Anda di halaman 1dari 7

A.

SISTEM EKONOMI DUALISME


Dualisme adalah konsep yang menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian
lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin, serta di Perekonomian
Indonesia di antara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap
negara. Pada dasarnya konsep ekonomi dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci
sebagai berikut:
a. Beberapa kondisi berbeda, terdiri dari elemen "superior" dan "inferior", hadir
secara bersamaan (atau berkoeksistensi) dalam waktu dan tempat yang sama.
Contoh penerapan konsep dualisme ini antara lain dapat dilihat pada
pemikiran A. Lewis tentang koeksistensi metode-metode produksi modern di
kota dan metode tradisional di pedesaan, koeksistensi kelompok elit yang
kaya raya dan terdidik dengan banyaknya orang-orang miskin yang buta
huruf, adanya koeksistensi antara negara-negara industri yang serba makmur
yang berkuasa dengan negara-negara agraris kecil yang miskin serta lemah di
dalam perekonomian internasional.
b. Koeksistensi tersebut bukanlah satu hal yang bersifat sementara atau
transisional, melainkan satu hal yang bersifat baku, permanen atau kronis.
Koeksistensi ini juga bukan merupakan fenomena sesaat yang akan mengikis
seiring dengan berlalunya waktu. Artinya, elemen yang superior memiliki
kekuatan untuk mempertahankan superioritasnya, sedangkan elemen yang
inferior tidaklah mudah untuk meningkatkan posisinya.
c. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut
bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan
bahkan cenderung meningkat Sebagai contoh, kesenjangan produktivitas
antara para pekerja di negara-negara maju dengan para pekerja di negara-
negara berkembang tampaknya semakin lama semakin melebar.
d. Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan
elemen-elemen yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian
rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama

1
sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-
elemen yg inferior.

B. SISTEM EKONOMI SOSIALIS ALA INDONESIA


Istilah sistem ekonomi Sosialis ala Indonesia muncul pada periode akhir dari
kepemimpinan Presiden Sukarno, yakni sekitar tahun 1960. Pada periode tersebut
kiblat politik Indonesia adalah ke negara-negara sosialis Eropa Timur, Rusia dan
RRC, tidak ke negara-negara kapitalis Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada
periode tersebut Indonesia adalah anti neo kolonialisme dan neo liberalisme, dan
malahan keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan membentuk masyarakat baru
yang disebut New Emerging Forces. Perekonomian pada periode itu sangat mirip
dengan sistem perekonomian negara sosialis, yang antara lain, sebagai berikut:
a. Pemerintah Indonesia telah menyusun Pembangunan Semesta
Berencana Delapan Tahun 1960-1968. Rencana tersebut bersifat
menyeluruh di segala sektor dan seluruh wilayah (semesta), namun
belum sempat dilaksanakan.
b. Perusahaan-perusahaan besar dimiliki oleh negara. Hal iniadalah
akibat dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta Belanda
sekitar tahun 1957, Beberapa perusahaan-perusahaan hasil
nasionalisasi adalah usaha penerbangan, perusahaan kereta api,
perusahaan Bus Damri, perusahaan pelayaran Pelni, perusahaan
perdagangan yang bergerak di bidang ekspor impor, perusahaan
perbankan, perusahaanperkebunan dan sebagainya. Oleh karena
nasionalisasi tersebut, perekonomian Indonesia baik dalam maupun
luar negerinya dilaksanakan/dikuasai oleh perusahaan milik negara
dan koperasi. Pasar-pasar tradisional masih tetap berperan dan,
meskipun lambat, terus berkembang
c. Sistem perbankan; semula adalah bank-bank swasta milik Belanda
yang telah dinasionalisasi menjadi milik Pemerintah, kemudian diubah
menjadi sistem perbankan Rusia. Ini dikerjakan dengan cara

2
mengubah nama-nama bank pemerintah menjadi satu nama dengan
unit-unit tertentu.
d. Sistem Devisa yang dipakai waktu itu adalah sistem devisa yang
sangat umum dipakai oleh negara-negara sosialis, yakni Exchange
Control. Pada sistem ini tidak diperkenankan mata uang asing (devisa)
beredar di masyarakat. Semua devisa dimiliki negara. Devisa hasil
ekspor, pinjaman/bantuan negara luar kepada Indonesia dan hasil
devisa lainnya yang masuk ke Indonesia harus diserahkan/dijual
kepada negara. Kemudian negara menjual devisa yang dimilikinya
kepada importir atau siapa saja yang memerlukan devisa. Pemerintah
menentukan kurs devisa, dan oleh karena itu sistem devisa seperti ini
juga disebut sistem devisa dengan harga tetap (fixed Exchange Rate)
atau juga disebut sistem devisa dengan harga yang dipakukan (pegged
Exchange Rate)

C. SISTEM EKONOMI PANCASILA


Istilah sistem ekonomi Pancasila ini muncul pada periode tanggal ke dua dari
masa Pemerintahan Orde Baru, yakni setelah Pelita II (1974-79). Muncul
wacana, sistem ekonomi apakah yang dianut oleh Indonesia pada saat itu.
Muncul diskusi di mana Ada sekelompok pakar yang mengatakan sistem
ekonomi kita adalah sistem ekonomi Pancasila. Kubu dari kelompok ini pada
dasarnya di Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor Pelopornya ada
beberapa, di antaranya adalah Profesor Mubyarto. Namun perlu dipahami bahwa
di Universitas Gajah Mada dan IPB sendiri pun tidak kurang ahli yang tidak
sependapat dengan wacana bahwa sistem perekonomian yang mana, dianut
Indonesia saat itu adalah sistem Ekonomi Pancasila. Sistem perekonomian pada
saat itu ditandai, antara lain oleh hal-hal berikut
a. Perencanaan ekonomi. Indonesia pada saat itu masih berada dalam
perencanaan pembangunan ekonomi lima tahunan (Pelita I, II,. V)
dengan prioritas utama pada perkembangan sektor pertanian menuju

3
swa sembada beras/pangan. Sistem ekonomi dengan perencanaan
seperti ini biasanya diterapkan pada negara-negara yang menganut
sistem sosialis dan di negara sedang berkembang meskipun bukan
sosialis.
b. Peranan Perusahaan Asing. Dengan diundangkannya UUPMA
(Undang-undang Penanaman Modal Asing) pada tahun 1967, modal
asing baik yang bersifat investasi langsung maupun bersifat porto folio
makin merambah hampir kesemua sector dan wilayah Indonesia. Pada
awalnya, penanaman mod asing harus berbentuk usaha patungan (joint
venture) dan hanya pada bidang-bidang usaha tertentu.
c. Peranan perusahaan domestik. Perusahaan dalam negeri mendapat
angin segar dengan diundangkannya UUPMDN (Undang-undang
Penanaman Modal Dalam Negeri). Kredit diberikan kepada usaha-
usaha domestik besar. Perbankan dalam negeri yang mengalami
masalah likuiditas diberikan bantuan likuiditas Bank Indonesia
(BLBI), yang sebagaimana kita ketahui, banyak yang diselewengkan.
d. Peranan IGGI dan IMF serta hutang luar negeri sejak awal dari
kekuasaan Orde Baru, pemerintah telah mendirikan (Inter
Govermental Group on Indonesia) yang memberikan nasihat dalam
APBN. Setiap tahun, APBN mengalami kekurangan sumber
pembiayaan dan ICGI lah yang membantu dengan memberi pinjaman
kekurangan dana untuk APBN.
e. Sistem devisa. Segera setelah Orde Baru naik, tindakan pertama
yangdilakukannya adalah liberalisasi perdaganganluarnegeri yang
dalam hal ini termasuk sistem devisanya. Dari sistem devisa yang
sepenuhnya dikuasai negara diubah menjadi sepenuhnya berdasarkan
atas permintaan dan penawaran. Demikian juga sebaliknya. Oleh
karena sifatnya yang demikian itu, maka banyak negara, termasuk
Indonesia, membuat satu lembaga yang berfungsi untuk menstabilkan

4
kurs mata uang. Lembaga tersebut dikenal dengan istilalh Foreign
Exchange Stabilization Fund. 

D. SISTEM EKONOMI KERAKYATAN


Demonstrasi mahasiswa (rakyat) yang menuntut turunnya Suharto dari
pemerintahan pada tahun 1997 dan meminta agar dilaksanakan reformasi. Reformasi
yang dituntut adalah, antara lain, reformasi di bidang politik dan reformasi di bidang
ekonomi Reformasi di bidang politik adalah kebebasan bersuara, berpolitik atau
secara singkatnya adalah kebebasan demokrasi, yang selama pemerintahan Suharto
(1965-1997) sangat dikekang atau dipasung Reformasi di bidang ekonomi dikatakan
bahwa di bawah presiden Suharto pemerintah terlalu memihak kepada perusahaan
besar, pada hal terbukti dari krisis yang lalu (1997) bahwa usaha kecil dan menengah
atau usaha rakyat terbukti tahan banting. Yang mengalami kehancuran pada krisis
1997 adalah usaha besar, PHK juga dilakukan oleh perusahaan besar, perusahaan
multinasional Kredit diarahkan terutama untuk kepentingan perusahaan besar
Dominasi asing dalam perekonomian, seperti misalnya peranan Bank Dunia, IMF,
dan lembaga asing lainnya, dianggap sebagai satu hal yang berlebihan dan rakyat
menginginkan agar perekonomian lebih bersifat berdiri di atas kaki sendiri. Oleh
karena itu hutang kepada IMF dan Bank Dunia dibayar lunas. Namun hutang luar
negeri tidaklah seluruhnya lunas dalam waktu setahun, dan ironisnya adalah bahwa
sementara hutang luar negeri berkurang ternyata hutang dalam negeri meningkat
dengan tajam. Beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama
dalam sistem ekonomi Kerakyatan:
a. Peranan IGGI dikurangi, semula diganti dengan CGI (consultative Group on
Indonesia) sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam menyusun
kebijaksanaan ekonomi
b. Investasi Asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan
UUPMDN, yang memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak
mendapat sorotan, tidak dihapuskan, namun berjalan seperti semula. Kalau
memang benar-benar sistem ekonomi kerakyatan (usaha kecil dan menengah)

5
mestinya usaha asing dan domestik besar dikurangi secara drastis atau
ditentang.
c. Tampak adanya usaha swastanisasi perusahaan negara namun belum selesai
dan usaha swastanisasi ini merupakan isu internasional dan bukanlah
disebabkan oleh karena sistem ekonomi kerakyatan
d. Sistem devisa masih seperti sebelumnya, yakni didasarkan atas sistem pasar
(permintaan dan penawaran) dengan cadangan devisa yang besar untuk
menjaga stabilitas kurs mata uang
e. Dari tinjauan di atas dan pengamatan yang mendalam sistem ekonomi
kerakyatan ini masih mempunyai ciri yang sangat kental sebagai sistem
ekonomi pasar. Kalau ekonomi kerakyatan itu adalah ekonomi kecil, maka
perusahaan kecil (keluarga) biasanya diumpamakan mempunyai tujuan untuk
memaksimumkan produksi (atau memaksimumkan penerimaan total).

6
Daftar Pustaka
Nehen, I K. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai