1. Pendahuluan
Sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
yang diperoleh melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan, tidak
dapat dilepaskan dari peran dan kontribusi dari seluruh komponen
bangsa. Pada hakikatnya, suatu negara, termasuk NKRI, dinyatakan sah
berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat jika memenuhi empat
persyaratan, yang terdiri dari tiga syarat primer dan satu syarat sekunder.
Tiga syarat primer dimaksudadalah memiliki rakyat, memiliki wilayah,dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya
adalah memperoleh pengakuan dari negara lain.
Negara harus memiliki rakyat yang merupakan unsur utama
berdirinya suatu negara, karena rakyatlah yang memiliki kehendak untuk
mendirikan negara, melindunginya, serta mempertahankan kelangsungan
berdirinya negara tersebut. Negara juga harus memiliki wilayah sebagai
tempat bagi rakyat untuk menjalani kehidupannya, serta bagi
Pemerintahuntuk mengatur dan menjalankan pemerintahan. Wilayah
suatu negara dapat terdiri dari wilayah darat, laut, udara, dasar laut, dan
tanah dibawahnya. Selain itu, negara membutuhkan pemerintahan yang
berdaulat, yaitupemerintahan yang sah, yang diberikan wewenang oleh
rakyat sebagai pemegang kedaulatan berdasarkan konstitusi dan undang-
undang. Demikian pula, keabsahan berdirinya suatu negara juga
ditentukan oleh adanya pengakuan dari negara lain, baik secara de facto
maupun secara de jure.
1
Dengan bermodalkan keempat persyaratan di atas, negara dan
bangsa Indonesia mengerahkan segenap daya upayanya dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Rakyat Indonesia
bersama-sama berupaya mencapai tujuan nasional tersebut guna meraih
cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional dan cita-cita bangsa
Indonesia tersebut dibutuhkan suatu strategi nasional guna menghadapi
dinamika perkembangan lingkungan strategis, baik pada tataran global,
regional, maupun nasional. Setiap negara perlu memiliki strategi nasional,
mengingat dinamika perkembangan lingkungan strategis tersebut tidak
hanya dapat memberikan pengaruh positif berupa peluang, namunjuga
dapat berpengaruh negatif berupa ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan, atau yang dikenal sebagai hakikat ancaman, bagi negara
Indonesia.
Kesadaran bela negara menjadi bagian penting dari strategi
nasional bangsa dan negara Indonesia guna menghadapi berbagai
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan. Sejarah perjuangan
bangsa menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih berkat bersatu
padunya seluruh komponen bangsa yang dilandasi dengan tekad dan
semangat membela tanah air, sehingga rela mengorbankan jiwa dan
raganya. Kesadaran bela negara tersebut perlu senantiasa dipelihara
dalam rangka menyatukan komitmen dan tekad bangsa Indonesia untuk
berjuang mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur, sebagaimana telah menjadi cita-cita
bersama.
2
Jerman, Spanyol, dan Inggris, bela negara dilaksanakan dengan pelatihan
militer, biasanya satu kali di akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat
melakukannya sebagai individu ataupun sebagai anggota resimen. Israel,
Iran, dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga negara yang
memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu,
seperti gangguan fisik, mental, dan keyakinan keagamaan). Sedangkan
Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan memberlakukan wajib militer untuk
beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas sosial.
3
dari negara adalah kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa.
Kedua,“Mengapa negara harus dibela?” Setiap negara memiliki
kepentingan nasionalnya masing-masing yang terkadang berbenturan
antara negara satu dan lainnya. Kondisi tersebut membuat negara perlu
survive mengingat semakin kuatnya persaingan dan tidak ada yang dapat
menjamin bahwa sebuah negara akan tetap selamanya ada/berdiri. Untuk
itu, agar tetap hidup, negara harus dibela/dilindungi dari berbagai macam
bentuk ancaman.
Ketiga,“Siapa yang harus membela negara?”Tugas membela
negara tidak bisa hanya digantungkan pada Tentara Nasional Indonesia
(TNI) semata. Sebagaimana sistem pertahanan semesta, bela negara
harus melibatkan segenap komponen bangsa, termasuk didalamnya
seluruh warga negara, lembaga negara, lembaga kemasyarakatan, hingga
partai politik (suprastruktur dan infrastruktur politik).
a. UUD 1945:
1) Pasal 27 ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
2) Pasal 30 ayat (1) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”.
4
c. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM):
Bab IV (Kewajiban Dasar Manusia) Pasal 68 berbunyi
“Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negarasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
5
negara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
b) meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
dalam usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air dan kesadaran berbangsa
dan bernegara Indonesia dengan berdasar kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Pasal 5:
Ayat (1)Gubernur bertanggung jawab terhadap peningkatan
kesadaran bela negaradi provinsi.
Ayat (2) Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap
peningkatan kesadaran bela negaradi kabupaten/kota.
6
secara berkesinambungan, salah satunya dalam bentuk Pembinaan
Kesadaran Bela Negara (PKBN).
Bela negara pada hakikatnya mengandung lima nilai fundamental
yang harus senantiasa dikembangkan dan dilestarikan dalam rangka
membangun karakter bangsa serta sebagai prasyarat dalam
penyelenggaraan sistem pertahanan semesta. Kelima nilai bela negara
tersebut meliputi: Cinta Tanah Air, Sadar Berbangsa dan Bernegara,
Yakin pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban Untuk
Bangsa dan Negara, serta Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.
