Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan erat
dengan sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan tubuh
dan mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna dan beracun jika terus berada
didalam tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh kita, karena ginjal bertugas
mempertahankan homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh manusia, dengan cara
mengeluarkan zat sisa melalui proses filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Pada saat proses
urinasi, bladder berkontraksi dan urin dikeluarkan melalui uretra. Tetapi semua fungsi
organ tersebut tidak luput dari adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu terjadi
dapat menyebabkan suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu sindrom nefrotik
(Siburian, 2013; Astuti, 2014).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak masih
tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Angka kejadian
di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak
berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Mortalitas dan prognosis anak dengan
sindroma nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia
anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden,
2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja landasan teori NS (nefrotik syndrom) ?
2. bagaimana asuhan keperawatan pada NS (nefrotik syndrom) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan teori nefrotik syndrom.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada nefrotik syndrom.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI NEFROTIK SYNDROM


A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan
gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang
difus (Luckman, 1996). Sindrom Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40
mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg),
hipoproteinemia, hipoalbuminemia (≤2,5 gr/dL), edema, dan hiperlipidemia
(Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan
protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah
(3) edema, dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat
merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001)
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada
anak usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler
kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid,
glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma
limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan
oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya
pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten

2
terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama
kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.

B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012
adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti
glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit
sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan
amyloidosis.

C. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan
ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus
yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative
gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein
terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein
didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya
diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya
albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular
berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume
cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian
menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema (Wati, 2012).

3
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan
yuliani, 2001 : 217).

D. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2
(2001), manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak
dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata
(periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada
abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan
keletihan umumnya terjadi.

(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com, 2010)

(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)

4
E. Pathways

Virus, bakteri, protozoa inflamasi Perubahan


glomerulus permeabilitas
DM peningkatan viskositas darah membrane
Sistemik lupus eritematous regulasi glomerlurus
kekebalan terganggu proliferasi
Mekanisme
abnormal leukosit
Kerusakan penghalang
glomerlurus protein

Protein & Kegagalan Kebocoran


albumin lolos dalam proses molekul besar
dalam filtrasi & filtrasi (immunoglobuli
masuk ke urine n)

Gangguan Protein dalam Protein dalam Pengeluaran


citra tubuh urine meningkat darah menurun IgG dan IgA

Pembengka Proteinuria Hipoalbuminemia Sel T dalam


kan pada sirkulasi
periorbita menurun

Ekstravaksi SINDROM Gangg


Mata cairan NEFROTIK uan

Penumpukan Volume Resiko infeksi


Oedema cairan ke ruang intravaskuler
intestinum
Reabsorbsi
ADH air

Penekanan Paru-paru Asites Kelebihan


pada tubuh volume cairan
terlalu dalam
Efusi pleura Tekanan
abdomen Menekan
meningkat diafragma
Nutrisi & O2 Ketidakefektifan
bersihan jalan Otot pernafasan
Mendesak
nafas tidak optimal
rongga lambung

5
Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat

Gangguan
Iskemia Produksi asam Ketidakefektif
pemenuhan
laktat an pola nafas
nutrisi

Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan perfusi kebutuhan
jaringan Kelemahan, tubuh Oliguri
perifer keletihan,
mudah capek

Intoleransi
aktivitas

Absorbsi air oleh usus Hipovolemia Tekanan arteri

Feses mengeras Sekresi renin Granulasi sel-


sel glomerulus

konstipasi Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
angiotensin I &
II Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer

Tekanan darah

Beban kerja
jantung

6
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015) Penurunan
curah jantung

F. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya
penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin,
pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan
kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi
dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari
1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai normal
negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria
berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif
dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin sebesar
300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam
nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit,
leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single
spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam,
mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada
individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif
merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan.
Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar
protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.

7
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia >
8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat
manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya,
biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi
penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan
prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan minimal-change disease
pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease
memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan
untuk mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa
di laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat menggunakan
jarum model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi tengurap
pasien mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan pemeriksaan
lab urin lengkap.

