Anda di halaman 1dari 17

Albert McMakin, seorang upahan yang bekerja di lahan pertanian milik ayah Billy.

Kala itu,
ayah Billy memiliki usaha peternakan yang pengelolaannya diserahkan kepada para
pegawainya, dan Albert McMakin adalah salah satu dari pegawai itu. Waktu itu, Albert baru
bertobat dan mengenal Kristus, semangatnya berkobar-kobar.
Suatu ketika, di kota tempat Albert dan Billy tinggal, ada seorang penginjil keliling yang
rutin datang berkhotbah. Albert sering mengajak tetangga dan teman-temannya untuk datang
dan mendengarkan khotbah dari si penginjil itu. Beberapa dari orang yang diajak itu akhirnya
ada yang menerima Kristus.
Hari-hari pun berjalan, hingga suatu hari Albert ingat kepada Billy, anak sang majikannya
yang belum percaya Yesus. Saat itu, Billy adalah seorang remaja yang nakal, suka minum-
minum. Albert pun memberanikan diri untuk mengajak Billy mendengarkan khotbah yang
dibawakan si penginjil keliling itu, namun Billy menolaknya. Albert tidak putus asa, dia terus
mengajak Billy. Setelah ditolak beberapa kali, Albert pun berdoa supaya Billy mau menerima
ajakannya tersebut.
Setelah berdoa, Albert mendapatkan ide. Karena Billy tak mau diajak mendengar khotbah
secara langsung, Albert meminta Billy untuk menyetir mobil pikap dan menjemput para
tetangga dan teman yang akan pergi mendengarkan khotbah. Billy mengiyakan ajakan Albert
dan setibanya di tempat khotbah itu, Billy duduk di dalam mobil bersama Albert seraya
menunggu khotbah selesai lalu mengantarkan orang-orang itu pulang. Kejadian ini
berlangsung beberapa kali dan Albert terus berdoa supaya Billy mau turun dari mobil, duduk,
dan mendengarkan khotbah.
Setelah beberapa waktu berselang, Billy pun tergerak hatinya dan mau turun dari mobil. Hari
itu, di musim gugur tahun 1934, kuasa Tuhan bekerja dalam hidup Billy dan Billy pun
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Keputusan Billy hari itu pada akhirnya
membawa Billy menjadi seorang pelayan Tuhan yang setia, menjadi penginjil yang selalu
giat mewartakan Kabar Baik hingga akhir kehidupannya.
Kisah ini begitu menarik, bagaimana Tuhan memakai orang-orang biasa seperti Albert untuk
mengerjakan pekerjaan yang luar biasa. Ada seorang penulis mengatakan bahwa tidak
semua orang dapat menjadi Billy Graham, namun semua orang bisa menjadi Albert
McMakin, orang biasa yang melakukan hal luar biasa.
Melalui kegigihan dan doanya, Albert akhirnya memenangkan Billy Graham kecil kepada
Kristus. Seandainya kala itu Albert McMakin tidak mau peduli dengan hidup Billy, mungkin
Billy tidak akan menjadi Billy Graham yang seperti kita kenal saat ini.

Bagi Gautam Lewis, sangat sulit melupakan Bunda Teresa. Untuknya, perempuan itu adalah
sosok yang berhasil membuat ia lepas dari kemiskinan dan hidup nyaman di Inggris.
"Aku lahir di Kalkuta pada tahun 1977, meski tak ada catatan resmi akta kelahiran.
Aku juga tak punya ingatan akan orangtua kandungku dan banyak laporan
membingungkan tentang di mana dan kapan aku lahir dan siapa yang melahirkanku,"

Bagi Gautam, mungkin kondisinya yang membuat ia terbuang ke sebuah panti asuhan Shishu
Bhavan, rumah Bunda Teresa untuk anak yatim piatu di Kalkuta.

"Tak tahu bagaimana masa kecilku, yang aku tahu, aku terkena polio dan nyaris lumpuh dan
yang pasti orangtua asliku tak sanggup merawatku dengan baik," tutur Gautam.
Polio mematikan atau membuat penderitanya cacat permanen. Namun, Gautam berhasil
hidup dari virus yang biasanya menyerang sistem syaraf. Di masa itu India saat itu, 1 dari 5
anak tewas karena polio.

"Meski aku dibilang anak tak beruntung, tapi aku sendiri merasa beruntung karena Bunda
Teresa mengasuhku."

"Di panti asuhannya, ada anak-anak berusia 18 bulan hingga 4 tahun. Hanya keluarga
hebatlah yang mampu mengadopsi diriku," terang Gautama.

Di mata Gautam, Bunda Teresa di situ bukan untuk menyembuhkan orang atau merehabilitasi
mereka. Ia di sana untuk mengurus orang sekarat, mereka yang dibuang oleh masyarakat dan
tak ada yang peduli.

"Panti itu bukan tempat mewah, tapi kami dirawat dengan penuh kasih. Selama kami ada
makanan, air dan cinta, sudah cukup."

Menurut pria yang berwarga negara Inggris, ia jarang melihat Bunda Teresa di panti. Namun,
ia selalu memastikan 'anak-anaknya' sehat.

Tiap hari Minggu, Bunda Teresa akan datang dan mendadani bocah-bocah panti termasuk
Gautam dengan sandang terbaik. Mereka lantas dibawa ke kapel dan biarawati itu menggelar
misa.

"Aku tak bisa jalan saat itu, para biarawati harus menggendongku agar bajuku tak kotor,
namun tak jarang aku harus merangkak di lantai," ujar Gautam.

"Karena aku merangkak, Bunda Teresa sangat tinggi bagiku, meski sebenarnya ia mungil. Ia
malaikat bayanganku, dan selalu memberikan tatapan perlindungan kepadaku. Bunda selalu
berbicara pelan dan memiliki aksen Inggris. Aku tak pernah mendengarnya berteriak, namun
semua tahu, ia adalah sosok disegani," kenangnya.

Mimpi Buruk Berakhir

Akhirnya Gautam diadopsi oleh Patricia tahun 1985 dan dibawa ke Auckland, Selandia Baru.
18 bulan kemudian ibu dan anak itu pindah ke Inggris, di mana Gautam mendapat pendidikan
bagus, teman yang baik dan pengobatan terbaik

Pada usia 18 tahun, Gautam berkunjung ke Kalkuta untuk pertama kalinya. Ia bertemu
dengan Bunda Teresa sebelum ia meninggal dunia.

"Aku mungkin saat itu mengatakan kepadanya 'terima kasih telah memberikanku hidup" kata
Gautam.

Dalam kehidupan kita,


LATAR BELAKANG LUKAS
Yang menarik dari kitab Lukas, dalam buku Extreme Journey New Testament memberikan
penjelasan mengenai keunikan yang membuat kitab Lukas berbeda dari kitab Injil lainnya
1. Kisah yang paling lengkap tentang Yesus.
- Injil ini mengenai 100 persen Yesus. Mencakup lebih banyak hal terperinci mengenai
Yesus dibandingkan Injil-injil lain. Sebenarnya, informasi yang disajikan Lukas
mengenai Yesus sangat banyak sehingga banyak ahli menyebut Lukas sebagai
sejarawan Kristen pertama.
2. Kabar baik untuk semua orang.

- Lukas menggunakan banyak cara untuk menunjukkan bahwa keselamatan melalui


Yesus tersedia untuk semua orang. Perhatikanlah beberapa langkahnya:
- • Lukas mengungkapkan bahwa Yesus datang bukan saja untuk orang-orang Yahudi
tetapi juga sebagai "Terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain". Setiap
orang mempunyai kesempatan untuk diselamatkan.
- • Lukas mencantumkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, yaitu
menonjolkan ras yang dibenci banyak orang Yahudi.
- • Lukas memperkenalkan sekelompok wanita. Ini benar-benar hebat karena pada masa
kuno, wanita sering dianggap tidak penting.
3. Pembaca non-Yahudi.

- Lukas bukan keturunan Yahudi. Dan, ia mengalamatkan tulisannya kepada non-


Yahudi. Hampir tidak ada referensi Perjanjian Lama (Orang kafir tidak akan
mengerti) dan ia tidak menggunakan kata Rabi (orang kafir tidak selalu mengerti
kata ini).

4. Belas kasihan Yesus kepada yang membutuhkan.


- Injil Lukas penuh dengan kisah yang menunjukkan bagaimana Yesus memperhatikan
orang miskin dan orang yang diasingkan masyarakat. Yesus tertarik kepada orang
berdosa, dan bahkan makan bersama pemungut cukai. Lukas menulis mengenai
persahabatan-Nya dengan jenis orang seperti itu.
Dalam bagian ini, Tafsiran Wycliffe menjelaskan bahwa Lukas 19:1-10 termasuk
dalam bagian yang menceritakan Penderitaan Sang Juruselamat (18:31-23:56)

- Di sini Lukas memulai kisah yang sama dengan dua Injil Sinoptik lainnya, dan mulai
menceritakan hari-hari terakhir kehidupan Yesus. Seluruh bagian ini harus dipandang
dari sudut kematian Kristus, sekalipun tidak seluruh isinya terkait langsung dengan
peristiwa tersebut. Kesengsaraan Kristus merupakan tema yang tersembunyi dari
semua perumpamaan, mukjizat dan perdebatan di dalam bagian ini.

- Yesus masih terus-menerus berusaha untuk menyelamatkan yang hilang (ayat Luk
19:10) hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya; inilah tujuan kedatangan-Nya
(bd. Luk 15:3-7; Yeh 34:16).

LUKAS 19:1-10
Latar Belakang Kota:
- Kota Yerikho adalah kota perdagangan yang makmur dan strategis karena terletak di
sebelah timur dari Yerusalem dan dekat dengan sungai Yordan. Ditempat inilah
tempat tembok yang terkenal, yaitu tembok Yerikho yang dirubuhkan oleh Yosua,
atas bantuan Tuhan. Ketika itu para iman berjalan mengelilingi tembok dan pada hari
ketujuh mereka mengeliliungi tembok Yerikho dan bersorak sorai, dan tembok itu
runtuh (Yos 6:13-16). Ketika itu seorang Samaria menolong seorang yahudi, setelah
dia dirampok. Juga ada seorang buta, yang disembuhkan Yesus (Lukas 18:35-43).
Dan ditempat inilah terjadi suatu drama kehidupan, yang memberikan pengharapan
kepada semua pendosa, termasuk kita semua, yaitu drama kasih yang membawa
pertobatan yang sejati, kisah Zakheus.
SIAPAKAH ZAKHEUS?

Sebagai latar belakang, pada masa pemerintahan Roma, orang-orang Yahudi diharuskan
untuk membayar pajak kepada kaisar/pemerintah Roma. Pajak-pajak tidak dikenakan kepada
warga negara Romawi, melainkan dikumpulkan dari wilayah-wilayah taklukannya.[5]
Pemungut cukai adalah pegawai kerajaan Romawi (yang waktu itu menjajah Israel). Mereka
ditugaskan untuk memungut pajak dari bangsanya sendiri, yakni sesama orang Yahudi.

Sebenarnya kewajiban masyarakat Yahudi membayar pajak kepada pemerintah asing


bukanlah sesuatu yang baru, sebab telah ada sejak pemerintahan Babel, Aleksander Agung,
Ptolemeus, dan Seleukid.[3] Akan tetapi, ketidakpuasan rakyat terhadap pajak yang harus
dibayarkan ke pemerintah Romawi amat tinggi.[3] Hal itu disebabkan karena beberapa hal.[3]

- Pertama, pemerintah Romawi dirasakan kurang menghargai tradisi Yahudi, tidak


seperti penguasa asing lainnya.[3]

- Kedua, sistem yang digunakan oleh pemerintah Romawi amat memberatkan rakyat
sebab membuka banyak kesempatan pejabat ataupun pemungut cukai untuk korupsi.[3]
Sebagai contoh, rakyat Yahudi telah dibebani pajak sejumlah tertentu yang
dibayarkan kepada pemerintah Romawi, namun pemerintah setempat ternyata
mengambil pajak lebih besar dari seharusnya untuk mengisi kas mereka sendiri.[4]
Belum lagi ada sejumlah uang di samping pajak, yang diambil oleh para pemungut
cukai ketika menarik pajak dari masyarakat.[4] Sistem seperti ini berjalan karena tidak
adanya pengawasan dari pemerintah Romawi.[4]

- Dengan demikian, yang menjadi korban terutama adalah masyarakat dari lapisan
bawah Yahudi.[4]

Profesi pemungut cukai dipandang buruk oleh masyarakat Yahudi di sekitar mereka, bahkan
cenderung dibenci oleh rakyat.[2] Ada tiga alasan para pemungut cukai dibenci yaitu:

 Ditariknya pajak dibenci oleh rakyat sebab memberatkan mereka.[2]


 Pemungut cukai menarik pajak untuk pemerintah Romawi yang dianggap musuh oleh
rakyat.[2]
 Cara yang digunakan para pemungut cukai sangat kejam dan tidak adil.[2]

Jadi, pada waktu itu pemungut pajak, biasanya menarik pajak lebih daripada yang
ditetapkan oleh pemerintah Roma. Dengan kebiasaan seperti itu, maka seorang pemungut
pajak menjadi sangat dibenci rakyat.
Di dalam injil-injil Perjanjian Baru, ada beberapa kali disebutkan mengenai para
pemungut cukai dan pandangan negatif masyarakat Yahudi terhadap mereka.[2] Teks-teks injil
yang berbicara mengenai pemungut cukai adalah kisah pemanggilan Lewi si pemungut cukai
oleh Yesus untuk menjadi muridnya (Markus 2:13-17), kisah pertemuan Yesus dengan
Zakheus si pemungut cukai (Lukas 19:1-10), dan perumpamaan tentang orang Farisi dan
pemungut cukai (Lukas 18:9-14).

Arti nama: Zakheus (bahasa Yunani: Ζακχαῖος, "Zakkhaios"; bahasa Ibrani: ‫זכי‬, zaki, "yang
berarti murni dan saleh." Akan tetapi, kehidupan dan namanya bertolak belakang. Perilaku
dan perkataan Zakheus tidak memperlihatkan ketulusan, bersih, suci dan integritas.

- Pada zaman Zakheus, kota Yerikho menjadi pusat produksi dan ekspor untuk
"Balsam Mekkah" (bahasa Inggris: balsam of Mecca, atau juga balm of Gilead),
sehingga kedudukan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai di kota itu tentunya
sangat penting.
- Zakheus bukan hanya seorang pemungut cukai, tapi dia adalah kepala pemungut
cukai. Ini adalah jenjang karir yang sangat bagus, dan tidak gampang untuk
mencapainya. Itu sebabnya, Zakheus bisa menjadi orang kaya.
- Karena Zakheus seorang yahudi, maka dia dianggap seorang yang berkhianat
terhadap bangsanya sendiri, karena dia bekerja pada pemerintah Roma, bangsa
penjajah. Orang-orang Israel di zaman Yesus memandang para pemungut cukai
sebagai pencuri

Apa yang menyebabkan Zakheus rela dicap sebagai pengkhianat? Karena UANG. Zakheus
tidak mempedulikan pandangan soial terhadap dirinya, yang penting kaya. Ia pun tidak
mempedulikan hati nuraninya, asalkan impiannya tercapai.

Bagaimana karakter Zakheus? Jika saudara bisa membayangkan seorang pemungut cukai
yang memeras, maka saudara juga membayangkan bagaimana karakter Zakheus: cinta uang,
pelit, serakah, galak, pemeras – tidak berperi kemanusiaan

Di tengah keburukan dan segala pandangan negatif yang dimiliki oleh orang-orang
sekitar, kisah Zakheus menjadi contoh yang sangat baik bahwa kita tidak perlu menjadi orang
yang sempurna untuk melayani Tuhan. You dont need to be good to get God, You need
God to be good.

1. Tuhan ingin setiap orang berusaha melihat dan mencari Dia


Luk 19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil
karena orang banyak, sebab badannya pendek.

Kata ini menyiratkan menyiratkan bahwa Zakheus telah mendengar tentang Yesus tetapi
belum pernah melihatnya sebelumnya. Zakheus sudah mendengar, bagaimana Yesus sudah
menyembuhkan begitu banyak orang dari berbagai macam penyakit, juga membuat begitu
banyak mujizat. Dia juga mungkin sudah mendengar, bagaimana Yesus tidak pernah menolak
seorangpun untuk datang kepada-Nya, juga termasuk pendosa. Hatinya dipenuhi kerinduan
berjumpa dengan Allahnya
- Namun karena keterbatasannya, karena badannya pendek, dan juga ada begitu banyak
orang, maka kita dia tidak dapat melihat Yesus.

Apakah kita seperti Zakheus, yang juga mempunyai keterbatasan untuk bertemu
dengan Yesus?

 Ini membuktikan bawah kerinduan hati Zakheus sangat besar untuk berjumpa dengan
Yesus. Bagaimana dengan anda? Apakah anda rindu untuk berjumpa dengan Yesus?
Sebesar apa kerinduan anda? Jika anda ada dalam posisi Zakheus apakah anda akan
melakukan hal yang sama dengan Zakheus?
 Mungkin karena situasi pekerjaan kita, yang menuntut kita harus begitu sibuk, kita
tidak dapat meluangkan waktu untuk berdoa. Mungkin karena kesibukan kita, sebagai
seorang istri, begitu sibuk dengan melayani anak-anak, sehingga tidak ada waktu
untuk Tuhan. Juga sebagai aktifis di gereja, membuat kita terlalu sibuk dengan urusan
gereja, sehingga tidak dapat meluangkan waktu untuk berdoa?
 Apakah kita juga terhalang bertemu dengan Yesus, karena orang lain? Mungkin kita
takut ditertawakan ketika kita mau menunjukkan bahwa kita adalah murid-murid
Yesus. Kita takut dianggap sok suci. Kita tidak mau korupsi, tapi semua orang
korupsi, sehingga kalau kita tidak ikut-ikut, maka kita takut dijauhi dan dibenci rekan
sekerja kita. Kalau kita tidak ikut nyontek, merokok, kita takut dianggap banci oleh
teman sekolah kita?

Luk 19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

Zakheus tidaklah menyerah karena keterbatasannya, kekuatan dan kerinduan hasrat Zakheus
untuk melihat siapakah yesus muncul dalam berlari dan memanjat pohon ara.

The WyclIffe Bible Commentary mengatakan: Kata ini berbeda dari yang ada di 17: 6, dan
menunjukkan buah murbei, pohon yang cukup umum di Palestina. Itu tumbuh menjadi
ukuran besar, dengan cabang-cabang menyebar rendah yang dapat dengan mudah didaki.

Apakah kita seperti Zakheus, yang mau terus berusaha untuk bertemu dengan Yesus,
dengan segala keterbatasannnya?

 Marilah kita lihat segala keterbatasan yang kita miliki. Mungkin ada sebagian dari
kita berkata “saya tidak pandai untuk bicara di depan umum. Saya mau melayani, tapi
saya tidak mampu”. Bagaimana kalau kita melayani dengan senyuman kita, membawa
damai di dalam kelompok atau lingkungan kita? Melayani anggota keluarga dengan
sukacita?
 Kita punya banyak keterbatasan, namun kita juga punya kemampuan untuk berkata
“Di tengah keterbatasanku, aku mau seperti Zakheus, yang mau lari dan memanjat
pohon ara untuk bertemu dengan Yesus.”
Luk 19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus,
segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
- Tidak ada penjelasan apakah zakheus memiliki maksud untuk tetap tersembunyi dari
pandangan atau tidak tidak dinyatakan, tetapi bagaimanapun juga, yesus tahu bahwa
dia ada di sana dan tahu namanya (seperti cerita Natanalel Yoh 1:47)
- Sedangkan, kata "Terburu-buru" dalam perintah Yesus untuk turun menyiratkan
bahwa ia tidak ingin menunda perjalanan nya ke Yerusalem lebih lama dari yang
diperlukan. Tetapi perlunya tinggal di rumah Zakheus muncul dari rencana Allah
sama seperti keharusan pergi ke Yerusalem (13:33). Bukan saja "terburu-buru ...
turun" Zakheus menunjukkan kepatuhan terhadap perintah Yesus. Itu juga
menekankan sambutan yang diberikannya kepada Yesus. Meskipun menjadi
penguasa, ia menaati Yesus; dan meskipun Yesus mengundang dirinya sendiri,
Zakheus menyambutnya dengan gembira

- Lihatlah…. Karena Zakheus sudah berusaha dengan segala keterbatasannya, dia


akhirnya dapat berjumpa dengan Yesus. Benarlah apa yang dikatakan di dalam
alkitab, bahwa Dia akan membiarkan diri-Nya ditemukan oleh orang yang mencari-
Nya dengan tulus hati.

