Anda di halaman 1dari 12

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENYEDERHANAAN PARTAI POLITIK DALAM SISTEM


KEPARTAIAN DI INDONESIA SEJAK PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG 1945

Aprista Ristyawati*, Fifiana Wisnaeni, Hasyim Asy’ari


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : aprista_r@yahoo.co.id

Abstrak

Dalam penulisan hukum ini, mengambil studi tentang penyederhanaan partai politik
dalam sistem kepartaian di Indonesia. Tujuannyaadalah untuk menggambarkan dan
menganalisisbeberapahal mengenai sistem multipartai yang dianut Indonesia,mekanisme yang
diperlukan untuk mengurangi jumlah partai politik yang ada di Indonesia, serta mengenai arti
pentingnya penyederhanaan jumlah partai dalam sistem kepartaian di Indonesia sejak berlakunya
UUD NRI Tahun 1945. Pendekatan yang digunakanialahpendekatanyuridis normatif,
yaitudengancara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga dengan
penelitian hukum kepustakaan. Hal ini berkaitan dengan masalah penyederhanaan partai politik di
Indonesia.Hasil penelitian yang diperoleh adalah pertama, alasan atau latar belakang Indonesia
menerapkan sistem multipartai, yaitu karena pluralitas masyarakatnya, sejarah dan sosio-kultural
masyarakat, serta desain sistem pemilunya (sistem proporsional). Kedua, mekanisme yang
diperlukan untuk mengatasi jumlah partai politik yang ada yaitu dengan agenda penataan desain
institusi politik untuk dirancang dan ditata kembali, diantaranya yaitu Penyederhanaan Partai
Politik sebagai peserta pemilu dan Penyederhanaan Partai Politik di Parlemen. Ketiga, arti penting
penyederhanaan partai politik dalam sistem kepartaian di Indonesia antara lain dapat menghemat
biaya, memberi pelajaran berpolitik yang lebih kondusif dan berkualitas sehingga menaikkan
kepercayaan rakyat dan fokus membangun kesejahteraan rakyat, serta mekanisme politik di
perwakilan rakyat lebih efisien dan efektif.

Kata Kunci : penyederhanaan partai politik, sistem kepartaian di Indonesia

Abstract

In this thesis of law, take the study of political parties simplification of the party system in
Indonesia. The aim is to describe and analyze a few things about the multiparty system adopted by
Indonesia, the mechanisms needed to reduce the number of political parties in Indonesia, as well
as on the importance of simplifying the number of parties in the party system in Indonesia since
the enactment of the Constitution NRI of 1945. Approach used is a normative juridical approach,
that is by researching library materials is a secondary data, also referred to legal research
literature. This relates to the issue of simplification of political parties in Indonesia. The results
obtained are the first, the reason for the Indonesian implement multi-party system, which is due to
the plurality of society, history and socio-cultural community, as well as the design of electoral
system (proportional system). Second, the mechanisms needed to cope with the number of political
parties is to design the arrangement of the agenda for the political institutions designed and laid
back, among which the simplification of Political Parties as election participants and
Simplification of Political Parties in Parliament. Third, the importance of simplification of the
party system of political parties in Indonesia, among others, can save costs, giving a lesson in
politics that is more conducive to raising the quality and confidence of the people and focus on
building the people's welfare, as well as representatives of the people in the political mechanism
more efficient and effective.

