Anda di halaman 1dari 11

18 LEADERSHIP WISDOM

lihara yang ada saja (maintenance mentality). Bahkan, pemimpin harus mampu rnem-
visi-kan suatu misi yang menghasilkan keunikan khusus bagi organisasi yang
dipimpinnya.
2) I Aura Pembesar
Kaca pernbesar memiliki dua fungsi, yaitu memperjelas objek dan rnemberi fokus.
Analogi itu menunjukkan bahwa dengan adanya visi dari Allah, pemimpin memiliki
peluang untuk melihat dengan lebih jelas dan berfokus pada arah organisasi yang
dipimpinnya.
•'1) I i.si itieverti . Stingui
Aliran sungai memberikan arah pada aliran air mulai dari hulu hingga ke hilir.
Analogi itu menunjukkan bahwa visi menyiapkan rah clan membuat kita terus
bergerak ke arah agenda Tuhan.
e. Keunttitig.an Nlleiniliki Visi
Berikut adalah beberapa keuntunqan bagi setiap pemimpin yang memimpin
organisasinya dengan visi yang jelas.
1) Visi dapat memperjelas tujuan (clarifies purpose) organisasi.
2) Visi membuat pemimpin dapat menetapkan prioritasnya se-card jelas (establishes
clear priorities).
3) Visi dapat memampukan pemimpin untuk menetapkan standar yang terbaik (sets
standards of excellence) dalam kepernimpinannya.
4) Visi dapat menginspirasikan ekspektasi (inspires expectation) sehingga orang yang
dipimpin mengetahui harapan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai misi
organisasinya.
5) Visi dapat memotivasi komitmen (motivates commitment)
6) Visi dapat memaksimalkan produktivitas (maximizes productivity) kerja
organisasi.
7) Visi yang jelas akan memperluas cakrawala (expand horizons).
8) Visi dapat membakar semangat (fuels passion).
9) Visi pada akhirnya menyediakan fokus untuk mencapai potensi yang sempurna
(provides focus for reaching your fullest potential).
(I. Visi Menuntim ke Tujuan
Amsal 29:18 adalah pasal yang sangat terkenal ketika berbicardtentang visi. Untuk
itu, penulis memilih ayat yang sama dori beberapa versi Alkitab untuk melihat
kekuatan sebuah visi.
"Where there is no vision, the people perish"
(versi King James).
"Where there is no vision, the people are unrestrained"
(versi New American Standard).
"Bila tidak ada wahyu (visi), menjadi liarlah rakyat"
(versi bahasa Indonesia).
John Haggai menjabarkan ayat itu demikian. Tanpa visi, semua pengikut tidak akan
bisa diatur. Bahkan, mereka akan bergerak dalam arahnya masing-masing (without
vision, people throw off restraints. They may go any direction).
Dengan visi yang dimilikinya, pemimpin secara jelas dapat melihat masa depan yang
diinginkan Allah dan melangkah dalam agenda-Nya. Sebaliknya, kepemimpinan
tanpa visi sama dengan
mengikuti penjelajah ke sebuah daerah yang asing tanpa mornbawa kompas.
Pemimpin itu tidak tabu Ice mina is akan pergi

PEMIMPIN DAN PERUBAHAN


"Euery generation needs a new revolution."'
Thomas Jefferson
Bagaimana seorang pemimpin seharusnya menghadapi perubahan, balk dalam dirinya
maupun dalam dunia di sekitar mereka?
Berdasarkan pertanyaan itu, penulis membuat tulisan ini. Tulisan ini sendiri
merupakan refleksi singkat dad kitab Yosua 1 dan implikasinya dalam menghadapi
perubahan dewasa ini.
Teks firman Tuhan dalam Yosua 1:1-11 berkata,
"Sesudah Musa, hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin
Nun, abdi Musa itu, dernikianl 'Hamba-Ku Musa telah mats; sebab itu bersiapla. h
sekarang, seberangilah sungai Yordan engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri
yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang
akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah
"Setiap generasi memerlukan revolusi baru."

Kujanjikan kepada Musa. Dad padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sang
itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke
Laut Besar di sebelah matahari terbenarn, semuanya itu akan menjadi daerahmu.
Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti
Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan
membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan clan teguhkanlah
hatirnu, sebab engkaulah yang akan rnemirnpin bangsa ini memiliki negeri yang
Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek rnoyang mereka untuk diberikan kepada
mereka. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh,
bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan
kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,
supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. Janganlah engkau lupa
memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu slang dan malam, supaya
engkau bertindak hati-hati sesuai dengan sepia yang tertulis di dalamnya, sebab
dengan demlkian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah
telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecu!
dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, he manapun engkau
pergi.' Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa itu,
katanya:
seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sediakanlah
bekalmu, sebab dalam tiga had kamu akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk
pergi menduduki negeri yang akan diberikan TUHAN, Allahrnu, kepadamu untuk
diduduki.'"
a. Kitab Yosua Sebagai Contoh
Kitab Yosua dipilih karena kitab itu menggambarkan perubahan dan peralihan,
penyertaan, kesuksesan, bahkan termasuk juga kegagalan suatu bangsa pilihan Allah,
yaitu Israel. Disebut kitab perubahan, karena di dalam kitab itu dituliskan adanya
perubahan, Misalnya, pemimpinnya berubah, yaitu dart Musa ke Yosua. Masanya
pun berubah, yaitu dart masa berputar-putar hampir selama empat puluh tahun di
padang gurun ke suatu masa ketika rnereka slap memasuki tanah perjanjian yang
penuh madu dan susunya -suatu tanah yang dijanjikan kepada bangsa Israel. Dungan
kata lain, Yosua memasuki masa perubahan.
Secara khusus nas itu dipilih untuk mendasari pembahasan mengenai perubahan,
yang bukan hanya manusianya yang herubah, melainkan juga dunianya mengalami
perubahan. Bahkan, pada saat ini dapat dikatakan bahwa perubahan itu sangat dabsyat
dan belum pernah ada dalam era sebelumnya.
Beberapa perubahan dahsyat itu, antara lain munculnya sekularisme, materialisme,
hedonisme, dan degradasi moral yang telah menjadi masalah yang sangat besar -baik
di dalam masyarakat perkotaan maupun perdesaan- dan ada dalam semua level.
Dikaitkan dengan pengaruhnya pada gereja dan ha.mba Tuhan, sekularisme diartikan
bahwa gereja itu sudah rnengikuti pola hidup dunia dan semuanya serba permisif
sehingga tidak jelas lagi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Materialisme
diartikan bahwa hamba-hamba Tuhan itu tergoda untuk mengejar materi sebagai
tujuan hidup, bahkan memuja materi. Adapun hedonisme diartikan bahwa hamba
Tuhan itu mengejar kesenangan dunia sehingga sudah tidak tahu lagi identitasnya
sebagai hamba Tuhan. Semuanya itu menyebabkan degradasi moral atau kehancuran
moral sehingga banyak hamba Tuhan yang mulai mengejar hal-hal yang
menghasilkan uang semata. Tidak mengherankan juga jika kemudian banyak barnba
Tuhan yang terjun ke dunia politik bukan karena panggilan Tuhan, melainkan karena
uang, ketenaran, dan semangat mementingkan dirt sendiri.
Akibat perubahan dewasa ini, muncul juga persoalan yang sering dihadapi oleh para
pemimpin, baik umurn maupun gereja, yaitu sebagai berikut.'
Pertama, pemimpin itu merasa dirinya hebat. la. merasa bahwa is tidak lagi
memerlukan orang lain. Padahal, is memerlu-
John Maxwell, "How to Be A Christlike Servant Leader'', dalam buku Lending [ern
Vision, comp. by Dale Galloway (Kansas City, Miss.: Beacon Hill Press, 19991. hlm
42-43.

kannya. la juga merasa tidak perlu lagi belajar dan tidak perlu bekerja sama dengan
orang lain karena sudah merasa cukup dengan gelar kesarjanaan yang diperolehnya.
Padahal, di dunia yang saling bergantung ini, kerja sama dan jaringan kerja
(networking) sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Lebih parah lagi
pemimpin itu merasa tidak perlu bergantung kepada Sang Pencipta, yaitu Allah.
Padahal, secara jelas Yesus berkata,
• ". . sebab di lua.r Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh. 15:5).
Kedua, pemimpin itu ingin menjadi orang yang spektakuler secara cepat atau instan.
Maksudnya, is ingin cepat menjadi terkenal dengan cara bergantung pada karisma,
pengaruh diri, dan bakatnya -bukan bergantung kepada Tuhan. Kecenderungan untuk
menjadi cepat terkenal dan berhasil itu menyebabkan banvak pemimpin muda
terjebak ke dalam frustrasi karena munculnya ketidakseimbangan antara keinginan
dan karakternya yang belum mating di dalam pelayanan.
Ketiga, motivasi pemimpin itu berpusatkan pada dirinya sendiri, terutama pada
keinginannya untuk berkuasa. Akibatnya, muncullah keinginan daging dalam bentuk
ingin menguasai orang-orang, gereja, dan keuangan. Padahal, dalam pelayanan,
jernaat adalah rnilik Kristus.
h. Prinsip untuk Nlisnjadi Pentimpin yrIng Tangguli di Tengall Perub►llan yang
Pesat
Bagaimana pemimpin menjadikan dirinya berhasil di tengah. perubahan? Ada
beberapa prinsip penting yang diberikan Tuhan dalam menghadapi perubahan, baik
perubahan internal atau dalam diri sendiri maupun perubahan ekstern&.
Pertama, tinggalkan masa lalu dan tataplah ke depan (bdgk. ayat 1-5). Prinsip itu
secara khusus diambil dari ayat 1-2, yaitu pernyataan bahwa Musa sudah mati dan
ada proklamasi dari
Tuhan tentang kematian Musa itu. Dalam hal itu, kematian Musa bisa saja
menyebabkan bangsa. Israel terus menoleh ke belakang -ke hal-hal yang
menyenangkan ketika Musa masih hidup atau hal-hal lainnya. Oleh sebab itu, Allah
menyatakan dengan jelas bahwa Musa sudah mati, yaitu agar bangsa Israel
meninggalkan masa lalu itu dan terus menatap ke depan.
Masa lalu itu bisa menghalangi kemajuan pemimpin. Bahkan, masa lalu bisa
menyebabkan trauma atau ketakutan untuk menghadapi masa depan. Oleh sebab itu,
pemimpin perlu melupakan rnasa yang lalu dan menatap janji Allah. Pemimpin yang
balk selalu mengingat janji penyertaan Tuhan. Memang kegagalan bisa saja terjadi.
Namun, kegagalan itu tidak membuat pemimpin terpaku, tetapi membuatnya terus
menatap kepada Tuhan yang sudah menang.
Kedua, milikilah karakter yang baik (bdgk. ayat 7-8). Dalam menggenapi janji Tuhan
dan menuju ke perubahan yang berhasil, karakter menjadi sangat penting. Di dalam
nas itu Tuhan meminta Yosua, Para pemimpin, dan seluruh bangsa Israel agar
bertindak hati-hati, yaitu berhati-hati terhadap kesenangan yang rnenggiurkan.
Bahkan, ada perintah untuk jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Pada waktu itu
"di kanan atau kiri" mereka terdapat penyembahan berhala, ada kenikmatan dosa.
Oleh karena itu, Tuhan meminta mereka agar hidup lurus di hadapan-Nya supaya
bangsa itu diberkati. Semua itu hanya bisa dijaga dengan merenungkan firman Tuhan
senantiasa.
Penulis menyimpulkan ayat-ayat tersebut seba.gai "integritas seorang hamba Tuhan".'
Arti kata integritas sendiri adalah keaclaan yang sempurna, ketika perkataan dan
perbuatan menyatu dalam diri seseorang. Seseorang yang memiliki integritas itu
ticiak meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak menyembunyikan
John C. Maxwell, Developing the !..enders Within You (Nasvillo: Thomas Nelson,
1993), him, 173.

RANGKUMAN
Mendefinisikan kepemimpinan ternyata adalah kekerjaan yang kompleks. Kata-kata
kunci penting dalam Kepemimpinan yang perlu dicermati ialah PEMIMPIN,
ORANG YANG DIPIMPIN DAN SITUASI KEPEMIMPINAN SERTA
PEKERJAAN, tetapi, kata-kata kunci ini tidak mempunyai arti apabila tidak
ditambahi dengan pelbagai unsur untuk memperkaya pengertian tentang
kepemimpinan. Dengan demikian, dalam mendefinisikan kepernimpinan, perlulah
diperhatikan semua aspek terkait, sehingga pengertiannya menjadi jelas.
Kepemimpinan memberi tempat utama kepada e m impin, orang yang dipimpin dan
situasi dalam ngkungan kerja suatu organisasi. Dalam hubungan pemimpin dan orang
yang dipimpin, faktor hubungan ini -nemegang peranan fungsional penting, dimana
pemimpin narus tahu seni hubungan antar manusia untuk melaksanakan tanggung
jawab memimpin. Seni hubungan antar manusia ini begitu penting, dan Kemampuan
pemimpin untuk memimpin ditentukan serta ditunjang oleh faktor lain, yaitu: situasi,
yaitu situasi kontekstual yang bersif at sosio-budaya, politik, ekonomi, dsb. yang
sudah ada dan memang begitulah adanya. Dan, situasi yang dapat berupa "kondisi"
yang direkayasa oleh pemimpin dalam upaya kepemimpinannya. Ketiga variabel ini
bergerak dalam mekanisme kerja atau pekerjaan dari suatu organisasi, dimana dalam
kaitan inilah kepemimpinan didefinisikan, seperti yang telah diungkapkan di depan:
Disamping itu, semua uraian dalam bahagian ini hanya akan bermanfaat apabila
pemimpin siap melaksanakan apa yang is ketahui tentang kepemimpinan.
Dengan demikian, pembahasan dasar-dasar dan definisi kepemimpinan di atas
hanyalah merupakan upaya untuk menguraikan apa sebenarnya kepemimpinan itu,
dengan melihat kepada faktor-faktor variabel yang ada padanya dan keterkaitan
faktor-faktor tersebut satu kepada yang lain. Dalam mengembangkan wawasan
pemimpin, upaya tambahan untuk melihat kisi-kisi dan
faktor-faktor lain yang ada serta mungkin ada pada kepemimpinan untuk
memperkaya pemahaman tentang kepemimpinan adalah sangat perlu yang memberi
kemampuan memimpin kepada pemimpin.
Merujuk kepada uraian tentang arti kepemimpinan, kepentingan kepemimpinan,
lingkup studi serta definisi kepemimpinan di depan, terlihat bahwa kepemimpinan
memiliki nilai penting sebagai dasar untuk menjalankan hidup/gerak suatu/setiap
organisasi.
Dalam tulisan ini selanjutnya, akan dibahas kepemimpinan dari perspektif Kristen
yang didasarkan atas Alkitab sebagai fondasi utama. Disamping itu, upaya untuk
membahas kepemimpinan Kristen akan dikaitkan dengan kepemimpinan umum, guna
memperoleh pemahaman maksimal tentang seluk beluk kepemimpinan. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan pengenalan akan pengetahuan dan penerapan
kepemimpinan secara praxis, yang kiranya memberikan kemanfaatan maksimal
kepada setiap orang yang berkeinginan untuk mendalami seluk-beluk kepemimpinan
secara khusus guna menjadi pemimpin yang baik.
Guna memberikan gambaran yang Iebih luas serta jelas tentang studi kepemimpinan
dalam buku ini, maka, Bab-bab selanjutnya akan mengetengahkan tentang aspek-
aspek kepemimpinan. Bab II, tentang pokok Hakikat Kepemimpinan, membahas
Dasar Teologis Kepemimpinan Kristen serta Modus Pengembangan
Sumber Daya Pemimpin Kristen. Bab III secara khusus membahas pokok Kuasa
Kepemimpinan yang menyediakan kunci untuk memahami tentang apa dan
bagaimana sebenarnya pemimpin dan kepemimpinan yang benar dan absah. Pada Bab
IV dijelaskan tentang Seni Kepemimpinan yang berkenaan dengan fungsi umum
kepemimpinan, yaitu Manajemen; dan fungsi khusus kepemimpinan yaitu
Administrasi. Sasaran khusus yang diharapkan dari bahagan ini ialah untuk
rnemberikan dasar-dasar bagi pengembangan keahlian rnemimpin dan kinerja
memimpin. Bab V selanjutnya
menguraikan tentang Aspek-aspek Kepemimpinan yang
menjelaskan tentang unsur-unsur/faktor-faktor penting ada dalam kepemimpinan
serta implikasi-implikasinya. Rab VI secara khusus membincangkan faktor efektivitas
clan efisiensi yang perlu diterapkan dalam kepemimpinan iintuk mengadakan
kepemimpinan yang balk. Akhirnya, liNb VII mengulas tentang faktor khusus yang
ada dalam kepemimpinan yaitu kompetensi pemimpin, sebagai dasar mama bagi
keberhasilan kepemimpinan secara menyeluruh.fe
BAB VII
KESIMPULAN
PEN GANTAR
I Raja-raja 3:28 (BIS)
"Ketika bangsa Israel mendengar tentang keputusan Salomo dalam perkara tersebut,
mereka merasa kagum dan hormat padanya. Sebab nyatalah bahwa Allah telah
memberikan kepadanya hikmat untuk berlaku adil"
Matius 7:12 (BIS)
"Perlakukanlah orang lain seperti kalian ingin diperlakukan oleh mereka"
Bab VII adalah kesimpulan yang mengintegrasi bab-bab sebelumnya. Tekanan utama
yang diberikan di sini ialah tentang keterkaitan setiap aspek kepemimpinan yang telah
disinggung di depan dengan pemimpin serta aktualisasi kepemimpinannya. Pokok-
pokok yang akan dibahas ialah: 1. Menemukan pemimpin kompeten; 2. Pemimpin
kompeten dan bawahan, serta pekerjaannya; dan diakhiri dengan penutup
Setiap orang yang membaca Bab-bab terdahulu mungkin akan menyimpulkan bahwa
penguasaaan akan sejumlah teori yang dibahas di depan akan menjadikan seseorang
sebagai pemimpin yang kompeten. Asumsi ini mungkin dapat benar, tetapi juga bisa
salah. Asumsi ini

dapat saja benar, karena seseorang pemimpin yanc kompeten harus


memiliki/menguasai sejumlah teori tetapi menguasai sejumlah teori secara kognitif
beim tentu membuat seseorang menjadi pemimpin yan! kompeten. Alasan utama dari
sanggahan ini ialah bah= penguasaan ilmu yang menyangkut faktor "pengeta huan"
tidak dapat berdiri sendiri. Pengetahuan, keahlian serta karakter yang merupakan
dasar bagi kebiasaan, sikap, dan perilaku sating terikat secara integral didalam diri
seseorang, sehingga kompetensi seseorang dinilai/ diukur dengan sejauhmana
seseorang dimaksud membuktikan diri sebagai kompeten.
Pokok seputar Hakekat Kepemimpinan (Kristen) dalam Bab H lebih menekankan
tentang faktor karakter
kepemimpinan. Bab I, Ill, don VI, V hoilliihili►,111 sittot
dengan pengetahuan serta knal►lia►, li►h VI ..1,1 /oil
khusus berkaitan dengan keahlian
Iangsung dengan kinerja kepemimpin►n. Selma baha!:;ii► dalam Bab-bab yang
telah disinggung di depan men►bori kontribusi langsung kepada pengembangan diri
seseorang menjadi pemimpin yang kompeten dengan pengembangan dan pemantapan
karakter, pengetahuan serta keahlian yang memproduksikan kebiasaan, sikap dan
perilaku yang menandakan kompetensi seseorang. Bab ini akan berupaya untuk
merampungkan pertanyaan seputar sejauhmana seseorang dapat dilihat sebagai
kompeten; bagaimana hubungan dirinya sebagai pemimpin kompeten dengan
bawahannya serta pekerjaannya sebagai pemimpin. Perlu ditekankan bahwa jawaban
akhir bagi kompetensi kepemimpinan hanya terdapat pada diri seseorang pemimpin
dan tulisan ini adalah merupakan sarana fasilitasi ke arah penyadaran, pengembangan
serta pembuktian diri seseorang sebagai kompeten. Perlu pula dicatat, bahwa
penggunaan serta pengertian kompetensi yang diterapkan di sini lebih bersifat praxis,
yang tidak dibahas (walaupun tidak mengabaikan) dalam kacamata teologis atau
filosofis semata-mata.
A. MENEMUKAN PEMIMPIN KOMPETEN
Pemimpin kompeten! Apa maksudnya pernyataan ini? Kalau disederhanakan
(walaupun tidak mungkin menyederhanakannya), maksud dari istilah ini mungkin
sinonim dengan kata balk (balk secara etis/moral/religi, sosial, estetis, kinerja, dsb.).
Tetapi pertanyaan lain yang dapat dipertanyakan ialah, apakah ada pemimpin yang

berani berkata bahwa "saya adalah pemimpin yang balk?" Atau, adakah pemimpin
yang berani berkata bah wa "saya tahu bagaimana caranya menjadi pemimpin yang
balk?" Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas hampir sukar diperoleh, dan
kalaupun ada, jawaban itu bersifat tersirat (implisit). Pada sisi lain, jawaban tersebut
tentu ada pada setiap orang/setiap pemimpin, hanya, kunci dan jawaban menjadi
"pemimpin yang balk" lebih banyak ditekati (sebagai sikap batin), dihidupi, dan
dipraktekkan daripada dibicarakan secara demonstratif. Dengan demikian, prinsip-
prinsip atau teori-teori atau pengalaman-pengalaman kepemimpinan yang dibicarakan
atau ditulis/dicetak hanyalah merupakan alat rangsangan yang mendorong untuk
menjadi pemimpin yang balk. Karena untuk menjadi pemimpin yang balk tidak
sekedar diwujudkan dengan mempelajari/membaca serangkaian
prinsip/teori/pengalaman kepemimpinan. Menjadi pemimpin yang baik harus
dihidupi, serta harus dipraktekkan secara ajeg.
Namun demikian, dapatkah diupayakan untuk menemukan atau menjadi pemimpin
yang kompeten? Pertanyaan ini begitu penting sehingga patut disimak secara
mendalam guna mencari jawaban yang tepat baginya. Kenyataan lain yang patut
diperhatikan ialah bahwa ada fakta dimana dalam upaya mencari pemimpin yang balk
kondisinya bagaikan mencari butir-butir perak ditengah hamparan pasir. Ada pasir
kristal yang mengkilau dan sering diduga sebagai perak, tetapi kenyataannya bukan
demikian, itu hanyalah butir-butir pasir. Kalau demikian, jawaban sementara ialah,
pemimpin yang baik atau kompeten itu memang ada, tetapi masalahnya ialah,
bagaimana menemukannya. Ini pekerjaan yang sukar, karena adanya faktor
kompleksitas di sekitarnya, yang bagaikan pasir. Tetapi, harus diupayakan! Karena,
pemimpin kompeten itu memang ada,
serta sangat dibutuhkan untuk memimpin organisasi apa saja dan mana pun.
1. Pemimpin Kompeten Pemimpin yang mana
Anda adalah salah seorang Direktur Perusahaan Kontraktor Bangunan. Perusahaan
Anda sangat membutuhkan seorang ahli teknik desain interior. Anda ditugaskan
untuk mencari seorang insinyur desain interior yang kompeten. Kini Anda slap
melaksanakan tugas tersebut. Anda memulai dengan membuat suatu ildan kerja untuk
diterbitkan pada Surat Kabar terkemuka di kota di mana Anda berdiam. Iklan tersebut
berbunyi:
Setelah iklan tersebut diterbitkan, pertanyaan yang diajukan melalui telepon dan
lamaran pun berdatangan. Ada 50 orang insinyur desain interior yang memasukkan
lamaran. Kini Anda tinggal memilih, yang mana yang dianggap paling kompeten.
Sebagai seorang manajer yang berpengalaman, Anda tentu telah mempunyai
seperangkat kriteria untuk menentukan kompetensi tersebut. Setelah Anda
menyaring, akhirnya hanya ada 3 (tiga) orang yang terjaring. Ketiga-tiga orang ini
sangat memenuhi syarat umum yang diminta dan bersedia melengkapinya

dengan syarat khusus yang dituntut. Tetapi, ada hal hal yang tidak Anda ketahui, dan
tidak mungkin diakui dari dan oleh ketiga orang ini.
Orang I. Berwajah tampan, murah senyum clan sangat santai dalam percakapan.
Yang tidak Anda ketahui ialah bahwa ia memiliki ijazah ASPAL, tetap telah
dilegaiisasi
ngan apik (tentunya legalisasi ASPAI pula). Sekalipun ia berijazah aspal, °rang ini
adalah orang yang berbakat, suka belajar sendiri dan membuktikan bahwa ia telah
berpengalaman dalam soal
interior. Hal ini ia buktikan dengan tes
kecil yang Anda telah berikan kepadanya. Ia tampaknya sangat kompeten untuk tugas
tersebut.
Orang II. Bertubuh agak pendek, gemuk dan ber kumis lebat yang dipotong apik. Ia
menge nakan setelan safari dan terlihat sangat serius serta agak meyakinkan. Hal
yang tidak Anda ketahui dari orang ini ialah bahwa ia bekas narapidana. Ia memang
memegang ijazah asli, juga berpengalaman segudang dalam bidang desain interior.
Yang membuat ia dipenjara ialah karena "ia terbukti korupsi" dan dipenjarakan
selama 5 (lima) tahun. Untuk menutupi masa gelap ini ia menerangkan (dengan surat
keterangan yang aspal) bahwa ia berwiraswasta. is lulus tes dan memenuhi semua
persyaratan serta terlihat kompeten.
Orang Ili. Bertubuh sedang, berwajah "baby face" serta berpenampilan tenang. Yang
tidak Anda ketahui ialah orang ini memiliki Ijazah
VIII
asli, serta tidak ada cacat secara administratif. Orang ini pun telah berpengalaman
dalam pekerjaan desain interior. Dan lagi, ia telah lulus tes praktek desain, tetapi hasil
penilaian atas dirinya di bawah kedua orang di atas. Pada saat ia menjumpai Anda, ia
berkemeja batik, berpenampilan sederhana, serta menjawab setiap pertanyaan Anda
dengan tepat, tanpa basabasi. Orang ini pun terlihat kompeten.
Sekarang Anda tinggal memilih, many yang paling kompeten di antara ketiga orang
ini. Kenyataan yang terlihat ialah, Anda dapat menggunakan cara apa saja dalam
merekrut dan menyeleksi, tetapi untuk membuat keputusan yang tepat Anda
membutuhkan hikmat. Keputusan yang Anda buat akan memperlihatkan sejauhmana
Anda adalah pemimpin yang kompeten. Tetapi ternyata untuk menentukan
kompetensi seseorang adalah tidak semudah membalik telapak tangan. Kini timbul
pertanyaan atas apa yang telah dipercakapkan, yaitu, apa sebenarnya kompetensi itu?
Merujuk kepada pertanyaan di atas, terlihat bahwa adalah penting untuk
mendefinisikan apa sebenarnya kompeten itu. Kata kompeten secara leksikal berarti:
mampu, ahli, cerdas, tangkas, sigap, dan sebagainya. Dalam membicarakan tentang
kompetensi berdasarkan cerita di depan, maka yang dipertanyakan adalah kompetensi
dari pemimpin maupun kompetensi dari orang yang direkrut. Dengan demikian, kini
timbul pertanyaan apa sebenarnya kriteria dari kompetensi itu, dan bagaimana
mengukur kompetensi seseorang pemimpin?

Dalam merekrut dan menyeleksi pada kisah di depan, sang Direktur tentu telah
memiliki kriteria untuk mengukur kompetensi, baik dari segi moral, psikologis,
sosial, teknis, ekonomi, dsb. Walaupun semua kriteria itu ada, Direktur dalam proses
reknit dan seleksi akan membuat penilaian serta keputusan yang tentunya akan iebih
cenderung subjektif. Sub jektivitas ini akan diwarnai oleh karakter, kebiasaan,
pengetahuan, keahlian, maupun pengalaman, dan unsur suka-tidak sutra serta hal
praktis lainnya dari sang Direktur. Apa pun keputusannya, hal itu akan
memperlihatkan sejauhmana is kompeten sebagai seorang pemimpin.
Melihat kenyataan ini, dapatlah dikatakan bahwa kompetensi kepemimpinan dapat
diukur dengan sejumlah kriteria balk yang bersifat objektif, maupun yang subjektif.
Kriteria yang subjektif itu adalah milik pribadi yang idenya dapat dibagikan oleh
setiap individu pemimpin. Sedangkan kriteria objektif yang cenderung merupakan
alat identifikasi saja, akan diuraikan pada bahagian ini.
Apabila seseorang individu pemimpin dikatakan kompeten, maka kompetensinya
terlihat dari perilaku, sikap, dan kebiasaan yang muncul dari atau yang merupakan
ekspresi diri yang melibatkan perpaduan/pertautan dari tiga unsur penting, yaitu:
karakter, pengetahuan, serta keahlian dari individu tersebut, seperti yang
digambarkan dalam bagan di bawah ini:
I
1.1 Kompetensi dari sudut Karakter 1
Karakter seseorang terbentuk/terwujud dari I
sejumlah faktor/unsur yang saling mempenga- i
ruhi." Faktor-faktor tersebut antara lain, gene-
tika yang diturunkan oleh orang tua dengan ll,
sejumlah sit at-sif at alamiah (temperamen/ba-
waan lahir), faktor rohani, atau iman, yaitu pengalaman-pengalaman agama yang
khas, 111,
pengaruh lingkungan keluarga, teman seusia
(peer), budaya dan masyarakat serta penga-
III
laman-pengalaman dari setiap individu. Kom- li;
',
petensi tidak hanya diukur dengan melihat kualitas karakter dari sudut
etis/moral/rohani
saja dimana seseorang itu disebut balk, tetapi ,,
juga diukur dari segi ekspresi, penghidupan I
(bagaimana menghidupi) dan pengendalian diri. Pada setiap orang atau kelompok/
budaya ada ii
standard moral tertentu/nilai etis-moral, yang 1
(II;
dengannya setiap orang diukur/dinilai. Tetapi, l
pertanyaannya ialah bagaimana mengukur I
I
' Warren, Bennis,Menjadi Pemimpin Efektif. hlm. 72. • l'
1 I
.1;1

Anda mungkin juga menyukai