Bahasa Inggris 3
Bahasa Inggris 3
EKO WAHYUDI
20742010025
Makalah ini dibuat untuk mempertegas berbagai pola pikir setiap orang tentang
bahasa di dunia pendidikan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan
makalah ini, karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode Penulisan
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
B. Asal Usul Bahasa
C. Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan
D. Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal Di Sekolah
E. Pengaruh Bahasa Terhadap Komunikasi Pendidikan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik/Saran
C. Harapan
D. Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat
dan juga dalam dunia pendidikan, karena bahasa merupakan sarana atau alat
komunikasi yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan antara individu
dengan individu yang lain untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
Fungsih bahasa dalam pembelajaran ialah pengantar dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar apabila terkendala
oleh bahasa. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa terhadap dunia
pendidikan, maka perlu adanya suatu pembasan mengenai pengaruh bahasa
terhadap komunikasi pendidikan.
Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan bahasa
pergaulan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Penggunaan bahasa indonesia
yang baku dalam berkomunikasi sangatlah kurang. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa yang baik dan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2. Untuk mengetahui asal ususl bahasa.
3. Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.
4. Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di
sekolah.
5. Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.
D. METODE PENELITIAN
Hipotesis yaitu berdasarkan fakta
Menggunakan prinsip analisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil
studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami
kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf
mati (konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati
tunggal: z, w, s, g, dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.
Tipe perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai
berikut :
a. Egosentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog).
b. Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1) Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
2) Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
3) Command (perintah),
requeat (permintaan),threat (ancaman).
4) Question (pertanyaan).
5) Answer (jawaban).
Menurut Suryanah (1996) perkembangan bahasa anak dibedakan atas empat masa
yaitu :
a. Masa Pertama (umur 1-1.6 tahun)
Kata-kata yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba hal ini terlihat
dengan adanya kesamaan kata-kata yang terbentuk dalam pengucapan oleh anak-
anak dari bahasa apapun di dunia ini. Misalnya 12 kata-kata yang diucapkan anak
terhadap ayah atau ibu. Kata “ma“ untuk ibu dan kata “pa” untuk bapak.
Apabila anggota keluarga menyebutkan suatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka anak mengerti bahwa kata itu adalah tertuju kepadanya dan
anak pun menirukan kata itu untuk menyebut sesuatu, meskipun belum dengan
ucapan yang benar misalnya kata siti dikatakan iti atau titi, demikian juga halnya
bila ia melihat sesuatu maka disebutnya benda itu sesuai dengan suara yang
ditimbulkannya. Misalnya kucing disebutnya meong, anjing disebut waung dan
sebagainya. Anak menggunakan kata-kata itu sebenarnya untuk menyatakan
keinginannya. Di mana semestinya merupakan satu kalimat, maka kata itu
dinamakan kalimat satu kata, contoh : mimik, yang maksudnya ingin mengatakan
bahwa ia haus minta minum.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa
adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen, menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be
defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations
of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau
sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang
dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar. Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan
(lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer,
atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan
atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.
Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan suatu
tujuan. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi
bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan,
maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.Pendapat lainnya tentang definisi
bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama,
bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan
perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua,
bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono
(1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup
bersama.
Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul bahasa.
Hanya teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial
manusia. sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa verbal berkembang dari suara dasar
(basic sound) dan gerak gerik tubuh (gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro
Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada
tahap perkembangan selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka
menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka
mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan
mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau
merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin
(gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru menyadari bahasa
itu penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu dalam menggunakan bahasa.[3]
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa
resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada
tingkat sebagai alat komunikasi. Komunikasi tetap menggunakan sistem simbol yang telah
disepakati dalam suatu bahasa. Sistem simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut
Verdeber (1998) terdiri dari: (1) ‘kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari
dengan cara-cara tertentu: (2) tata bahasa (grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam
berbagai bahasa yang sudah memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal
melalui bahasa lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.
a. Komunikasi Lisan.