Keywords :simplification of political parties, party system in Indonesia

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pembentukan partai politik


I. PENDAHULUAN berdasarkan atas prinsip-prinsip
A. LatarBelakang demokrasi, yakni pemerintahan
Suatu negara yang menganut yang dipimpin oleh mayoritas
sistem pemerintahan demokrasi melalui pemilihan umum. Partai-
maupun yang sedang mem- partai diperlukan sebagai
bangun proses demokratisasi, kendaraan politik untuk ikut
partai politik menjadi sarana dalam pemilihan umum agar
demokrasi yang bisa berperan tercipta pemerintahan yang
sebagai penghubung antara mayoritas. Melalui partai, rakyat
rakyat dan pemerintah. Partai berhak menentukan; siapa yang
politik tidak hanya menjadi pilar akan menjadi wakil mereka serta
demokrasi tetapi juga kuat dan siapa akan menjadi pemimpin
berakar dari legitimasi sosial. yang menentukan kebijakan
Sistem demokrasi modern umum (public policy).2
memang bertumpu pada sistem Sebuah negara dengan sistem
perwakilan yang terepresentasi kepartaian yang tidak baik
dalam partai politik. Partai adalah sebuah negara yang tidak
politiklah yang menjembatani mampu menjalankan prosedur
aspirasi masyarakat bawah demokrasi dengan baik.
dengan eksekusi keputusan Demokrasi memang ditandai
pemerintah. Jadi, partai politik dengan adanya partai-partai
harus benar-benar menjadi politik yang mencerminkan
wadah penampung aspirasi keragaman masyarakat.3
masyarakat. Indonesia yang mengaku
Partai Politik adalah organisasi menjadi negara demokratis sejak
yang bersifat nasional dan Reformasi telah membangun
dibentuk oleh sekelompok warga sistem politik yang sesuai
negara Indonesia secara sukarela dengan tuntutan demokrasi. Hal
atas dasar kesamaan kehendak pertama yang terlihat kasat mata
dan cita- cita untuk adalah penataan sistem partai
memperjuangkan dan membela peserta Pemilu. Demokrasi
kepentingan politik anggota, menginginkan sebuah sistem
masyarakat bangsa dan politik multipartai untuk
negara,serta memelihara mengakomodasi semua
keutuhan Negara Kesatuan kepentingan. Ide kepartaian ini
Republik Indonesia berdasarkan diyakini bisa mengejawantahkan
Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara 2


Republik Indonesia Tahun Hafied Cangara, Komunikasi Politik,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009,
1945.1 hlm.207.
3
Firman Subagyo, Menata Partai Politik
Dalam Arus Demokratisasi Indonesia,
1
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Jakarta:PT Wahana Semesta Intermedia,
Tahun 2008 Tentang Partai Politik. 2009, hlm.6.

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

cita-cita sistem demokrasi dalam dimobilisasi, yang dimaksudkan


kehidupan politik riil.4 untuk mengurangi kadar tekanan
Dalam perkembangan sistem kuat yang dihadapi oleh sistem
kepartaian di Indonesia, yang politik. Dengan demikian, sistem
disertai dengan berbagai aspirasi kepartaian yang kuat
dari masyarakat yang belum menyediakan organisasi-
dapat dikoordinir dengan baik, organisasi yang mengakar dan
dengan sendirinya menyebabkan prosedur yang melembaga guna
banyaknya usaha-usaha dari para mengasimilasikan kelompok-
elite politik yang berkuasa untuk kelompok baru ke dalam sistem
memenuhi kepentingan- politik.
kepentingan pribadi atau Perkembangan partai politik
kelompok diatas kepentingan di Indonesia merupakan hal yang
rakyat. Banyaknya kasus KKN sudah lama dan menjadi bagian
yang masih belum terselesaikan dari kehidupan bangsa Indonesia
di negeri ini salah satunya itu sendiri yaitu sejak adanya
adalah akibat dari sistem partai penjajah Belanda datang ke
politik yang diterapkan di negeri Indonesia sampai saat sekarang
ini yang dinilai tidak sesuai. pasca refomasi yang mana
Sistem kepartaian yang dinamika pergolakannya
mampu menyatukan berbagai semakin tinggi. Indonesia telah
aspirasi menjadi satu menjalankan sistem multipartai
kesepakatan bersama yang sejak Indonesia mencapai
mengutamakan kepentingan kemerdekaan. Surat Keputusan
rakyat merupakan cerminan Wakil Presiden M. Hatta No. X /
sistem kepartaian suatu negara 1945 merupakan tonggak
yang kokoh dan adaptabel. Dari dilaksanakannya sistem
sudut pandang ini, jumlah partai multipartai di Indonesia.
sangat menentukan keefektifan Mengamati Sistem banyak
partai politik pada suatu negara Partai, berarti banyak pula
dalam mengkoordinir berbagai Masyarakat disana yang
aspirasi yang mengutamakan mengikut-sertakaan dirinya
kepentingan masyarakat banyak untuk berpolitik. Kesadaran
atau rakyat. Sistem kepartaian untuk berpolitik tersebut
yang kokoh, sekurang- meningkat dan menggambarkan
kurangnya harus memiliki dua partisipasi politik masyarakat
kapasitas. Pertama, melancarkan yang prihatin dengan Indonesia.
partisipasi politik melalui jalur Dalam Koalisi partai politik
partai, sehingga dapat yang terjadi karena agar
mengalihkan segala bentuk mendapatkan dukungan
aktivitas politik anomik dan mayoritas dari parlemen
kekerasan. Kedua, mencakup merupakan sesuatu yang sangat
dan menyalurkan partisipasi sulit. Namun masalahnya adalah
sejumlah kelompok yang baru koalisi yang dibangun di dalam
sistem presidensial tidak bersifat
4
mengikat dan permanen. Tidak
Ibid, hlm. 7.

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

adanya jaminan bahwa koalisi salah satu sarana untuk


terikat untuk mendukung menyederhanakan partai dan
pemerintah sampai dengan ketentuannya bebas bagi suatu
berakhirnya masa kerja presiden. negara untuk menentukan batas
Hal ini memperlihatkan partai dari parliamentary
5
politik tidak mempunyai threshold. Banyaknya partai
ideologi dalam koalisi. Mereka politik yang ikut dalam pemilu
berkoalisi sesuai dengan isu menyebabkan koalisi yang
yang ada dalam pemerintahan. dibangun untuk mencalonkan
Kombinasi seperti ini akan presiden dan wakil presiden
menghasilkan instabilitas terlalu “gemuk” karena
pemerintahan. Hal ini bisa melibatkan banyak parpol.
terjadi bila ada konflik antara Gemuknya koalisi ini
eksekutif dengan legislatif yang mengakibatkan pemerintahan
menyebabkan deadlock. Pemilu hasil koalisi tidak dapat berjalan
tahun 2009 dengan adanya efektif karena harus
parliamentary threshold sebesar mempertimbangkan banyak
2.5%, dari 38 partai yang kepentingan. Jika saja partai
mengikuti pemilu terdapat 9 politik yang ikut serta pemilu
partai yang memiliki perwakilan tidak banyak, maka koalisi partai
di dalam DPR. Suara yang tidak politik yang dibangun juga tidak
terwakili dalam DPR pada akan menjadi “gemuk”.6Presiden
pemilu 2009 mencapai 18.30%. terpilih idealnya berasal dari
Akan tetapi, tidak bisa koalisi yang sekurang-kurangnya
menyebutkan bahwa 18.30% ini mendapatkan dukungan
tidak terwakili di dalam DPR parlemen 50% dari jumlah kursi
sebagaimana telah disebutkan DPR dan jumlah partai yang ikut
tadi wakil yang telah duduk di berkoalisi tidak banyak, cukup
DPR tidak hanya mewakili dua atau tiga partai saja.
pemilihnya saja tetapi untuk Idealnya orang-orang yang
seluruh rakyat Indonesia. berada di Parpol seharusnya
Penerapan aturan ini tidak adalah kumpulan kaum idealis
bertentangan dengan konstitusi yang memikirkan membenahi
dan hak asasi manusia karena Negara Indonesia yang mana
esensi utamanya adalah adanya
wakil yang dipilih secara 5
langsung, umum, bebas, rahasia, Siregar, Sofian, 2011, Parliamentary
Threshold pada Pemilu Legislatif di
jujur dan adil. Oleh karena itu, Indonesia,http://sofianmemandang.blogspot.
untuk menciptakan co.id/2011/12/parliamentary-threshold-pada-
pemerintahan yang efektif dan pemilu.html, diakses pada tanggal 15
stabil, sistem multipartai yang November 2015, pukul 08.00 WIB.
6
ada di Indonesia sebaiknya M. Muslim Fauzi,2013,Makalah Sistem
Partai Politik di Indonesia.
disederhanakan. Salah satu https://ozyfauzy.wordpress.com/2013/01/02/
caranya dengan parliamentary sistem-partai-politik-di-indonesia/ diakses
threshold ini. Adanya Tanggal 11 November 2015, pukul 09.20
parliamentary threshold menjadi WIB.

