Anda di halaman 1dari 3

Pada suatu hari ketika keadaan Rumah sakit Indah Belia sedang sunyi dan damai datang

seorang pasien bersama sang kakak untuk melanjutkan rawat jalannya. Sang pasien yang berumur
sekitar 18 tahun di duga mengidap kanker darah sadium akhir akan tetapi beliau lebih memilih untuk
melakukan rawat jalan dari pada kemoterapi atau rawat inap di rumah sakit tersebut, sang kakak
yang hanya bisa menerima dan menemani sang adik dengan ikhlas ketika mereka sampai di ruangan.
Sang pasien di anjurkan untuk berkonsultasi dengan sang perawat mengenai penyakitnya dan juga
apakah ada perkembangan atau tidak

Kakak : “ Assalamu’alaikum suster saya ingin mengantar adik saya untuk mengechek keadaannya”

Perawat: “ oh baik Pak, Bapak bisa tunggu di luar sebentar ya pak”

Kakak : “oh baik sus, saya serahkan adik saya ya sus terimakasih ”

Perawat: “ iya pak insya Allah saya akan merawatnya dengan sebaik mungkin”

Ketika sang kakak sudah keluar dari ruangan itu mulailah mereka saling berinteraksi dan
berkonsultasi

Perawat : “ Assalamu’alaikum dek, bagaimana keadaan adik sudah lebih baikan” walaupun sang
perawat tahu jika pasien yang tidak di rawat untuk kemoterapi dalam tahap kanker tersebut sangat
sulit untuk sembuh tetapi peran perawat di sini adalah selalu menyemangati sang pasien agar tidak
patah semangat untuk hidup

Pasien : “wa’alaikumussalam sus iya saya semakin baik alhamdulillah” dengan wajah yang lesunya
sang pasien tidak terlihat bersemnagat

Perawat : “jika adik memang baik – baik saja namun kenapa dengan wajah adik yang begitu lesu,
tenanglah kematian di tangan Allah adik hanya harus selalu bersyukur atas apa yang telah Allah
berikan kepada adik”

Pasien : “iya saya tau sus, saya ngerti kok akan tetapi semakin hari saya memikirkannya saya
semakin tidak bisa untuk melupakan kejadian itu sus.”

Perawat : “ada kejadian apa memangnya ceritakan saja kepada saya insya Allah saya akan
membantumu jika saya bisa”

Pasien : “Tapi saya harap suster tidak cerita ke siapapun tentang ini!”

Perawat: “baiklah”

Pasien : “kejadiannya mungkin tiga tahunyang lalu sus, sebelum di vonis penyakit ini. Saya
mempunya seorang adik laki-laki, pada saat liburan kami sekeluarga pergi ke pantai di sana saya
bermain dengan adik laki – laki saya akan tetapi dikarenakan adik saya yang jail dan bermain dengan
saya hingga membuat kesal saya di kala itu sus, dan saya pun mungkin sedang dirasuki oleh syeitan
yang sayapun sampai sekarang tidak mengerti kenapa saya melakukan itu.”ketika suster mulai
khawatir dengan pasien

Perawat : “apa yang telah kau lakukan dik”


Pasien : “saya telah membunuh adik saya” sang pasien menceritakannya dengan mengeluarkan
perasaannya yang mungkin telah ia pendam lama sekali membuat sebuah pertanyaan di benak sang
perawat

Perawat : “tapi bagaimana bisa dik kalau saya boleh tahu” sang perawat bertanya dengan sangat
pelan takut jika sang pasien semakin sedih

Pasien : “saya menenggelamkannnya saya menekannya ke dalam air dan saya tak membiarkan adik
saya untuk ke permukaan hingga dia akhirnyapun tak kembali ke permukaan” sang pasien
menceritakan itu dengan air mata yang jatuh ke tangannya

Perawat : “apakah orangtuamu mengetahuinya? Tentang kejadian ini?”