Dan bagaimana pertemuan Yesus dengan Zakheus? Yesuslah yang terlebih dahulu
mengadakan inisiatif. Dia yang terlebih dahulu membuka pembicaan dengan Zakheus. Yang
Yesus lakukan adalah:

 BERHENTI. Yesus berhenti di bawah pohon tempat Zakheus ada. Dia mau berhenti
dimana saja, juga ditempat kita ada.Yesus berhenti setiap saat di dalam kehidupan
kita, lebih-lebih pada saat kita benar-benar membutuhkan uluran kasih-Nya,
 MELIHAT KEATAS. Pada saat semua orang memandang rendah Zakheus, Yesus
justru melihat keatas, kepada Zakheus. Pada saat mata Yesus bertemu dengan mata
Zakheus, mata-Nya bukanlah mata yang benci dan menuduh, seperti yang dilakukan
oleh orang-orang Yahudi. Tatapan mata yang dipancarkan oleh Yesus adalah tatapan
penuh kasih.
Jangan pernah berfikir bahwa kita tidaklah pantas untuk menerima Yesus, karena
dosa-dosa kita. Yesus tidak pernah merendahkan kita kalau kita menyadari dosa-
dosa kita.
 MEMANGGIL. Bayangkan, tidak ada orang yang memanggil Zakheus dengan
namanya. Semua orang memanggil Zakheus dengan sebutan “pemungut cukai”.
Yesuslah yang juga memanggil kita dengan nama kita masing-masing, “James, Heri,
Doni, …” Terlebih dia juga memanggil kita dengan sebutan “sahabat”, karena
meskipun kita adalah hamba, namun Dia menganggap kita adalah sabahat-Nya.
Yang terpenting, adalah Dia memanggil kita dengan sebutan “anak-anak Allah”.
Sebutan yang memungkinkan kita untuk memanggil Allah, sebagai Abba, Bapa, Papa,
Bapak.
 MEMINTA. Jangankan meminta untuk menjadi teman, berbicarapun orang segan
kepada Zakheus. Yesus meminta kepada Zakheus untuk dapat tinggal dirumahnya.
Mungkin pada saat ini, Tuhan Yesus, meminta sesuatu kepada kita. Dan mungkin
juga itu adalah permintaan yang sama, yaitu untuk turun dari tempat kita, tempat di
mana kita biasa berada. Tempat di mana dosa dan kebiasaan buruk harus
ditanggalkan.
 TINGGAL. Yesus mau tinggal menginap di rumah Zakheus. Tuhan, pencipta langit
dan bumi, mau memilih untuk tinggal di rumah Zakheus, sang pendosa, sementara
orang menganggap najis untuk menginjakkan kaki di rumah sang pendosa.
Yesus juga mau tinggal di hati kita, di kehidupan kita, di permasalahan kita. Dia
sudah menawarkan dirinya kepada kita. “….. Aku mau tinggal di rumah hatimu”.
Lalu apakah jawaban kita?

2. Tuhan ingin setiap orang menerima-Nya dengan sukacita


Luk 19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Dan dikatakan bahwa “….Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita”.

Apa yang dilakukan oleh Zakheus:

 TURUN. Zakheus turun dari pohon untuk bertemu dengan Yesus secara pribadi. Kita
juga harus turun dari ketinggian pohon yang menghalangi kita untuk berjumpa dengan
Yesus lebih dekat lagi. Kita harus meninggalkan segala kesombongan kita, masa lalu
kita, ketakutan, kekuatiran, merasa sikap merasa tidak dikasihi, kesendirian kita,
untuk bertemu secara pribadi dengan Yesus.
 MENERIMA. Sama seperti Zakheus, pada saat Yesus datang dan memanggil kita,
kita harus menerima-Nya. Adalah untuk kebaikan kita untuk menerima panggilan-
Nya, agar kita dapat merasakan damai sejahtera dan agar kita mendapatkan kekuatan
dalam mengarungi bahtera kehidupan ini yang penuh tantangan.
 SUKACITA. Sudah selayaknyalah, bahwa panggilan Tuhan, harus kita sambut
dengan sukacita.

Zakheus melakukan persis apa yang diperintahkan kepadanya;, dia menerima Yesus ke
rumahnya dan dia sangat bersukacita, karena kedatangan Yesus ke rumahnya adalah tanda
persekutuan dan pengampunan

Suatu hari, Mother Theresa bergumul dengan panggilan pergi ke India dan dia bertanya
kepada seorang Pastor

Bagaimana aku bisa tahu kalau Tuhan memanggilku untuk melayani gereja? Tanyanya

Dan bila aku dipanggil untuk melayani, bagaimana aku bisa tahu apa yang Dia ingin
lakukan?

SUKACITA, jawab Pastor tanpa Ragu

Sukacita akan memancar keluar dari hatimu saat kau memikirkannya. Sukacita itu adalah
kompas. Walaupun jalan yang kau pikirkan sangat sulit, sukacita akan memberitahumu bila
itu memang jalanmu

Pada awalnya, Mother Theresa bingung apa yang membuat bisa bersukacita?
Setelah bergumul dalam waktu yang lama, dia merasa yakin. Setiap kali dia berpikir untuk
melayani Kristus, sukacita memancar dari hatinya. Tapi bagaimana caranya dia akan
melayani?

Dia teringat bahwa Sukacita adalah kompasnya. Tidak ada yang memberinya sukacita lebih
besar daripada memikirkan untuk menjadi seorang Misionaris. Tidak ada yang memberinya
sukacita lebih besar daripada memikirkan untuk melayani Kristus di India.

Kita mungkin tidak punya apa-apa untuk dibanggakan dalam hal pelayanan. Tetapi asalkan
punya hati, Tuhan sendiri yang akan memampukan kita melakukan segala sesuatu

Tuhan tidak mencari orang yang cakap dan merasa mampu sendri, Ia mencari mereka yang
mau hidup dalam-Nya dan mereka yang mau dipakai olehNya.

