DEFINISI
Hepatitis B merupakan infeksi virus hepatitis B (VHB) pada hati yang dapat bersifat akut
atau kronis.
EPIDEMIOLOGI
Menurut Data WHO 2014, lebih dari 240 juta penduduk di dunia mengalami infeksi VHB
kronis, dan lebih dari 780.000 orang per tahun meninggal akibat komplikasi infeksi VHB
akut maupun kronis. Indonesia sendiri termasuk negara endemis VHB dengan seroprevalensi
HBsAg sebesar 9,4% (kisaran 2,5-36, I%) dan pengidap karier 5-10% dari populasi umum.
ETIOLOGI
VHB merupakan virus DNA rantai ganda tidak komplit, berbentuk sirkular, dan tergolong
dalam famili hepadnaviridae. VHB memiliki ukuran 40-42 nm (virus DNA terkecil) dan
dapat diklasifikasikan menjadi genotipe A-J. Di Indonesia, genotipe VHB paling banyak
ialah tipe B (55%). diikuti oleh tipe C (26%). tipe D (7%). serta tipe A (0,8%). Berdasarkan
analisis genomik VHB, telah diketahui berbagai produk protein dari VHB yang terdiri atas
selubung (HBsAg), protein nukleokapsid (HBcAg). protein nukleokapsid lainnya (hepatitis B
e antigen; HBeAg), serta protein X dan enzim polimerase.
FAKTOR RESIKO
Tingginya prevelansi hepatitis B sebagian besar diakibatkan oleh infeksi perinatal (transmisi
vertikal) dan sebagian kecil terjadi secara horizontal, yakni melalui kontak langsung cairan
tubuh (darah dan produk darah, saliva, cairan serebrospinal, cairan peritoneum, cairan pleura,
cairan amnion. semen, cairan vagina. dan sebagainya).
KLASIFIKASI
Hepatitis B Akut
Hepatitia B Kronis
PATOGENESIS
Infeksi VHB merupakan proses dinamis yang melibatkan interaksi antara virus, hepatosit,
dan sistem imun pasien. Infeksi VHB pada dewasa muda yang imunotoleran umumnya
menyebabkan hepatitis B akut (>90%), dan hanya 1% yang menjadi infeksi kronis. Namun
sebaliknya, 90% infeksi VHB secara perinatal akan menyebabkan bayi lahir dengan infeksi
VHB kronis yang bersifat asimtomatis di kemudian hari.
Masa inkubasi VHB rata-rata 75 hari (rentang 30-180 hari). Pada kasus infeksi VHB akut,
penanda HBsAg serum baru dapat terdeteksi 30-60 hari pasca infeksi VHB (lihat Gambar I).
Kenaikan kadar HBsAg serum akan diikuti dengan peningkatan enzim aminotransferase dan
munculnya gejala klinis (ikterik) pada 2-6 minggu setelahnya. Penanda HBsAg jarang
terdeteksi 1-2 bulan setelah awitan ikterus, dan jarang menetap hingga 6 bulan. Hepatitis B
akut pada umumnya sembuh secara spontan dan membentuk antibodi secara alami, ditandai
dengan anti-HBs positif, IgG anti-HBc positif, dan anti-HBe positif.
Pada kasus infeksi VHB kronis. HBsAg ditemukan menetap minimal selama enam bulan.
Hingga saat ini, infeksi VHB kronis tidak dapat dieradikasi sepenuhnya karena adanya
molekul covalently closed circular DNA (cccDNA) yang permanen di dalam nukleus
hepatosit terinfeksi. Selain itu, VHB memiliki enzim reverse transciptase untuk replikasi
sehingga untaian genom VHB dapat menyatu dengan DNA hepatosit, yang kemudian
berpotensi menyebabkan transformasi karsinogenik.
Perjalanan alami Infeksi VHB kronis ini didapat dibagi menjadi empat tahapan sebagai
berikut: (I) fase imunotoleransi. (2) fase imunoaktif atau immune clearance, (3) pengidap
inaktif (inactive carrier), serta (4) fase reaktivasi. Penentuan fase ini sangat penting dalam
inisiasi dan penghentian terapi (lihat Tabel 1 dan Gambar 1).
GEJALA KLINIS
Hepatitis B Akut
Fase pre-ikterik (1-2 minggu sebelum fase ikterik)
Gejala konstitusional seperti anoreksia, mual, muntah, malaise, keletihan, atralgia,
myalgia, sakit kepala, fotofobia, faringitis, dan batuk. Dapat disertai dengan demam
yang tidak terlalu tinggi
Fase ikterik
Gejala prodromal berkurang, namun ditemukan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik, ditemukan hepatomegaly yang disertai nyeri tekan di area kuadran
kanan atas abdomen. Dapat ditemukan splenomegaly, gambaran kolestatik, hingga
adenopati servikal. Hanya kurang dari 1% hepatitis B akut yang menjadi gagal hati
akut.
Fase perbaikan (konvalesens)
Gejala konstitusional menghilang, namun masih ditemukan hepatomegaly dan
abnormalitas pemeriksaan kimia hati
Hepatitis B Kronis
Memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, gejala hepatitis
akut, hingga tanda-gejala sirosis dan gagal hati.
DIAGNOSIS
Anamnesis
1. Gejala
2. Faktor Resiko riwayat seksual
3. Riwayat Vaksin
Pemeriksaan Fisik
Hepatomegali
Jaundice
Pemeriksaan Penunjang
Serologi hepatitis B
Semua wanita hamil harus diskrining untuk hepatitis B. Informasi ini penting bagi dokter
anak setelah bayi melahirkan. Semua bayi menerima vaksin hepatitis B. Bayi yang lahir dari
ibu pembawa antigen permukaan hepatitis B juga harus menerima imunoglobulin hepatitis B
segera setelah lahir dan sebaiknya dalam 72 jam pertama. Skrining untuk hepatitis C
direkomendasikan untuk individu yang berisiko tinggi untuk pajanan.
All pregnant women should be screened for hepatitis B. This information is important for
pediatricians after delivery of the infant. All infants receive hepatitis B vaccine. Infants born
to mothers who are carriers of hepatitis B surface antigen should also receive hepatitis B
immune globulin as soon after birth as possible and preferably within the first 72 h. Screening
for hepatitis C is rec- ommended for individuals at high risk for exposure.
JUDUL
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
TATA LAKSANA
Nonfarmakologi
Farmakologi
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA