Anda di halaman 1dari 18

EKSTRAKSI

BAHAN ALAM / TANAMAN


EKSTRAKSI / PENYARIAN
Peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semula didalam
sel ditarik oleh cairan penyari (CP)  terbentuk larutan zat
aktif dalam CP.

• Makin besar permukaan serbuk


simplisia (SS) yang kontak dg CP 
penyarian makin baik.
• Makin halus serbuk, penyarian
makin baik, kenyataannya tidak
demikian?
Terlalu halus :
- terjadi suspensi
- sel pecah
Proses PENYERBUKAN
 dinding sel ada yang pecah dan utuh
TAHAPAN EKSTRAKSI
1. Drying and grinding of plant material or homogenizing fresh
plant parts (leaves, flowers, etc.) or maceration of total plant
parts with a solvent.
2. Choice of solvents
a. Polar extraction: water, ethanol, methanol (MeOH), and so on.
b. Medium polarity extraction: ethyl acetate (EtOAc), dichloromethane
(DCM), and so on.
c. Nonpolar: n-hexane, pet-ether, chloroform (CHCl3), and so on.
3. Choice of extraction method
a. Maceration.
b. Boiling.
c. Soxhlet.
d. Supercritical fluid extraction.
e. Sublimation.
f. Steam distillation.
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
DALAM PEMILIHAN METODE EKSTRAKSI

1. Target ekstraksi
a. Senyawa kimia yang sudah dikenal keberadaannya.
Modifikasi metode untuk meningkatkan proses
b. Senyawa bioaktif yang belum dikenal
c. Kelompok senyawa dg struktur yg berkaitan dalam
suatu organisme
d. Metabolit sekunder dari suatu sumber bahan alam
dengan kondisi yang berbeda
(misal : 2 spesies dari genus sama atau spesies sama
dengan kondisi pertumbuhan berbeda)
e. Skrining fitokimia melalui identifikasi semua metabolit
pada organisme  sbgchemical fingerprinting suatu
tanaman
2. Skala pekerjaan
Skrining pendahuluan pada skala kecil, isolasi skala
besar hasil dapat beda.

3. Sifat senyawa yang diekstraksi


a. Kelarutan (hidrofob/hidrofil).
b. Derajat keasaman (pH dan pKa)
ekstraksi maksimal  pH disesuaikan
c. polaritas
penentuan metode yg dipakai dg substansi yang
diekstraksi, prinsip umumLIKE DISSOLVES LIKE
d. Stabilitas
- thermostabilitas
Kelarutan senyawa akan bertambah dengan
peningkatan suhuperhatian untuk senyawa yg
tak stabil.
- pH, logam berat dll
4. Sifat pelarut yang digunakan
a. Kelarutan
• Kemampuan dalam mengekstraksi komponen zat terlarut harus
dipertimbangkan.
• Umumnya pelarut non polar (petroleum ether and heksana) akan
melarutkan senyawa non polar (lemak, lilin), sedang pelarut
polar (methanol, ethanol and water) akan melarutkan polar
compound (alkaloid garam, karbohidrat - gula).
• Affinitas suatu solut seringkali dapat ditingkatkan dg
penggunaan pelarut campuran
b. Volatilitas, TD & sifat mudah terbakar
- TD tinggi  artefak
- diperlukan modifikasi pelarut
c. Toksisitas
Kloroform, eter, asetonitril, metilsianida, metanol  toksik
CCl4  hepatotoksik, benzen  karsinogenik
diperlukan pakaian pelindung, alat sesuai, pembuangan
sisa yang aman.
d. Reaktifitas
 Pelarut dapat bereaksi dengan ekstrak.
e. Harga
Dapat dipertimbangkan tanpa mengurangi maksud dan
tujuan ekstraksi
6. Sifat fisik simplisia
• Tekstur bahan lunak (rimpang, daun)/keras (biji, kulit kayu/akar)?
• Bahan kering/basah
pertimbangan metabolit pada endo/exocellular. Dengan bahan
kering, etil asetat atau pelarut lain dg polaritas rendah hanya
mencuci atau meresap, sementara alkohol dapat memecah
membran sel dan mengekstraksi sejumlah besar materi
endocellular.
7. Sifat zat penyerta/pengganggu
• Karbohidrat? lemak?
8. Tujuan penggunaan ekstrak
 terutama terkait dengan pemilihan pelarut.
• untuk bahan baku makanan/obat  memenuhi aturan
pemerintah  kualitas pharmaceutical grade
- alkohol, air atau campurannya.
- jika metanol, aseton, kloroform, heksana dll  tahap
pemisahan dan pemurnian, residu sisa pelarut
negatif
• Ekstrak untukbioassay  dipertimbangkan sifat sistem test,
penggunaan pelarut dapat lebih bervariasi.
METODE EKSTRAKSI

• Metode populer  menggunakan cairan


penyari pada tekanan atm (memungkinkan
aplikasi pemanasan)
• metode lain : distilasi, ekstraksi fluida
super kritik
• Pemilihan  tujuan, keuntungan dan
kerugiannya.
1. INFUSA/SEDUHAN

- membiarkan bahan terendam dalam air panas pada waktu tertentu.


- melakukan penyeduhan pada panci infus dg pelarut air.
- suhu?
- kadar bahan?  ekstrak encer
- air yang menguap?
- untuk penelitian dg penggunaan sesuai di masyarakat.
- decocta?
- sesuai untuk yang tahan pemanasan.
- kelarutan senyawa lebih mudah
- Pelarut air  kontaminasi mo
- jika dibuat ekstrak kering  penguapan lama.

Syarat bahan :
- Kandungan kimia larut air dingin/
panas
- Kandungan kimia tahan pemanasan
MASERASI
• Ekstraksi pada
temperatur kamar,
• Proses ekstraksi
sederhana, perendaman 5
hari (farmakope ind) atau
3 hari (sukhdev 2008)
• Dapat menggunakan
bermacam pelarut
• Setelah disaring, sisa
dapat dimaserasi kembali
• Jika perlu dilakukan
penekanan/diperas
• Dibanding perkolasi,
waktu lebih cepat.
• Penyarian tidak sempurna
Modifikasi maserasi :
• Digesti
• Maserasi dengan mesin pengaduk
• Remaserasi
CP dibagi 2, seluruh SS disari dg CP pertama,
ampas diperas disari dg CP II
• maserasi melingkar
• maserasi melingkar bertingkat
• penyarian pada temperatur kamar dg
pelarut yang terus menerus baru  PERKOLASI
penyarian sempurna/habis.
• Cairan penyari dialirkan melalui
serbuk simplisia yg telah dibasahi.
• CP akan melarutkan ZA pd sel yang
dilalui sampai keadaan jenuh
• Gerak ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan
cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung
menahannya.
• Waktu penyarian lama
• Tidak perlu langkah tambahan untuk
penyaringan.
• Proses  3 tahapan yi tahap
pengembangan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi (pengaliran).

Perkolasi lebih baik dari maserasi :


Adanya aliran CP
 maka terjadi pergantian larutan dengan konsentrasi yg lebih rendah 
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
Farmakope Indonesia
• membasahi 10 bagian simplisia dg
2,5-5 bagian CP, dimasukkan dlm Kecepatan aliran :
bejana tertutup > 3 jam. Massa • 1 ml per menit : lambat
dipindah sedikit-sedikit dalam • 1 – 3 ml per menit : sedang
perkolator sambil ditekan dan • 3 – 5 ml per menit : lambat
dituangi CP sampai menetes &
diatas SS tertinggal selapis cairan, Penetesan :
perkolator ditutup dibiarkan 24 jam terlalu cepat  penyarian tak sempurna
kmd dibiarkan menetes dengan
kecepatan 1 ml per menit. terlalu lambat  membuang waktu

3 macam bentuk
Perkolator :
1. Perkolator tabung
 pembuatan ekstrak cair (ZA sulit
larut)
2. Perkolator paruh
 pembuatan ekstrak/tinctur dg
kadar tinggi (serbuk simplisia
mengandung ZA sulit larut
3. Perkolator corong
 pembuatan ekstrak/tinctur kadar
rendah
Modifikasi perkolasi :
1. Reperkolasi
• Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan
sedangkan pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan dg
pemanasan.
• simplisia dibagi dalam beberapa perkolator. Hasil perkolator pertama
dipisah menjadi perkolat I dan sari selanjutnya sebagai susulan II.
Susulan II digunakan untuk menyari perkolator II, dipisahkan menjadi
perkolat II dan susulan II, diulang sampai diperoleh perkolat pekat.

2. Perkolasi bertingkat
• Untuk memperbaiki kerja perkolasi yang menghasilkan perkolat pekat
pada tetesan pertama dan perkolat encer pada tetesan terakhir.
• Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang
disari dengan CP baru, sebaliknya serbuk yg baru disari dengan
perkolat yang hampir jenuh.
• Perkolator pada cara ini diatur agar perkolat dari suatu perkolator
dapat dialirkan ke perkolator lainnya dan ampas mudah dikeluarkan.
SOKHLETASI
• Proses penyarian
berkesinambungan dg
alat soklet 
penggabungan proses
penyarian dan
penguapan.
• CP yang dibutuhkan
sedikit, hasil penyarian
lebih pekat
• SS disari dg penyari
baru/segar  ZA yang
tersari lebih banyak
• Zat aktif tak tahan
pemanasan  rusak
• Selama proses tidak
menambah CP.
• Kapan ekstraksi dapat
dihentikan?
REFLUKS
• Penyarian pada temperature didih pelarut.
• Bahan selalu kontak dg CP
• Sesuai untuk penyarian senyawa yang tahan
pemanasan
• Dapat terjadi degradasi termal
• Panas  penyarian lebih cepat
• Tidak perlu pengadukan.
• Sering digunakan untuk tujuan mereaksikan

Anda mungkin juga menyukai