Ketika anda rindu untuk selalu bersekutu dengan Tuhan maka anda akan mendapatkan
kepuasan rohani. Tuhan akan tinggal dalam hati anda. Jika Tuhan tinggal dalam hati anda,
maka Dia akan selalu menyertai anda setiap hari.

Apakah kita seperti Zakheus yang bereaksi sama, yaitu menyambut Yesus dengan
penuh sukacita?

 Pada saat kita melayani yang terkecil, anak-anak, saudara satu iman yang
membutuhkan bantuan kita, apakah kita melakukannya dengan penuh sukacita?
Bagaimana di dalam pelayanan kita, apakah kita melayani Tuhan dengan hati yang
bersuka dan gembira?

Luk 19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia
menumpang di rumah orang berdosa.”

- Yerikho adalah salah satu kota para imam, tetapi Yesus memilih rumah kepala
pemungut cukai daripada rumah seorang imam untuk beristirahat dan makan. Semua
orang bersungut-sungut, merasa bahwa Yesus yang begitu suci tidak layak untuk
tinggal di rumah sang pendosa dan sang pendosa tidaklah layak untuk menerima
Yesus, sang Maha Suci.
- Orang banyak pasti hampir sepakat dalam ketidaksetujuan mereka akan pilihan
Yesus. Mereka merasa bahwa tindakannya merupakan penghinaan terhadap para
imam dan pemimpin agama lainnya yang rumahnya dan orang-orang yang dilaluinya.
Pilihannya adalah persetujuan terbuka dari pria ini yang pada umumnya dianggap
sebagai "pendosa."
- Tafsiran Commentary on The New Testament menyatakan bahwa “Dua hal membuat
mereka tidak mengenali motif Yesus yang sebenarnya. Salah satunya adalah
eksklusivitas buta mereka yang menolak untuk melihat apa pun yang baik di
pemungut cukai. Yang lain adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami
bagaimana Yesus dapat bergaul dengan orang berdosa tanpa mencemari dirinya
sendiri.
- Gerutuan orang banyak menyebut gerutuan orang Farisi dan ulama dalam 5: 29-30;
15: 1-2 dan menyoroti secara kontras inisiatif Yesus yang murah hati. "Semua
[kerumunan]" mempertajam kontrasnya, karena hanya dia yang menunjukkan rahmat.
"Kepada Tuhan" Lukas menekankan otoritas Yesus untuk menjalankan kasih karunia
kepada orang berdosa; dan Zakheus yang menyapanya dengan "Tuhan" berarti
pengakuan akan otoritas Yesus atas dirinya meskipun dia adalah seorang penguasa
sekaligus pemungut pajak.
- Di luar ada banyak gumaman tentang persaudaraan Yesus dengan orang seperti itu,
tetapi Yesus dapat membenarkan tindakan-Nya; keselamatan telah sampai di rumah
Zakheus, putra Abraham yang berhak mendengar Injil seperti halnya orang Yahudi
lainnya. Dalam peristiwa ini tujuan kedatangan Yesus sepenuhnya dan akhirnya
disimpulkan; seperti seorang gembala mencari domba yang hilang (lih. 15: 3-7; Yeh
34:16), demikian juga Anak Manusia mencari dan menyelamatkan yang hilang dari
manusia.
- Ketika itu Zakheus diperhadapkan dengan lingkungan sekitarnya yang mencemooh
dia sebagai kepala pemungut cukai. Namun, Zakheus tidak memandang itu menjadi
masalah besar.
- Tuhan kita selalu menanggapi dengan simpati orang-orang yang berusaha mengenal
Dia.

Melayani itu bukan sekadar aktif dalam kegiatan gereja, atau mau berkorban
untuk melakukan tindakan-tindakan sosial. Melayani juga menyangkut hati. Kalau kita
aktif digereja supaya semua keinginan dan ide kita dipenuhi; itu bukan pelayan,
melainkan juragan. Kalau kita mau mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan materi
untuk membantu orang-orang miskin supaya kita populer dan mendapat pujian; itu
buka pelayan, tetapi politikus.

Apakah kita seperti semua orang yang bersungut-sungut, melihat bahwa Yesus mau
tinggal bersama dengan pendosa?

 Apakah kita sering mengatakan dalam hati kita, bahwa kita lebih baik dari orang lain?
Bahwa kita lebih layak untuk melayani Tuhan daripada orang lain?
 Kita semua adalah seperti orang banyak dalam cerita ini. Kita semua adalah “orang-
orang yang munafik”. Namun Tuhan mengerti segala kekurangan kita, dan Dia yang
secara terus-menerus menyempurnakan kita, hingga suatu saat kita akan bertemu Dia,
muka dengan muka. Dan pada saat itulah, kita menyerupai Dia, dimana tidak ada
selubung kemunafikan lagi, karena semua yang terjadi di dalam kegelapan akan
dibawa ke dalam terang.

Luk 19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari
milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas
dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
- Salah satu bentuk dari pertobatan yang benar adalah semangat dan tindak lanjut untuk
melakukan sesuatu untuk memperbaiki kesalahan. Yesus mengatakan kepada Maria
Magdalena, si pelacur “…. Pergilah dan janganlah berbuat dosa lagi…(Yoh 8:11)”.
Dan kasih merubah segalanya
- Dalam ayat ini anda bisa membuktikan bahwa ketika Zakheus bertemu dengan Yesus,
dia mengalami pertobatan yang sejati. Zakheus bertobat bahkan merendahkan hatinya
untuk mengembalikan apa yang telah dia peras dari orang-orang miskin. Inilah yang
dinamakan Pertobatan sejati.

- Mengembalikan empat kali lipat adalah hukum orang Yahudi bagi orang yang
mencuri lembu atau domba, dia harus menggantinya empat kali lipat (lihat kel 22:1).
Secara hukum/adat dengan mengganti empat kali lipat sudahlah lebih dari cukup,
namun tidak bagi Zakheus yang baru saja menerima kasih yang berlimpah dari Yesus.
Kasih dari Yesus meluap, seperti yang digambarkan Daud dalam mazmurnya “…
pialaku penuh melimpah (Mazmur 23:5)”. Kasih inilah yang mendorong Zakheus
untuk melakukan hal yang lain, yang melebihi hukum yang berlaku, melebihi tingkat
keadilan, yaitu dengan mengatakan “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan
kepada orang miskin…”
- Di sini kita melihat semangat yang benar-benar murah hati dan keinginan yang tulus
untuk memperbaiki masa lalu yang salah. Kedua sikap mencerminkan perubahan hati.
Pidato Zakheus tidak ditujukan kepada orang banyak tetapi kepada Yesus. Itu bukan
upaya untuk meyakinkan orang-orang bahwa dia tulus. Alih-alih itu adalah respons
hati spontan yang tidak direncanakan, dibuat bersih dan roh diberikan kehidupan baru
dan abadi

Jika kita memperhatikan ayat 8 ini, maka sangat kontras sekali dengan kehidupan Zakheus
sebelumnya.

 Tadinya serakah, sekarang malah memberikan setengah dari hartanya.


 Tadinya menindas orang miskin, sekarang malah berbelas kasihan.
 Tadinya keras dan kasar, tapi sekarang menjadi orang yang peduli, care, dsb.
 Tadinya mementingkan diri sendiri (mengejar kekayaan demi diri sendiri), sekarang
mementingkan orang banyak.

George W. Truett seorang gembala di first baptist church di Texas suatu hari pernah
diundang makan oleh seorang pengusaha sangat kaya di Dallas. Setelah makan, dia dibawa
oleh tuan rumah melihat pemandangan rumah yang begitu luas. Dalam percakapan mereka,
sambil menunjuk sumur minyak yang ada, Tuan rumah menyombongkan diri “25 tahun lalu
saya tidak memiliki apapun, sekarang sejauh anda bisa melihat itu semuanya adalah milik
saya.

- Lihatlah, ke timur – ada kawanan sapi yang luar biasa banyak jumlahnya sampai
beribu –ribu
- Lihatlah, ke arah barat – disana ada kawasan hutan yang berisi tanaman-tanaman
berharga

Setelah tuan rumah dengan bangga menceritakan segala yang dimilikinya, Ia berhenti sejenak
dan mengharapkan Dr Truett memberikan sebuah pujian

Tetapi, Dr Truett hanya mejawab sambil menunjuk dan melihat langit yang ada di atasnya
dan berkata “ Berapa banyak yang anda miliki di sana?”
Permenungan: Apakah kita seperti Zakheus, yang sudah mengalami kasih Yesus, dan
hidup kita berubah 180 derajat?

 Apakah kita sudah mengalami kasih yang seperti Zakheus alami, di mana merubah
seluruh kehidupan kita? Merubah cara pandang kita terhadap kehidupan ini? Sampai
kita mengalami kasih ini, maka kehidupan rohani kita akan berhenti dan tidak
bergerak…. Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu… (Maz 34:8)
 Apakah kita mengalami kasih yang Tuhan berikan adalah berlimpah dan tidak
mungkin kita simpan hanya untuk kita sendiri?

3. Tuhan mencari dan menyelamatkan yang hilang

Luk 19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini,
karena orang inipun anak Abraham.
- Yesus mengatakan “… Hari ini, telah terjadi keselamatan…”. Hari ini dimana Yesus
tinggal di rumah zakheus berubah menjadi hari keselamatan bagi pemungut
cukai yang menyesal dan bertobat

- Pertobatan yang benar selalu akan menghasilkan keselamatan. Zakheus yang


mengalami kasih Tuhan, dan kemudian bertobat dan melakukan silih atas dosa-
dosanya, akhirnya mendapatkan sesuatu yang paling berharga, yaitu mendapatkan
keselamatan.
- Tafsiran Wyclifee menyatakan Dalam konteks ini keselamatan mengacu pada
keutuhan batin, keselamatan jiwa

- Dan Yesus berkata kepadanya, "Keselamatan hari ini telah terjadi di rumah ini
[bandingkan Kisah Para Rasul 10: 2; 11:14, l6: 15, 31; 18: 8], karena ia juga adalah
putra Abraham,"

A seeking sinner had met a seeking Saviour.

- Seorang pendosa yang mencari telah bertemu seorang Juru Selamat yang mencari.
Dalam pertobatan sejati, pria itu telah menemukan keselamatan pribadi. Perkataan
Guru yang ramah ini merupakan jaminan keselamatan bagi Zakheus, pernyataan atas
namanya bagi orang banyak, dan janji bagi semua orang di setiap negeri di setiap
zaman bahwa Yesus Kristus menyelamatkan orang berdosa.
- Berkat Tuhan telah diberikan kepada Abraham dan orang-orang yang mengklaimnya
disebut “anak-anak Abraham” (Gal 3: 7). Keselamatan telah datang ke zakheus bukan
karena keturunannya, tetapi karena imannya, yang seperti Abraham
- Ini adalah pengingat bagi orang-orang Yahudi yang merasa benar sendiri bahwa
Zakheus juga seorang Yahudi, keturunan Abraham. Kata-kata itu juga merupakan
pengumuman yang dimiliki Zakheus sekarang, dengan cara yang baru dan hidup.
menjadi putra Abraham, "bapa orang beriman." Melalui kelahiran baru dia sekarang
adalah putra rohani Abraham dan anggota Israel baru.
Tafsiran Beacon menyatakan “Perkataan itu tidak menyiratkan penghilangan orang-orang
bukan Yahudi dari kepedulian Yesus, tetapi menekankan bahwa satu orang Yahudi tidak
lebih atau kurang berharga daripada yang lain dalam pandangan Allah.

Kitapun sama seperti Zakheus, bahwa kita adalah anak-anak Abraham di dalam iman. Kita
mempunyai iman seperti Abraham. Abraham dibenarkan karena iman, kitapun dibenarkan
karena iman, yaitu iman kepada Yesus Kristus. Namun lebih lagi keselamatan yang kita
terima adalah melulu karena berkat Tuhan, pemberiaan cuma-cuma dari Tuhan. Kalau kita
mencari siapa yang layak menerima keselamatan, maka semua orang tidaklah layak untuk
menerimanya, karena kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Apakah kita sama seperti Zakheus, yang menerima perkataan Yesus “.. Hari ini terjadi
keselamatan, karena engkau sudah beriman kepadaku..?”.

Teks ini adalah ringkasan dari seluruh pesan Injil Lukas, yang menekankan pekerjaan
mencari dan menyelamatkan Mesias Surgawi

Di sini kita memiliki pernyataan Yesus sendiri tentang tujuan utama-Nya untuk datang ke
dunia ini. Kebenaran dari pernyataan universal ini adalah dasar dari jaminan yang diberikan
kepada Zakheus dalam ayat sebelumnya. Uskup Ryle, dalam bukunya Expository Thoughts
on the Gospels, menyarankan beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa ini: (1)
Tidak ada yang terlalu buruk untuk diselamatkan, atau di luar kuasa rahmat Kristus; (2)
Betapa kecil dan tidak signifikannya hal-hal di mana keselamatan jiwa sering berubah: (3)
belas kasihan Kristus yang bebas terhadap orang berdosa, dan kuasa Kristus untuk
menggerakkan hati: (4) Orang berdosa yang bertobat akan selalu memberikan bukti
pertobatan mereka.

Yesus yang pertama-tama merindukan untuk mengucapkan perkataan ini kepada kita semua.
Dia rindu agar kita semua, dan seluruh umat manusia untuk mendapatkan keselamatan.

Luk 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.”
Seorang penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan
Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang
berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang
dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang berputar-
putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan, seakan-akan mencari
pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang. Ketika sarang mulai
terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya, ia justru menukik ke
bawah dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta anak-
anaknya hangus menjadi abu. Lalu Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja
melihat hal yang luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan
pengabdian begitu besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-
anaknya .... Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi
manusia. Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
- Kalimat tersebut merupakan gema dari perkataan Perjanjian Lama, “yang hilang akan
Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, .…” (Yehezkiel 34:16). Janji Allah telah
tergenapi! 

- Yesus datang ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Sama
seperti gembala yang baik, Ia tidak membiarkan satu dombapun hilang dari
kawanannya. Sama seperti yang Dia katakan, bahwa orang sakitlah yang
membutuhkan dokter.
- Bagi Kristus, Zakheus adalah jiwa yang berharga, yang hilang dan harus dicari
kembali. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang (ay. 10). Yesus rela datang ke dalam dunia, mati, dan
bangkit kembali demi menyelamatkan manusia yang berdosa. Inilah bukti betapa
Yesus sangat menghargai dan mengasihi manusia.

- Biarlah kita juga memiliki hati seperti Kristus yang mengasihi jiwa-jiwa yang berdosa
dengan penuh belas kasihan. Janganlah kita menjadi orang-orang egois, yang hanya
menikmati keselamatan untuk diri kita sendiri. Masih banyak jiwa-jiwa yang belum
mengenal dan percaya kepada Kristus.

Kita semua adalah orang yang sakit, yang membutuhkan dokter, dokter dari segala
dokter, yaitu Yesus sendiri.

 Kita mungkin sakit karena kurang kasih dan perhatian. Tersiksa karena masa lalu kita,
dan kuatir akan masa depan. Sakit, karena kurang peka terhadap penderitaan sesama,
terlalu egois, mengejar kesenangan sendiri. Mungkin kita sakit, karena menganggap
bahwa harta, karir adalah nomor satu dalam hidup ini.
 Mari pada saat ini kita mengundang Yesus untuk masuk dalam hidup kita, dalam
setiap sendi kehidupan kita, dan dalam keberadaan diri kita, sehingga kita dapat
menjadi bait suci-Nya yang kudus.
 Many Christians grow up in Church but never Grow in Christ. They know hyms, but
they don’t know Him
 Di saat persembahan identik dengan sesuatu yang mati, Tuhan menginginkan
persembahan yang hidup
 I am nobody, trying to tell everybody, about sombedy who can save anybody.

KESIMPULAN

Kedatangan Yesus ke Yerikho dan perjumpaan-Nya dengan Tuhan Yesus telah


mengubah kehidupan Zakheus. Menurut Lukas 8, kita mengetahui bahwa pemungut cukai
merasa enggan (tepatnya malu) untuk datang ke Bait Allah dan berdoa. Kalau pun mereka
datang, mereka akan berdiri jauh-jauh karena menyadari keberdosaan dan ketidaklayakannya.

Akan tetapi, sekarang Tuhan Yesus yang mendatanginya, dan menumpang di


rumahnya! Di luar dugaannya, bahwa Tuhan Yesus bersedia untuk hadir di dalam rumah dan
hidupnya. Ia merasakan kasih, pengampunan dan penerimaan dari Tuhan terhadap dirinya.
Orang-orang di sekitarnya menolak dan membencinya karena dosanya, tapi Allah bersedia
untuk menerimanya. Anugerah Tuhan yang telah menerima dan mengampuninya telah
membuatnya berubah.

Yang menyebabkan si kepala pemungut cukai bertobat bukanlah ketakutan terhadap


hukuman yang akan menimpa dirinya karena dosa-dosanya. Yang membuat Zakheus
bertobat dan menerima kehadiran Yesus adalah belas-kasih-Nya. Kasih Yesus yang
tulus mendahului tindakan pertobatan Zakheus. Yesus adalah yang pertama-tama
berinisiatif mencari dan menerima Zakheus. Tanpa paksa Yesus menarik para pendosa
kepada diri-Nya agar dapat bersatu dengan diri-Nya dan diselamatkan. Yesus
senantiasa mengundang, menawarkan dan sekaligus menghormati kehendak bebas
setiap orang. Namun karena Yesus sungguh mengasihi dan menerima Zakheus yang
berdosa, maka Zakheus bertobat. Dengan perkataan lain, pertobatan manusia
merupakan buah dari belas kasih Allah yang tanpa syarat.

Allah yang menghendaki, Allah juga yang berinisiatif dan berkarya di dalamnya.
Dengan cara yang sangat personal Yesus menunjukkan karya Allah itu. Ia mengasihi
Zakheus menurut keadaan dan kebutuhan hidupnya yang konkret. Rahmat Allah
selalu bersifat unik untuk setiap orang sesuai dengan kebutuhan hatinya. Rahmat itu
juga yang menegakkan martabat manusia dan mengembangkannya.

Belas kasih Allah itulah yang mengubah seluruh hidup Zakheus dan juga mendatangkan
sukacita besar dalam hatinya. Karena sukacitanya bertemu dan bersatu dengan Yesus,
Zakheus tanpa segan-segan mengakui segala dosanya. Pengakuan kejahatannya segera diikuti
dengan kemantapan hatinya untuk menggunakan sebagian besar kekayaannya demi kebaikan
dan keuntungan orang-orang miskin dan sesama yang telah dirugikannya. Pelayanan Zakheus
kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dirugikan berpegang pada kasih Yesus
yang tanpa syarat telah menerima dia. Pertobatan dan perubahan hidup Zakheus serentak
bersifat personal dan sosial. Karena belas kasih Yesus, Zakheus berubah menjadi salah satu
anak Abraham sejati, yaitu orang yang telah mengalami karya keselamatan Allah dan
kemudian menyerahkan dirinya secara total untuk mewartakan karya keselamatan itu kepada
sesamanya agar semakin banyak orang mengalami hal yang sama.

Saudari dan Saudara terkasih, sampai hari ini pun Yesus masih mencari kita (anda dan saya)
dan menarik kita untuk bersatu dengan diri-Nya. Yesus mencari kita di tengah-tengah
kehidupan kita sehari-hari: di rumah, di tempat kerja, dan dimana saja, bahkan di tempat-
tempat yang seringkali tidak kita bayangkan sebelumnya. Namun demikian, bersediakah kita
belajar dari sikap dan tindakan Zakheus yang tanpa malu berlari dan memanjat pohon untuk
bertemu dengan Yesus? Bersedikah kita menanggapi belas kasih Tuhan yang akan mengubah
seluruh corak kehidupan kita dari “pendosa” menjadi orang yang diselamatkan dan yang
diutus menjadi pewarta keselamatan-Nya?