Yang pasti bahwa, unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya yaitu;
sumber, saluran, pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan. Setiap
unsur memberikan dukungan pada komunikasi verbal.
Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam jenis komunikasi
lisan (verbal).
Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka, yang kemudian
dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication by Latters and Reparting,
mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal tertulis terletak pada faktor
keterbacaan.
Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang sama dengan
mengajukan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut: (1) apa yang anda
maksudkan? (mungkinkah ‘kata-kata’ yang anda maksudkan itu akan sama dengan
dimaksudkan mereka atau yang mereka ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa
mengetahui? (tunjukkan pada saya beberapa contoh dan bukti dan kwalitas
kesimpulan anda). (3) Apa yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus
memperhatikan motif anda terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya
sendiri. Apakah hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu
belum tentu diterima seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang
akan membaca wacana tertulis itu? Kita mengaitkannya dengan faktor: (1) konteks;
(2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat abstraksi. Pertama, konteks; aspek pertama
dari komunikasi verbal yang didiskusikan ini termasuk di dalamnya adalah konteks.
Komunikasi bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fisik. sosiologis,
psikologis, bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam
konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi dalam suatu
konteks fisik yang keluar dalam bentuk jarak fisik maupun jarak sosial. Jarak itu
memungkinkan seseorang memilih pesan verbal maupun non-verbal.
Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim pada hari yang
baik, minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu wacana bisa dibaca.
Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang. Misalnya masalah
semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui studi perbedaan konteks verbal
yang dimiliki setiap orang. Aspek studi ini memberikan pengajaran bagi para penulis
surat-surat bisnis maupun laporan dinas.
Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang didiskusikan dalam setiap
tema semantik adalah adanya ‘kata’ yang kadang-kadang tidak mengandung makna jika
tidak dihubungkan dengan ‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’ itu mempunyai simbol
dan konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam masyarakat. Kata-kata seperti itu
mendapat tekanan konotasi yang bersifat personal dari pada denotasi bersama.
Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut diatas) mengakibatkan
tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari suatu konteks yang mengakibatkan
perbedaan daya abstraksi tertentu terhadap suatu wacana. Hal ini sangat menentukan pola-
pola wacana baku tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil
contoh yang sederhana bersurat kepada orang tua tentu sangat berbeda dengan kepada
teman atau adik.
Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi, dalam
kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa
Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik dengan adanya
Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran sebagian orang terhadap
keberadaan bahasa Indonesia dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan
dalam beberapa mata pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke fungsi
bahasa Indonesia, salah satunya adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan.
Kekhawatiran seperti di atas sah-sah saja.
Apalagi kalau kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya. Dalam
berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia secara baik
dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan kata-kata/bahasa
yang biasa digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut mungkin karena sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka
berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan.
Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang
lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa yang disampaikan mereka tidak ambil
pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya komunikasi berjalan dengan lancar adalah
keterpahaman orang lain/mitra tutur terhadap informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak
pada tempatnya dalam suasana yang bersifat resmi seseorang menggunakan
kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tak resmi.
Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia mempunyai sikap
positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi, menggunakan bahasa
Indonesia baik penutur maupun mitra tutur haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya
ragam bahasa yang digunakan. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus mempunyai
sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga
negaranya.
Kalau kita ingin bahasa Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu bahasa
internasional kita juga harus menghargai, ikut merasa bangga, merasa memiliki, sehingga
kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung
karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
2. ASAL USUL BAHASA
Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui simbol-
simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan
selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka
menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa,
mereka mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik
dan mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu
menggambarkan atau merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat,
seperti: kelas (class), jenis kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur
(age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
3. FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern.
Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa
memiliki tiga fungsi: 1) Penamaan (Naming atau Labeling) 2) Interaksi 3)
Transmisi seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana Book mengemukakan, agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1. Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2. Berhubungan dengan orang lain.
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
1. Sejak lahir
2. Lingkungan
5. PENGARUH BAHASA DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN
B. KRITIK/SARAN