R DENGAN
DISMINORE DI DESA GABUSAN KECAMATAN JATI KABUPATEN BLORA
OLEH KELOMPOK 3
1. Adelia Mutiara Dewi (2008003)
2. Avis Mafadzoh (2008010)
3. Davita Setia Ningsih (2008016)
4. Fitria Anissaul Mutiah (2008025)
5. Katerine Destitadella H (2008036)
6. Nindiya Adiyati (2007059)
7. Septi Raisa Anjani (2008078)
8. Sigit Utomo (2008081)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja yang sangat penting,
diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya mampu
bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan-perubahan yang terjadi seperti
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi tersebut dinamakan
dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu terjadinya
menstruasi (Batubara, 2012).
Menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk
yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Dalam keadaan normal, setiap bulan seorang
wanita yang telah memasuki usia subur akan melepaskan satu sel telur (ovum) dan ovum
akan dihasilkan dan dilepaskan oleh indung telur (ovarium). Setelah mengalami menstruasi
biasanya terlihat perubahan fisik seorang perempuaan seperti pada pinggul dan payudara,
menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun,
yang dikenal dengan istilah menopause (Icemi & Wahyu, 2013).
Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh hampir sebagian besar wanita adalah
rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dengan nyeri haid
(dismenore). Menurut data WHO(Word Health Organitation) angka kejadian dismenore di
indonesia sebanyak 55% dikalangan usia produktif, dimana 15% diantaranya mengeluhkan
aktivitas menjadi terbatas akibat dismenore. Angka kejadian nyeri disminore di dunia sangat
besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di
Amerika angka prosentase nya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan 55 % perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri
selama menstruasi angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% dikalangan
wanita usia produktif (Fahmi, 2014).
Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi
pendengarnya. Terapi murottal dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi
tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, dengan hasil penelitian bahwa mendengarkan ayat
suci AlQuran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf
reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif oleh alat berbasis
computer (Remodal, 2019).
1. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus disminore .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi disminore
b. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan etiologi disminore
c. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis disminore
d. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan manifestasi klinisdisminore
e. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan
penunjangdisminore
f. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan klasifikasi disminore
g. Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan disminore
h. Penulis mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien disminore
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus.
Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri
dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Nyeri
haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan
analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk
beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum
jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada
keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan
lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita
mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam
bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit
yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai
dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat
ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk
tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai
menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-
gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk
beberapa jam atau beberapa hari..
B. Klasifikasi Dismenore
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
1. Desminore primer
Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke-6
sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat berusia 25thn
atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat
mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi
saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya,
prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan
meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan menyebabkan vesospasme
arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifak
siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan,
mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala
system saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) Penyebab
pelepasan prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.
2. Desminore sekunder
Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus
dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder. Desminore
sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat rancu dengan
komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan
evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat timbul pada
perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus
dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat
menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG),
sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk
evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.
C. Etiologi
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut
bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore
Primer antara lain :
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan
Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
b. Kelainan organic
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma
submukosum bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi
antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolaps uterus
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik,
atau,melahirkan.
h. Kanker ovarium atau uterus.
D. Pathofisiologi
1. Dismenorea primer
Primary Dysmenorrhea biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah
menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle)
ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
(sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia
uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita
dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama
selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset
terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial
stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap
inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa
dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat
menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine
contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang
meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan
dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler
menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi.
Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada
akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang
berlebihan. Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas
nyeri serabut (pain fibers) di uterus. Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah
dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon
terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior,
vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran
darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di
endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah
tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by
definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada.
Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis,
polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis
pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome
Pathway
Hipoksia dan
Nutrisi
iskemia
jarinagn uterus
Terjadi hipersentivitas
Defisiensi
Pengetahuan
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang
penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul,
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik
dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang
relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsi Endomentrium
F. Penatalaksanaan
1. Dismenore primer
a. Latihan
Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
Latihan menggoyangkan panggul
Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau
miring.
b. Panas
Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau
abdomen bagian bawah
Mandi air hangat atau sauna
c. Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan : hubungan
seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.
d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
e. Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.
f. Istirahat
g. Obat-obatan
Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala
Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.
Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam,
tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.
Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.
h. Terapi Komplementer
i. Biofeedback
j. Akupuntur
k. Meditasi
l. Black cohos
2. Dismenore sekunder
a. PRP
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis
panggul. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea
dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B
streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
b. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan
untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari
center for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah
500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral
di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.
Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai
kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.
ASUHAN KEPERAWATAN
DISMENORE
A. Pengkajian
1. Biodataklien:
Biodata klien berisi tentang :Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan ,Suku,
Agama, Alamat, TanggalPengkajian.
2. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai dengan mual
muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus
haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
5. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang – ulang.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien alami.
7. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Head To Toe
Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet
Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah
palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil
konjungtiva anemis
Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak,
apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik / tidak
Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat
serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau
kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien
berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan
karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
Paru – paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah
ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak,
getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP /
belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi
mamae, kondisi ASI pasien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah
genitalia klien
Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan gangguan menstruasi
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
C. Intervensi Keperawatan
Tgl/jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Planning TTD
Keperawatan Hasil
19-01-2021 Nyeri akut Setelah Management nyeri
berhubungan dilakukan (I.08238)
dengan agen intervensi selama Observasi
pencedera 3 x 24 jam, maka a. Identifikasi lokasi,
fisik(SDKI nyeri klien dapat karakteristik durasi,
:D0077) berkurang, frekuensi, kualitas,
dengan dan intensitas nyeri
Kriteria Hasil: b. Identifikasi faktor
a. Tidak gelisah yang memperberat
b. Pola nafas nyeri
teratur Terapeutik
c. Tekanan darah c. Berikan tehnik
normal nonfarmakologis
( hipnosis, terapi
musik, kompres
dingin/hangat)
d. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
e. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
f. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
Kolaborasi
g. Kolaborasi
pemberian analgesik
19-01-2021 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
Berhubungan tindakan Obsevasi
dengan kurangnya keperawatan a. Monitor tanda-tanda
terpaparnya selama 3x 24 jam ansietas
informasi(SDKI : diharapkan Terapeutik
D.0080) Ansietas b. Ciptakan suasana
berhubungan terapeutik
dengan terpaparnya c. Diskusikan
informasi dapat perencanaan realistis
berkurang dengan tentang peristiwa
KH: yang akan datang
1.Dapat d. Gunakan pendekatan
menyebutkan yang tenang dan
tanda dan meyakinkan
gejalaansietas Edukasi
2. Mampu e. Informasikan secara
menggunakan faktual mengenal
teknik non- diagnosis
farmakologis pengobatan, dan
prognosis
f. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
g. Latih tehnik relaksasi
Kolaboratif
h. Kolaborasi pemberian
obat
antiansietastentang
ansietas
BAB III
RINGKASAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
TanggalPengkajian: 19-01-2021 Jam: 09.00
I. Identitas
Nama pasien : An. R
Umur :15Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :Islam
StatusPerkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat :Ds Gabusan Dk. Ngembag 04/05 Kec. Jati Kab. Blora
DiagnosaMedis :Disminore
Penanggungjawab:
Nama :Ny. S
Umur : 39 Tahun
Hubungandengan pasien : Ibu
Suku/bangsa :Jawa/Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
II. RiwayatKeperawatan
1. Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri haid
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengeluh nyeri abdomen bagian bawah pada saat menstruasi hari
pertama sampai ketiga, pasien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.P : pasien mengatakan nyeri disesbabkan karena disminore,
Q : nyeri seperti tertimpa beban berat, R : nyeri di bagian perut, S : skala nyeri
5, T : hilang timbul dan muncul tiba-tiba. saat di cek TTV nya TD:120/80mmhg
N:60x/menit, S : 360C , RR:22x/meni. Untuk kejadian disminor ini sudah sering
terjadi tetapi belum pernah diperiksakan oleh An.R mupun keluarganya. Saat
menstruasi sakit perut bagian bawah, An.R hanya berbaring dan mengeluh
nyeri.
3. Riwayat kesehatan masa lalu:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lainnya
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Ibu kandung An.R menderita penyakit Diabetes
5. Riwayat reproduksi:
a. Riwayat haid:
Menarche: umur 13 tahunsikus haid: teratur
Durasi haid: 7 hari keluhan haid: -
b. RiwayatObsetri
6. RiwayatKeluargaBerencana
-
7. PengkajianPolaFungsionalGordon
a. Polapersepsidanpemeliharaankesehatan
Pasien mengatakan cemas dengan sakit yang dirasakannya. Pasien tampak
gelisah
b. Pola nutrisi
1) Pasien mengatakan nafsu makan baik, pasien mengatakan makan 3x/hari
porsi makan 1 centong nasi dengan sayur dan lauk.
2) Pasien mengatakan sudah mengetahui makanan apa yang mempengaruhi
keadaan sakit saat ini
3) Pasien mengatakan tidak memiliki makanan kesukaan
4) Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat - obatan
5) Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam makan
6) Pengkajian IMT-BB ideal
BB: 49kg
TB: 157 cm =1.57m
IMT :BB/TBx2= 49/1.57x1.57= 49/2.46= 19,91
Kebutuhan Kalori Berdasarkan usia : 2.500 kkal.
c. Polaeliminasi
1) Eliminasi feses
Pola BAB :pasien mengatakan BAB sebanyak 1x/hari, dengan konsistensi
padat lunak
2) Pola BAK
Pasien mengatakan BAK sebanyak ± 3x/hari, warna urin kuning
d. Polaaktivitasdanlatihan
1) Pasien mengatakan melakukan aktivitas secara mandiri
2) Pasien mengatakan selalu berolahraga 2x/minggu
Jenis olahraga : olahraga thaiwondo
e. Polapersepsidankognitif
1) Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
2) Pandangan pasien baik dan jelas
3) Pasien kooperatif mampu menjawab pertanyaan dari perawat
f. Polatidurdanistirahat
1) Pasien mengatakan bisa tidur seperti biasa, tidak ada gangguan dalam
pola tidur
2) Pasien tidur selama 8 jam/hari
8. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
Pengkajian GCS : E4, M5, V6
Tingkat kesadaran: Compos Mentis
b. TTV Tekanan Darah :120/80mmhg
Nadi :80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhutubuh : 36oC
c. BB : 49kg
d. TB :157cm
e. Kepala
Bentuk mesochepal, warna putih beruban, bersih, tidak ada kerontokan
f. Mata
Kemampuan Pengelihatan baik normal, Ukuran pupilnormal, 2 mm, reaksi
terhadap cahaya normal, Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak
menggunakan alat bantu seperti kacamata/softlens, tidak ada secret
g. Hidung
Bersih, tidak terdapat secret, tidak ada perdarahan(epitaskisis), tidak ada
polip dan tidak terpasang oksigen
h. Telinga
Mulut Simetris, pendengaranya normal, tidak menggunakan alat bantu
dengar, pendengaranya normal, dan tidak nampak serumen
i. Leher
Posisi trakea normal, tidak ada pembesaran tyroid, keadaan vena jugularis
normal
j. Dada
Jantung
a) Inspeksi : simetris kanan kiri, ictus cordis tidak terlihat berdenyut
b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, midclavikula sinistra
c) Perkusi : pekak, tidak ada pembengkakan jantung
d) Auskultasi:reguler,S1loop, S2 doop
Paru-paru
a) Inspeksi : simetris kanan kiri
b) Palpasi : sonor seluruh lapang paru
c) Perkusi : vocal fremitus sama antara kanan kiri
d) Auskultasi: vesikuler
Abdomen
a. Inspeksi : datar,
b. Auskultasi : bising usus 10x/menit
c. Perkusi : ada nyeri tekan perut bagian bawah
d. Palpasi : timpani
k. Genitalia
Bersih, tidak terdapat luka dan tanda infeksi, tidak terpasang kateter
l. Ekstrimitas
Kulit bersih, warna kulit putih, turgor kulit baik, tidak terdapat edema, tidak
terpasang infus, Capilarry refill normal tidak menggunakan alatbantu jalan
kekuatan otot 5/5, 5/5
m. Kulit
Warna kulit putih bersih, tidak terdapat luka
n. Data Penungjang :-
o. ProgramTherapi
-
p. Diit :-
B. ANALISADATA
TGL/JAM Data Fokus Problem Etiologi TTD
19-1-2021 DS:Pasien mengatakan Nyeri akut Agen pencedera
nyeri dibagian perut (SDKI :D0077) fisiologis
P : pasien mengatakan
nyeri disesbabkan
karena disminore
Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : nyeri di bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul dan
muncul tiba-tiba
DO: Pasien tampak gelisah
TD:120/80mmhg
N:80x/menit
S : 360C
RR:22x/menit
Akral pasien dingin,
pucat
19-1-2021 DS: Pasien mengatakan Ansietas Krisis
cemas dengan sakit yang (SDKI :D.0080) situasional
dirasakannya
DO: Pasien tampak gelisah
TD:120/80mmhg
N:80x/menit
S : 360C
RR:22x/menit
C. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional
3. INTERVENSIKEPERAWATAN
Tgl/jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Planning TTD
Keperawatan Hasil
19-01-2021 Nyeri akut Setelah Management nyeri
berhubungan dilakukan (I.08238)
dengan agen intervensi selama Observasi
pencedera 3 x 24 jam, maka h. Identifikasi lokasi,
fisiologis(SDKI : nyeri klien dapat karakteristik durasi,
D0077) berkurang, frekuensi, kualitas,
dengan dan intensitas nyeri
Kriteria Hasil: i. Identifikasi faktor
d. Tidak gelisah yang memperberat
e. Pola nafas nyeri
teratur Terapeutik
f. Tekanan darah j. Berikan tehnik
normal nonfarmakologis
( hipnosis, terapi
musik, kompres
dingin/hangat)
k. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
l. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
m. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
Kolaborasi
n. Kolaborasi
pemberian analgesik
19-01-2021 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
Berhubungan tindakan Obsevasi
dengan gejala keperawatan i. Monitor tanda-tanda
penyakit selama 3x 24 jam ansietas
(SDKI :D.0080) diharapkan Terapeutik
Ansietas j. Ciptakan suasana
berhubungan terapeutik
dengan terpaparnya k. Diskusikan
informasi dapat perencanaan realistis
berkurang dengan tentang peristiwa
KH: yang akan datang
1.Dapat l. Gunakan pendekatan
menyebutkan yang tenang dan
tanda dan meyakinkan
gejalaansietas Edukasi
2. Mampu m. Informasikan secara
menggunakan faktual mengenal
teknik non- diagnosis
farmakologis pengobatan, dan
prognosis
n. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
o. Latih tehnik relaksasi
Kolaboratif
p. Kolaborasi pemberian
obat
antiansietastentang
ansietas
4. Implementasi
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon TTD
10.25
DS:Klien Mengatakan
sudah tidak nyeri
Mengdentifikasi DO: Klien terlihat
lokasi, karakteristik tenang, sudah tidak
durasi, frekuensi, pucat, akaral hangat
kualitas, dan intensitas
nyeri
5. EVALUASI
Tgl / jam Diagnosa kep Evaluasi TTD
19-01-2021 Nyeri akut b/d S: pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
agen pencedara P: Nyeri diakibatkan karena haid
fisiologis Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri diperut
S: skala nyeri 5
T:hilang timbul dan muncul tiba-tiba
O: pasien tampak meringis menahan nyeri
Td: 120/80 mmhg
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
S:36 C
Akaral dingin, pucat
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Mengdentifikasi lokasi, karakteristik durasi,
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
Melatih tehnik terapi murotal
Ansietas S: pasien mengatakan bingung penyebab nyeri
berhubungan O:pasien tampak gelisah
dengan A: masalah belum teratasi
terpaparnya P: Lanjutkan intervensi
informasi Menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis pengobatan, dan prognosis
20-01-2021 Nyeri akut b/d S: pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
agen pencedara sudah menurun
fisiologis P: Nyeri diakibatkan karena haid
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri diperut
S: skala nyeri 3
T:hilang timbul dan muncul tiba-tiba
O: pasien tampak meringis menahan nyeri
Td: 110/90 mmhg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
S:36 C
Pucat, akral hangat
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Menggunakan pendekatan yang tenang
sehingga membuat pasien rileks
Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis pengobatan, dan prognosis
Ansietas S: pasien mengatakan kurang memahami mengatasi
berhubungan nyeri
dengan kurang O:pasien tampak gelisah
terpaparnya A: masalah teratasi sebagian
informasi P: Lanjutkan intervensi
Menggunakan pendekatan yang tenang
Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis pengobatan, dan prognosis
21-01-2021 Nyeri akut b/d S: pasien mengatakan sudah tidak nyeri pada bagian
agen pencedara perut
fisiologis O: pasien tampak tenang
Td: 110/90mmhg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit, akral hangat, sudah tidak pucat
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis pengobatan, dan prognosis
Ansietas S: pasien mengatakan mampu mengatasi nyeri dan
berhubungan mengerti tanda gejalanya
dengan kurang O:pasien tampak lebih rileks
terpaparnya A: masalah teratasi
informasi P: Pertahankan intervensi
Menggunakan pendekatan yang tenang dan
membuat pasien lebih rileks
Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis pengobatan, dan prognosis
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada An. R dengan
Disminore. Masalah keperawatan yang muncul pada An. R sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan adalah Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencidera fisiologis, tampak
warna darah merah segar, berbau anyir diagnose kedua Ansietas berhubungan dengan Krisis
A. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan format yang telah ada pada format
pengkajian asuhan keperawatan ilmu penyakit dalam. Selama proses pengkajian penulis
penulis untuk mengumpulkan data. Penulis mengkaji dari semua aspek meliputi:
10.00 WIB didapatkan data dari pengkajian data bio: data subjektif hasil dari pengkajian
yang saya lakukan adalah pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri abdomen bagian
bawah pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien mengeluh lemas dan
karena disminore, Q : nyeri seperti tertimpa beban berat, R : nyeri di bagian perut, S :
skala nyeri 5, T : hilang timbul dan muncul tiba-tiba. saat di cek TTV nya
sudah sering terjadi tetapi belum pernah diperiksakan oleh An.R mupun keluarganya.
Saat menstruasi sakit perut bagian bawah, An.R hanya berbaring dan mengeluh nyeri
berikut: Nyeri akut berhubungan dengan gangguan menstruasi, tampak warna darah
merah segar, berbau anyir diagnose kedua Ansietas berhubungan dengan Krisis
situasional,
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencidera fisiologis, tampak warna darah
a. Menurut SDKI nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
tidur.sulit tidur
Subjektif: -
muncul tiba-tiba
- Data objektif : tampak darah berwarna merah segar, berbau anyir, TTV
Dari data yang didapatkan saat pengkajian terhadap klien data subjektif dan
objektif sesuai dengan teori data mayor yang terdapat dalam buku SDKI
Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas utama pada kasus ini karena
berdasarkan data mayor dan minor pada SDKI dan dari hasil data pengkajian
individu terhadap suatu objek yang tidak jelas secara spesifik akibat antisipasi
ancaman.
Data subjektif dan objektif yang didapatkan dari pengkajian terhadap pasien
360C RR:22x/menit
Dari data yang didapatkan saat pengkajian terhadap klien data subjektif dan
objektif sesuai dengan teori data mayor yang terdapat dalam buku SDKI
Diagnosa ini diangkat sebagai prioritas kedua pada kasus ini karena
berdasarkan data mayor dan minor pada SDKI dan dari hasil data pengkajian
C. INTERVENSI
Tujuan yang ingin dicapai penulis untuk diagnose nyeri akut berhubungan
selama 3 x 24 jam, maka nyeri dapat berkurang, dengan Kriteria Hasil: Pasien tidak
gelisah, Pola nafas teratur, Tekanan darah normal. Dengan intervensi yang dilakukan
kelompok yaitu
1) Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, dan
dan fikiran klien dapat teralihan dari sara sakit sehingga dapat
24 jam, maka Ansietas dapat berkurang, dengan kriteria hasil Dapat menyebutkan
dirasakan dengan lebih terbukan tanpa rasa takut atau segan dan
baik.
2) Menginformasikan secara faktual mengenal diagnosis pengobatan, dan
Invervensi yang kelompok lakukan berpedoman dari buku SIKI ( Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia).
D. IMPLEMENTASI
nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis dilakukan mulai tanggal 19
disampaikan penulis DO: Klien terlihat lebih paham dan kooperafit saat
kondisinya.
E. EVALUASI
Nyeri seperti ditusuk-tusuk R: nyeri diperutS: skala nyeri 5 T:hilang timbul dan
muncul tiba-tiba. Melatih tehnik terapi murotal surat ar-rahman di dapat respon
DS : Pasien mengatakan bersedia DO : Pasien tampak berusaha dan mengerti
anjuran perawat.
Mahasiswa mendapatkan hasil data klien pada hari ketiga, S:Klien Mengatakan
sudah tidak nyeri O: Klien terlihat tenang, sudah tidak pucat, akaral hangat A:
pada tanggal 21Januari 2021 yaitu Menggunakan pendekatan yang tenang dan
mengatakan mengerti, dan sudah tidak cemas lagi DO: Klien kooperatif. Melatih
bersedia DO: Pasien tampak berusaha dan mengerti anjuran perawat. Mahasiswa
mendapatkan hasil data klien di hari ketiga, S:Klien mengatakan mengerti, dan
intervensi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja yang sangat
penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga nantinya
mampu bereproduksi. Pada masa remaja terdapat perubahan-perubahan yang terjadi
seperti perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi tersebut
dinamakan dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu
terjadinya menstruasi. Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh hampir
sebagian besar wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini
biasa disebut dengan nyeri haid (dismenore).
B. Saran
Penulis dapat mengembangkan diagnosis – diagnosis baru yang muncul dari
keluhan – keluhan pasien dan intervensi yang dapat mengurangi rasa nyeri pasien.
C. Pembahasan
An. R umur 15 tahun, perempuan , jawa/indonesia, pendidikan SMP , belum menikah,
dengan diagnosa Dismenore saat haid. Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri
abdomen bagian bawah pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien
mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.P : pasien mengatakan
nyeri disesbabkan karena disminore, Q : nyeri seperti tertimpa beban berat, R : nyeri
di bagian perut, S : skala nyeri 5, T : hilang timbul dan muncul tiba-tiba. saat di cek
TTV nya TD:120/80mmhg N:80x/menit, S : 360C , RR:22x/menit dan BB 49 Kg, TB
157 Cm, Hidung : simetris, tidak ada ingus, tidak ada polip tidak terpasang O2 nasal
kanul, Genitalia bersih tidak ada luka tidak terpasang kateter tidak ada tanda infeksi,
vagina kering, labia klitoris mengecil, tidak ada tanda – tanda perdarahan, iritasi, tidak
elastis.
An. R mengatakan Untuk kejadian disminore ini sudah sering terjadi tetapi belum
pernah diperiksakan oleh An.R mupun keluarganya. Saat menstruasi sakit perut
bagian bawah, An.R hanya berbaring dan mengeluh nyeri.
Pada jurnal Indrawati (2019) yang berjudul Efektifitas Terapi Murottal Terhadap
Nyeri Dismenore Pada Remaja Putridi Sma Negeri 2 Bangkinang Kota Tahun 2019
menjelaskan bahwa terapi murrotal surat Ar-Rahman dapat menurunkan nyeri atau
dismenore pada saat haid yang artinya bahwa terapi tersebut sangat berpengaruh
terhadap dismenore saat haid.
Menurut jurnal Humaedah (2017) yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Kelas X, Xi Dan Xii
Ma Asy-Syafi’iah Bendung Desa Kilang Kecamatan Montong Gading Kabupaten
Lombok Timur Tahun 2017 Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan terapi murottal
Al-Qur’an semua responden mengalami penurunan skala nyeri haid. Penurunan skala nyeri
haid ini dikarenakan dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan memberikan efek
relaksasi. Terapi bacaan Al-Qur’an terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah
getaran suara menjadi gelombang yang ditangkap oleh tubuh, menurunkan stimuli reseptor
nyeri dan otak terangsang mengeluarkan analgesik opioid natural endogen
Hal ini sejalan dengan implementasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan
terapi murrotal yaitu bacaan surat Ar-Rahman untuk menurunkan nyeri pada dismenore
saat haid dan mengurahi ansietas atau kecemasan pada saat nyeri haid sehingga pada saat
haid dapat dilakukan cara tersebut untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Judith Wilkinson Ahern.2016.Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperwatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“Terapi Murottal”
Mata Kuliah :Komprehensif
Kompetensi :Pemberian Terapi Murottal
Tujuan:Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien Persiapan alat dan
bahan
1. Handphone
3. Headset
9 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
13 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan murottal
20 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,