Anda di halaman 1dari 12

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN

DIREKTORAT KEBIJAKAN STRATEGI

PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA DI DAERAH

1. Pendahuluan
Sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
yang diperoleh melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan, tidak
dapat dilepaskan dari peran dan kontribusi dari seluruh komponen
bangsa. Pada hakikatnya, suatu negara, termasuk NKRI, dinyatakan sah
berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat jika memenuhi empat
persyaratan, yang terdiri dari tiga syarat primer dan satu syarat sekunder.
Tiga syarat primer dimaksudadalah memiliki rakyat, memiliki wilayah,dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya
adalah memperoleh pengakuan dari negara lain.
Negara harus memiliki rakyat yang merupakan unsur utama
berdirinya suatu negara, karena rakyatlah yang memiliki kehendak untuk
mendirikan negara, melindunginya, serta mempertahankan kelangsungan
berdirinya negara tersebut. Negara juga harus memiliki wilayah sebagai
tempat bagi rakyat untuk menjalani kehidupannya, serta bagi
Pemerintahuntuk mengatur dan menjalankan pemerintahan. Wilayah
suatu negara dapat terdiri dari wilayah darat, laut, udara, dasar laut, dan
tanah dibawahnya. Selain itu, negara membutuhkan pemerintahan yang
berdaulat, yaitupemerintahan yang sah, yang diberikan wewenang oleh
rakyat sebagai pemegang kedaulatan berdasarkan konstitusi dan undang-
undang. Demikian pula, keabsahan berdirinya suatu negara juga
ditentukan oleh adanya pengakuan dari negara lain, baik secara de facto
maupun secara de jure.

1
Dengan bermodalkan keempat persyaratan di atas, negara dan
bangsa Indonesia mengerahkan segenap daya upayanya dalam rangka
mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Rakyat Indonesia
bersama-sama berupaya mencapai tujuan nasional tersebut guna meraih
cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional dan cita-cita bangsa
Indonesia tersebut dibutuhkan suatu strategi nasional guna menghadapi
dinamika perkembangan lingkungan strategis, baik pada tataran global,
regional, maupun nasional. Setiap negara perlu memiliki strategi nasional,
mengingat dinamika perkembangan lingkungan strategis tersebut tidak
hanya dapat memberikan pengaruh positif berupa peluang, namunjuga
dapat berpengaruh negatif berupa ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan, atau yang dikenal sebagai hakikat ancaman, bagi negara
Indonesia.
Kesadaran bela negara menjadi bagian penting dari strategi
nasional bangsa dan negara Indonesia guna menghadapi berbagai
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan. Sejarah perjuangan
bangsa menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih berkat bersatu
padunya seluruh komponen bangsa yang dilandasi dengan tekad dan
semangat membela tanah air, sehingga rela mengorbankan jiwa dan
raganya. Kesadaran bela negara tersebut perlu senantiasa dipelihara
dalam rangka menyatukan komitmen dan tekad bangsa Indonesia untuk
berjuang mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur, sebagaimana telah menjadi cita-cita
bersama.

2. Bela Negara di Berbagai Negara


Banyak negara-negara di dunia telah menerapkan bela negara
dalam rangka mendukung pertahanan negaranya. Di Amerika Serikat,

2
Jerman, Spanyol, dan Inggris, bela negara dilaksanakan dengan pelatihan
militer, biasanya satu kali di akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat
melakukannya sebagai individu ataupun sebagai anggota resimen. Israel,
Iran, dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga negara yang
memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu,
seperti gangguan fisik, mental, dan keyakinan keagamaan). Sedangkan
Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan memberlakukan wajib militer untuk
beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas sosial.

3. Bela Negara di Indonesia


Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 menyebutkan bahwa bela negara adalah sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku
tersebut tidak begitu saja muncul menjadi kesadaran setiap warga
negarasejak lahir, sehingga perlu ditumbuh kembangkan sejak dini serta
senantiasa dipelihara dan dikembangkan secara berkesinambungan
melalui pembinaan kesadaran bela negara.
Hakikat pembinaan kesadaran bela negara adalah upaya untuk
membangun karakter bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme
dan patriotisme serta memiliki ketahanan nasional yang tangguh guna
menjamin tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dan terpeliharanya pelaksanaan pembangunan nasional dalam
mencapai tujuan nasional. Terkait dengan hakikat tersebut, ada tiga
pertanyaan mendasar tentang bela negara yang perlu dijawab guna lebih
memahami makna dari bela negara itu sendiri.
Pertama, “Apa yang harus dibela dari negara?” UU Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan NegaraPasal 4 menyebutkan bahwa pertahanan
negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman. Pasal tersebut menunjukkan bahwa yang harus dibela

3
dari negara adalah kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa.
Kedua,“Mengapa negara harus dibela?” Setiap negara memiliki
kepentingan nasionalnya masing-masing yang terkadang berbenturan
antara negara satu dan lainnya. Kondisi tersebut membuat negara perlu
survive mengingat semakin kuatnya persaingan dan tidak ada yang dapat
menjamin bahwa sebuah negara akan tetap selamanya ada/berdiri. Untuk
itu, agar tetap hidup, negara harus dibela/dilindungi dari berbagai macam
bentuk ancaman.
Ketiga,“Siapa yang harus membela negara?”Tugas membela
negara tidak bisa hanya digantungkan pada Tentara Nasional Indonesia
(TNI) semata. Sebagaimana sistem pertahanan semesta, bela negara
harus melibatkan segenap komponen bangsa, termasuk didalamnya
seluruh warga negara, lembaga negara, lembaga kemasyarakatan, hingga
partai politik (suprastruktur dan infrastruktur politik).

4. Dasar Hukum Bela Negara


Penyelenggaraan bela negara berlandaskan pada peraturan dan
perundangan yang berlaku sebagai berikut:

a. UUD 1945:
1) Pasal 27 ayat (3) berbunyi “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
2) Pasal 30 ayat (1) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”.

b. UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara:


Pasal 1 angka 2 berbunyi “Sistem pertahanan negara adalah
sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh
warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh Pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
dari segala ancaman”.

4
c. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM):
Bab IV (Kewajiban Dasar Manusia) Pasal 68 berbunyi
“Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negarasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

d. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2015 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019:
Buku II(Agenda Pembangunan Bidang), Bab 6 (Bidang
Pertahanan dan Keamanan),Angka 6.3.1 (Arah Kebijakan
Pembangunan), huruf g berbunyi“Arah kebijakan pembangunan
dalam rangka mencapai sasaran terbangunnya sistem keamanan
nasional yang integratif ditempuh dengan: ... 3) Meningkatkan
kesadaran, sikap, dan perilaku bela negara di masyarakat”.

e. Perpres Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan Umum


Pertahanan Negara:
1) Pembangunan Karakter Bangsa. Pembangunan karakter
bangsa sebagai bagian dari revolusi mental diselenggarakan
melalui pembinaan kesadaran dan kemampuan bela negara
bagi setiap WNI untuk menyiapkan SDM pertahanan negara,
serta penguatan jati diri bangsa yang berkepribadian dan
berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2) Pemberdayaan Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah
Daerah (Pemda). Pemberdayaan K/L dan Pemda melalui
peningkatan kesadaran bela negara di lingkungan K/L dan
Pemda, baik terhadap unsur utama maupun unsur lain
kekuatan bangsa, melalui peningkatan kapasitas dan
sinergitas kekuatan dalam menghadapi ancaman guna
mendukung pertahanan negara.

f. Permendagri Nomor 38 Tahun 2011:


1) Pasal 2: Peningkatan kesadaran bela negara di daerah
bertujuan untuk:
a) menanamkan sikap dan perilaku cinta tanah air bagi
setiap WNI dan rela berkorban bagi bangsa dan

5
negara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
b) meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
dalam usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air dan kesadaran berbangsa
dan bernegara Indonesia dengan berdasar kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Pasal 5:
Ayat (1)Gubernur bertanggung jawab terhadap peningkatan
kesadaran bela negaradi provinsi.
Ayat (2) Bupati/walikota bertanggung jawab terhadap
peningkatan kesadaran bela negaradi kabupaten/kota.

5. Implementasi Nilai-Nilai Bela Negara


Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 telah menjadi
tonggak sejarah bangsa Indonesia dengan diwujudkannya komitmen di
antara para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia untuk menggalang
persatuan dan kesatuan dengan pengakuan bersama tentang tumpah
darah yang satu, tumpah darah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia; dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Bertumpu dari Sumpah Pemuda tersebut, bangsa Indonesia kemudian
menemukan jati dirinya, sebagaimana telah diwujudkan dalam falsafah
dan ideologi Pancasila, yang menjadi kepribadian dan identitas nasional
bangsa Indonesia.
Dalam rangka mempertahankan dan melestarikan jati diri bangsa
Indonesia tersebut, sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
upaya mencapai tujuan nasional dan cita-cita bangsa Indonesia,
diperlukan penanaman nilai-nilai yang bersumber dari dan mengakar
dalam budaya,dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai kebangsaan tersebut akan dapat menghilang
apabilatidak ditanamkan kepada generasi selanjutnya. Untuk itu
pengembangan nilai-nilai kebangsaan harus dimulai sejak dini dan dibina

6
secara berkesinambungan, salah satunya dalam bentuk Pembinaan
Kesadaran Bela Negara (PKBN).
Bela negara pada hakikatnya mengandung lima nilai fundamental
yang harus senantiasa dikembangkan dan dilestarikan dalam rangka
membangun karakter bangsa serta sebagai prasyarat dalam
penyelenggaraan sistem pertahanan semesta. Kelima nilai bela negara
tersebut meliputi: Cinta Tanah Air, Sadar Berbangsa dan Bernegara,
Yakin pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban Untuk
Bangsa dan Negara, serta Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.

a. Cinta Tanah Air


Tanah air adalah ruang wilayah negara, baik secara fisik
(yaitu wilayah, kondisi, dan posisi geografis) maupun non-fisik
(yaitu tata nilai dan tata kehidupan masyarakatnya), telah
memberikan sumber kehidupan dan penghidupan sejak manusia
lahir sampai pada akhir hayatnya. Setiap warga negara harus
mencintai tanah airnya untuk dapat mempertahankan hidup dan
kehidupannya dari generasi ke generasi. Kecintaan kepada tanah
air tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengenal dan
memahami wilayah Nusantara dengan baik, mencintai dan
melestarikan lingkungan hidup, serta menjaga nama baik dan
mengharumkan tanah air Indonesia.

b. Sadar Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa dan bernegara memiliki makna
terbangunnya sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan
kepribadian bangsa dengan senantiasa berorientasi pada tujuan
nasional dan cita-cita bangsa Indonesia. Kesadaran berbangsa
dan bernegara dapat ditanamkan dengan cara menumbuhkan rasa
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia, rasa
memiliki jiwa besar dan patriotisme, serta kesadaran dan tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia.

c. Yakin pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila telah disepakati sebagai falsafah dan ideologi
bangsa dan negara serta sebagai sumber hukum dan sekaligus

7
sebagai kerangka acuan NKRI. Bangsa Indonesia yakin dan
percaya bahwa kesaktian Pancasila telah teruji dalam perjalanan
sejarah berbangsa dan bernegara, dimana Pancasila menjadi satu-
satunya dasar negara yang mampu mempersatukan kebhinnekaan
rakyat Indonesia.

d. Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara


Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara menjadi
persyaratan utama dalam berbagai bentuk perjuangan mencapai
tujuan nasional, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Kerelaan
berkorban untuk bangsa dan negara dapat ditunjukkan dengan
adanya sikap dan perilaku mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi/golongan, termasuk mencurahkan
perhatian keikhlasan tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan
tugas, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara tanpa
pamrih; kerelaan mengorbankan waktu, harta, jiwa dan raga untuk
kepentingan nusa dan bangsa.

e. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara


Kemampuan awal bela negara diwujudkan dalam bentuk
kemampuan psikis atau mental dan kemampuan fisik. Kemampuan
awal secara psikis ditunjukkan dengan adanya sikap dan perilaku
disiplin, ulet, bekerja keras, mentaati peraturan perundangan yang
berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji dan
pantang menyerah. Sedangkan kemampuan awal secara fisik
ditunjukkan dengan kondisi jasmani yang sehat, tangkas dan postur
tubuh yang proporsional.

Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 9 ayat (2) UU Nomor 3


Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara, dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian
sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib dan pengabdian
sesuai dengan profesi. Pengabdian sesuai dengan profesi berarti
pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk

8
kepentingan pertahanan negara, termasuk dalam menanggulangi dan/
atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam,
atau bencana lainnya. Dalam kerangka sistem pertahanan semesta,
apapun profesi warga negara adalah representasi pemahaman bela
negara dari aspek kejiwaan yang diimplementasikan dalam pengabdian
sesuai profesi untuk menghadapi ancaman.

6. Bela Negara dalam Sistem Pertahanan Negara


Bela negara sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan
pertahanan negara yang telah digariskan dalam UUNomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara dan Perpres Nomor 97 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019. Kedua landasan
hukum tersebut menetapkan bahwa pertahanan negara diselenggarakan
dalam suatu sistem pertahanan yang bersifat semesta dengan
memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter. Sifat
kesemestaan yang dikembangkan melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta sarana prasarana
nasional yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah, serta
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut.
Penyelenggaraannya dilakukan melalui usaha membangun kekuatan dan
kemampuan pertahanan negara yang kuat dan memiliki daya tangkal
terhadap berbagai ancaman.
Untuk menghadapi ancaman militer, pengerahan kekuatan
pertahanan militer diselenggarakan dengan menempatkan TNI sebagai
komponen utama yang didukungoleh komponen cadangan dan
komponen pendukung. Untuk menghadapi ancaman nonmiliter,
pengerahan kekuatan pertahanan nirmiliter diselenggarakan dengan
menempatkan Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan dan
pemerintah daerah sebagai unsur utama, didukung oleh TNI dan unsur-
unsur lain dari kekuatan bangsa. Sedangkan ancaman hibrida, dihadapi
dengan pola pertahanan militer, dengan kekuatan pertahanan nirmiliter
yang diformasikan dalam komponen pendukung sesuai hakikat dan
eskalasi ancaman hibrida yang timbul.

9
Pembangunan sistem pertahanan negara diselenggarakan dengan
mempertimbangkan skala prioritas dalam rangka menyiapkan postur
pertahanan negara untuk dapat menghadapi ancaman dan menjamin
keamanan nasional. Skala prioritas pembangunan sistem pertahanan
negara meliputi peningkatan profesionalisme TNI, penyiapan dan
pengembangan kekuatan rakyat (bela negara), serta pengembangan
teknologi pertahanan dalam mendukung ketersediaan alat utama sistem
senjata (alutsista).
Pokok-pokok kebijakan umum pertahanan negara telah
menetapkan lima tujuan strategis pertahanan negara, yaitu mewujudkan
pertahanan negara yang mampu menghadapi ancaman; mewujudkan
pertahanan negara yang mampu menangani keamanan wilayah maritim,
keamanan wilayah daratan, dam keamanan wilayah dirgantara;
mewujudkan pertahanan negara yang mampu berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia; mewujudkan industri pertahanan yang
kuat, mandiri, dan berdaya saing; dan mewujudkan kesadaran bela
negara bagi warga negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan strategis
yang kelima, strategi yang ditetapkan adalah memantapkan kesadaran
dan kemampuan bela negara bagi warga negara Indonesia.
Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara tersebut
merupakan landasan dalam komponen pertahanan militer dan komponen
pertahanan nirmiliter, sesuai bentuk ancaman yang dihadapi. Komponen
pertahanan militer terdiri dari komponen utama (TNI), komponen
cadangan (warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan
sarana prasarana nasional),serta komponen pendukung (Garda Bangsa
yaitu Polri, Polisi Pamong Praja, Linmas, Satpam, Menwa, kader bela
negara, organisasi kepemudaan, dan lain-lain; Tenaga Ahli yaitu dokter,
paramedis, montir, ahli kimia, dan lain-lain; warga negara lainnya; sumber
daya alam dan buatan; dan sarana prasarana nasional).Pembangunan
postur pertahanan militer mengarahkan komponen utama untuk memiliki
kekuatan yang siap menghadapi ancaman nyata dan belum nyata,
penataan organisasi dan pengembangan organisasi gelar TNI AD, TNI AL,
dan TNI AU, dengan kemampuan intelijen, diplomasi, pertahanan,

10
pemberdayaan wilayah pertahanan, dan dukungan. Postur komponen
utama tersebut dibangun melalui kebijakan Minimum Essential Force
(MEF). Postur komponen cadangan disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama, sedangkan postur komponen pendukung
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan.
Komponen pertahanan nirmiliter terdiri dari unsur utama
(Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan) dan unsur lainnya
(Kementerian/Lembaga lainnya, Pemda, dan kekuatan bangsa lainnya
termasuk TNI).Pembangunan postur pertahanan nirmiliter mengarahkan
penyiapan kekuatan unsur utama oleh Kementerian/Lembaga sebagai
kekuatan utama untuk menghadapi ancaman nonmiliter, yang digelar
pada lini depan di daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Pembangunan
postur unsur lain kekuatan bangsa diarahkan untuk membangun kekuatan
komponen bangsa dalam membantu unsur utama dengan penggelaran
sesuai lokasi yang dibutuhkan.Pertahanan nirmiliter diarahkan untuk
mencapai kemampuan kewaspadaan dini, bela negara, diplomasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, moral, dan dukungan
penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan peran dan fungsi
masing-masing.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
melaksanakan bela negaramelalui komponen-komponen pertahanan
militer ataupun unsur-unsur pertahanan nirmiliter sebagaimana diuraikan
di atas, sesuai dengan profesi, keahlian dan kapasitas masing-masing.

7. Penutup
Pendidikan bela negara diharapkan dapat memfasilitasi upaya
penanaman nilai dasar bela negara dalam rangka membentuk manusia
Indonesia berdaya saing yang memiliki kesadaran bela negara. Konsepsi
bela negara memiliki dimensi pengertian yang luas. Melalui bela negara
diharapkan warga negara dapat secara aktif menangkal ancaman
terhadap kedaulatan, keutuhan dan keselamatan bangsa, sebagai bentuk

11
kesadaran untuk berperan secara fisik maupun non-fisik dalam
melaksanakan bela negara.
Dalam rangka menciptakan semangat bela negara perlu
dilaksanakan sejumlah tahapan pembinaan yang terdiri dari:
penyelenggaraan pembinaan dan pemantapan bela negara sebagai suatu
gerakan nasional; pemahaman wawasan kebangsaan (empat pilar, yang
meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI);
penerapan dalam berbagai kegiatan seperti keagamaan, sosial budaya,
olahraga, pendidikan dan latihan, penelitian, dan lain-lain; serta
pengembangan jati diri bangsa, tanggung jawab dan partisipasi warga
negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku. Melalui
semangat bela negara tersebut diharapkan akan mampu membangun
kesadaran setiap warga negara untuk ikutserta dalam usaha pembelaan
negara guna menghadapi setiap bentuk ancaman.

Jakarta, Maret 2017

12

Anda mungkin juga menyukai