Anda di halaman 1dari 22

Disusun Oleh :

EKO WAHYUDI

20742010025

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


AWANG LONG SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan atas kehadiran Allah S.W.T , karena berkat
rahmat dan khidayah-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Pengaruh Bahasa Terhadap
Pendidikan”.

Makalah ini dibuat untuk mempertegas berbagai pola pikir setiap orang tentang
bahasa di dunia pendidikan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan
makalah ini, karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode Penulisan
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
B. Asal Usul Bahasa
C. Fungsi Bahasa Dalam Kehidupan
D. Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal Di Sekolah
E. Pengaruh Bahasa Terhadap Komunikasi Pendidikan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik/Saran
C. Harapan
D. Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat
dan juga dalam dunia pendidikan, karena bahasa merupakan sarana atau alat
komunikasi yang digunakan seseorang untuk mengkomunikasikan antara individu
dengan individu yang lain untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
Fungsih bahasa dalam pembelajaran ialah pengantar dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar apabila terkendala
oleh bahasa. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa terhadap dunia
pendidikan, maka perlu adanya suatu pembasan mengenai pengaruh bahasa
terhadap komunikasi pendidikan.
Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan bahasa
pergaulan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Penggunaan bahasa indonesia
yang baku dalam berkomunikasi sangatlah kurang. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa yang baik dan benar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian bahasa?


2. Bagaimana asal usul bahasa?
3. Apa saja fungsi bahasa dalam kehidupan?
4. Bagaimana pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal sekolah?
5. Bagaimana pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2. Untuk mengetahui asal ususl bahasa.
3. Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.
4. Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di
sekolah.
5. Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.

D. METODE PENELITIAN
 Hipotesis yaitu berdasarkan fakta
 Menggunakan prinsip analisis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase


perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah
visio-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan
perkembangan intelek. Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi
fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan
ekspresif. Fungsi Reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi
terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud
mimik, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah
kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal
(sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh,
dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Soetjiningsih,
1995).
Tugas-tugas perkembangan bahasa.
Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat
tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004).
Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a. Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b. Pengembangan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua
tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra sekolah dan
terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
Penyusunan kata-kata menjadi kalimat,Kemampuan menyusun kata-kata menjadi
kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat
pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture(bahasa tubuh)
untuk melengkapi cara berfikirnya. Menurut Davis, Garrison & Mc Carthy (1973)
dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak yang cerdas, anak wanita dan
anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya lebih
panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria
dan anak yang berasal dari keluarga miskin.

c. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil
studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami
kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.

Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf
mati (konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati
tunggal: z, w, s, g, dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.
Tipe perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai
berikut :
a. Egosentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog).

b. Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1) Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.

2) Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.

3) Command (perintah),
requeat (permintaan),threat (ancaman).

4) Question (pertanyaan).

5) Answer (jawaban).
Menurut Suryanah (1996) perkembangan bahasa anak dibedakan atas empat masa
yaitu :
a. Masa Pertama (umur 1-1.6 tahun)
Kata-kata yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba hal ini terlihat
dengan adanya kesamaan kata-kata yang terbentuk dalam pengucapan oleh anak-
anak dari bahasa apapun di dunia ini. Misalnya 12 kata-kata yang diucapkan anak
terhadap ayah atau ibu. Kata “ma“ untuk ibu dan kata “pa” untuk bapak.
Apabila anggota keluarga menyebutkan suatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka anak mengerti bahwa kata itu adalah tertuju kepadanya dan
anak pun menirukan kata itu untuk menyebut sesuatu, meskipun belum dengan
ucapan yang benar misalnya kata siti dikatakan iti atau titi, demikian juga halnya
bila ia melihat sesuatu maka disebutnya benda itu sesuai dengan suara yang
ditimbulkannya. Misalnya kucing disebutnya meong, anjing disebut waung dan
sebagainya. Anak menggunakan kata-kata itu sebenarnya untuk menyatakan
keinginannya. Di mana semestinya merupakan satu kalimat, maka kata itu
dinamakan kalimat satu kata, contoh : mimik, yang maksudnya ingin mengatakan
bahwa ia haus minta minum.

b. Masa Kedua (1.6-2 tahun)


Pada masa ini perbendaharaan kata anak terus bertambah, semakin banyak hal
yang ingin anak ketahui namanya sehingga masa ini dinamakan masa apa itu.
Disini orang tua sangat berperan dalam memberikan stimulasi kepada anak
sehingga perkembangan anak dengan menjawab dengan semestinya walaupun
kadang anak belum dapat menirukannya dengan benar. Pada masa ini juga anak
mengalami kesulitan berkata disebabkan oleh perkembangan kemauan dan
keinginannya lebih cepat dari pada 13kekayaan bahasanya. Hal itu berpengaruh
pada anak, sehingga sebenarnya ia akan bercerita tetapi karena perbendaharaan
kata-katanya belum mencukupi maka ia melengkapinya dengan gerakan tangan
dan kaki.

c. Masa Ketiga (2-2.6 tahun)


Kemampuan bahasa anak mulai meningkat dalam hal menyusun kata-kata. Anak
sudah menggunakan awalan dan akhiran sekalipun belum sempurna seperti yang
dikatakan orang dewasa. Orang tua semestinya membenarkan dengan hati-hati
sebab anak tidak begitu senang bila anak diberi kata yang terlalu panjang,
seringkali kita dengar kesalahan yang lucu dan kerapkali ia membuat kata-kata
baru menurut caranya sendiri. Hal ini disebabkan karena kata yang dipergunakan
untuk menamakan sesuatu tidak memuaskan lagi baginya.

d. Masa Keempat (2.6 tahun-seterusnya)


Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu mulai
bertambah. Karena itu pertanyaan anak berkepanjangan, tidak cukup hanya
dijawab dengan jawaban pendek saja. Setiap jawaban akan menimbulkan
pertanyaan baru, kadang orang tua yang harus mengkonsentrasikan pada
pekerjaan menganggap anaknya sebagai anak cerewet, tentu saja ayah atau ibu
tidak berfikir yang demikian demi perkembangan pikiran dan memperkaya
pembendaharaan bahasa anak.
Oleh karena itu, seyogyanya bila pada masa ini anak sering dibawa
bepergian dan melayani dengan baik segala yang ditanyakannya. Cara semacam
ini anak akan makin cakap menggunakan bahasanya, makin banyak
pengetahuannya, makin maju pikirannya, sehingga perkembangannya tidak
mengalami hambatan. Dalam setiap perkembangan bahasa selalu mengalami
perubahan dalam setiap bulannya.
Berikut karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara anak yang
dikemukan Denver Developmental Screening Test II (DDST II), yang telah
disempurnakan menjadi Denver II.
Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa
adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen, menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be
defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations
of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau
sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang
dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar. Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan
(lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer,
atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan
atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.

Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan suatu
tujuan. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi
bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan,
maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.Pendapat lainnya tentang definisi
bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama,
bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan
perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua,
bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono
(1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup
bersama.

B.  ASAL USUL BAHASA

Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul bahasa.
Hanya teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial
manusia. sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa verbal berkembang dari suara dasar
(basic sound) dan gerak gerik tubuh (gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro
Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada
tahap perkembangan selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka
menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka
mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan
mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau
merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin
(gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.

C.  FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN

Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru menyadari bahasa
itu penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu dalam menggunakan bahasa.[3]
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa
resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada
tingkat sebagai alat komunikasi. Komunikasi tetap menggunakan sistem simbol yang telah
disepakati dalam suatu bahasa. Sistem simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut
Verdeber (1998) terdiri dari: (1) ‘kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari
dengan cara-cara tertentu: (2) tata bahasa (grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam
berbagai bahasa yang sudah memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal
melalui bahasa lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.
a. Komunikasi Lisan.

Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang terutama dijumpai dalam


komunikasi antar pribadi terjadi oeralihan pesan-pesan verbal dalam bentuk ‘kata-
kata’ (kita mengabaikan bahwa dalam proses iru ada pula pesan-pesan melalui
saluran non verbal).

Yang pasti bahwa, unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya yaitu;
sumber, saluran, pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan. Setiap
unsur memberikan dukungan pada komunikasi verbal.

Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam jenis komunikasi
lisan (verbal).

1) Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek


psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non
verbal.
2) Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan
hubungan sosial sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan
phatic communication, phatic speech ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat
karena ia harus dilihat dalam kaitannya dengan konteks di saat ‘kata’ diucapkan
dalam suatu tatanan sosial suatu masyarakat.
3) Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu pada
kerangka berpikir atau rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara
denotatif dan bersifat informatif.
4) Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat
konatif. Gaya bicara ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong
terbentuknya perilaku. Cara ini biasannya digunakan oleh para politisi, salesman
yang bersifat persuasi.
5) Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema
pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata
melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe pembicaraan ini sangat
berbeda dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code/
tanda-tanda  komunikasih.
6) Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada
struktur penggunaan kata yang tepat melalui perindahan pilihan kata,
ketepatan ungkapan biasannya menggambarkan rasa seni dan pandangan serta
gaya-gaya lain yang khas. 

b)    Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis

Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka, yang kemudian
dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication by Latters and Reparting,
mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal tertulis terletak pada faktor
keterbacaan.

Keterbacaan, menurut keduannya, berkaitan dengan semantik suatu bahasa yang


mempertimbangkan apakah setiap pembaca dapat mengerti suatu tulisan dalam
suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan perihal diksi (pemilihan kata),
mendefinisikan term-term yang bersifat teknis dan metode bersama yang dapat
diterima seperti tanda baca dan bentuk kalimat.

Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang sama dengan
mengajukan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut: (1) apa yang anda
maksudkan? (mungkinkah ‘kata-kata’ yang anda maksudkan itu akan sama dengan
dimaksudkan mereka atau yang mereka ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa
mengetahui? (tunjukkan pada saya beberapa contoh dan bukti dan kwalitas
kesimpulan anda). (3) Apa yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus
memperhatikan motif anda terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya
sendiri. Apakah hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu
belum tentu diterima seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang
akan membaca wacana tertulis itu? Kita mengaitkannya dengan faktor: (1) konteks;
(2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat abstraksi. Pertama, konteks; aspek pertama
dari komunikasi verbal yang didiskusikan ini termasuk di dalamnya adalah konteks.
Komunikasi bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fisik. sosiologis,
psikologis, bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam
konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi dalam suatu
konteks fisik yang keluar dalam bentuk jarak fisik maupun jarak sosial. Jarak itu
memungkinkan seseorang memilih pesan verbal maupun non-verbal.
Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim pada hari yang
baik, minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu wacana bisa dibaca.
Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang. Misalnya masalah
semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui studi perbedaan konteks verbal
yang  dimiliki setiap orang. Aspek studi ini memberikan pengajaran bagi para penulis
surat-surat bisnis maupun laporan dinas.

Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang didiskusikan dalam setiap
tema semantik adalah adanya ‘kata’ yang kadang-kadang tidak mengandung makna jika
tidak dihubungkan dengan ‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’ itu mempunyai simbol
dan konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam masyarakat. Kata-kata seperti itu
mendapat tekanan konotasi yang bersifat personal dari pada denotasi bersama.

Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut diatas) mengakibatkan
tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari suatu konteks yang mengakibatkan
perbedaan daya abstraksi tertentu terhadap suatu wacana. Hal ini sangat menentukan pola-
pola wacana baku tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil
contoh yang sederhana bersurat kepada orang tua tentu sangat berbeda dengan kepada
teman atau adik.

D.  PENGARUH BAHASA PERGAULAN TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI


SEKOLAH

1. Sejak lahir, anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa pergaulan. Proses


pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam
kemampuan berbahasa. Bagi mereka, kesan atau pengalaman awal inilah yang
sangat mempengaruhi proses perkembangannya ke depan. Sesuatu yang sudah
dibiasakan akan sangat sulit untuk ditinggalkan atau diperbaharui. Kalau pun
mungkin, proses itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Lingkungan. Lingkungan tidak hanya menjadi obyek atau tempat, namun turut
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak yang sudah dibiasakan
dengan bahasa ibu atau bahasa pergaulan, dan berada di lingkungan yang
masyarakatnya sering menggunakan bahasa peragulan, maka akan memunculkan
daya ingat dan daya serap yang sangat kuat terhadap bahasa pergaulan tersebut.
 Kedua indikator inilah yang menimbulkan mengapa seorang anak akan sangat
sulit melupakan bahasa ibu atau pergaulan. Pengaruh bahasa pergaulan akan
terlihat jelas dalam pendidikan di sekolah sebagai proses lanjut dari pendidikan
di rumah. Masalah kedekatan atau kekentalan bahasa pergaulan siswa akan
membawa kesulitan tersendiri pada kemampuan berbahasa siswa terutama
dalam kemampuan berbahasa secara baku yakni sesuai Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu meliputi;
 Kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa secara tepat. Kekuatan
dan kemampuan bahasa pergaulan menghipnotis siswa begitu kuat hingga
siswa terus saja membawanya dalam bahasa-bahasa resmi yang baku.
Pengucapan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor pembiasaan
dari rumah dan lingkungan yang sudah mengeras.
 Selain itu, kelekatan pada bahasa pergaulan akan sangat menyulitkan anak
dalam penulisan yang tepat. Anak cenderung menuliskan secara lurus apa
yang dipikirkan termasuk kata-kata yang diadopsi dalam bahasa pergaulan
tanpa suatu proses pengolahan yang tepat.
 Penempatan tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa
pergaulannya, akan sulit juga untuk menempatkan tanda baca yang tepat
terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa pergaulan secara lisan
sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menterjemahkan bahasa
lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.
 Beberapa solusi untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat:
 Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa pergaulan dan
bahasa yang baku. Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak
menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan kedua bahasa
tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa pergaulan dan kapan
bahasa yang baku mengambil peran.
 Sebagaimana bahasa pergaulan, proses berbahasa secara tepat yang sesuai
dengan EYD pun membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak dilatih
untuk berbahasa secara tepat baik secara lisan maupun tulisan setiap saat
setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan sangat
mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.

