Anda di halaman 1dari 7

Pencemaran Air sungai akibat limbah industri

Oleh :

NAMA : RUSNIANA

NIM :10.101.599

KELAS : EPID A.2.5

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2013
PENCEMARAN AIR SUNGAI AKIBAT LIMBAH INDUSTRI

Sungai merupakan aliran air di

permukaan tanah yang mengalir ke

laut, danau, atau ke sungai yang lain.

Indonesia sangat kaya akan sungai.

Sedikitnya 5.590 sungai utama dan

65.017 anak sungai tersebar di seluruh

nusantara. Dari sekian banyak sungai

tersebut, panjang totalnya mencapai

94.573 km dengan luas Daerah Aliran

Sungai (DAS) mencapai 1.512.466

km2. Sungai-sungai tersebut membelah nusantara dengan gagahnya, sekaligus

menawarkan kehidupan bagi tersedianya air bersih, air mandi, pengairan kolam,

pengairan sawah, bahkan merupakan media alternatif untuk transportasi yang

menyenangkan. Selain itu, sungai juga mempunyai fungsi hidrologis, menjaga

keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, pariwisata, dan lainnya.

Namun saat ini, banyak pihak yang memandang sebelah mata keberadaannya.

Akibatnya, pencemaran sungai di Indonesia tidak dapat dibendung lagi. Pencemaran

sungai terjadi apabila dalam sungai tersebut terdapat bahan yang menyebabkan

timbulnya perubahan yang tidak di harapkan baik yang bersifat fisik, kimiawi, maupun
biologis sehingga kualitas air sungai tersebut menurun/ berkurang nilai gunanya yang

dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. 

Pencemaran sungai yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari

menunjukkan bahwa kita sering lupa kalau kita ternyata memiliki sungai dan baru sadar

setelah sungai itu kotor dan rusak karena kita tidak pernah memeliharanya. Rasa

memiliki sungai sudah tercabik-cabik dan menjadi masalah yang tidak sederhana.

Sungai menjadi milik semua orang, namun semua orang hampir tidak pernah bertindak

apapun terhadap pelestarian sungai. Banyak pihak malah merusak, mengotori, dan

menjadikan tempat pembuangan berbagai limbah. Pada hakikatnya, antara aktivitas

manusia itu sendiri dengan timbulnya pencemaran sungai terdapat hubungan yang

terus berkelanjutan.

Pencemaran sungai di Indonesia yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,

meninggalkan berbagai jenis limbah seperti limbah pemukiman, limbah pertanian, dan

limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman merupakan bahan

pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah

pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun dan lain-lain), dan sampah

nonorganik (plastik, logam, dan deterjen). Limbah pertanian merupakan segala bahan

pencemar yang dihasilkan aktivitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk.

Sedangkan limbah industri adalah segala bahan pencemar yang dihasilkan aktivitas

industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).

Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di

Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat

pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya
waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi (akibat

diare). Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai (PKA) di 33 provinsi yang

dilakukan oleh pusat sarana pengendalian dampak lingkungan (Sarpedal) Kementerian

Lingkungan Hidup tahun 2011, sebanyak 32 dari 51 sungai besar di Indonesia saat ini

tercemar berat, 16 sungai tercemar sedang-berat, dan hanya satu sungai yang masih

memenuhi standar baku mutu, yakni sungai Lariang di Sulawesi Tengah.

Limbah rumah tangga memegang andil penting terhadap pencemaran sungai di

Indonesia. Limbah rumah tangga tersebut terdapat dalam bentuk black water, yaitu

berupa tinja/ kotoran manusia yang bersumber dari kakus, dan dapat juga dalam bentuk

grey water, yaitu limbah nonkakus yang berasal dari kamar mandi, mencuci, dan

kegiatan dapur. Limbah rumah tangga menjadi masalah dan berpotensi mencemari

sungai karena saat ini, tanki septik di rumah tangga maupun IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah) penduduk terpusat masih terbatas, jumlah dan kapasitasnya

belum memadai dengan jumlah limbah yang dihasilkan.

Saat ini, IPAL di Indonesia hanya ada di 11 kota dan baru dapat melayani 2,5

juta jiwa penduduk. Masih banyak penduduk di Indonesia, terlebih yang bertempat

tinggal di daerah pinggiran sungai yang belum mempunyai tanki septik untuk mengolah

limbah yang berasal dari rumah. Mereka, pada umumnya, membuang limbah rumah

tangga ke sungai. Berdasarkan hasil penelitian di pulau-pulau besar di Indonesia,

jumlah air limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai di daerah Jawa mencapai

11,30 juta meter kubik/hari, Sumatera mencapai 4,6 juta meter kubik/hari, Kalimantan

mencapai 1,28 juta meter kubik/hari, dan Sulawesi mencapai 1,4 juta meter kubik/hari. 

