Anda di halaman 1dari 10

Journal

Journal of of Nutrition
Nutrition College,
College, Volume
Volume 5, Nomor
5, Nomor 3, Tahun
3, Tahun 2016
2016 (Jilid
(Jilid 1), 1), Halaman 120-129
Halaman 120
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU RESPONSIVE FEEDING PADA BALITA STUNTING


USIA 6 - 36 BULAN (studi kualitatif di wilayah kerja Puskesmas Halmahera)

Brilliantika Resy Febriani, Etika Ratna Noer*)

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro


Jln. Prof. H. Soedarto, SH., Semarang, Telp (024) 8453708, Email : gizifk@undip.ac.id
ABSTRACT

Baackground: Stunting is a process of growth failure to reach linear growth potential due to inadequate nutrition,
infection and parenting. The consequences of stunting are increasing mortality and morbidities; also reduced
cognitive, psychomotor and mental development in children. Responsive feeding is important for stunting young
children to improve the intake of food and achieve optimal growth and cognitive, psychomotor and mental
development. Research is needed to describe responsive feeding behaviour and its determinants in stunting young
children..
Objective: To describe and analyze feeding behaviors based on responsive feeding pricipal in stunting young children
and its determinants (predisposing factor, enabling factor, and reinforcing factor)
Methods: This study is a qualitative descriptive study. Data were collected through observation and interview.
Samples were selected by purposive sampling based on inclusion and exclusion criteria.
Results: The results of the eight respondents indicated that no respondent did responsive feeding thoroughly.
Referring to the five principles of Responsive Feeding, respondents only met one criterion, which is feed directly or
assist in eating according to age. Another principle can not be met due to the lack of predisposing & enabling factor
which is the availability of time and funds.
Conclusion: Practice of responsive feeding that respondent did was feed children directly or assist children in eating
according to age
Keywords: Responsive feeding, stunting, young children

ABSTRAK

Latar Belakang: Stunting adalah proses gagal tumbuh untuk mencapai potensi pertumbuhan linier akibat tidak
tercukupinya kebutuhan gizi, infeksi dan pola pengasuhan. Dampaknya antara lain meningkatnya mortalitas dan
morbiditas dan menghambat perkembangan kognitif, psikomotorik dan mental pada anak-anak. Pemberian makan
yang responsif penting bagi balita stunting untuk meningkatkan penerimaan makanan dan mendorong tercapainya
pertumbuhan dan perkembangan kognitif, psikomotorik maupun mental yang optimal. Diperlukan penelitian untuk
melihat gambaran perilaku yang terjadi dan determinannya.
Tujuan: Menganalisis gambaran perilaku pemberian makan pada balita stunting dan faktor determinannya meliputi
faktor predisposisi, pemungkin dan penguat
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui
pengamatan dan wawancara mendalam. Sampel dipilih secara purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.
Hasil: Hasil penelitian terhadap delapan responden menunjukkan bahwa belum ada responden yang melakukan
responsive feeding secara menyeluruh. Mengacu lima prinsip Responsive Feeding, responden hanya memenuhi satu
kriteria yaitu cara pemberian makan sesuai dengan umur balita. Prinsip lainnya tidak dapat dipenuhi karena faktor
prediposisi dan pemungkin yaitu minimnya ketersediaan waktu dan dana.
Kesimpulan: Praktik responsive feeding yang dapat dilakukan iresponden adalah cara pemberian makan sesuai
dengan umur balita.
Kata Kunci: Pemberian makan responsif, stunting, balita

PENDAHULUAN perincian 16,9% severe stunting dan 17% stunting.


Stunting adalah proses gagal tumbuh untuk Masalah jangka pendek yang terjadi akibat stunting
mencapai potensi pertumbuhan linier dilihat dari antara lain meningkatnya mortality dan morbidity,
indeks panjang/tinggi badan menurut umur. WHO menghambat perkembangan kognitif, psikomotorik
menyatakan terdapat 186 juta anak stunting di dan mental pada anak-anak dan berkaitan dengan
dunia, 90% diantaranya tersebar di 36 negara fungsi psikososial yang buruk saat remaja4,5,6.
berkembang, termasuk Indonesia.1 Prevalensi Selain itu, anak stunting pada masa dewasanya
stunting secara nasional menurut Riskesdas Tahun cenderung lebih mudah mengidap penyakit
2010 sebesar 35,6%.2 Sedangkan prevalensi degeneratif dan memiliki kapasitas kerja yang lebih
stunting di Jawa Tengah sebesar 33,9% dengan rendah.4,7

*)
Penulis Penanggungjawab
121 Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1)

Penyebab stunting antara lain karena tidak diketahui kejadian balita stunting mencapai 20,66%
tercukupinya kebutuhan gizi, infeksi dan pola dengan kejadian tertinggi di Kecamatan Semarang
pengasuhan. Tidak tercukupinya kebutuhan gizi Timur15. Salah satu wilayah di Kecamatan
biasanya dikaitkan dengan kuantitas makanan yang Semarang Timur dimana terdapat kejadian balita
kurang atau adanya infeksi, tetapi penelitian stunting adalah di wilayah kerja Puskesmas
menunjukkan hal itu dapat terjadi karena berbagai Halmahera. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
faktor termasuk pola pengasuhan, secara khusus meneliti gambaran perilaku responsive feeding pada
pola pemberian makanan pada anak.8,9 Studi di balita stunting dan hal-hal yang mempengaruhinya
Amerika latin menunjukkan bahwa praktik di wilayah kerja puskesmas Halmahera.
pemberian makanan pendamping ASI dan ASI
eksklusif berhubungan dengan tinggi badan METODE PENELITIAN
menurut umur balita.10 Perilaku pemberian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja
makanan balita yang tepat tidak hanya melihat jenis Puskesmas Halmahera Kota Semarang pada bulan
makanan yang diberikan tetapi juga meliputi cara, Maret-Juni 2014. Penelitian ini merupakan
tempat dan waktu pemberian makan serta orang penelitian deskriptif kualitatif menggunakan
yang menyuapi, atau dikenal dengan konsep metode pengumpulan data observasi dan
responsive feeding.11 wawancara mendalam.
Responsive feeding adalah kemampuan Pengambilan responden dilakukan dengan
pengasuh untuk memberi makan anak secara aktif metode purposive sampling sesuai dengan kriteria
dan responsif termasuk di dalamnya cara pemberian inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan
makan sesuai umur, mendorong anak untuk makan, adalah pengasuh bayi (usia 6-11 bulan) dan balita
berespon terhadap nafsu makan yang kurang, (usia 12-36 bulan) yang memiliki z-score TB/U di
memberi makan di lingkungan yang aman, dan bawah -2SD di wilayah kerja Puskesmas Halmahera
menggunakan interaksi yang positif.17 Penelitian Kecamatan Semarang Timur serta bersedia menjadi
menunjukkan praktik responsive feeding subjek penelitian dan mengisi informed consent.
meningkatkan penerimaan makanan dan Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek yang
kemampuan makan sendiri.12,13 Selain itu meninggal & memutuskan untuk berhenti menjadi
responsive feeding memasukkan konsep psikososial partisipan pada saat proses penelitian berlangsung.
yang baik untuk perkembangan mental maupun Pemilihan responden dimulai dengan pencarian data
kognitif anak. Usia 6 bulan hingga 3 tahun adalah balita stunting yang terdapat di posyandu-posyandu
masa pengenalan makanan pada balita.14 Masa ini yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
merupakan masa transisi dari ASI ke makanan padat Halmahera. Berdasarkan perkembangan, penelitian
dimana rawan terjadi kekurangan zat gizi dan difokuskan di 3 wilayah posyandu dan di dapat 10
infeksi. Selain itu merupakan masa menanamkan responden namun dua diantaranya drop out karena
konsep-konsep mengenai makanan yang akan responden menolak diwawancarai pada pertemuan
mempengaruhi kebiasaan makan balita tersebut. berikutnya, sehingga total responden penelitian
Perilaku responsive feeding termasuk di adalah 8 responden.
dalam perilaku kesehatan pengasuh khususnya yang Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
berkaitan dengan pemberian makan balita. Hal ini perilaku pemberian makan balita stunting. Jadwal &
dipengaruhi beberapa faktor, baik dari individu frekuensi makan diperoleh dari recall 24 jam dan
pengasuh, maupun dari lingkungan luar. Krauter dibandingkan dengan anjuran frekuensi makan dari
dan Green mengklasifikasikan faktor-faktor WHO. Gambaran perilaku responsive feeding
tersebut menjadi tiga faktor yaitu faktor diperoleh melalui metode pengamatan yang melihat
predisposisi, pemungkin (sumber-sumber yang praktik lima prinsip responsive feeding dari WHO
tersedia) dan penguat (referensi). Faktor dengan bantuan kuesioner pengamatan yang terdiri
predisposisi dalam pemberian makan balita adalah dari 20 item pertanyaan dan dipastikan dengan
faktor dari dalam diri pengasuh sendiri antara lain wawancara recall, hasil yang didapat kemudian
pengetahuan, persepsi dan ketersediaan waktu dibandingkan dengan indikator responsive feeding
pengasuh. Faktor pemungkin antara lain dari IFPRI (Institute Food Policy Researh
ketersediaan pangan yang berhubungan dengan Institute).17 Pengamatan dilakukan minimal di tiga
faktor ekonomi. Faktor penguat antara lain kali waktu makan yang berbeda hari. Pola makanan
dukungan dari orang-orang terdekat contohnya ayah responden diperoleh dengan menggunakan
dan nenek balita. instrumen FFQ kemudian dibandingkan dengan
Berdasarkan hasil pemantauan status gizi anjuran WHO tentang jenis makanan MP ASI
Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 balita. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1), Halaman 122

faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi dan digunakan adalah analisis data kualitatif dan dalam
ketersediaan waktu pengasuh), faktor pemungkin penyajiannya berdasarkan dari data yang terkumpul
(ketersediaan dana yang berkaitan dengan kemudian disimpulkan. Data kualitatif diolah sesuai
ketersediaan pangan), dan faktor penguat (ayah, variabel yang tercakup dalam penelitian dengan
nenek balita atau anggota keluarga lain). metode induksi.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode HASIL PENELITIAN
wawancara mendalam (in depth interview). Karakteristik Responden
Wawancara mendalam dilakukan minimal tiga kali Penelitian dilakukan di wilayah kerja
untuk setiap responden penelitian. Data yang Puskesmas Halmahera, khususnya di empat
dikumpulkan antara lain data identitas subjek posyandu yang terdapat di Kelurahan Rejosari dan
meliputi nama, usia dan status gizi anak; nama, usia, Karangturi. Dari delapan responden yang diteliti,
alamat, pekerjaan, pendidikan terkahir ibu; jumlah tiga terdapat di Posyandu Puspasari, satu terdapat di
anggota keluarga dan besar pengeluaran setiap Posyandu Tunas Harapan, dua terdapat di Posyandu
bulan; data recall 24 jam, data FFQ, data Putra Setia dan dua terdapat di Posyandu
pengamatan dan data wawancara mendalam dengan Kemuning. Ketiga posyandu yang disebutkan
responden. pertama terletak di satu wilayah Kelurahan Rejosari
Instrumen penelitian yang digunakan dalam dan letaknya bersebelahan. Sedangkan wilayah
pengambilan data adalah peneliti sendiri dengan posyandu Kemuning terletak di Kelurahan
bantuan pedoman wawancara semiterstruktur, alat Karangturi dan dipisahkan oleh dua ruas jalan raya
perekam suara, catatan lapangan, formulir recall 24 dengan tiga wilayah sebelumnya.
jam, dan formulir FFQ. Analisis data yang

Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden


Karakteristik Responden Jumlah (n=8)
Balita
1. Usia
- 6-9 bulan 0
- 9-12 bulan 1
- 12-36 bulan 7
2. JK
- L 6
- P 2
Ibu
1. Usia
- 21-30 tahun 3
- 31-40 tahun 5
2. Pendidikan
- tamat SD 3
- tamat SMP 2
- Tamat SMA 3
3. Pekerjaan Ibu
- Ibu Rumah tangga 4
- Pedagang 2
- Swasta 2
Sosial Ekonomi
1. Status keluarga
- Keluarga Inti (Nuclear family) 3
- Keluarga besar (Extended family) 5
2. Orang yang bertanggung jawab terhadap
pemberian makan
- Ibu 6
- Nenek 2
3. Besar Pendapatan
- < UMK Kota Semarang 2014 4
- ≥ UMK Kota Semarang 2014 4
123 Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1)

Dilihat dari panjang/tinggi badan menurut bekerja yang berpengaruh pada pola pengasuhan
umur kedelapan bayi dan balita responden termasuk dan ketersediaan waktu. Hal ini juga berarti ada
status gizi stunting dengan z-score berkisar antara - individu lain yang bertanggungjawab menyiapkan
2,75 hingga -3,8. Tujuh diantaranya termasuk dan menolong dalam pemberian makan balita. Lima
severe stunting. Keadaan sosial ekonomi keluarga dari delapan responden tinggal dalam lingkup
kedelapan responden termasuk golongan menengah keluarga besar. Hal ini berdampak pada banyaknya
ke bawah dengan pengeluaran per bulan dibawah pekerjaan rumah yang harus dilakukan ibu, dan
dua juta rupiah. Hampir semua kepala keluarga peran anggota keluarga lain dalam proses
bekerja sebagai karyawan swasta atau wiraswasta. pemberian makan
Tujuh dari delapan responden berusia
antara 12-36 bulan. Hal ini berarti balita sudah Praktik Responsive Feeding
masuk ke fase belajar makan sendiri. Pada masa ini Responsive feeding adalah kemampuan
kemampuan motorik dan verbal anak meningkat, pengasuh untuk memberi makan anak secara aktif
yang mendukung dalam proses pemberian makan dan responsif. Dalam panduan WHO terdapat lima
dan diperlukan perhatian khusus agar tercapai prinsip utama responsive feeding yang dijabarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. dalam beberapa indikator perilaku. Peneliti melihat
Sebagian besar balita (6) berjenis kelamin laki-laki, Dalam Tabel 2 dapat terlihat temuan perilaku-
yang cenderung memiliki aktivitas fisik yang lebih perilaku yang paling menonjol yang terjadi pada
aktif, termasuk dalam proses pemberian makan. responden yang diteliti.
Karakteristik Ibu dilihat dari usia,
pendidikan dan pekerjaan. Empat dari delapan ibu
Tabel 2. Tabel Perilaku Responsive Feeding pada Balita Stunting
Rekomendasi/ Indikator17 Temuan yang Menonjol
Prinsip
1 Menyuapi langsung -Bayi usia 6-12 bln Praktik menyuapi langsung atau
atau membantu anak disuapi secara langsung, membantu anak untuk makan sendiri
makan sendiri (Feed usia 13-36 bulan ditolong sesuai dengan tahapan umur dan
directly or assist in untuk makan sendiri perkembangan motorik sudah sesuai,
eating) -Pengasuh memberi tetapi respon pengasuh terhadap
(Q1,2,3,4,17,18) makanan saat anak sinyal rasa lapar anak masih kurang
menunjukkan bahwa dia tanggap
lapar atau meminta
makan
-Pengasuh mengenali
tanda-tanda lapar
2 Memberi makan -Pengasuh tahu 1 strategi Pada umumnya pengasuh mengerti
perlahan ,sabar & positif untuk mengajari strategi positif untuk mengajari anak
mendorong anak untuk anak makan makan dan memotivasi anak untuk
makan (feed slowly -Pengasuh tahu 1 strategi makan tetapi belum dilakukan
and patiently and positif untuk mendorong
encourage your child anak makan
to eat)
(Q 6,7)
3 Respon terhadap Pengasuh tahu 1 strategi Belum semua pengasuh mengerti
penolakan makan positif meresponi strategi positif untuk meresponi
(utilize various penolakan makan penolakan makan sehingga
strategies if a child responnya belum tepat
refuses food)
(Q 10,11,12)
4 Memberi makan di -Pengasuh Pengasuh tidak selalu duduk
lingkungan yang aman mengidentifikasi 1 orang bersama anak ketika makan sehingga
(feed child in a dewasa yang konsisten ibu tidak selalu dapat menolong dan
protected memberi makan anak memperhatikan anak ketika makan
environtment) -Dengan alat makan/
(Q 5,13,13a,14,15,16, mangkuk terpisah
20) -Pengasuh duduk bersama
anak ketika dia makan
Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1), Halaman 124

5 Waktu makan adalah -pengasuh berbicara Pengasuh belum mempraktikkan


waktu untuk belajar dengan anak selama anak waktu makan sebagai waktu anak
dan mengasihi makan belajar tentang proses makan, jenis–
(feeding times are -pengasuh menjelaskan jenis makan atau cara makan yang
moments of learning nama makanan atau baik.
and love) mengajari anak tentang
(Q 8,9,19,1) makanan atau proses
makan
-Pengasuh
memperbolehkan anak
untuk belajar makan
sendiri
-Pengasuh menyediakan
makanan untuk dimakan
dengan tangan (finger
food)

1. Menyuapi Langsung Atau Membantu terfokus pada waktu makan dan makanan yang
Anak Makan Sendiri ditawarkan.
Dari kelima prinsip responsive feeding 3. Respon Terhadap Penolakan Makan
yang ada, yang paling banyak dapat dilakukan oleh Respon ibu terhadap penolakan makan juga
responden adalah prinsip pertama yaitu menyuapi bervariasi. Kebanyakan bersikap apati terlebih jika
langsung atau membantu anak makan sendiri. Satu sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan atau pekerjaan
responden berusia 12 bulan dan masih dalam tahap rumah. Tetapi beberapa responden menyebutkan
disuapi secara langsung oleh pengasuh, sedangkan mengganti makanan yang biasa diberikan dengan
tujuh responden lain sudah dalam tahap ditolong makanan lain atau menyuapi anak sambil
untuk makan sendiri. Kebanyakan pengasuh membujuk agar mau makan. Namun hal itu sangat
memperbolehkan anak makan sendiri (6), walaupun bergantung pada kondisi ibu, seperti kesibukan dan
pada waktu tertentu masih disuapi, seperti jika anak tingkat kelelahan. Pada petunjuk responsive feeding
sakit atau sulit makan. Namun frekuensi antara dari WHO disebutkan ibu sebaiknya mengganti
makan sendiri dan disuapi bervariasi antar individu jenis makanan, terkstur atau rasa saat terjadi
sesuai dengan ketersediaan waktu ibu saat itu. penolakan makan. Tetapi pada praktiknya tidak
2. Memberi Makan Perlahan, Sabar & selalu tersedia jenis makanan yang beragam untuk
Mendorong Anak Untuk Makan anak responden. Biasanya jika tidak suka dengan
Pada prinsip kedua yaitu memberi makan makanan yang diberikan anak akan meminta jenis
perlahan, sabar dan mendorong anak untuk makan makanan yang dia sukai, meskipun itu kurang sehat
mengacu pada beberapa indikator yaitu ibu dan tidak memenuhi kebutuhan gizi seperti mie
mengerti strategi positif untuk mengajari anak instan.
makan dan memotivasi anak untuk makan. 4. Memberi Makan di Lingkungan yang
Kebanyakan responden mengetahui hal yang Aman
sebaiknya dilakukan tetapi pada praktiknya tidak Pada prinsip keempat (memberi makan di
semua dilakukan. Hal ini berkaitan dengan tingkat lingkungan yang aman) terdapat beberapa faktor
kesibukan ibu dan ketersediaan waktu. Hal yang diantaranya terdapat satu orang dewasa yang
paling sering disebut dan dilakukan antara lain memberi makan anak, anak makan dengan alat
berbicara kepada anak lewat pujian, mengajak anak makan/mangkuk terpisah, dan pengasuh duduk
untuk membuka mulut atau mengunyah makanan, bersama anak saat makan. Enam dari delapan
atau bercerita. Cara lain yang disebutkan adalah responden dapat menyebutkan satu orang dewasa
memberi anak makan berdampingan dengan anak yang konsisten memberi makan anak, namun
lain yang sebaya. Responden juga menyebutkan kebanyakan tidak ada rencana cadangan bila orang
beberapa strategi yang membantu anak makan tetapi tersebut tidak ada. Semua responden sudah
hanya bisa dilakukan saat anak disuapi seperti: menggunakan alat makan terpisah, tetapi pengasuh
memberi makan di luar sambil berjalan-jalan dan tidak selalu duduk bersama anak saat makan.
memberi makan sembari melakukan hal yang Terkadang anak dibiarkan makan sendiri di depan
disukai anak seperti menonton televisi atau televisi atau dengan saudara yang sebaya sehingga
bermain. Namun hal ini sebenarnya tidak anak mudah teralihkan oleh gangguan dari saudara
disarankan karena membuat perhatian anak tidak atau hal lain. Selain itu jarak antara pengasuh dan
125 Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1)

anak yang tidak terlalu dekat karena sambil Faktor Determinan Perilaku Responsive
melakukan pekerjaan lain menyebabkan ibu tidak Feeding (Menurut Teori Krauter-Green)
selalu dapat menolong dan memperhatikan anak 1. Faktor Prediposisi
ketika makan. Hal ini juga terjadi jika anak makan Faktor predisposisi adalah faktor
sambil bermain atau berjalan-jalan diluar. pembentuk perilaku yang berasal dari diri
5. Waktu Makan Adalah Waktu untuk responden. Salah satu temuan yang cukup menonjol
Belajar dan Mengasihi adalah ketersediaan waktu responden. Dalam hal
Pada prinsip kelima yaitu waktu makan pemberian makan ketersediaan waktu adalah faktor
adalah waktu untuk belajar dan mengasihi beberapa yang cukup penting. Untuk dapat menolong anak
responden sudah mempraktikan berbicara dengan belajar makan sendiri atau memotivasi anak untuk
anak selama proses makan dengan interaksi yang makan diperlukan waktu dan perhatian yang lebih
positif, memperbolehkan anak untuk belajar makan dibanding dengan hanya memaksa atau
sendiri dan menyediakan finger food. Tetapi sangat menyuapkan makanan kepada anak. Dari delapan
jarang yang menggunakan waktu makan sebagai responden empat diantaranya adalah ibu bekerja,
waktu untuk mengajari anak mengenai proses baik sebagai karyawan swasta maupun pedagang
makan, jenis–jenis makan atau cara makan yang dengan waktu kerja yang cukup menyita waktu,
baik. ditambah lagi pekerjaan rumah yang harus
dilakukan ibu. Responden yang bekerja sebagai
karyawan swasta (R.3,R.8) menitipkan proses
pengasuhan termasuk pemberian makan kepada
nenek balita yang tinggal serumah. Hal ini juga
mempengaruhi proses pemberian makan karena
karakteristik ibu dan pengasuh lain (dalan hal ini
nenek) berbeda.

Tabel 3. Tabel Faktor Determinan Perilaku Responsive Feeding


Faktor Determinan Perilaku Responsive Feeding yang menonjol
Faktor Predisposisi - Praktik menyuapi langsung atau
membantu anak untuk makan sendiri
1. Pengetahuan Ibu sesuai dengan tahapan umur dan
perkembangan motorik sudah sesuai,
2. Ketersediaan waktu
tetapi respon pengasuh terhadap sinyal
Ibu bekerja dan atau pekerjaan
rasa lapar anak masih kurang tanggap
rumah tangga yang cukup
- Praktik pemberian makan dengan
banyak menyebabkan
perlahan, sabar & mendorong anak untuk
ketersediaan waktu untuk
makan belum dilakukan
memperhatikan balita berkurang
- Respon pengasuh terhadap penolakan
makan belum tepat
3. Sikap Ibu
- Pengasuh kurang meperhatikan aspek
Sikap dan cara pandang ibu
lain dalam pemberian makan seperti asih
terhadap anak mempengaruhi
dan asah dan belum mempraktikkan
pola assuh dan interaksi ibu-anak
waktu makan sebagai waktu belajar dan
termasuk dalam pemberian
mengasihi
makan

Faktor Pemungkin
1. Akses terhadap sumber daya - Jenis makanan yang ditawarkan kepada
dana anak dalam satu waktu makan kurang
Keterbatasan sumber daya dana beragam
menyebabkan pilihan belanja - Pengasuh kurang meperhatikan aspek
bahan makanan berkurang lain dalam pemberian makan seperti asih
disesuaikan dana dan pikiran dan asah
pengasuh terpecah
Faktor Penguat`
Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1), Halaman 126

1. Peran anggota keluarga & Belum terciptanya lingkungan yang aman dalam
tetangga proses makan (prinsip 4). Hal ini tampak dari:
- Negatif 1. gangguan dalam proses makan dari peer
Budaya patriarki dan peran group si anak (teman maupun saudara
anggota keluarga lain kandung)
kurang dalam membantu 2. proses pemberian makan yang diserahkan
pekerjaan rumah kepada orang lain yang belum cukup dewasa
atau berganti-ganti (terlalu banyak orang)
dengan tingkat keresponsifan yang berbeda-
- Positif beda
anggota keluarga lain dapat
menolong dalam proses
pemberian makan;

Ketersediaan waktu juga dialami oleh ibu perhatian ibu sehingga kurang memprioritaskan
yang merupakan ibu rumah tangga. Jumlah anggota kebutuhan balitanya, seperti dialog yang terjadi
keluarga yang cukup banyak dan pekerjaan rumah dalam kotak berikut.
yang harus dilakukan sering menyita waktu dan

Anak : “ maem bu, maem” (makan bu)


Ibu : “sek, gek tandang gawe” (sebentar sedang bekerja)

R. 5, ibu rumah tangga

Ibu lebih sering memprioritaskan pekerjaan frekuensi pemberian makan balita pada salah satu
yang sedang dilakukan dibandingkan dengan sinyal responden.
lapar dari balita. Hal ini juga mempengaruhi

“satu hari maemnya cuma sekali, kalau sempat pagi ya pagi, kadang siang”
R.2, ibu rumah tangga

Selain ketersediaan waktu faktor lain yang Ibu terhadap anak mempengaruhi tingkat
mempengaruhi cara pemberian makan adalah keresponsifan ibu dalam pemberian makan. Saat ibu
pengetahuan ibu dan persepsi ibu terhadap anak. sudah memiliki mindset tertentu terhadap perilaku
Semua ibu belum memahami responsive feeding anak motivasi untuk melakukan hal yang lebih
secara menyeluruh walaupun ibu mengerti beberapa untuk mendorong anak makan akan berkurang,
cara pemberian makan yang baik, sehingga pada terlebih jika terdapat faktor lain yang kurang
praktiknya pun belum semua dilakukan. Persepsi mendukung.

“Heem, dirayu-rayu tapi mesti tetep ga mau dia”


R.8

“(menyebut nama anak) niku sak galeme, kalih playon, nek ora sak sendok
wis wegah”
R.4

2. Faktor pemungkin Semarang yaitu sebesar Rp 1.685.000 (tahun 2015).


Faktor pemungkin yang menonjol adalah Selain itu lima responden tinggal bersama keluarga
ketersediaan dana untuk belanja bahan makanan. besar (extended family), sedangkan sisanya tinggal
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dalam keluarga inti namun memiliki jumlah
responden. Setengah dari responden memiliki anggota keluarga lebih dari lima orang. Hal ini tentu
penghasilan dibawah UMK (Upah Minimum Kota) berpengaruh terhadap besarnya kebutuhan dan
127 Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1)

biaya hidup keluarga termasuk makanan. Dalam penting ketika anak menolak makanan yang
praktik responsive feeding, tingkat sosio ekonomi ditawarkan. Saat tidak tersedia jenis makanan lain,
yang rendah mempengaruhi keragaman jenis anak akan dibiarkan makan dengan apa yang ada
makanan yang ditawarkan kepada anak. Hal ini atau tidak makan.

“nek punya uang ya tak belikke, nek ndak punya uang ya ndak tak belike”
R.5

“Mangga seneng banget tapi ini gek mahal banget.


...Tomat sering, tomat kan murah mbak.”
R.7

Selain itu, ketersediaan dana juga mengerjakan pekerjaan rumah sehingga ibu terlalu
mempengaruhi ketersediaan waktu dan persepsi sibuk dan memiliki waktu yang terbatas. Hal ini
ibu. Beberapa ibu harus bekerja karena penghasilan dipengaruhi budaya patriarki yang banyak terjadi di
suami saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dimana pekerjaan rumah tangga hanya
hidup. Pada beberapa kasus, kepala keluarga tidak dilakukan oleh ibu, hanya beberapa ayah yang mau
memiliki pekerjaan tetap atau tidak hadir dalam membantu itupun hanya bila diminta. Faktor
keluarga sehingga ibu yang menjadi tulang penguat yang positif yaitu bantuan dari kerabat atau
punggung keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga lain dalam hal pemberian makan
ketersediaan waktu ibu untuk memperhatikan dan seperti nenek, bibi ataupun saudara yang lebih tua.
merawat anak termasuk responsive feeding Namun hal ini bisa belum dapat mendukung
berkurang karena harus bekerja. sepenuhnya bila anggota keluarga yang menolong
3. Faktor Penguat dalam pemberian makan adalah anak yang belum
Faktor penguat dalam proses pemberian dewasa (kakak yang juga masih anak-anak) maupun
makan anak dalam penelitian ini bersifat positif dan orang dewasa lain tetapi terlalu sering berganti-
negatif. Faktor penguat yang negatif yaitu ganti dengan tingkat keresponsifan yang berbeda-
kurangnya bantuan dari anggota keluarga lain dalam beda.

“...alah sembarang kulo, kulo ket riyin sembarang dhewe ok...


...Bapake palingo nggih ngejak thok, dolan. Nek mbakyune ting ngomah sing gedhe
, niku dirumati mbakyune, nggih didulang, ngedusi, jajan...”

(semua yang mengerjakan saya, anak saya tidak pernah saya suruh, dari
dulu saya sendiri.., ayahnya hanya mengajak main saja. Klo kakaknya yang paling
besar libur bekerja, kakaknya yang merawat, menyuapi, memandikan, membelikan
makanan kecil)

R. 5

PEMBAHASAN Penolakan makan dan masalah-masalah


Pemberian makan sesuai umur sangat yang berkaitan dengan makan memang biasa terjadi
penting karena kemampuan oromotor dan motorik pada balita. Kejadiannya bervariasi dari 16% hingga
umum anak sedang berkembang, khususnya anak 75%, kebanyakan tidak berefek pada pertumbuhan
dibawah usia 2 tahun. Hal ini mempengaruhi tetapi pada beberapa kasus bisa sangat parah.18
keterampilan makan dan juga peningkatan Beberapa penyebab penolakan makan antara lain
kebutuhan nutrisi anak. Cara pemberian makan asupan minuman yang berlebihan, penggunaan
yang sesuai contohnya anak mulai diajari makanan semi solid yang terlalu lama pada tahun
memegang makanan (finger food) mulai usia 9-12 kedua kehidupan, tidak mampu menawarkan
bulan dan mulai diajari makan sendiri dengan makanan yang lebih beragam, tidak membiasakan
bantuan pada usia di atas satu tahun juga berfungsi waktu makan rutin, tampilan makanan yang kurang
sebagai latihan motorik sehingga dapat mencapai menarik, kecemasan orang tua (parental anxiety),
perkembangan maksimal. reaksi yang berkebalikan atau kemarahan
Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1), Halaman 128

emosional, dan perilaku manipulatif pengasuh. Hal rasa; membuat bentuk makanan lebih menarik; dan
ini bisa disiasati dengan cara memberikan alternatif metode motivasi makanan yang bervariasi seperti
makanan lain yang beragam, berbeda tekstur dan membujuk dengan kata-kata atau nyanyian.19

Tabel 4. Perkembangan oromotor dan motorik umum sesuai usia pada balita
Umur Perkembangan Oromotor Perkembangan Keterampilan
motorik Umum Makan
9-12 - Gerakan lidah ke samping kiri - Duduk sendiri - Mampu makan
bulan dan kanan serta memutar dengan mudah makanan lunak,
- Mulai mencakupkan bibir - Memegang cincang kasar
pada pinggir cangkir makanan dan - Mulai mencoba
memakannya makan dengan
- Memegang sendok tangannya sendiri
sendiri
12-23 Gerakan mengunyah berputar, Berjalan, bicara - Makanan keluarga
bulan rahag stabil - Makan sendiri tetapi
masih dengan
bantuan

Penelitan di negara-negara berkembang Keterbatasan penelitian


mengenai responsive feeding dan kekurangan gizi Penelitian ini memiliki beberapa
yang membuktikan bahwa interaksi secara verbal keterbatasan diantaranya:
antara ibu dan anak dapat meningkatkan 1. Catatan observasi hanya secara manual
penerimaan anak terhadap makanan12. Pada tanpa adanya rekaman video untuk
penelitian Aboud di daerah kurang gizi di mendukung catatan. Beberapa data
Bangladesh juga ditemukan bahwa mengubah observasi yang kurang karena keterbatasan
perilaku pemberian makan menjadi lebih aktif dapat pencatatan dilengkapi dari wawancara
meningkatkan kemampuan anak untuk makan recall mengenai kebiasaan makan.
sendiri13. Sebaliknya penelitian pada anak-anak di 2. Dilakukan kepada responden dalam waktu
negara berpendapatan tinggi menunjukkan yang terbatas
pemberian makan yang tidak responsif
berhubungan dengan status obesitas anak.20 KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa Kesimpulan
melakukan praktik responsive feeding penting Hasil penelitian terhadap 8 responden
karena dapat membantu anak-anak stunting untuk menunjukkan bahwa belum ada responden yang
meningkatkan asupan gizi melalui peningkatan melakukan responsive feeding secara menyeluruh
penerimaan makan, meningkatkan kemampuan baik dalam hal menyuapi langsung atau menolong
motorik melalui latihan makan sendiri dan anak untuk makan sendiri, respon terhadap
mencapai status gizi yang lebih baik. penolakan makanan, memberi makan perlahan,
Dalam penelitian ini faktor yang sabar dan memotivasi anak untuk makan, memberi
mempengaruhi perilaku responsive feeding adalah makan di lingkungan yang aman dan waktu makan
faktor predisposisi ( pengetahuan, persepsi dan sebagai waktu belajar dan mengasihi (konsep asih,
ketersediaan waktu ibu) dan faktor pemungkin asah, asuh). Faktor predisposisi responsive feeding
(ketersediaan dana). Penelitian menunjukkan bahwa adalah keterbatasan waktu dan persepsi responden
persepsi ibu terhadap anak mempengaruhi pola terhadap anak. Faktor pemungkin adalah
pengasuhan dan interaksi antara ibu dan anak, ketersediaan dan akses terhadap sumber daya.
termasuk untuk mencapai perilaku pemberian Faktor penguat adalah dukungan dari anggota
makan yang maksimal.19 Faktor ketersediaan dana keluarga.
juga berhubungan dengan ketersediaan waktu
karena tingkat sosio ekonomi yang rendah Saran
menyebabkan ibu harus bekerja sehingga memiliki Bagi pihak puskesmas dapat mengadakan
ketersediaan waktu yang kurang. Hal ini bisa penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat
disiasati dengan cara mengajarkan prinsip-prinsip mengenai cara pemberian makan yang lebih
responsive feeding kepada orang lain yang responsif (responsive feeding) untuk meningkatkan
membantu ibu dalam pengasuhan saat ibu bekerja. penerimaan makanan dan mengoptimalkan
pertumbuhan serta perkembangan balita. Bagi
129 Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 (Jilid 1)

peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian case Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan. Media
control untuk membandingkan gambaran perilaku Gizi dan Keluarga 2005; 29 (2): 40-46. [accessed
responsive feeding pada beberapa kelompok June,5 2013]. Available from: URL:
menurut usia balita, pekerjaan ibu maupun balita http://repository.ipb.ac.id/
10. Teshome B, Kogi-Makau W, Getahun Z, Taye G.
stunting dan tidak stunting untuk melihat perbedaan
Magnitude and determinants of stunting in children
diantaranya. underfive years of age in food surplus region of
Ethiopia: The case of West Gojam Zone. Ethiopia
UCAPAN TERIMA KASIH Journal of Health Development 2009;23(2): 98-
Peneliti ingin mengucapkan terima kasih 106. [accessed June,5 2013]. Available from URL:
kepada responden penelitian yang telah http://ejhd.uib.no/
berpartisipasi dan memberikan banyak informasi 11. Ruel MT, Menon P. Child Feeding Practices Are
kepada peneliti. Kepada petugas Puskesmas Associated with Child Nutritional Status in Latin
Halmahera dan kader posyandu yang membantu America: Innovative Uses of the Demographic and
dalam pengumpulan responden. Kepada Health Surveys. Journal of Nutrition 2002;
132(6):1180-1187 [accessed February 23, 2012]
pembimbing yang telah membantu terselesaikannya
Avalaible on URL: http://jn.nutrition.org
penelitian ini. Selain itu peneliti juga ingin 12. World Health Organisation. Infant and Young Child
mengucapkan terima kasih kepada orang tua serta Feeding Model Chapter For Textbooks For Medical
teman-teman yang telah memberikan motivasi dan Students and Allied Health Professionals. Geneva:
dukungan bagi penelitian ini. WHO Press; 2009. [accessed June,5 2013].
Available from URL: http://who.int.
DAFTAR PUSTAKA 13. Bentley ME, Wasser HM, Creed-Kanashiro HM.
1. World Health Organization. World Health Responsive Feeding and Child Undernutrition in
Statistics, 2010. Procedings of the 63rd World Low and Middle Income Countries. Procedings of
Health Assembly; 2010 May 17-21; Geneva, the symposium “Responsive Feeding: Promoting
Switzerland. [accessed February, 14 2013]. Healthy Growth and Development for Infants and
Available from: URL: http://who.int/ Toddlers”; 2010, April 25; Anaheim, CA. Journal
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan of Nutrition 2011; 141: 502–507. [accessed March
Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil Riset 28, 2012] Avalaible on URL: http://jn.nutrition.org
Kesehatan Dasar 2010. Jakarta; 2010. 14. Aboud FE, Shafique S, Akhter S. Responsive
3. World Health Organization. Physical status: the use Feeding Intervention Increases Children’s Self-
and interpretation of anthropometry. Report of a Feeding and Maternal Responsiveness but Not
WHO Expert Committee. WHO Technical Report Weight Gain. Journal of Nutrition 2009; 139: 1738–
Series No.854. Geneva: World Health 1743. [accessed February 23, 2012] Avalaible on
Organization, 1995. URL: http://jn.nutrition.org
4. Stewart CP. Contextualising complementary 15. Michaelsen KF, Weaver L, Branca F, Robertson A.
feeding in a broader framework for stunting Feeding And Nutrition of infants and Young
prevention. 2013; 9(suppl.2): 27-45 Children. Denmark: WHO; 2003. [accessed June,5
5. Duc LT. The effect of early age stunting on 2013]. Available from URL: http://who.int.
cognitive achievement among children in Vietnam. 16. Dinas Kesehatan dan Kota Semarang. Laporan
Working Paper No. 45. Oxford: Young Lives Pemantauan Status Gizi 2011. Semarang; 2011
Department of International Development 17. Ruel MT, Arimond Mary. Measuring Childcare
University of Oxford, 2009 Practice – Approaches, Indicators and Implications
6. Walker SP et al. Early Childhood Stunting Is for Programs. Washington DC : Institute Food
Associated wth Poor Psychological Function in Policy Researh institute;2003
Late Adolescene & Effects ara Reduced by 18. MacDonald, A, Holden C, editors. Nutrition and
Psychological Stimulation. 2007;137: 2464– Child Health. London:Harcourt Publisher Limited;
2469.[accessed November, 19 2013]. Available 2000. p.55-6.
from URL http://jn.nutrition.org 19. Harbran J, Booley S, Najaar B, Day CE. Responsive
7. Sawaya AL, Martins P, Hoffman D, Roberts SB. Feeding: Establishing Healthy Eating Behaviour
The Link Between Childhood Undernutrition and Early on Life. South Africa Journal of Clinical
Risk of Chronic Diseases in Adulthood: A Case Nutrition 2013; 26(3)(Supplement): 141-149
Study of Brazil. Nutrition Reviews 2003; 61(5): 20. Hurley KM, Cross MB, Hughes SO. Systematic
168-175. Review of Responsive Feeding and Child Obesity
8. [accessed September 4, 2013. Available on URL: in High-Income Countries. Journal of Nutrition
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1301/nr.2003 2011; 141: 495–501. [accessed April 1, 2012]
.may.168-175/pdf] Avalaible on URL: http://jn.nutrition.org
9. Astari LD, Nasoetion A, Dwiriani CM. Hubungan
Karakteristik Keluarga, Pola Pengasuhan dan

Anda mungkin juga menyukai