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengesampingkan lebih dulu Spesifikasi penelitian yang


kepentingan pribadinya demi digunakan dalam penelitian ini
kesejahteraan Rakyat Indonesia. adalah deskriptif-analitis.
Dimana Ideologi Pancasila kita Deskriptif analitis yaitu
dimaknai, diamalkan, menggambarkan objek yang
diwujudkan nantinya. menjadi pokok permasalahan,
Berdasarkanuraianlatarbelakangt dari penggambaran tersebut
ersebut, diambil suatu analisa yang
makadapatdirumuskanpermasala disesuaikan dengan teori-teori
hansebagaiberikut : hukum yang ada, sehingga dapat
1. Mengapa Indonesia mengambil kesimpulan atas
menganut sistem permasalahan yang ada dengan
multipartai? menganalisis data-data yang
2. Bagaimana mekanisme diperoleh.Metode Pengumpulan
yang diperlukan untuk data dilakukan dengan cara
mengurangi jumlah partai Library Research (studi
8
politik yang ada? pustaka), yaitu Kumpulan data
3. Apa arti penting yang diperoleh dengan cara
penyederhanaan jumlah mempelajari peraturan
partai politik dalam perundang-undangan yang
sistem kepartaian di berkaitan, buku-buku, jurnal-
Indonesia sejak jurnal, Koran, dan sumber-
berlakunya UUD NRI sumber tertulis lainnya yang
Tahun 1945? berhubungan dengan masalah
yang diteliti sebagai landasan
II. METODE PENELITIAN teori.
Metode pendekatan yang Metode analisis datanya yaitu
dipakai dalam penelitian ini dengan mengumpulan data-data
adalahyuridis normatif,7. yang sudah diolah dari bahan
Penelitian hukum yang hukum primer, bahan hukum
meletakan hukum sebagai sekunder, dan bahan hukum
sebuah bangunan sistem norma. tersier. Keseluruhan data yang
Sistem Norma yang dimaksud telah diedit dan diolah, dianalisis
adalah mengenai asas-asas, dengan metode kualitatif, artinya
norma,kaidah dari peraturan tidak semata-mata bertujuan
perundangan,putusanpengadilan, mengungkapkan kebenaran saja,
perjanjian serta doktrin tetapi memahami kebenaran
(ajaran).Penelitian normatif tersebut. Maka diperoleh
dilakukan dengan cara meneliti kesimpulan yang dapat
bahan pustaka yang merupakan menjawab permasalahan yang
data sekunder dan disebut juga ada. Hasil dari analisis akan
penelitian hukum kepustakaan. disajikan dalam bentuk
penulisan hukum.

7 8
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Dualisme Penelitian Hukum, Yogyakarta: Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT
Pensil Komunika, 2007, hlm. 25. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 29.

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sistem multi-partai.10 Dalam


III. HASIL DAN PEMBAHASAN pem-bahasan ini, penulis
A. Latar belakang Indonesia sependapat dengan pendapat
menerapkan sistem multi- Hanta Yuda AR, bahwa
partai Indonesia yang menerapkan
Dalam sistem kepartaian di sistem multipartai lebih
Indonesia pasca amandemen mencerminkan kekuatan-
UUD 1945, dapat disimpulkan kekuatan di masyarakat, dengan
bahwa Indonesia menerapkan tingkat kemajemukan di
sistem multipartai. Alasan atau Indonesia cukup tinggi yang
latar belakang Indonesia memiliki beragam suku, ras,
menerapkan sistem multipartai daerah, dan agama, sehingga
ada beberapa faktor, antara lain sistem multipartai juga sangat
yaitu : representatif bagi masyarakat
1. Pluralitas Masyarakat Indonesia, dan faktor pluralitas
masyarakat ini juga menjadi
Indonesia merupakan negara faktor utama atau faktor
yang memiliki tingkat pembentuk.
kemajemukan masyarakat yang 2. Sejarah dan sosio-kultural
sangat tinggi dan juga memiliki (budaya) masyarakat
pluralitas sosial yang sangat Sejarah dan konstruksi
kompleks. Masyarakat Indonesia budaya politik dalam sebuah
terdiri atas beragam suku, bangsa ber-pengaruh terhadap
agama, dan identitas kedaerahan. corak pelembagaan sistem
Pembilahan sosial masyarakat kepartaian di suatu negara.
hampir memiliki hubungan Faktor sejarah ini secara tidak
searah dengan tipologi partai langsung memberi pengaruh
politik di Indonesia.9 Salah terhadap pelembagaan sistem
satunya dibuktikan dengan kepartaian. Sebagai contoh,
adanya pembentukan partai dalam sejarah perjalanan
politik Indonesia yang kepartaian suatu negara yang
kebanyakan masih dilandasi telah lama melembagakan sistem
faktor ideologi dan identitas multipartai, masyarakat-nya
politik tertentu. secara tidak langsung sudah
Menurut pendapat terinternalisasi dengan
Hanta Yuda AR, Sistem perbedaan dan heterogenitas,
multipartai relatif lebih mampu sehingga mempengaruhi
mencerminkan kekuatan- konstruksi budaya
kekuatan di masyarakat, karena politik.Adanya ke-matangan
itu kompleksitas kemajemukan budaya politik suatu bangsa
masya-rakat Indonesia ber- dapat dicermati dari adanya
banding lurus dengan tipologi keserasian antara aspek
kebudayaan bangsa itu dengan
9
Hanta Yuda AR, Presidensialisme Setengah struktur politiknya. Faktor
Hati; Dari Dilema ke Kompromi,
(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama),
10
2010, hlm. 27. Hanta Yuda AR, op.cit, hlm.28.

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sejarah dan sosio-kultural pemilu yang mendukung ke arah


(budaya) masyarakat ini menurut pembentukan sistem multipartai.
Hanta Yuda AR disebut sebagai Sebenarnya hubungan antara
faktor pendorong proses pe- sistem kepartaian dan sistem
lembagaan sistem multi-partai.11 pemilu bukan merupakan
Bangunan sistem ke-partaian sesuatu yang bersifat otomatis,
di Indonesia lebih banyak namun keduanya secara tidak
dipengaruhi oleh latar belakang langsung saling mempengaruhi.
budaya yang masih kuat. Sistem proporsional yang
Kondisi budaya politik diterapkan dalam sistem pemilu
Indonesia pun memberi-kan Indonesia selama ini cenderung
sebuah gambaran bahwa realitas mendorong ke arah sistem
Indonesia memang sangat multipartai.13 Setiap minoritas,
majemuk. Partai politik yang tanpa memperhatikan betapa
dibentuk juga belum bisa lepas lemahnya kelompok itu, dijamin
dari politik aliran.12 Mengenai akan terwakili dalam parlemen.
latar belakang Indonesia Biasanya tidak ada yang dapat
menganut sistem multipartai menghalangi terbentuknya partai
berdasarkan sejarah dan budaya kecil. Hal tersebut merupakan
politik, saya sependapat dengan prinsip perwakilan proporsional
Bambang Istianto. Bahwa partai- yang menghasilkan banyaknya
partai politik yang dibentuk di jumlah partai.
Indonesia belum bisa lepas dari Berkaitan dengan latar
politik aliran yang menunjukkan belakang dianutnya sistem
tingginya pluralitas spektrum multipartai di Indonesia yaitu
ideologi dan kultur masyarakat dengan diterapkannya desain
Indonesia, sehingga faktor sistem pemilu proporsional, saya
budaya politik yang sudah lama sependapat dengan Hanta Yuda
berkembang di masyarakat AR. Bahwa meskipun faktor
Indonesia cenderung mendukung pemilu proporsional yang
proses pelembagaan sistem diterapkan Indonesia bukan
multipartai dan dalam konteks faktor utama pelembagaan
politik Indonesia, sistem sistem multipartai, faktor ini ikut
multipartai merupakan sistem menopang sistem multipartai
yang sulit untuk dihindari. Indonesia saat ini.14 Indonesia
3. Desain Sistem Pemilih- yang menghendaki banyaknya
an Umum perwakilan yang ada pada tiap
Kemajemukan masya-rakat daerah pemilihan, maka hal
(faktor pembentuk) dan sejarah- tersebut akan semakin
budaya politik Indonesia (faktor mendukung pembentuk-an
pendorong) semakin lebih baik berbagai macam partai. Faktor
jika ditopang dengan desain ini dengan sistem multipartai
merupakan satu kesatuan yang
11
Ibid, hlm.27.
12
Bambang Istanto, Potret Buram Politik
13
Indonesia, (Jakarta:Mitra Wacana Media), Hanta Yuda AR, op.cit. hlm.30.
14
2014, hlm.88. Loc.cit.