8
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien
dipulangkan. Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi
biopsi sore pulang (one day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan
kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan cairan, penurunan
pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino essensial.
Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan
220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai Protein total menurun
(N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin
normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β
globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1
gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3
normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin
normal. (Sumber: Siburian, 2013)

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.
Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan
protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang hilang dalam urin dan
untuk membentuk cadangan protein di tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan
diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema berat, dan
adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk mengurangi proteinuria
(Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik
mencakup agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran,

9
Leukeran, atau siklosporin), jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang
diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).

1. Diet bagi klien sindrom nefrotik


1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia. (Almatsier, 2007)

2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu 35
kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein
yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai
biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah  500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernafasan. (Almatsier, 2007)

3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari


Jenis Bahan
Dianjurkan Dibatasi
Makanan
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti, Roti, biskuit dan kue-kue yang
karbohidrat gandum, makaroni, pasta, dibuat menggunakan garam

10
jagung, kentang, ubi, talas, dapur dan soda.
singkong, havermout
Sumber Telur, susu skim/susu rendah Hati, ginjal, jantung, limpa,
protein lemak, daging tanpa lemak, otak, ham, sosis, babat, usus,
hewani ayam tanpa kulit, ikan paru, sarden, kaldu daging,
bebek, burung, angsa, remis,
seafood dan aneka. Protein
hewani yang diawetkan
menggunakan garam seperti
sarden, kornet, ikan asin dan
sebagainya
Sumber Kacang-kacangan dan aneka Kacang-kacangan yang
protein olahannya diasinkan aatu diawetkan
nabati
Sayuran Semua jenis sayuran segar Sayuran yang diasinkan atau
diawetkan
Buah- Semua macam buah-buahan Buah-buahan yang diasinkan
buahan segar atau diawetkan
Minum Semua macam minuman Teh kental atau kopi.
yang tidak beralkohol Minuman yang mengandung
soda dan alkohol: soft drink,
arak, ciu, bir
Lainnya Semua macam bumbu Makanan yang
secukupnya berlemak, penggunaan santan
kental, bumbu: garam, baking
powder, soda kue, MSG,
kecap, terasi, ketchup, sambal
botol, petis, tauco, bumbu
instan, dan sebagainya

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NEFROTIK SYNDROM


A. Pengkajian
1. Identitas Klien

11
a. Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6 th).
Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan
genetik sejak lahir.
b. Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan
diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat
memicu terjadinya infeksi.
c. Agama
d. Suku/bangsa
e. Status
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
2. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan hal
berikut:
c. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
d. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan adanya
keluhan pusing dan cepat lelah
e. Kaji adanya anoreksia pada klien
f. Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
4. Riwayat Kesehatan Dahulu

12
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu timbulnya
manifestasi klinis sindrom nefrotik
6. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: Susah tidur
5) Pola mekanisme koping :  Cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
7. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari peningkatan
beban volume.
c) B3 (Brain)

13
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status neurologis
mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem
saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tungkai dari keletihan fisik secara umum
8. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin.
Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran glomerulus.
(Astuti, 2014; Munandar, 2014)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Batasan Karakteristik :

1) Edema
2) Ansietas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine (NANDA, 2015)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)

Batasan Karakteristik :

14
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan (NANDA, 2015)

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)

Batasan Karakteristik :

1) Berfokus pada penampilan masa lalu


2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubuh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain (NANDA, 2015)

4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus dengan jumlah


berlebihan (efusi pleura)

Batasan Karakteristik :

1) Suara nafas tambahan


2) Perubahan frekuensi dan irama napas
3) Sianosis
4) Dipsneu
5) Gelisah (NANDA, 2015)

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penekanan tubuh


terlalu dalam akibat edema

Batasan Karakteristik :

1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku,


sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia (NANDA, 2015)

15
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat

Batasan Karakteristik :

1) Perubahan kedalaman pernapasan


2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit (NANDA, 2015)

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Batasan Karakteristik :

1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas


2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah (NANDA, 2015)

8. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

Batasan Karakteristik :

1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
4) Takikardia (NANDA, 2015)

C. Intervensi
No.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx.
1. Setelah dilakukan tindakan Timbang berat badan setiap hari Estimasi penurunan edema tubuh

16
keperawatan selama … x 24 dan monitor status pasien
jam, diharapkan kelebihan
volume cairan tidak terjadi evaluasi harian keberhasilan
dengan kriteria hasil : Jaga intake/asupan yang akurat terapi dan dasar penentuan
a. Terjadi penurunan edema dan catat output tindakan
dan ascites
b. Tidak terjadi peningkatan
berat badan menentukan intervensi lebih
Kaji lokasi dan luasnya edema lanjut

mencegah edema bertambah


Berikan cairan dengan tepat parah

Berikan diuretik yang Diberikan dini pada fase


diresepkan oleh dokter oliguria untuk mengubah ke fase
nonoliguria, dan meningkatkan
(NIC, 2013) volume urine adekuat

2. Setelah dilakukan tindakan Monitor kalori dan asupan Membantu dan mengidentifikasi
keperawatan selama … x 24 makanan defisiensi dan kebutuhan diet
jam, diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi Mulut yang bersih dapat
kurang dari kebutuhan tubuh meningkatkan nafsu makan
tidak terjadi, dengan kriteria Lakukan atau bantu pasien
hasil : terkait perawatan mulut Meningkatkan selera dan nafsu
a. Nafsu makan klien sebelum makan makan
meningkat
b. Tidak terjadi Pastikan makanan disajikan
hipoproteinemia secara menarik dan pada suhu
c. porsi makan yang yang paling cocok untuk
dihidangkan dihabiskan konsumsi secara optimal
Pasien dapat kooperatif dan

17
Anjurkan pasien terkait dengan melakukan apa yang dianjurkan
kebutuhan diet untuk kondisi
sakit Diet yang tepat dapat
meningkatkan status nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi pasien
untuk mengatur diet yang
diperlukan
(NIC, 2013)

3. Setelah dilakukan tindakan Monitor apakah anak bisa Mengidentifikasi respon anak
keperawatan selama … x 24 melihat bagian tubuh mana terhadap perubahan tubuhnya
jam, diharapkan gangguan yang berubah
citra tubuh dapat teratasi,
dengan kriteria hasil : Identifikasi strategi-strategi Respon orangtua menentukan
a. Citra tubuh positif penggunaan koping oleh bagaimana persepsi anak terhadap
b. Mendeskripisikan secara orangtua dalam berespon tubuhnya
faktual perubahan fungsi terhadap perubahan penampilan
tubuh anak
c. Mempertahankan interaksi Memudahkan komunikasi
sosial Bangun hubungan saling personal dengan anak
percaya dengan anak
Mekanisme evaluasi dari persepsi
Gunakan gambaran mengenai citra diri anak
gambaran diri
Membantu meningkatkan citra
tubuh anak
Ajarkan untuk melihat
pentingnya respon mereka
terhadap perubahan tubuh anak
dan penyesuaian di masa depan,
dengan cara yang tepat.

18
(NIC, 2013)

4. Setelah dilakukan tindakan Monitor respirasi dan status O2 Data dasar dalam menentukan
keperawatan selama … x 24 intervensi lebih lanjut
jam, diharapkan bersihan jalan
nafas dapat efektif, dengan Suara nafas tambahan
Auskultasi suara nafas. Catat
kriteria hasil : mengidentifikasikan ada
adanya suara nafas tambahan
a. Klien mampu bernafas sumbatan dalam jalan nafas
dengan mudah
b. Mampu mengidentifikasi Mencegah edema bertambah
dan mencegah faktor yang parah
Atur intake untuk cairan
dapat menghambat jalan
nafas Memaksimalkan ventilasi
Posisikan pasien semifowler
Membantu mengeluarkan sekret
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
(NIC, 2013)

5. Setelah dilakukan tindakan Monitor denyut dan irama Mengetahui kelainan jantung
keperawatan selama … x 24 jantung
jam, diharapkan perfusi Mengetahui kelebihan atau
jaringan perifer efektif, dengan Ukur intake dan outtake cairan kekurangan
kriteria hasil :
a. Waktu pengisian kapiler < Meningkatkan perfusi
3 detik Berikan oksigen sesuai
b. Tekanan sistol dan diastol kebutuhan Menghindari gangguan integritas
dalam rentang yang kulit
diharapkan Lakukan perawatan kulit,
c. Tingkat kesadaran seperti pemberian lotion Mempertahankan pasukan
membaik oksigen
Hindari terjadinya palsava
manuver seperti mengedan,
menahan napas, dan batuk

19
(NIC, 2013)

6. Setelah dilakukan tindakan Monitor jumlah pernapasan, Mengetahui status pernapasan


keperawatan selama … x 24 penggunaan otot bantu
jam, diharapkan pola nafas pernapasan, batuk, bunyi paru,
dapat efektif, dengan kriteria tanda vital, warna kulit, AGD
hasil :
a. Pasien dapat Berikan oksigen sesuai program
mendemonstrasikan pola Mempertahankan oksigen arteri
pernapasan yang efektif Atur posisi pasien fowler
b. Pasien merasa lebih Meningkatkan pengembangan
nyaman dalam bernafas Alat-alat emergensi disiapkan paru
dalam keadaan baik
(NIC, 2013) Kemungkinan terjadi kesulitan
bernapas akut
7. Setelah dilakukan tindakan Monitor keterbatasan aktivitas, Merencanakan intervensi dengan
keperawatan selama … x 24 kelemahan saat aktivitas tepat
jam, diharapkan intoleran
aktivitas dapat teratasi, dengan Catat tanda vital sebelum dan Megkaji sejauh mana perbedaan
kriteria hasil : sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas
a. Kelemahan yang berkurang
b. Mempertahankan Membantu mengembalikan energi
kemampuan aktivitas Lakukan istirahat yang adekuat
semaksimal mungkin setelah latihan dan aktivitas Metabolisme membutuhkan
energi
Berikan diet yang adekuat
dengan kolaborasi ahli diet
(NIC, 2013)

8. Setelah dilakukan tindakan Kaji suara nafas dan suara Data dasar dalam menentukan
keperawatan selama … x 24 jantung intervensi lebih lanjut
jam, diharapkan curah jantung
mengalami peningkatan, Mengetahui kelebihan atau

20
dengan kriteria hasil : kekurangan cairan tubuh
a. Menunjukkan curah Ukur CVP pasien
jantung yang memuaskan
dibuktikan oleh efektifitas Mengurangi kebutuhan oksigen
pompa jantung, status
sirkulasi, perfusi jaringan, Mengetahui manifestasi
dan status TTV penurunan curah jantung
b. Tidak ada edema paru, Monitor aktivitas pasien
perifer, dan asites Mengejan dapat memperparah
penurunan curah jantung
Monitor saturasi oksigen

Kolaborasi pemberian laksatif

(NIC, 2013)

D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dan sesuai kebutuhan
pasien.

E. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :

a. Kelebihan volume cairan teratasi


b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif

21
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian

22
ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr. Nursalam, dkk.
2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012
adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, dan sekunder,
yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis yaitu urinalisis,
pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum,
pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal,
biopsi ginjal, dan darah.

3.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja
karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini. Dan
semoga materi makalah ini bermanfaat untuk pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction

Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi

23
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.

2010. Askep Sindrom Nefrotik. http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)

Munandar, Riza. Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindrom Nefrotik. 2014.


http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)

NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi


2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Siburian, Apriliani. 2013. ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI
LANTAI 3 SELATAN RSUP FATMAWATI.
http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 15 September
2017)

Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN


GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK
DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. http://
(Diunduh pada tanggal 15 September 2017)

24

Anda mungkin juga menyukai