Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Zahwa

Npm : 2003110124

1. Kemukakan secara detail proses sebuah ideologi hadir di sebuah negara,dan


bagaimana halnya kemunculan ideologi Pancasila di Indonesia
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan9 . Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan ”sains
tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai
cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum
(lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat
Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah
sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang
diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti
politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi
walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi
ideologi Marxisme). Ideologi sama pentingnya dengan silogisme (baca: logika
berfikir yang benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Ideologi secara etimologis berarti permulaan. Secara terminologis berarti
pemikiran mendasar yang dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang).
Ideologi adalah pemikiran mendasar dan patokan asasi tingkah laku. Dari segi
logika Ideologi adalah pemahaman mendasar dan asas setiap peraturan.
Tentang bagaimana ideologi lahir, pada dasarnya ideologi terumuskan dengan
sejumlah kemungkinan: pertama, ideologi lahir karena diinspirasikan oleh sosok
tokoh yang luar biasa, dalam sejarah bangsanya. Ia hadir membawa sekaligus
mampu memberikan inspirasi serta pengaruh kuat terhadap orang lain secara
luas. Pada keadaan ini, gagasan seseorang yang ‘luar biasa’ itu atas kehendak
pelaku dan dukungan pengikut, alam pemikirannya mengenai cita-cita
masyarakat yang diperjuangkan dalam gerakan politik diakui dan dirumuskan
secara sistematis, telah menjadi ideologi. Ideologi itu lahir dari pemikiran
seseorang. Kedua, berdasarkan alam pikiran masyarakat, ideologi itu
dirumuskan oleh sejumlah orang yang berpegaruh dan merepresentasikan
kelompok masyarakat kemudian disepakati sebagai pedoman dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bilaperlu diciptakan mitosmitos untuk
mendapatkan pengakuan legal dan kultural dari masyarakat bersangkutan
sehingga mereka tunduk dan meyakini. Ketiga, berdasarkan keyakinan tertentu
yang bersifat universal, ideologi itu lahir dan dibawa oleh orang yang diyakini
sebagai kehendak Tuhan, dengan pesan untuk melakukan pembebasan dan
memberikan bimbingan dalam mengatur kehidupan yang sebenarnya serta
konsekuensi moral dikemudian hari yang akan diterima bila melanggarnya.
Ideologi ini syarat dengan pesan moral yang sesuai dengan nurani serta dasar
primordial manusia. Oleh sebab itu, ideologi yang lahir dari suatu keyakinan
Iman dan bersifat universal akan hidup secara permanen tidak akan goyah dan
mati. Biasanya ideologi ini lahir diinspirasikan oleh spirit agama.10 Namun
demikian, terlepas dengan cara apa dan bagaimana suatu ideologi itu lahir, pada
dasarnya ideologi sering disamakan sebagai suatu keyakinan, sebab ia
mengandung suatu mitos dan cita-cita yang harus direalisasikan dan memiliki
nilai kebenaran. Bagi pengikutnya tidak hanya diakui dan diikuti, lebih dari itu
dihayati sebagai sesuatu yang memiliki spirit hidup serta perjuangan dalam
menjawab tantangan yang dirasakan. Secara sederhana, Franz Magnis Suseno18
mengemukakan tiga kategorisasi ideologi. Pertama, ideologi dalam arti penuh
atau disebut juga ideologi tertutup. Ideologi dalam arti penuh berisi teori tentang
hakekat realitas seluruhnya, yaitu merupakan sebuah teori metafisika. Kemudian
selanjutnya berisi teori tentang makna sejarah yang memuat tujuan dan norma-
norma politik sosial tentang bagaimana suatu masyarakat harus di tata. Ideologi
dalam arti penuh melegitimasi monopoli elit penguasa di atas masyarakat, isinya
tidak boleh dipertanyakan lagi, bersifat dogmatis dan apriori dalam arti ideologi
itu tidak dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman. Salah satu ciri khas
ideologi semacam ini adalah klaim atas kebenaran yang tidak boleh diragukan
dengan hak menuntut adanya ketaatan mutlak tanpa reserve. Dalam kaitan ini
Franz Magnis-Suseno mencontohkan ideologi Marxisme-Leninisme. Kedua,
ideologi dalam arti terbuka. Artinya ideologi yang menyuguhkan kerangka
orientasi dasar, sedangkan dalam operasional keseharianya akan selalu
berkembang disesuaikan dengan norma, prinsip moral dan cita-cita masyarakat.
Operasionalisasi dalam praktek kehidupan masyarakat tidak dapat ditentukan
secara apriori melainkan harus disepakati secara demokratis sebagai bentuk cita-
cita bersama. Dengan demikian ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter
dan tidak dapat dipakai untuk melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.
Ketiga, Ideologi dalam arti implisit atau tersirat. Ideologi semacam ini ditemukan
dalam keyakinan-keyakinan masyarakat tradisional tentang hakekat realitas dan
bagaimana manusia harus hidup didalamnya. Meskipun keyakinan itu hanya
implisit saja, tidak dirumuskan dan tidak diajarkan namun cita-cita dan
keyakinan itu sering berdimensi ideologis, karena mendukung tatanan sosial
yang ada dan melegitimasi struktur non demokratis tertentu seperti kekuasaan
suatu kelas sosial terhadap kelas sosial yang lain.

Anda mungkin juga menyukai