Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi
substans untuk digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin
mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.
Contoh dari kelenjar endokrin adalah kelenjar adernalin dan kelenjar
pankreas.
Hormon merupakan senyawa kimia khusus yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin tertentu. Pada kelenjar adrenalin menghasilkan hormon
kortisol dimana hormon kosrtisol merupakan hormon steroid dari
golongan glukokortikoid yang umumnya diproduksi oleh sel di dalam
zona fasikulata pada kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stimulasi
hormon ACTH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis.
Sedangkan pada kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin.
Hormon insulin adalah hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel β
kelenjar langerhaens pankreas. Hormon insulin merupakan hormon yang
berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah sehingga hormon
insulin sangat dibutuhkan pada penderita diabetes melitus karena pada
penderita diabetes melitus kelenjar pankreas tidak bisa menghasilkan
hormon insulin. (Agnes,2015)

2. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari hormon insulin?
2) Apa saja fungsi dari hormon insulin?
3) Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kelenjar pankreas?
4) Bagaimana mekanisme kerja hormon insulin?
5) Bagaimana proses terjadinya sekresi insulin?

1
6) Apakah pengertian dari hormon kortisol?
7) Apa saja fungsi dari hormon kortisol?
8) Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kelenjar adernal?
9) Bagaimana proses terjadinya sintesis Glukokortikoid?
10) Bagaimana mekanisme kerja hormon kortisol?
11) Bagaimana proses terjadinya sekresi, transportasi dan metabolisme
steroid adrenal?
12) Bagaimana Efek Hormon Steroid Adrenal (Glukokortikoid)?
13) Bagaimana Patofisiologi Hormon Korteks Adrenal (Glukokortikoid)?

3. Manfaat Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian dari hormon insulin
2) Untuk mengetahui fungsi dari hormon insulin
3) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari kelenjar pankreas
4) Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon insulin
5) Untuk mengetahui proses terjadinya sekresi insulin
6) Untuk mengetahui pengertian dari hormon kortisol
7) Untuk mengetahui fungsi dari hormon kortisol
8) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari kelenjar adernal
9) Untuk mnegetahui proses terjadinya sintesis Glukokortikoid
10) Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon kortisol
11) Untuk mengetahui proses terjadinya sekresi, transportasi dan
metabolisme steroid adrenal
12) Utnuk mengetahui Efek Hormon Steroid Adrenal (Glukokortikoid)
13) Untuk mengetahui Patofisiologi Hormon Korteks Adrenal
(Glukokortikoid)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HORMON INSULIN
1. Pengertian
Hormon adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu organ atau
bagian tubuh dan dibawa dalam darah ke organ atau bagian di mana
mereka menghasilkan efek fungsional. Hormon membawa pesan dari
kelenjar kepada sel-sel untuk mempertahankan tingkat bahan kimia
dalam aliran darah yang mencapai homeostasis.
Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya, hormon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
a. Peptida/protein
Hormon peptida memiliki tiga sampai lebih dari 200 residu
asam amino, termasuk hipotalamus dan pituitari, demikian juga
insulin dan glokagon dari pankreas. Kelompok hormon ini
disekresikan oleh sebagian besar kelenjar endokrin.
b. Amina
Hormon amina yaitu senyawa-senyawa kecil yang larut di dalam
air, terdiri dari kelompok amino, termasuk adrenalin dari
medulla adrenal dan hormon-hormon tiroid. Kelompok hormon
ini disekresikan oleh kelenjar tiroid dan medula adrenal.
c. Steroid
Hormon steroid berasal dari kolesterol dan disekresikan oleh
korteks adrenal vertebrata (androgen dan estrogen), ovarium,
testis, dan plasenta. (Lehninger, 1982; Soewoto:2009)

Insulin merupakan sejenis hormon peptida yang dihasilkan


oleh sel beta dari Langerhans pankreas. Sel beta adalah sejenis sel
yang terdapat dalam kelompok sel yang digelar membentuk

3
pepulau (islet of) Langerhans dalam pankreas (Indah: 2004,
Wilcox:2005).

Insulin menghentikan penggunaan lemak sebagai sumber


energi dengan menghambat pelepasan glukagon. Dengan
pengecualian dari diabetes mellitus dan sindrom gangguan
metabolisme Metabolik, insulin diberikan dalam tubuh dalam
proporsi konstan untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari
darah, yang sebaliknya akan menjadi racun. Ketika kadar glukosa
darah turun di bawah tingkat tertentu, tubuh mulai menggunakan
gula disimpan sebagai sumber energi melalui glikogenolisis, yang
memecah glikogen yang tersimpan di hati dan otot menjadi
glukosa, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi. Seperti tingkat adalah mekanisme metabolisme pusat
kontrol, statusnya juga digunakan sebagai sinyal kontrol untuk
sistem tubuh lainnya (seperti penyerapan asam amino oleh sel-sel
tubuh). Selain itu, memiliki beberapa efek anabolik lain di seluruh
tubuh.

2. Fungsi Insulin

a. Aktivitas e. Respons fase-


hormon akut
b. Binding protein f. Permukaan sel
c. Proses reseptor
metabolisme transduksi
glukosa sinyal terkait
d. Generasi g. Sel-sel sinyal
metabolit h. Kematian sel
prekursor dan i. Glukosa transportasi
energi j. Negatif dari proses regulasi
protein katabolik

4
k. Positif regulasi dari proses o. Regulasi sekresi protein
biosintesis oksida nitrat p. Positif regulasi sekresi
l. Negatif regulasi sitokin
vasodilatasi q. Positif regulasi nitrat
m. Positif regulasi vasodilatasi oksida sintase kegiatan
n. Alpha-beta sel T aktivasi

3. Anatomi Fisiologis

5
Pancreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak
retroperitoneal dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae
lumbalis I dan II. Kepala pancreas terletak dekat kepala duodenum,
sedangkan ekornya sampai ke lien. Pancreas mendapat darah dari
arteri linealis dan arteri mesenterika superior.
Pancreas menghasilkan dua kelenjar aitu kelenjar endokrin
dan kelenjar eksokrin. -Diantara sel-el eksokrin di seluruh pancreas
tersebar kelompok-kelompok atau “pulau”, sel endokrin yang
dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Pulau-pulu Langerhans
berbentuk oval tersebar di seluruh pancreas. Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau Langerhans yang dibedakan atas
granulasi dan pewarnaan, setengan dari sel ini menyekresi
hormone insulin
Dalam tubuh manusia normal pulau Langerhans
menghasilkan empat jenis sel :
a. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40 % memproduksi glucagon
menjadi factor hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
b. Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
c. Sel-sel D 5-15 % membuat somatostatin
d. Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik
polipeptida.

Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam


amino, satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sebelum dapat berfungsi ia harus berikatan dengan protein
reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi insulin
dikendalikan oleh kadar glukosa darah.

4. Mekanisme  Kerja Insulin

6
Insulin berperan penting dalam pengendalian metabolisme. Insulin
yang disekresikan oleh sel β pankreas akan langsung diinfusikan ke
dalam hati melalui vena portal, yang kemudian akan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yaitu
membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Akibatnya,
glukosa darah akan meningkat dan kebutuhan energi sel tubuh akan
terpenuhi.

Insulin ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam


pengaturan kadar gula darah. Insulin akan menghambat pengeluaran
glukosa oleh hati dan memudahkan sintesisi glikogen. Bila glukosa
darah tinggi, maka sekresi insulin normalnya akan meningkat dan
glukogenesis hati menurun.

Dengan adanya insulin, glukosa darah yang berasal dari


metabolisme karbohidrat dalam makanan, dari senyawa glukogenik
seperti protein dan lemak yang mengalami glukoneogenisis dan dari
pemecahan glikogen inti (glikogenelisis) dapat digunakan sebagai
energi di tingkat sel. Tanpa insulin masuknya glukosa kedalam otot
rangka, otot jantung, dan jaringan lain akan menurun (Sodeman,
1998).

7
Insulin bekerja pada hati, jaringan lemak (adiposa), dan jaringan
otot. Di hati, insulin memiliki pengaruh yang kuat terhadap
metabolisme glukosa dalam sel-sel hepar. Insulin mendorong
pembentukan glikogen, merangsang pembuangan glukosa lewat
lintasan-lintasan glikolitik dan menekan enzim-enzim yang diperlukan
untuk proses glukoneogenesis serta glikogenolisis. Insulin menentang
efek hormon kortisol, epinefrin, dan glukagon pada metabolisme
glukosa dalam hepar. Jadi keseluruhan efek insulin adalah
meningkatkan penggunaan dan penyimpanan glukosa dalam hepar.

Pada jaringan lemak (adiposa), insulin memiliki pengaruh yang


besar terhadap metabolisme lemak. Hormon ini merangsang
lipogenesis, mempercepat pembuangan trigliserida dari darah dan
menghambat liposis. Mekanisme kerja insulin dalam menghambat
liposis masih belum jelas. Singkatnya semua efek insulin ada jaringan
adiposa adalah untuk mendorong penyimpanan energi nutrient,
mempercepat pengubahan glukosa menjadi trigliserida dan
menghambat pelepasan simpanan trigliserida.

Pada jaringan otot, insulin diperlukan untuk pengangkutan glukosa


kedalam sel-sel otot, meniingkatkan simpanan glikogen intrasel,
meningkatkan sintesis asam amino dalam ribosom dan menurunkan
katabolisme protein. Pada kontraksi otot, glukosa dioksidasi menjadi
CO2 dan asam laktat. Asam laktat berdifusi kedalam sirkulasi darah
dan oleh hepar digunakan sebagai substrat untuk pembentukan
glukosa. Gerakan karbon dari hepar ke dalam otot dalam bentuk
glukosa dan pengembaliannya ke asam laktat dikenal sebagai siklus
Cori.

Dari semua aktivitas insulin tersebut dapat disimpulkan bahwa


berkurangnya insulin akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemi) yang ditandai dengan adanya

8
perubahan metabolik berupa : penurunan transpor glukosa dalam sel.
Glikogenesis berkurang, glikolisis dan glikogneogenesis meningkat
sehingga glukosa dicurahkan kedalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan (Guyton, 2006).

5.   Sekresi Insulin

Sekresi insulin adalah proses yang membutuhkan energi dan


melibatkan sistem mikrotubulus mikrofilamen dalam sel β pulau
Langerhans. Sejumlah perantara (mediator) terlibat dalam proses
pelepasan insulin. Insulin disekresikan dalam sel β normal sebagai
reaksi terhadap stimulus glukosa dengan mode bifasik dengan
lonjakan dini (fase awal) yang diikuti dengan peningkatan sekresi
insulin secara progresif (fase kedua) sepanjang ada stimulus
hiperglikemik.
Setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama
sekresi insulin adalah proses glukosa (masuk ke dalam sel) melewati
membran sel. Glukosa masuk ke dalam sel secara difusi dengan
bantuan GLUT-2 glucose transporter. Glucose transporter adalah
senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang
berperan dalam proses metabolisme glukosa yang berfungsi sebagai
“kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel
jaringan tubuh. Kemudian intraseluler glukosa dimetabolisme
(glikolisis dan fosforilasi) membentuk ATP. Molekul ATP yang
terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses
mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Pembentukan
ATP yang telah berlangsung akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan rasio ATP/ADP dan kadar glukosa intraseluler yang
tinggi menyebabkan depolarisasi membran sel serta menginduksi
penutupan KATP channel pada permukaan sel. Kemudian diikuti
oleh tahap pembukaan Cell-surface voltage dependent Calsium
channels (Ca channel). Keadaan inilah yang memungkinkan

9
masuknya ion Ca ke dalam sel β sehingga menyebabkan peningkatan
kadar ion Ca intrasel dan memicu exocytosis insulin. Selanjutnya
molekul insulin masuk ke dalam sirkulasi darah terikat dengan
reseptor. Ikatan insulin dan reseptornya membutuhkan GLUT-4
glucose transporter untuk dapat masuk ke dalam sel otot danjaringan
lemak, serta uptake glukosa dengan efisien, yang akhirnya
menurunkan kadar glukosa dalam plasma (Manaf:2006).