Limbah industri yang sering dibuang oleh industri-industri yang tak bertanggung
jawab adalah tingkat pencemaran sungai yang paling berat. Bukan hanya mencemari

sungai, limbah industri tersebut juga dapat menjangkau hingga ke laut. Limbah industri

juga memiliki kemungkinan yang paling besar mengakibatkan ekosistem sungai

menjadi mati total. Minyak, logam berat, serta bahan beracun merupakan kandungan

umum yang terdapat pada limbah industri yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan

terlebih dahulu. Material-material tersebut pada umumnya akan mengakibatkan

kandungan oksigen air sungai berkurang drastis dan pada akhirnya mematikan

ekosistem di dalamnya.

Limbah industri juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius bagi

masyarakat yang tinggal di bantaran sungai karena masih banyak penduduk Indonesia

yang tinggal di sekitar sungai masih menggantungkan kehidupannya pada air sungai

tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci bahkan untuk

keperluan memasak dan air minum. Efek pencemaran limbah industri pada sungai-

sungai di Indonesia juga berdampak mencemari air bawah tanah yang berada pada

belasan bahkan puluhan kilometer dari sungai yang tercemar tersebut. Air tanah yang

tercemar tersebut akan berubah warna menjadi hitam, berbau, bahkan berlendir.

Terkadang, penduduk masih tetap memanfaatkan air tersebut sehingga kasus-kasus

keracunan dan penyakit sering terjadi.

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air sungai di Indonesia kita perlu

melakukan berbagai langkah diantaranya adalah:

1. Melestarikan tumbuhan di hulu sungai dan membuat sengkadan pada lahan

pertanian yang miring


Agar tidak menimbulkan erosi tanah, di sekitar hulu sungai sebaiknya ditanami tumbuh-

tumbuhan yang dapat menahan terjadinya erosi serta pada lahan pertanian yang miring

dibuat sengkedan agar tidak menimbulkan erosi dan tanah longsor

2. Tidak membuang sampah apapun ke dalam sungai

Sampah seharusnya memang tidak di buang ke sungai tetapi sampah dapat

dimanfaatkan menjadi barang yang berguna. Misalnya:

 Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintesis yang tidak

dapat diuraikan oleh mikroorganisme dapat diolah menjadi bahan lain yang

berguna. Misalnya dapat diolah menjadi karet.

 Sampah organik yang dapat diuraiakan oleh mikroorganisme dikubur dalam

lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunkan sebagai pupuk.

3. Tidak menggunakan pupuk atau pestisida secara berlebihan

Penggunaan pupuk dan pestisida sebagian besar biasanya dilakukan oleh lahan

pertanian yang airnya kemudian dialirkan ke sungai tanpa melalui proses pengolahan.

Maka dari itu, penggunaannya harus seminimal mungkin agar tidak menimbulkan

pencemaran yang serius

4. Mengolah limbah industri menjadi barang yang bermanfaat. Misalnya mengolah

limbah industri gula menjadi tetes (yang dapat digunakan sebagai pupuk) maupun

menjadi micin (yang dapat digunakan sebagai penguat rasa makanan).

5. Memanfaatkan tanaman air seperti enceng gondok yang tumbuh secara tidak

terkendali menjadi barang-barang kerajinan, seperti tas 


6.  Melestarikan hutan

Yaitu dilakukan agar ketersediaan air yang disimpan oleh tumbuh-tumbuhan hutan tidak

berkurang, sehingga sumber-sumber mata air sungai tidak berkurang memproduksi air

dan volume air sungai tetap stabil. Selain itu tumbuhan hutan dapat menyerap CO2 dan

menghasilkan O2 yang dapat mencegah terjadinya hujan asam yang dapat merusak

ekosistem air sungai.

7. Membuat undang-undang mengenai pencemaran air sungai di Indonesia serta

melakukan pengontrolan secara ketat dan sanksi keras pada yang melanggar

ketentuan pemerintah tersebut.

8. Yang paling penting dari pencegahan pencemaran air sungai di Indonesia adalah

menyadarkan masyarakat Indonesia itu sendiri akan pentingnya aliran sungai bagi

kehidupan. Karena dengan kesadaran itu masayarakat akan menjaga dan melestarikan

sungai tanpa paksaan dari pihak manapun sehingga mereka tidak akan membuang

bahan pencemaran ke dalam sungai dan sungai akan terjaga kelestariannya yang akan

membawa kesejahteraan bagi makhluk hidup di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai