mampu kepada diterima
melaksanakan pasien oleh pasien
prosedur yang tentang apa
dijelaskan yang sudah
dengan benar dijelaskan
(pengertian,
penyebab,
tanda gejala,
makanan
yang di
bolehkan dan
yang tidak di
perbolehkan)

5. Pelaksanaan tindakan keperawatan / Implementasi


NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTA RESPON TTD/NAMA
SI
1. Senin, 30 Nyeri akut 1. Mengkaji S: Pasien
November berhubungan ulang TTV mengatakan
2020 dengan agen kepalanya
cedera biologis
11.00 – pusing dan mau
Rosyta
13.00 dilakukan
WIB pemeriksaan
O:
TD: 200/110
mmHg
N: 64 x/mnt
RR: 22 x/mnt
S: 36,5ºC
2. Mengkaji S: Pasien
ulang skala mengatakan
nyeri nyeri pada
kepalanya
dengan skala
nyeri 7
O: Pasien
tampak
memegang
kepalanya dan
meringis
kesakitan
3. Mengajarkan S: Pasien
pasien teknik bersedia
relaksasi nafas mengikuti cara
dalam yang diajarkan
perawat
O: Pasien
tampak rileks
4. Mengajarkan S: Pasien duduk
teknik relaksasi dengan posisi
dan distraksi fowler dan
menengarkan
musik
O: Pasien
tampak nyaman
5. Berkolaborasi S: Pasien
dengan dokter mengatakan
dalam sudah
pemberian obat meminum obat
analgetik dan yang diberikan
irbesartan O: Pasien
tampak sedang
meminum obat

Gangguan pola
tidur 1. Menjelaskan S: Pasien
berhubungan pada pasien mengatakan
dengan pentingnya tidur “iya”
Rosyta
kebisingan yang adekuat O: Pasien
lingkungan tampak paham
dan mengerti
2. Memfasilitasi S: Pasien
pasien untuk mengatakan
mempertahanka bahwa sebelum
n aktivitas tidur
sebelum tidur mendengarkan
radio
O: Pasien
tampak nyaman
3. Menciptakan S: Pasien sudah
lingkungan yang dapat
nyaman menyesuaikan
lingkungan di
rumah sakit
O: Pasien
tampak merasa
aman dan
nyaman
4. Berkolaborasi S: Pasien
dengan dokter mengatakan
dalam sudah
pemberian obat meminum obat
tidur yang diberikan
O: Pasien
tampak
meminum obat

1. Mengkaji S: Pasien sudah


Kurang
tingkat mengerti
pengetahuan
pengetahuan tentang keadaan
berhubungan
pasien dan sakitnya
dengan sumber
keluarga O: Pasien
informasi Rosyta
tampak paham
dengan
penjelasan
perawat
2. Memberikan S: Pasien
pendidikan mengatakan
kesehatan bersedia untuk
mengenai di berikan
(pengertian materi
hipertensi, pendidikan
penyebab kesehatan
hipertensi, O: Pasien
makanan yang tampak antusias
di bolehkan dan
yang tidak
diperbolehkan)

2. Selasa, 01 Nyeri akut 1. Mengkaji S: Pasien


Desember berhubungan ulang TTV mengatakan
2020 dengan agen bersedia
08.00 – cedera biologis dilakukan
Rosyta
10.00 pemeriksaan
WIB TTV
O:
TD: 170/100
mmHg
N: 60 x/mnt
RR: 14 x/mnt
S: 36,5ºC
2. Mengkaji S: Pasien
ulang skala mengatakan
nyeri nyeri pada
kepala skala
nyeri 5
O: Pasien
tampak
menahan sakit
3. Memberikan S: Pasien
teknik relaksasi mengatakan
sudah
mengikuti cara
yang diajarkan
perawat
O: Pasien
tampak rileks
4. Berkolaborasi S: Pasien
dengan dokter mengatakan
dalam sudah minum
pemberian obat obat yang
analgetik dan diberikan
irbesartan O: Pasien
tmpak sedang
minum obat
Gangguan pola 1. Memfasilitasi S: Pasien
tidur untuk mengatakan
berhubungan mempertahanka masih suka
dengan n aktivitas mendengarkan
kebisingan sebelum tidur radio sebelum
Rosyta
lingkungan tidur
O: Pasien
tampak tenang
2. Ciptakan S: Pasien
lingkungan yang mengatakan
nyaman bisa sedikit
nyenyak
tidurnya
O: Pasien
tampak segar
3. Berkolaborasi S: Pasien
pemberian obat mengatakan
tidur dengan sudah
dokter meminum obat
O: Pasien
tampak minum
obat
Kurang 1. Mengkaji S: Pasien
pengetahuan tingkat mengatakan
berhubungan pengetahuan sudah jelas
dengan kurang pasien dan tentang
sumber keluarga penyakitnya
informasi O: Pasien
Rosyta
tampak
menerima
2. Memberikan S: Pasien
pertanyaan mengatakan
kepada pasien tentang
tentang apa pengertian dari
yang telah penyakit
disampaikan hipertensi
kepada pasien O: Pasien
tentang penyakit tampak paham
hipertensi dan mengerti
3. Rabu, 02 Nyeri akut 1. Mengkaji S: Pasien
Desember berhubungan ulang TTV mengatakan
2020 dengan agen bersedia untuk
09.00 - cedera biologis dilakukan
Rosyta
10.30 pemeriksaan
WIB TTV
O:
TD: 130/80
mmHg
N: 60 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 36,4ºC
2. Mengkaji S: Pasien
ulang skala mengatakan
nyeri nyeri di kepala
dan skala nyeri
2
O: Pasien
tampak sedikit
menahan sakit
3. S: Pasien
Berkolaborasi mengatakan
dengan dokter sudah minum
dalam obat yang telah
pemberian obat diberikan
analgetik dan O: Pasien
irbesartan tampak minum
obat
Gangguan pola 1. Menciptakan S: Pasien
tidur lingkungan mengatakan
berhubungan yang nyaman kualitas
dengan tidurnya sudah
Rosyta
kebisingan cukup baik
lingkungan O: Pasien
tampak segar
2. S: Pasien
Berkolaborasi mengatakan
dengan dokter mau meminum
dalam obat
pemberian obat O: Pasien
tidur tampak minum
obat
Kurang 1. Memberikan S: Pasien
pengetahuan pertanyaan mengatakan
berhubungan kepada pasien dapat menjawab
dengan kurang seputar tentang pertanyaan yang
sumber penyakitnya diberikan
informasi O: Pasien
tampak
Rosyta
mengerti

6. EVALUASI FORMATIF
NO TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA
1. Senin, 30 Nyeri akut berhubungan S: Pasien
November dengan agen cedera mengatakan nyeri
2020 biologis pada bagian
12.00 – kepala
Rosyta
14.00 P: Pasien
WIB mengatakan nyeri
datang secara
tiba-tiba
Q: Pasien
mengatakan nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
R: Pasien
mengatakan nyeri
di bagian kepala
S: Pasien
mengatakan skala
nyeri 7
T: Pasien
mengatakan nyeri
datang setiap 2
menit sekali dan
hilang timbul
O:
Keadaan umum:
composmentis
Tekanan Darah:
200/110 mmHg
Nadi: 96 x/mnt
Pernafasan: 22
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
Pasien tampak
memegang
kepalanya dan
menahan sakit
A:
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
teratasi sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 1-5

Gangguan pola tidur S:


berhubungan dengan Pasien
kebisingan lingkungan mengatakan sulit
untuk beristirahat
O:
Pasien tampak
cemas, lesu,
terdapat kantung
mata dan tidak
bersemangat.
Tekanan darah:
200/110 mmHg
Nadi: 96 x/mnt
Pernafasan: 22
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
A:
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kebisingan
lingkungan
teratasi sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 1-4

Kurang pengetahuan S:
berhubungan dengan Pasien
sumber informasi mengatakan tidak
mengetahui
tentang
penyakitnya
O:
Pasien tampak
cemas dan
bingung
A:
Masalah kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan sumber
informasi teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 1-3

2. Selasa, 01 Nyeri akut berhubungan S: Pasien


Desember dengan agen cedera mengatakan nyeri
2020 biologis pada bagian
12.00 – kepala
13.30 WIB P: Pasien
Rosyta
mengatakan nyeri
datang secara
tiba-tiba
Q: Pasien
mengatakan nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
R: Pasien
mengatakan nyeri
di bagian kepala
S: Pasien
mengatakan skala
nyeri 5
T: Pasien
mengatakan nyeri
datang setiap 2
menit sekali dan
hilang timbul
O:
Keadaan umum:
composmentis
Tekanan Darah:
170/100 mmHg
Nadi: 60 x/mnt
Pernafasan: 14
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
Pasien tampak
meringis menahan
sakit
A:
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
teratasi sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 1, 2,
4, 5

Gangguan pola tidur S:


berhubungan dengan Pasien
kebisingan lingkungan mengatakan sulit
untuk beristirahat
O:
Pasien tampak
cemas, lesu,
terdapat kantung
mata dan tidak
bersemangat.
Tekanan darah:
170/100 mmHg
Nadi: 64 x/mnt
Pernafasan: 14
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
A:
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kebisingan
lingkungan
teratasi sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 2, 3, 4

Kurang pengetahuan S:
berhubungan dengan Pasien
sumber informasi mengatakan tidak
mengetahui
tentang
penyakitnya
O:
Pasien
mengatakan tidak
mengetahui
tentang
penyakitnya
A:
Masalah kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan sumber
informasi teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan 1, 3

3. Rabu, 02 Nyeri akut berhubungan S:


Desember dengan agen cedera Pasien
2020 biologis mengatakan
12.00 – kepalanya sudah
13.30 WIB tidak nyeri
O:
Keadaan umum:
Rosyta
composmentis
Tekanan Darah:
130/80 mmHg
Nadi: 60 x/mnt
Pernafasan: 18
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
A:
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan

Gangguan pola tidur S:


berhubungan dengan Pasien
kebisingan lingkungan mengatakan dapat
tidur dengan
nyenyak
O:
Pasien tampak
segar, kantung
mata berkurang
dan bersemangat
A:
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kebisingan
lingkungan
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan

Kurang pengetahuan S:
berhubungan dengan Pasien
sumber informasi mengatakan sudah
lebih paham
dengan
penyakitnya
O:
Pasien tampak
mengerti dan
paham
A:
Masalah kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan sumber
informasi teratasi
P:
Intervensi
dihentikan

7. EVALUASI SUMATIF
NO TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA
1. Rabu, 02 Nyeri akut berhubungan S:
Desember dengan agen cedera Pasien
2020 biologis mengatakan
12.00 – kepalanya sudah Rosyta
14.00 WIB tidak nyeri
O:
Keadaan umum:
composmentis
Tekanan Darah:
130/80 mmHg
Nadi: 60 x/mnt
Pernafasan: 18
x/mnt
Suhu: 36,5ºC
A:
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan /
pasien BLPL

Gangguan pola tidur S:


berhubungan dengan Pasien
kebisingan lingkungan mengatakan dapat
tidur dengan
nyenyak
O:
Pasien tampak
segar, kantung
mata berkurang
dan bersemangat
A:
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kebisingan
lingkungan
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan /
pasien BLPL

Kurang pengetahuan S:
berhubungan dengan Pasien
kurang sumber mengatakan sudah
informasi lebih paham
dengan
penyakitnya
O:
Pasien tampak
mengerti dan
paham
A:
Masalah kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan sumber
informasi teratasi
P:
Intervensi
dihentikan /
pasien BLPL

Anda mungkin juga menyukai