Anda di halaman 1dari 6

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Desa Sri Budaya, Kec. Way


Seputih, Kab. Lampung Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada 17
Februari 2021.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun cuci piring adalah


SLS (Sodium Lauryl Sulfate), Texapon, Garam (NaCl), Pewangi, dan
Pewarna.

Alat yang digunakan adalah ember, teko ukur atau gelas ukur dan
pengaduk.

Metode Pelaksanaan

Metode awal yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi


terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi yang riil.
Selanjutnya, ada dua tahap yang harus dilakukan yaitu: pertama, tim
melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa tujuan dari kegiatan ini
adalah sebagai usaha meningkatkan hasil ekonomi Desa Sri Budaya.
Kedua, melakukan pembuatan sabun cuci piring. Dalam tahap ini akan
dipaparkan mengenai pembuatan sabun cuci piring yang sudah
dirancang oleh tim dan sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
setempat.
Pembuatan Sabun Cuci Piring

Pertama, siapkan air sebanyak 15 liter (L) ke dalam ember menggunakan


gelas ukur. Banyaknya air disesuaikan dengan bahan-bahan yang akan
dicampurkan. Kemudian siapkan SLS (Sodium Lauryl Sulfate) 1
kilogram (kg), Texapon ½ kilogram (kg), Garam (NaCl) 1 kilogram
(kg), pewarna 2 gram (g), dan pewangi 10 mililiter (mL).

Setelah semua bahan sudah siapkan, pertama masukkan ½


kilogram (kg) Texapon ke dalam ember yang berisi 15 liter (L) air.
Kemudian diaduk hingga rata agar tidak ada endapan dari Texapon.
Texapon ini berbentuk seperti gel yang berfungsi sebagai pengangkat
kotoran atau lemak. Lalu, lanjut masukkan 1 kilogram (kg) SLS
(Sodium Lauryl Sulfate), yang berfungsi sebagai pemberi busa pada
sabun. Kemudian masukkan 1 kilogram (kg) Garam (NaCl), sebagai
pengental sabun. Terakhir, masukkan 2 gram (g) pewarna dan 10
mililiter (mL) pewangi.

Bahan-bahan yang sudah dimasukkan ke dalam air, kemudia di


aduk hingga benar-benar rata. Hal tersebut ditandai dengan cairan sudah
mengeluarkan busa yang cukup banyak dan terasa berat saat diaduk.
Kemudian setelah itu sabun cuci piring yang sudah diaduk, didiamkan
semalam terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan busa
pada sabun sekaligus menjernihkan sabun. Setelah itu sabun cuci piring
siap dipakai.
Hasil dan Pembahasan

Sabun merupakan campuran garam natrium yang direaksikan


dengan alkali (Kalium Hidroksida) pada suhu 80°C–100°C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi (Erviana, 2019). Lemak akan
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai


produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun dengan berat molekul
rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih
keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun
tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah
minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam
pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun,
baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang
umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium
klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Fungsi
utama dari sabun sebagai zat pencuci adalah sifat surfaktan yang
terkandung di dalamnya. Surfaktan merupakan molekul yang memiliki
gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka
minyak (hidrofobik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air.

Pada kegiatan pengabdian (KKN) ini, kami sebagai penulis telah


melaksanakan penelitian terhadap masyarakat desa dalam sabun cuci
piring yang di gunakan. Setelah itu, pemberian stimulasi cara
meningkatkan ekonomi dengan berkreativitas dalam pembuatan sabun
cuci piring. Tujuan pada kegiatan ini memberi pelatihan pembuatan
sabun cuci piring sendiri untuk mengurangi pengeluaran dalam
pembelian sabun dengan cara membuat nya sendiri dengan biaya yang
lebih hemat dan sebagai peluang usaha dalam meningkatkan ekonomi.
Pada langkah yang pertama, pemberian paket bahan untuk
membuat sabun cair cuci piring oleh kelompok Mahasiswa KKN. Bahan
yang di butuhkan, memakan biaya produksi sebesar Rp 100,000,00
sedangkan harga jualnya bisa terjual dengan harga Rp 350.000,00. Hal
ini tentu saja sangat menguntungkan, sehingga diharapkan tingkat
perekonomian mereka bisa meningkat. Stimulasi lain yang di berikan
yaitu pengemasan tersebut pada kemasan menarik yang di sertai logo
ataupun lambang yang sebagai ikon desa kemudian juga pembantuan
untuk mendapatkan hak paten atau ijin produksi untuk sabun cair ini
sehingga penjualan di khalayak adalah legal. Beberapa foto kegiatan
yang telah dilakukan ditunjukkan pada Gambar 1

Dapus :

Erviana, V. Y. (2019). Pelatihan pengolahan minyak jelantah


menjadi sabun dan strategi pemasaran di desa Kemiri. 6.
Gambar 1. Proses pembuatan dan Pengemasan Sabun Cuci Piring

Anda mungkin juga menyukai