7
sebagai kerangka acuan NKRI. Bangsa Indonesia yakin dan
percaya bahwa kesaktian Pancasila telah teruji dalam perjalanan
sejarah berbangsa dan bernegara, dimana Pancasila menjadi satu-
satunya dasar negara yang mampu mempersatukan kebhinnekaan
rakyat Indonesia.
8
kepentingan pertahanan negara, termasuk dalam menanggulangi dan/
atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam,
atau bencana lainnya. Dalam kerangka sistem pertahanan semesta,
apapun profesi warga negara adalah representasi pemahaman bela
negara dari aspek kejiwaan yang diimplementasikan dalam pengabdian
sesuai profesi untuk menghadapi ancaman.
9
Pembangunan sistem pertahanan negara diselenggarakan dengan
mempertimbangkan skala prioritas dalam rangka menyiapkan postur
pertahanan negara untuk dapat menghadapi ancaman dan menjamin
keamanan nasional. Skala prioritas pembangunan sistem pertahanan
negara meliputi peningkatan profesionalisme TNI, penyiapan dan
pengembangan kekuatan rakyat (bela negara), serta pengembangan
teknologi pertahanan dalam mendukung ketersediaan alat utama sistem
senjata (alutsista).
Pokok-pokok kebijakan umum pertahanan negara telah
menetapkan lima tujuan strategis pertahanan negara, yaitu mewujudkan
pertahanan negara yang mampu menghadapi ancaman; mewujudkan
pertahanan negara yang mampu menangani keamanan wilayah maritim,
keamanan wilayah daratan, dam keamanan wilayah dirgantara;
mewujudkan pertahanan negara yang mampu berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia; mewujudkan industri pertahanan yang
kuat, mandiri, dan berdaya saing; dan mewujudkan kesadaran bela
negara bagi warga negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan strategis
yang kelima, strategi yang ditetapkan adalah memantapkan kesadaran
dan kemampuan bela negara bagi warga negara Indonesia.
Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara tersebut
merupakan landasan dalam komponen pertahanan militer dan komponen
pertahanan nirmiliter, sesuai bentuk ancaman yang dihadapi. Komponen
pertahanan militer terdiri dari komponen utama (TNI), komponen
cadangan (warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan
sarana prasarana nasional),serta komponen pendukung (Garda Bangsa
yaitu Polri, Polisi Pamong Praja, Linmas, Satpam, Menwa, kader bela
negara, organisasi kepemudaan, dan lain-lain; Tenaga Ahli yaitu dokter,
paramedis, montir, ahli kimia, dan lain-lain; warga negara lainnya; sumber
daya alam dan buatan; dan sarana prasarana nasional).Pembangunan
postur pertahanan militer mengarahkan komponen utama untuk memiliki
kekuatan yang siap menghadapi ancaman nyata dan belum nyata,
penataan organisasi dan pengembangan organisasi gelar TNI AD, TNI AL,
dan TNI AU, dengan kemampuan intelijen, diplomasi, pertahanan,
10
pemberdayaan wilayah pertahanan, dan dukungan. Postur komponen
utama tersebut dibangun melalui kebijakan Minimum Essential Force
(MEF). Postur komponen cadangan disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama, sedangkan postur komponen pendukung
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan.
Komponen pertahanan nirmiliter terdiri dari unsur utama
(Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan) dan unsur lainnya
(Kementerian/Lembaga lainnya, Pemda, dan kekuatan bangsa lainnya
termasuk TNI).Pembangunan postur pertahanan nirmiliter mengarahkan
penyiapan kekuatan unsur utama oleh Kementerian/Lembaga sebagai
kekuatan utama untuk menghadapi ancaman nonmiliter, yang digelar
pada lini depan di daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Pembangunan
postur unsur lain kekuatan bangsa diarahkan untuk membangun kekuatan
komponen bangsa dalam membantu unsur utama dengan penggelaran
sesuai lokasi yang dibutuhkan.Pertahanan nirmiliter diarahkan untuk
mencapai kemampuan kewaspadaan dini, bela negara, diplomasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, moral, dan dukungan
penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan peran dan fungsi
masing-masing.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
melaksanakan bela negaramelalui komponen-komponen pertahanan
militer ataupun unsur-unsur pertahanan nirmiliter sebagaimana diuraikan
di atas, sesuai dengan profesi, keahlian dan kapasitas masing-masing.
7. Penutup
Pendidikan bela negara diharapkan dapat memfasilitasi upaya
penanaman nilai dasar bela negara dalam rangka membentuk manusia
Indonesia berdaya saing yang memiliki kesadaran bela negara. Konsepsi
bela negara memiliki dimensi pengertian yang luas. Melalui bela negara
diharapkan warga negara dapat secara aktif menangkal ancaman
terhadap kedaulatan, keutuhan dan keselamatan bangsa, sebagai bentuk
11
kesadaran untuk berperan secara fisik maupun non-fisik dalam
melaksanakan bela negara.
Dalam rangka menciptakan semangat bela negara perlu
dilaksanakan sejumlah tahapan pembinaan yang terdiri dari:
penyelenggaraan pembinaan dan pemantapan bela negara sebagai suatu
gerakan nasional; pemahaman wawasan kebangsaan (empat pilar, yang
meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI);
penerapan dalam berbagai kegiatan seperti keagamaan, sosial budaya,
olahraga, pendidikan dan latihan, penelitian, dan lain-lain; serta
pengembangan jati diri bangsa, tanggung jawab dan partisipasi warga
negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku. Melalui
semangat bela negara tersebut diharapkan akan mampu membangun
kesadaran setiap warga negara untuk ikutserta dalam usaha pembelaan
negara guna menghadapi setiap bentuk ancaman.
12