Berikut beberapa faktor yang memengaruhi sekresi insulin.


a. Glukosa
Peningkatan konsentrasi glukosa dalam plasma merupakan
faktor fisiologik paling penting yang mengatur sekresi
insulin. Konsentrasi ambang bagi sekresi tersebut adalah
kadar glukosa puasa plasma (80-100 mg/dl) dan respon
maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dari
300 hingga 500 mg/dl. Dua buah mekanisme yang berbeda
pernah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana glukosa
mengatur sekresi insulin. Salah satu hipotesis mengatakan
bahwa pengikatan glukosa dengan reseptor yang

10
kemungkinan terletak pada membran sel β akan
mengaktifkan mekanisme pelepasan. Hipotesis kedua
mengemukakan bahwa metabolit intrasel atau kecepatan
aliran metabolit lewat suatu lintasan seperti jalan pintas
pentosa fosfat, siklus asam sitrat atau pun lintasan glikolisis
turut terlibat. Ada bukti lewat eksperimen yang mendukung
kedua posisi.
b. Faktor hormonal
Sejumlah hormon mempengaruhi pelepasan insulin. Preparat
agonis α adrenergik, khususnya epinefrin menghambat
pelepasan insulin, bahkan setelah proses pelepasan ini
dirangsang oleh glukosa. Preparat agonis β adrenergik
merangsang pelepasan insulin, yang mungkin dengan cara
meningkatkan cAMP intrasel. Pajanan yang terus menerus
dengan hormon pertumbuhan, kortisol, laktogen plasenta,
estrogen dan progestin dalam jumlah yang berlebihan juga
akan meningkatkan sekresi insulin. Karena itu, sekresi
insulin meningkat jelas selama trimester terakhir kehamilan.
c. Preparat farmakologi
Banyak obat merangsang sekresi insulin, tetapi senyawa
sulfonilurea digunakan paling sering untuk pengobatan pada
manusia.

B. HORMON KORTISOL
1. Pengertian
Kortisol adalah hormon yang memudahkan protein pecah menjadi
glikogen serta gula sehingga membantu mempersiapkan individu untuk
stress. (semiun,2006)
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang
umumnya diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar

11
adrenal sebagai respon terhadap stimulasi hormon ACTH yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis.

2. Fungsi
Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal ( lebih kurang 40
macam) akan tetapi hanya sebagian yang dijumpai dalam darah vena
adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal khususnya
glukokortikoid adalah sebagai berikut :
a. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yaitu
memacu glikogeolisis, ketogenesis, dan katabolisme protein.
b. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan
glukosa, asam-asam lemak dan asam asam amino dalam sirkulasi.
Dalam jaringan perifer seperti otot, adipose dan jaringan limfoid,
steroid adalah katabolik dan cenderung menghemat glukosa,
pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
c. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap
katekolamin.
d. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi ( inotropik positif)
e. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak, menyebabkan erosi selaput lendir.
f. Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis, oleh
karena menghambat aktifitas osteoblast dan absorbsi kalsium di
usus.
g. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal.
h. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada konsentrasi tinggi glukokortikoid
menurunkan reaksi pertahanan seluler dan khususnya
memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah trauma.

12
i. Glukokortikoid menambah pembentukan surfaktan dalam paru-
paru dan telah digunakan untuk mencegah sindroma respiratory
distress pada bayi prematur.

3. Anatomi fisiologi

Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas


dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata
5-9 gram. Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:

a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam


b. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang
dan protein
c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu:

a. Medula Adrenal: Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari


system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra
ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla
adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu
epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan
metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber
endogen terpenuhi. Efek utama pelepasan epinephrine terlihat
ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu
tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga
menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan
kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa
darah.
b. Korteks Adrenal: Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona
glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis. Korteks adrenal

13
menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok
hormon:
a) Glukokortikoid: Hormon ini memiliki pengaruh yang penting
terhadap metabolisme glukosa; peningkatan hidrokortison
akan meningkatan kadar glukosa darah.
Glukokortikoiddisekresikan dari korteks adrenal sebagai
reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis.
Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan
glukokortikoid dari korteks adrenal. Glukokortikoid sering
digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera
jaringan dan menekan manifestasi alergi. Efek samping
glukokortikoid mencakup kemungkinan timbulnya diabetes
militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan
pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot serta
kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh.
Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan
katabolisme protein, memecah protei menjadi karbohidrat
dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif. 
b) Mineralokortikoid: Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja
pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal untuk
meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran
untuk mengeksresikan ion kalium atau hydrogen. Sekresi
aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya
angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar aldesteron
menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan
traktus gastro intestinal yang cederung memulihkan tekanan
darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron juga
ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan
hormon primer untuk mengatuk keseimbangan natrim jangka
panjang.

14
c) Hormon-hormon seksAdrenal (Androgen): Androgen
dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam
glandula adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan
sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini
memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria.
Kelenjar adrenal dapat pula mensekresikan sejumlah kecil
estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara
berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti terlihat pada
kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini
disebut Sindrom Adreno Genital.

4. Sintesis Glukokortikoid
Sintesis kortisol berlangsung melalu hidroksilasi-17α pregnenolon
oleh gen CYP17 dalam reticulum endoplasmic membentuk 17α-
hidroksipregnolon. Steroid ini kemudian diubah menjadi 17α-
hidroksiprogesteron setelah ikatan ganda 5,6 diubah menjadi ikatan
ganda 4,5 oleh 3β-hidroksisteroid dehidrogenase: ∆5,4-oxosteroid
isomerase enzyme complex, yang juga terletak dalam reticulum polos
endoplasmic. Jalur (pathway) yang kurang penting pada zona fasikulata
dan retikularis adalah dari pregnenolon  progesterone  17α-
hidroksiprogesteron.
Langkah berikutnya, yang juga berlangsung di mikrosom,
melibatkan 21-hidrosilasi oleh CYP21A2 dari 17α-hidroksiprogesteron
membentuk 11-deoksikortisol, senyawa ini selanjutnya dihidroksilasi
dalam mitokondria oleh 11β-hidroksilase (CYP11B1) membentuk
kortisol. Zona fasikulata dan retikularis juga menghasilkan 11-
deoksikortikosteron (DOC), 18 hidroksikortikosteron, dan
kortikosteron. Bila tidak ada gen CYP11B2 mitokondria akan
terhambat produksi aldosteron oleh zona retikularis dan fasikulata
korteks adrenal ini. Sekresi kortisol pada keadaan basal (nonstres)

15
berkisar 8-25 mg/dl (22-69 mmol/dl), dengan rata-rata kira-kira 9,2
mg/dl (25 mmol/dl).

5. Mekanisme Kerja Kortisol


Kortisol, seperti hormone steroid lainnya, masuk dengan bebas ke
dalam sitoplasma di mana akan berikatan dengan reseptor. Kompleks
glukokortikoid-reseptor ditranslokasi ke dalam nucleus sehingga akan
berikatan dengan elemen respons spesifik dan menyebabkan sintesis
RNA dan protein, walaupun transkripsi terkadang dihambat. Terbukti
bahwa beberapa efek segera kortisol, misalnya umpan balik ke otak dan
kelenjar hipofisis, terjadi melalui reseptor di membrane sel untuk
kortisol.

6. Sekresi, Transportasi dan Metabolisme Steroid Adrenal


a. Sekresi
Hormon steroid adrenal akan dilepas ke dalam plasma setelah
dibuat. Kortisol dilepas secara berkala diatur oleh irama diurnal
pelepasan ACTH. Konsekuensinya kortisol akan mencapai nilai
tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore harinya atau awal
malam harinya.
b. Transport plasma glukokortikoid
1) Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein
dan dalam bentuk bebas.
2) Protein pengikat utama dalam plasma disebut trans-kortin atau
globulin pengikat-kortikosteroid (CBG=Cortocosteroid-
binding globulin), CBG diproduksi di hati.
3) CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut bila kadarnya
dalam plasma berada pada kisaran normal. Kortisol dalam
jumlah yang lebih kecil akan akan terikat ke albumin.

16
4) Kekuatan pengikatan membantu menentukan usia paruh
biologik (t ½) hormon glukokortikoid. Kortisol terikat erat
pada CBG dan memiliki t ½ 1,5-2 jam, sedangkan
kortikosteron yang kurang terikat erat mempunyai t ½ kurang
dari 1 jam.
5) CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga
dengan deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing
dalam berikatan dengan CBG.
6) Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah
kortisol dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang
biologik aktif.
c. Laju Metabolisme Glukokortikoid
1) Kortisol dan metabolitnya membentuk sekitar 80% jumlah 17-
hidroksikortikoid dalam plasma (setengahnya beredar dalam
plasma dalam bentuk metabolit dihidro-dan tetrahidro-), 20%
sisanya terdiri atas kortison dan 11-deoksikortisol.
2) Semua senyawa tersebut dimodifikasi melalui proses konjugasi
dengan glukuronida dan sebagian kecil dengan sulfat.
3) Modifikasi ini terutama terjadi di hati dan membuat molekul
steroid yang bersifat lipofilik bisa larut air dan dapat
diekskresikan.
4) Pada manusia sebagian besar steroid terkonjugasi yang
memasuki intestinum lewat ekskresi bilier akan diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
5) Sekitar 70% steroid terkonjugasi akan diekskresikan ke dalam
urine, 20% keluar dalam bentuk feses dan sisanya keluar
melalui kulit.

7. Efek Hormon Steroid Adrenal (Glukokortikoid)


a. Efek terhadap metabolisme
1) Meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara:

17
a) Meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan
perifer
b) Meningkatkan laju glukoneogenesis melalui peningkatan
jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting
c) Memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik penting
lainnya pada laju reaksi optimal
2) Meningkatkan deposisi glikogen hepatik dengan meningkatkan
aktivasi enzim glikogen sintetase.
3) Mendorong lipolisis (di ekstremitas) tetapi dapat menimbulkan
lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melebihi taraf
fisiologis
4) Mendorong metabolisme protein dan RNA, hal ini merupakan
efek anabolik pada tahap fisiologis, tapi pada keadaan tertentu
dan pada taraf yang melampaui taraf fisiologis dapat bersifat
katabolik
b. Efek terhadap mekanisme pertahanan
1) Supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan
penghancuran (lisis) limfosit yang spesifk menurut tipe sel dan
spesiesnya
2) Supresi respon inflamasi dengan cara:
a) Menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah
dan migrasi leukosit jaringan
b) Menghambat proliferasi fibroblas
c) Menumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi
yaitu prostaglandin dan leukotrien
c. Efek lain
1) Penting untuk mempertahankan tekanan darah dan curah
jantung normal
2) Diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit yang normal
3) Bersama dengan hormon medula adrenal penting untuk

18
memungkinkan organisme berespon terhadap stres.

8. Patofisiologi Hormon Korteks Adrenal (Glukokortikoid)


a. Kekurangan
1) Menyebabkan penyakit Addison, memperlihatkan
hpoglikemia, sensitivitas tinggi terhadap insulin, intoleransi
terhadap stres, anoreksia, penurunan berat badan, nausea dan
gejala kelemahan berat.
2) Penderita addison mempunyai tekanan darah rendah,
penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan kemampuan
mengekskresikan kelebihan air.
3) Kadar Na plasma rendah, K tinggi, punya riwayat ”ngidam
garam”.
4) Bisa tampak pigmentasi pada kulit dan membran mukosa.
b. Kelebihan
1) Menyebabkan sindrom Cushing, terjadi karena adanya
adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH
2) Terjadi hiperglikemia atau intoleransi glukosa atau keduanya,
karena peningkatan glukoneogenesis.
3) Efek katabolik (pemecahan protein) berat menimbulkan
penipisan kulit, atrofi otot, osteoporosis, keseimbangan
nitrogen negatif.
4) Redistribusi lemak yang aneh dengan obesitas batang tubuh
dan ”punuk kerbau” (buffalo hump).
5) Resistensi terhadap infeksi dan respon inflamasi terganggu,
misalnya pada penyembuhan luka.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hormon adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu organ atau bagian
tubuh dan dibawa dalam darah ke organ atau bagian di mana mereka
menghasilkan efek fungsional. Hormon membawa pesan dari kelenjar
kepada sel-sel untuk mempertahankan tingkat bahan kimia dalam aliran
darah yang mencapai homeostasis.
Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya, hormon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: peptida/protein,
amina, steroid.
Insulin merupakan sejenis hormon peptida yang dihasilkan oleh sel
beta dari Langerhans pankreas. Sel beta adalah sejenis sel yang terdapat
dalam kelompok sel yang digelar membentuk pepulau (islet of)
Langerhans dalam pankreas (Indah: 2004, Wilcox:2005). Dalam tubuh
manusia normal pulau Langerhans menghasilkan empat jenis sel : Sel-sel
A (alfa) sekitar 20-40 % memproduksi glucagon menjadi factor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif, sel-sel B (beta) 60-80%
fungsinya membuat insulin, sel-sel D 5-15 % membuat somatostatin, sel-
sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.
Mekanisme kerja insulin yaitu insulin berperan penting dalam
pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel β pankreas
akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena portal, yang
kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.

20
Sekresi insulin adalah proses yang membutuhkan energi dan melibatkan
sistem mikrotubulus mikrofilamen dalam sel β pulau Langerhans.
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang
umumnya diproduksi oleh sel di dalam zona fasikulata pada kelenjar
adrenal sebagai respon terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis. Sintesis glukokortikoid : memerlukan 3 enzim
hidroksilase pada posisi C17, C21 dan C11. Enzimnya berturut-turut
adalah 17α-hidroksilase, 21-hidroksilase dan 11β-hidroksilase, 17α-
hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus yang bekerja
pada progesteron atau lebih sering pada pregnenolon, 17α-
hidroksiprogesteron mengalami hidroksilasi sehingga membentuk 11-
deoksikortisol, 11-deoksikortisol mengalami hidroksilasi membentuk
kortisol, 21-hidroksilase merupakan enzim retikulum endoplasma halus
sedangkan 11β-hidroksilase merupakan enzim mitokondria. Mekanisme
kerja kortisol, seperti hormone steroid lainnya, masuk dengan bebas ke
dalam sitoplasma di mana akan berikatan dengan reseptor. Kompleks
glukokortikoid-reseptor ditranslokasi ke dalam nucleus sehingga akan
berikatan dengan elemen respons spesifik dan menyebabkan sintesis RNA
dan protein, walaupun transkripsi terkadang dihambat.

B. Saran
Semoga dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan untuk
para pembaca dan masyarakat umum, dan selalu mencari sumber referensi
lain agar ilmu yang didapat selalu menjadi terbaru. Dapat dijadikan
pedoman untuk melakukan tindakan keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Sebelas.

Jakarta:EGC.

Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset

Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme.

Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 1868.

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisus

Sodeman, 1998. Patofisiologi Sodeman : Mekanisme Penyakit, editor : Joko

22
Suyono. Hipoerates, Jakarta.

Soewoto, dkk. 2009. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.

Wilcox, Dennis and Glen Cameron, Ault, Philip H. 2005. Public realitions :

Strategies and tacties. USA : Pearson Education

23

Anda mungkin juga menyukai