Dalam buku mengenal dan bergaul dengan Allah “Pengenalan akan Allah yang
sejati selalu ditandai dengan proses kematian si “aku” dan proses kehidupan dengan
kekuatan gerak sentrifugal ( dari dalam keluar dan bukan sebaliknya yaitu sentripetal
atau dari luar ke dalam”
Kalau dalam iman yang semu, seseorang merasa dapat mencari dan menemukan Allah,
maka dalam iman yang sejati pengenalan dan pergaulan dengan Allah terjadi oleh karena
Allah yang berinisiatif dan mencari manusia (Yoh 15:16; Ef 2:8; Fil 2:13). Kemudian
manusia yang sudah dilahirkan baru ini masuk dalam proses sanctification / penyucian atau
pengkudusan dimana keputusannya untuk berjalan dalam pimpinan Roh Kudus (Gal 2:16)
akan mengubah hidupnya menjadi serupa dengan gambar Kristus (Roma 8:29). Si aku makin
lama makin mati dan kehadiran Kristus makin nyata, karena Kristus makin ditinggikan (Yoh
3:30). Sampai apa yang menjadi cita-cita dan keinginan pribadipun makin lama makin mati
karena Kristus lebih dari segala-galanya. Proses hidupnya diarahkan oleh kekuatan gerakan
sentrifugal. Ia menjadi seperti mata air yang keberadaannya untuk memberi dan untuk
melimpah keluar menjadi berkat bagi orang banyak (Yoh 4:14)

Jadi, tanda dari pengenalan dan pergaulan dengan Allah yang sejati adalah proses kematian si
aku (dimana Kristus dan hanya Kristus saja yang makin ditinggikan), sehingga kebutuhan
dan keinginan pribadi makin lama makin lenyap.

2. Pengenalan sejati akan Allah yang hidup selalu ditandai dengan kehadiran kasih ilahi
(kasih Agape)

Salah pengertian yang biasa timbul adalah bahwa “menggunakan waktu bersama Allah”
berarti berada sendirian dengan Allah. Segala sesuatu yang Anda lakukan  bisa merupakan
tindakan “menggunakan waktu bersama dengan Allah” jika Allah di ajak untuk mengambil
bagian di dalamnya dan Anda tetap sadar akan kehadiran-Nya.

Sebuah buku klasik tentang belajar bagaimana mengembangkan percakapan yang terus
menerus dengan Allah adalah Practicing the Presence of God. Buku tersebut ditulis pada
abad ke-17 oleh Brother Lawrence, seorang juru masak sederhana dari sebuah biara Perancis.
Brother Lawrence mampu mengubah tugas-tugas yang paling umum dan kasar sekalipun,
seperti menyediakan makanan dan mencuci piring menjadi tindakan pujian dan persekutuan
dengan Allah. Kunci menuju persahabatan dengan Allah menurut dia, adalah tidak mengubah
apa yang Anda kerjakan, tetapi mengubah SIKAP KITA terhadap apa yang sedang kita
lakukan. Apa yang biasanya kita kerjakan bagi diri Anda sendiri, mulailah melakukannya
bagi Allah, entah itu makan, mandi, bekerja, bersantai atau membuang sampah.

Saat ini sering kali kita merasa kita harus “menghindar” dari rutinitas harian kita
untuk menyembah Allah, tetapi itu hanya karena kita belum belajar mempraktikkan
kehadiran-Nya sepanjang waktu. Brother Lawrence merasa mudah untuk menyembah
Allah melalui tugas-tugas kehidupan yang biasa, dia tidak harus pergi mengikuti
retreat rohani yang khusus.

Gagasan Brother Lawrence lainnya yang bermanfaat adalah menaikkan doa-doa berbentuk
percakapan yang lebih singkat secara terus menerus sepanjang hari dan bukannya berupaya
menaikkan doa-doa yang memakan waktu lama dan kompleks. Untuk memelihara focus dan
melawan pikiran-pikiran yang menyimpang, dia berkata ”Saya tidak menesehati anda untuk
menggunakan banyak kata dalam doa, karena percakapan yang panjang sering kali
merupakan kesempatan untuk berpikir melantur”. Dalam zaman di mana perhatian kurang,
nasehat yang berusia 450 tahun untuk membuat doa tetap sederhana ini, tampaknya sangat
relevan.

Kita bisa memilih satu kalimat pendek atau frasa sederhana yang biasa diulangi dalam satu
nafas: “Engkau menyertaiku.” “Aku menerima anugerah-Mu.” “Aku bergantung kepada-
Mu.” “Aku ingin mengenal-Mu.” “Aku milik-Mu.” “Tolong aku percaya pada-Mu.” Anda
juga bias menggunakan frasa singkat dari Alkitab, “Bagiku hidup adalah Kristus.” “Engkau
tidak akan pernah meninggalkanku.” “Kaulah Allahku.” Panjatkan doa itu sesering mungkin
sehingga doa tersebut berakar dalam di hati kita Pastikan bahwa tujuan Anda adalah untuk
menghormati Allah, bukan mengendalikan Dia.

Mempraktikkan kehadiran Allah merupakan suatu keterampilan, sebuah keterampilan, sebuah


kebiasaan yang bisa kita kembangkan. Sama seperti musisi berlatih alat music setiap hari agar
dapat memainkan alunan yang indah dengan mudah, kita harus memaksa diri Anda untuk
berpikir tentang Allah setiap dalam hari Anda. Kita harus melatih pikiran Anda untuk
mengingat Allah.

Awalnya kita perlu membuat pengingat, untuk membawa pikiran kita terus menerus kembali
kepada kesadaran bahwa Allah ada bersama diri kita pada saat itu.

Kita tidak memuji Allah untuk merasa enak, tetapi untuk melakukan yang baik.
Yang menjadi sasaran anda bukanlah perasaan, melainkan suatu kesadaran
yang terus menerus akan kenyataan bahwa Allah selalu ada. Inilah gaya hidup
penyembahan.

Ada kalimat yang mengatakan ”Tindakan kita tidak pernah merubah kasih Tuhan,
tetapi Kasih Tuhan yang mengubah setiap tindakan kita”

Dia tau seburuk apa masa lalu kita


Dia tau siapa kita
Dia tau kelemahan kita
Dia tau hati kita
Dia tau pergumulan kita
Namun, kalau Tuhan sudah pilih kita, apapun yang menjadi masa lalu kita, kelemahan kita,
permassalahan kita, asal kita mau dipakai olehNya. Tuhan bisa pakai secara luar biasa

Anda mungkin juga menyukai