Pasien : “tidak orangtuaku hanya tahu jika dia tenggelam tanpa mengetahui kalau aku yang sengaja
membuatnya tenggelam. Saya tidak berani kepada kedia orang tua saya sus tetapi sayapu lelah
dengan perasaan bersalah yang telah menghantui hamba selama 3 tahun ini. Mungkin penyakit yang
saya derita ini di karenakan dosa saya kepada adik saya ini sus” tutur sang pasien

Perawat: “kamu tidak boleh pesismis, saya yakin jika kamu tidak sengaja melakukannya Allah juga
pasti akan memaafkanmu kamu tidak boleh menyerah dengan keadaanmu ini oke! Kamu harus
semangat. Saya yakin Allah akan mengampunimu jika kamu bertaubat dengan sungguh – sungguh
dik”

Pasien : “baiklah sus”

Sedangkan sang pasien mendapatkan perawatannya dan kembali pulang oleh kakaknya.

Setelah itu sang perawat hanya diam dan mencari cara bagaimana orang tuanya mengetahui
ini “setidaknya satu dari keluarganya harus mengetahui masalah ini” , batin sang perawat akan
tetapi dia sudah berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun apakah dia harus
menceritakannya atau tidak. Jika dia menceritakannya berarti dia telah melanggar janjinya, akan
tetapi jika dia tidak menceritakannya maka beban sang pasien itupun akan bertambah. Sang
perawatpun gundah gulana apa yang seharusnya dia lakukan?

Dan sang perawatpun bertekat untuk hanya memberitahunya kepad sang ibunda saja
dikarenakan sang perawat takut jika sang anak akan mengalami depresi yang lebih buruk dari
sekarang, dan akhirnya sang perawat menghubungi sang ibunda

Perawat : “Assalamu’alaikum ibu maaf saya mengganggu ibu bisa datang ke rumah sakit siang ini”

Ibu P. : “iya ada apa ya sus?”

Perawat: “iya ibu maaf mengganggu saya ingin membicarakan anak ibu”

Ibu P : “baik sus saya akan segera kesana”

Ketika sang ibu sudah sampai di rumah sakit beliau bergegas menemui sang perawat untuk
mengetahui apa yanaag ingin di bicarakan oleh sang suster

Ibu P. : “ Assalamu’alaikum sus ada apa ya memanggil saya kemari “


Perawat : “iya wa’alaikumussalam ibu sebelumnya saya minta maaf sekali jika harus
mengganggu waktu ibu, saya di sini hanya akan memberitahu masalah anak ibu.”

Ibu P : “Iya sus silahkan”

Perawat : “iya sebelumnya ibu sudah tahu kan mengenai penyakit anak ibu, pasti ibu sudah
tahu di karenakan penyakit anak ibu, seharusnya anak ibu tidak mengalamu depresi atau stress ibu,
jadi proses pengobatannya mungkin akan terkendala karena anak ibu banyak fikiran”

Ibu P. : “baik sus nanti akan saya perhatikan lagi anak saya”

Perawat : “dan ada satu hal lagi ibu” sang perawat menceritakan kembali apa yang di
ceritakan oleh sang anak kepada sang ibu, sang ibu yang mendengarnya terperanjat kaget akan apa
yang di beritahu oleh sang perawat

Ibu P. : “ jadi selama ini !”

Sang perawat berusaha menenangkan

Perawat : “iya ibu tapi saya harap ibu bisa membuat anak ibu tidak memikirkannya kembali
dan mengikhllaskannya ibu, membuatnya menyesalinya tanpa menambah beban yang sudah ada
ibu, saya mohon sekali lagi jangan menambah beban berat yang sudah di pikul oleh anak ibu

Ibu P. : “baik terimakasih sus atas informasinya saya akan mencoba untuk mengurangi
beban anak saya”

Perawat : “iya ibu semoga masalah ibu dan anak ibu cepat terselesaikan”

Ibu P. : “iya sus saya permisi”

Sang perawat melihat perginya sang ibu dengan keadaan tenang, sang perawat merasa bersalah di
satu sisi akan tetapi dia mengambil hikmah tentang memberi tahu keluarga pasien sepahit-pahitnya
informasi tersebut untuk mengurangi beban fikiran si pasien dan perawat harus bisa menjaga
sikapnya dan rahasia terhadap masing masing pasien dan keluaga pasien

Anda mungkin juga menyukai