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

saling berhubungan dan Kabupaten/ Kota saja.


mempengaruhi. 2. P4 LingkupProvinsi
B. Mekanisme yang Diperlu- HanyadapatmenjadiPe
kan Untuk Mengatasi serta
Jumlah Partai Politik PemilihanUmumAngg
yang ada ota DPRD Kabupaten/
Untuk menyederhanakan Kota
jumlah partai politik ini, perlu danPemilihanUmumA
beberapa mekanisme agenda nggota DPRD
penataan desain institusi politik Provinsi.
untuk dirancang dan ditata 3. P4 LingkupNasional
kembali, antara lain: MenjadiPesertaPemili
1. Penyederhanaan Partai hanUmumAnggota
Politik sebagai Peserta DPRD Kabupaten/
Pemilu Kota,
Untukmenyederhana- PemilihanUmumAngg
kanjumlahpartaipolitikpesertape ota DPRD Provinsi,
miludapatdilakukandenganbeber danPemilihanUmumA
apacara, yaitu: nggota DPR.
a. Memenuhi Ketentu- 2. PenyederhanaanPartaiPoliti
anPersyaratan Partai k di Parlemen
Politik Peserta Pemilu a. Menerapkansistemp
sesuai UU Pemilu emiludistrik
secara konsisten (plurality/majority
.....................................................................................................KPU
system) wajib me-laksan
sebagai badan hukum dari atausistemcampuran
Departemen Hukum dan (mixed member
HAM, maka suatu partai proportional)
politik wajibme-menuhi Sebagaisalahsatube
sejumlah per-syaratan yang ntukrekayasainstitusio
lebih kompetitif untuk dapat nalmenujumultipartais
ditetapkan sebagai Peserta ederhana,
Pemilu sebagaimana strategibergeserdarisis
ditentukan dalam UU temproporsionalkesist
Pemilu. emdistrikatau
b. Menerapkan Sistem minimal
Kompetisi Partai dengansistemcampura
Politik Peserta Pemilu nlayakdijadikansebaga
yang meng-kategorikan isalahsatu agenda
Partai Politik Peserta penguatansistempresid
Pemilu (P4) menjadi ensial yang
tiga lingkup : lebihefektifdanstabilm
1. P4 LingkupKab/ Kota elaluipenataanulangde
HanyadapatmenjadiPe sainsistemelectoral.
sertaPemilihanUmum
Anggota DPRD

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b. Memperkecil Daerah en (Concurrent


Pemilihan (District Elections)
Magnitude) Jikapenyeleng-
Besarandaerahpemi garaanpemilulegislatif
lihan (district danpemilih-an
magnitude)merupakan presidendilakukanseca
jumlahkursiparlemena rabersama-sama,
tauanggota DPR yang makaakanterciptapem
akandipilihdalamsuatu erintahan yang efektif.
daerahpemilihan. Ada Presidenterpilihakan
duakelompokbesarand men-
aerahpemilihan dapatkanlegitimasi
(district magnitude), yang
yaitudaerahpemilih- kuatdarirakyatsekaligu
anberanggotatunggal smendapat-
(satukursi) kandukungan yang
danberanggotakanjam kuat pula
ak (beberapakursi). dariparlemen.
c. MenerapkanAmban e. PenyederhanaanFra
g Batas Kursi di ksi (Fractional
Parlemensecarakonsi Threshold)
sten penyederhanaanju
Sebenarnyabukanjuml mlahfraksimelaluipen
ahparpolpesertapemilu getatanpersyarat-an
yang harusdibatasi, pembentukanfraksi
tetapijumlah ideal (fractional threshold).
kekuatanparpol yang Pemerintahanakanberj
perludiberdaya- alanlebihefektifjikaad
kanataudiramping-kan a 3 atau 4 fraksi di
di parlemen. Salah
parlemen.Penerapanpa satucontohpersyaratan
rliamentary threshold pem-
(PT) bentukanfraksiadalahh
jauhlebihefektifketimb anyabisadilakukanjika
ang ET partaipolitik minimal
dalammerampingkanj memperoleh 50
umlahparpol di ataubahkan 100 kursi
DPR.PT lebihefektif di parlemen.
me- f. Regulasi
ngurangijumlahpartaip Koalisi Permanen
olitikpesertapemilukar Agar koalisi yang
enalebihjelaskonsekue kuat dan solid tercipta,
nsipolitik-nya. koalisi tersebut perlu
d. MenggabungkanPela dibangun atas dasar
ksanaanPemiluLegisl kesamaan idea tau
atifdanPemiluPresid platform. Partai-partai

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

politik perlu didorong langsung parpol yang kalah


melakukan koalisi sebagai oposisi akan
permanen agar ter- mengontrol pemerintahan
bentuk kekuatan secara ketat dan berkualitas.
mayoritas yang akan
menopang IV. KESIMPULAN
pemerintahan yang Berdasarkan hasil pembahasan
kuat. dan penelitian, penulis mengambil
kesimpulan bahwa:
C. Arti Penting Penyeder- 1. Dalam sistem kepartaian di
hanaan Jumlah Partai Indonesia pasca amandemen
Politik dalam Sistem UUD 1945, dapat
Kepartaian di Indonesia disimpulkan bahwa
Sejak Berlakunya UUD Indonesia menerapkan
NRI Tahun 1945 sistem multipartai. Alasan
Penyederhanaan jumlah atau latar belakang
partai politik disamping Indonesia menerapkan
menghemat biaya, juga sistem multipartai ada
memberi pelajaran beberapa faktor, antara lain
berpolitik lebih kondusif yaitu pertama, karena
dan berkualitas. Kiblat Indonesia adalah bangsa
parpol tidak pada ke yang majemuk dan memiliki
kekuasaan semata, tetapi struktur masyarakat yang
lebih fokus menunjukkan heterogen yang memiliki
kualitas parpol dengan beragam suku, bangsa,
melihat kebijakan yang agama, aliran maupun
menaikkan kepercayaan ideologi atau dapat
rakyat. Bahwa parpol yang dikatakan sebagai faktor
tidak terlalu banyak dapat pembentuk sistem
lebih fokus membangun multipartai. Kedua, faktor
kesejahteraan rakyat, sejarah dan sosio-kultural
mekanisme politik di masyarakat, yang
perwakilan rakyat dapat merupakan faktor pen-
lebih efisien dan efektif. dukung bagi terbentuknya
Posisi Presiden sebagai sistem multipartai. Ketiga,
kepala pemerintahan dan sistem pemilu di Indonesia
kepala negara dapat lebih yang menganut sistem
fokus diawasi oleh legislatif. proporsional, dimana sistem
Kita tidak lagi melihat tersebut menghendaki
kekuatan parpol dari uang banyaknya perwakilan yang
yang dimiliki dan money ada pada tiap daerah
politik, tetapi kita dapat pemilihan, maka hal
hidup dalam suasana politik tersebut akan semakin
yang sistematis, efektif dan mendukung pembentukan
efisien serta transparan. berbagai macam partai,
Karena secara tidak faktor ketiga ini disebut juga

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sebagai faktor penopang menggabungkan


sistem multipartai yang ada Pelaksanaan Pemilu
di Indonesia. Legislatif dan Pemilu
2. Upaya penyelesaian atas Presiden (Concurrent
ketidakefektifan sistem Elections), Penyederhanaan
kepartaian yang dianut oleh Fraksi (Fractional
Negara Indonesia dapat Threshold), danRegulasi
dipertimbangkan dengan Koalisi Permanen.
beberapa alternatif, salah 3. Arti penting Penyeder-
satunya yaitu dengan hanaan Jumlah Partai Politik
menyederhanakan jumlah dalam Sistem Kepartaian di
partai politik. Untuk Indonesia Sejak berlakunya
menyederhanakan jumlah UUD NRI Tahun 1945
partai politik ini, perlu antara lain dapat
beberapa mekanisme agenda menghemat biaya, memberi
penataan desain institusi pelajaran berpolitik lebih
politik untuk dirancang dan kondusif dan berkualitas
ditata kembali. Diantaranya sehingga menaikkan
yaitu pertama, Penyeder- kepercayaan rakyat dan
hanaan Partai Politik akan fokus membangun
sebagai peserta pemilu. kesejahteraan rakyat, dan
partai politik peserta pemilu mekanisme politik di
harus memenuhi syarat perwakilan rakyat lebih
secara konsisten sesuai efisien dan efektif.
dengan Undang-Undang
Pemilu dan menerapkan
sistem Kompetisi Partai V. DAFTAR PUSTAKA
Politik Peserta Pemilu yang
mengkategorikan P4 A. Buku
menjadi tiga lingkup (Parpol AR, Hanta Yuda. 2010.
Lingkup Kabupaten/ Kota, Presidensialisme
Parpol Lingkup Provinsi, Setengah Hati; Dari
dan Parpol Lingkup Dilema ke Kompromi,
Nasional). Kedua, (Jakarta:PT Gramedia
Penyederhanaan Partai Pustaka Utama).
Politik di Parlemen, antara Cangara,Hafied.
lain menerapkan sistem 2009.Komunikasi
pemilu distrik Politik, Jakarta: PT
(plurality/majority system) RajaGrafindo Persada.
atau sistem campuran Istanto,Bambang.2014. Potret
(mixed member Buram Politik
proportional), memperkecil Indonesia,
Daerah Pemilihan (District (Jakarta:Mitra Wacana
Magnitude), menerapkan Media).
Ambang Batas Kursi di Mukti Fajar ND dan Yulianto
Parlemen secara konsisten , Achmad.

11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2007.Dualisme
Penelitian Hukum,
Yogyakarta: Pensil
Komunika.
Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji. 2003.
Penelitian Hukum
Normatif, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Subagyo,Firman. 2009.Menata
Partai Politik Dalam
Arus Demokratisasi
Indonesia, Jakarta:PT
Wahana Semesta
Intermedia.

B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 Tentang
Partai Politik.

C. Internet
Fauzi, M.Muslim. 2013. Makalah
Sistem Partai Politik di
Indonesia.
https://ozyfauzy.wordpress.co
m/2013/01/02/sistem-partai-
politik-di-indonesia/ diakses
Tanggal 11 November 2015,
pukul 09.20 WIB.

Siregar, Sofian. 2011, Parliamentary


Threshold pada Pemilu
Legislatif di
Indonesia,http://sofianmeman
dang.blogspot.co.id/2011/12/
parliamentary-threshold-
pada-pemilu.html, diakses
pada tanggal 15 November
2015, pukul 08.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai