Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pengujian Transaksi

Disusun Oleh:
Abdullah Azzan 36119002
Miftahul Janna 36119038
Wira Chakti Buana 36119048

Nur Rahmadani 36119064

Sahruni Ekawati 36119098

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat. Sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di dalam dunia ini dan lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelumnya dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan. Kami menyadari sekali bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal aspek yang dibahas.

Harapan yang paling besar dari penyusun makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar , 2 Junil
2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB 1...........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5

A. Jenis-jenis Pengujian dalam Auditing................................................................................................5

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern.........................................5

2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)............................................................................5

3. Pengajuan substantive atas transaksi (substantive test).............................................................6

5. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)...........................................................10

B. Perancangan Program Audit & Metodologi Pengujian dalam Laporan Keuangan........................10

C. Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit........................................................11

BAB III........................................................................................................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................................................13

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................13

B. Saran..............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya suatu perusahaan maka menuntut auditor untuk semakin teliti dan memiliki
pemikiran kritis dalam pemeriksaan.Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menguji kewajaran atas
laporankeuangan suatu perusahaan yang disebut juga audit. Audit ini dilakukan agar, memberi
keyakinan yang memadai untuk para pengguna laporan keuangan (pemilik, pemegang saham,
pemangku kepentingan). Tahap-tahap pengauditan dimulai dari tahap perencanaan, pengujian, dan
pelaporan. Tahap perencanaan audit, dimulai dengan melakukanpenetapan risiko atas suatu
perusahaan. Penetapan risiko tersebut dapat dilakukan ketika para auditor mengenali proses bisnis
klien. Penetapan,risiko ini penting karena audit dilaksanakan berdasarkan risiko. Menurut Sawyer,
Dittenhofer, dan Scheiner (2006:341) menyatakan bahwa saat auditor menemukan temuan audit,
mereka harus mewaspadai kekeliruan mereka sendiri, seperti kesalahan menginterpretasikan, atau
kurang memahami prosedur. Dasar dalam melakukan pengauditan adalah risiko. Sebagian besar risiko
yang dihadapi oleh auditor sulit untuk diukur dan menangani risiko dengan tepat merupakan hal yang
penting bagi auditor untuk mencapai audit yang berkualitas. Setelah penilaian risiko selesai dilakukan,
auditor melanjutkan dengan pengujian substantif.

Menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2011a:472), pengujian substantif adalah prosedur audit yang
digunakan untuk menguji salah saji moneter yang berdampak pada saldo laporan keuangan. Pengujian
substantif merupakan salah satu prosedur audit yang dilakukan untuk memperoleh bukti yang
kompeten. Pengujian substantif terdiri pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian detil saldo.Pengujian substantif sangat berhubungan dengan penilaian risiko serta pengujian
pengendalian. Apabila pengendalian internal perusahaan efektif yang dibuktikan melalui pengujian
pengendalian, maka auditor dapat mengurangi prosedur pengujian substantif. Demikian pula apabila
sebaliknya jika pengujian pengendalian kurang efektif, maka prosedur pengujian substantifnya harus
ditambahkan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Pengujian dalam Auditing


Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern


Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional aspek-aspek struktur
pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang diperlukan agar dapat
merencanakan audit dengan efektif.

Metodologi maupun prosedur yang digunakan dalam rangka memperoleh pemahaman atas
pengendalian intern telah dibahas dalam bab sebelumnya. Prosedur audit yang berhubungan dengan
pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah:

a. Pengendalian auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha

b. Tanya jawab dengan pegawai perusahaan

c. Pemeriksaan pedoman kebijakandalian pada tingn dan sistem

d. Pemeriksaan atas dokumen dan catatan

e. Pengamatan aaktifitas dan operasi satuan usaha.

2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)


Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan aktivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien. Pengujian atas pengendalian dilakukan terhadap
kebijakan dn prosedur pengendalian yang diharapkan dapat mencegah autau mendeteksi salah saji
material dalam laporan keuangan. Pemahaman struktur pengendalian intern yang diperoleh auditor
digunakan dalam penetapan sisiko atas pengendalian. Jika diyakini bahwa kebijakan dan prosedur
pengendalian itu dirancang dengan efektif, kemudian dijalankan dengan efisien maka auditor dapat
menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi tersebut, dapat pada tingkat
rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh.

Bila risiko pengendalian (control risk) ditrntukan dibaawah maksimum, auditor harus melakukan
pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti yang mendukung risiko
pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh bahan bukti tersebut adalah pengujian atas
5
pengendalian (test of control). Pengujian dan pengendalian (Test of control) memfokuskan pada
pertanyaan-pertanyaan:

· Bagaimana penerapan kebijakan prosedur pengendalian klien ?

· Apakah kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?

· Oleh siapa kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?

Dengan pengujian atas pengendalian (Test of control) tujuan akan menjadi lebih khusus dan akan lebih
ekstensif. Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pengendalian intern, pengujian atas
pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam pemahaman pengendalian intern.,
atau sebagai tindak lanjut dar i prosedur audit atas pemahaman pengendalian intern.

Sifat Pengujian

Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas design dan operasi pengendalian entitas, yang
mencakup jenis bahan bukti:

a. Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)

Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas.
Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi klien
melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.

b. Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)

Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit melalui inspeksi oleh audit.
Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan, dan laporan untuk memastikan bahwa
dokumen, catatan, dan laporan tersebut lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain secara tepat., dan
diotorisasi sebagaimana mestinya.

c. Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)

Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak menghasilkan jejak bukti.
Contohnya adalah pemisahan tugas yang membutuhkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan
suatu tugas.

d. Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)

Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen, catatan, dan laporan
tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan pengendalian tersebut dapat dilakukan
reperforming. Prosedur reperforming cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis
kegiatan pengendalian.

6
3. Pengajuan substantive atas transaksi (substantive test)
Pengujian substantive meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi monetary
errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap kewajaran saldo-saldo laporan
keuangan.

Jenis pengujian substantive:

a. Pengujian atas transaksi

b. Prosedur analitis

c. Pengujian terinci atas saldo

Pengujian atas transaksi

Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur audit untuk
menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian atas transaksi adalah untuk
menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dengan benar.

Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:

-Ekistence

- Completeness

- Accuracy

- Classification

- Timing

- Posting and summarizing

Jika auditor percaya bahwa transaksi percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam jurnal dan
diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.

Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan

a. Ketetapan otorisasi transaksi akuntansi

b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal

c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.

7
Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian Atas Transaksi. Program audit pengujian atas
transaksi, biasanya mencakup:

- Bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur


pengendalian intern.

- Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur


pengendalian intern

- Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan

Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi
program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi:

a. Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern

b. Menetapkan risiko pengendalian

c. Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan
audit berkait transaksi.

- Prosedur audit

- Besar sampel

- Pos/unsur yang dipilih

- Saat pelaksanaan

Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun
pengujian substantive atas transaksi dan bercariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang
ditetapkan.

Jika pengendalian efektif dan risiko pengndalian yang idrencanakn rendah, penekanan akan banyak
diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantif atas transaksi juga akan
ditekankan.

Jika risiko pengendalian ditetapkan 1, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang akan
digunakan. Prosedur yang juga dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian intern akan
mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.

Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi:

- Tracing: pilih satu sampel sales invoice dan telusur ke sales journal.

- Vouching: pilih satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales journal dan telusur ke sales invoice.

- Reperforming: periksa kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales invoices.


8
- Inquiring: tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.

Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan
mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail
transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedur pengendalian.

Pengujian ini pada umumnya lebih banyak menyita waktu dibanding prosedur analitis, oleh karenanya
pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.

4. Prosedur analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab sebelumnya, mencakup perbandingan jumlah yang dicatat
dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis yang sering dilakukan auditor
adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang
berhubungan.

Tujuan penggunaan prosedur analitis:

a. Memahami bidang usaha klien

b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas

c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.

Digunakan dalam phase pengujian:

a. Sebagai pelengkap test of details.

b. Untuk memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu.

Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien, terutama untuk akun-akun
yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.

Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah saji material,
tergantung pada faktor:

- Sifat asersi

- Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan

- Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan

- Ketepatan harapan

Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;

9
a. Tahap perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang diperlukan untuk
memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)

b. Selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian terinci atas
saldo (bebaas pilih)

c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (diisyaratkan)

5. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)


Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun
rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian detail saldo akun yang direncanakan
harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologo
perancangan pengujian detail saldo ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
suatu akun

Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan
totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang dapat ditoleransi ditentukan untuk
masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan
pengujian terinci atas saldo makin besar.

Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan, daripada
berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa yakni bahwa salah saji pada
perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai daripada salah saji
yang sama dalam perkitraan lain.

Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories, lingkungan atau operasi klien
yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.

b. Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi

Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi
bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas transaksi dan pengujian teinci atas saldo.
Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantif yang dibutuhkan.

c. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatu siklus akuntansi

Pengujian dirancang dengan ekdpektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang diperkirakan ini
akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.

d. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit

10
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sampel, pos/unsur yang
dipilih dan saat pengujian.

B. Perancangan Program Audit & Metodologi Pengujian dalam Laporan Keuangan


Program audit dirancang dalam tiga bagian: pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian
terinci atas saldo.

1. Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana
risiko pengendalian yang ditetapkan.

2. Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan prosedur analitis yang
ekstensif dalam seluruh audit.

3. Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo
diorientasikan kepada tujuan audit. Perancangan prosedur tersebut bersifat subyaktif dan memerlukan
pertimbangan professional.

Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang usaha

1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaanuntuk
piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke tujuan audit individual. Misalkan karena kondisi
ekonomi yang buruk dalam industry klien, auditor dapat menyimpulkan bahwa ada risiko yang besar
piutang usaha tidak tertagih.

2. Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk penjualanmaupun
penagihan dalam audit atas piutang usaha.

3. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Pengujian dirancang
dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi
rancangan pengujian terinci atas saldo.

4. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit. Pengujianterinci ats
saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos atau unsur yang dipilih, dan saat
pengujian.[1]

C. Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit


Tujuan pengendalian intern untuk pengendalian intern untuk penjualan, penjualan retur dan
pengurangan harga, dan penagihan mempengaruhi tujuan audit piutang usaha. Tujuan keabsahan dalam
pengendalian intern pada penjualan mempengaruhi tujuan keabsahan dalam audit atas piutang usaha

11
sedangkan tujuan keabsahan dalam pengendalian intern untuk penjualan retur dan pengurangan harga
dan penagihan mempengaruhi tujuan kelengkapan untuk piutan usaha.

Ikhtisar proses audit

Tahap 1: perencanaan dan perancangan pendekatan audit

Diakhir tahap 1, auditor seharusnya memperoleh rencana audit yang didefinisikan dengan baik dan
program audit yang spesifik untuk keseluruhan audit. Informasi yang diperoleh selama perencanaan
awal, perolehan informasi mengenai latar belakang dan perolehan informasi mengenai kewajiban
hokum klien digunakan terutama untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima.

Tahap 2: pengujian atas pengendalian dan transaksi

Tujuan dalam tahap 2 adalah (1) mendapatkan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur
pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan dan (2) untuk
memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter

transaksi.

Tahap 3: melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo

Tujuan tahap 3 adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk menentukan pakah
saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan dengan

wajar.

Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3: prosedur analitis dan pengujian ternci atas saldo.
Prosedur analitis adalah prosedur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan

menyeluruh transaksi dan saldo. Pengujian terinci ats saldo adalah prosedur khusus yang

diarahkan untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo laporan keuangan.

Tahap 4: penyelesaian audit

Mengumpulkan bahan bukti tambahan untuk laporan keuangan, mengikhtisarkan hasilnya, menerbitkan
laporan audit dan melakukan berbagai bentuk komunikasi lain.. Tahap ini terdiri dari:

- Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adlah kewajiban yang potensial yang harus
diungkapakan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan keuangan).

- Menelaah peristiwa kemudian. Dirancang untuk , memberikan auditor perhatian atas peristiwa
kemudian yang memerlukan pengakuan pada laporan keuangan.

12
- Mengumpulkan bahan bukti akhir. Bahan bukti ini mencakup pelaksanaan prosedur analitis akhir,
evaluasi asumsi kelangsungan hidup, mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca informasi
dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi dalam laporan keuangan.

- Menerbitkan laporan audit. Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung kepada bahan bukti
yang dikumpulkan dan temuan audit.

- Komunikasi dengan komite audit dan manajemen. SAS juga menghendaki auditor untuk
membicarakan masalah lain tertentu kepada komite audit atau badan/ lembaga sejenis saat
penyelesaian audit atau sesudahnya.[2]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:

Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern

Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional aspek-aspek struktur
pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang diperlukan agar dapat
merencanakan audit dengan efektif.

Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur audit untuk
menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian atas transaksi adalah untuk
menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dengan benar.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam hal
penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita. Amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://dokumen.tips/documents/rencana-audit-dan-program-audit-menyeluruh.html. Diakses pada


tanggal 27/05/2016 pukul 15.23.

[2] http://soohendra.blogspot.co.id/2011/02/rencana-audit-dan-program-audit.html. Diakses pada


tanggal 27/05/2016 pukul 19.10.

14

Anda mungkin juga menyukai