E.   PENGARUH BAHASA TERHADAP  KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi, dalam
kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa
Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik dengan adanya
Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran sebagian orang terhadap
keberadaan bahasa Indonesia dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan
dalam beberapa mata pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke fungsi
bahasa Indonesia, salah satunya adalah bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan.
Kekhawatiran seperti di atas sah-sah saja.

Apalagi kalau kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya. Dalam
berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia secara baik
dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan kata-kata/bahasa
yang biasa digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut mungkin karena sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka
berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan.

Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang
lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa yang disampaikan mereka tidak ambil
pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya komunikasi berjalan dengan lancar adalah
keterpahaman orang lain/mitra tutur terhadap informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak
pada tempatnya dalam suasana yang bersifat resmi seseorang menggunakan
kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tak resmi.

Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia mempunyai sikap
positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi, menggunakan bahasa
Indonesia baik penutur maupun mitra tutur haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya
ragam bahasa yang digunakan. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus mempunyai
sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga
negaranya.

Kalau kita ingin bahasa Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu bahasa
internasional kita juga harus menghargai, ikut merasa bangga, merasa memiliki, sehingga
kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung
karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Munculnya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) tidak perlu


memunculkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
dunia pendidikan. Hal ini karena ternyata penggunaan bahasa asing sebagai pengantar
ternyata tidak diterapkan pada semua mata pelajaran. Penggunaan bahasa asing sebagai
bahasa pengantar di SNBI hanya diterapkan pada beberapa mata pelajaran.

Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses


belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih mengefektifkan
proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan
hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang
aplikatif tetapi sesuai dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

Pengkondisian pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan berarti


menghilangkan hal-hal yang bersifat teoretis. Hal-hal yang bersifat teoretis tetap
disampaikan tetapi porsinya tidak begitu besar. Dengan pengkondisian seperti itu, siswa
menjadi terbiasa mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana
resmi mereka menggunakan bahasa resmi dan dalam suasana tak resmi mereka
menggunakan bahasa tak resmi. Selain itu, mereka menjadi terbiasa menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.

 
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
2. ASAL USUL BAHASA
Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui simbol-
simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan
selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka
menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa,
mereka mampu membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik
dan mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu
menggambarkan atau merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat,
seperti: kelas (class), jenis kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur
(age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
3. FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern.
Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa
memiliki tiga fungsi: 1) Penamaan (Naming atau Labeling) 2)   Interaksi 3)  
Transmisi seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana Book mengemukakan, agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1.    Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2.    Berhubungan dengan orang lain.
3.    Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.

4. PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI SEKOLAH

Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan yang


dikuasai oleh siswa.

1. Sejak lahir
2. Lingkungan
5. PENGARUH BAHASA DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa


Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka
menggunakan kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak
resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui bahwa berbahasa
Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan
suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena
sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia
tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi
mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang
lain.

B. KRITIK/SARAN

Bahasa memiliki banyak pengaruh dalam pembelajaran di sekolah karena bahasa


berfungsi sebagai suatu pengantar dalam pendidikan. Saat ini yang disayangkan adalah
penggunaan bahasa yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan ejaan yang benar.
Seharusnya setiap sekolah memiliki seorang ahli bahasa yang profesional yang bertugas
memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Bahasa menjadi sebuah identitas dari setiap individu ataupun suatu lembaga
karena bahasa sangat berpengaruh dalam pendidikan dan pergaulan.
C. HARAPAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional, yang artinya sebagai bahasa


persatuan yang digunakan oleh semua warga negara untuk dapat berkomunikasi secara
nasional. Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah, untuk itu,
perlu adanya perubahan yang signifikan dalam upaya penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2009. “Perubahan Penggunaan Bahasa Indonesia”. Dalam


http://mgmpbismp.co.cc/2009/06/17/perubahan-penggunaan-  bahasa-
indonesia/.
Anton M Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo. 1988. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Gorys Keraf. 1973. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-


Flores: Nusa Indah.

Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara


Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
St Y. Slamet. 2008. Dasar Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta:
UNS Press.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai