Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI PARTAI POLITIK DALAM PERJALANAN

DEMOKRASI DI INDONESIA

Disusun Oleh :
AMEILIA HERENA DIMYATI

Kelas : XII IPS 4

SMA NEGERI 2 MEMPAWAH HILIR

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

I. Pengertian Partai Politik

Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam
upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam
hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung
kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang
political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen


infrastruktur politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai partai
politik, yakni:

1. Carl J. Friedrich: partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi
pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.
2. R.H. Soltou: partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya
terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan
kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan
umum mereka.
3. Miriam Budiardjo: partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan
tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya),
dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
II. Ideologi Politik

Ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan
bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order
masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana
mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.

Ideologi adalah seperangkat tujuan dan ide-ide yang mengarahkan pada satu
tujuan, harapan, dan tindakan. Jadi, ideologi politik dapat diartikan sebagai
seperangkat tujuan dan ide yang menjelaskan bagaimana suatu rakyat bekerja, dan
bagaimana cara mengatur kekuasaan.

A. Liberialisme

Kebebasan telah muncul sejak adanya manusia di dunia, karena pada


hakikatnya manusia selalu mencari kebebasan bagi dirinya sendiri. Bentuk
kebebasan dalam politik pada zaman dahulu adalah penerapan demokrasi di
Athena dan Roma. Tetapi, kemunculan liberalisme sebagai sebuah paham
pada abad akhir abad 17.

Liberalisme berasal dari kata liberalis yang berarti bebas. Dalam


liberalisme, kebebasan individu, pembatasan kekuasaan raja (pemerintah), dan
persaingan pemilik modal (kapital). Karena itu, liberalisme dan kapitalisme
terkadang dilihat sebagai sebuah ideologi yang sama.

Liberalisme muncul pada abad ke akhir abad 17, berhubungan dengan


runtuhnya feodalisme di Eropa dan dimulainya zaman Renaissance, lalu
diikuti dengan gerakan politik masa Revolusi Prancis. Liberalisme pada zaman
ini terkait dengan Adam Smith, dikenali sebagai liberalisme klasik. Pada masa
ini, kerajaan (pemerintahan) bersifat lepas tangan, sesuai dengan konsep
Laissez-Faire. Konsep ini menekankan bahwa kerajaan harus memberi
kebebasan berpikir kepada rakyat, tidak menghalang pemilikan harta
indidvidu atau kumpulan, kuasa kerajaan yang terbatas dan kebebasan rakyat.
B. Kapitalisme

Kapitalisme (capitalism) berasal dari kata kapital (capital), yang berarti


modal. Modal disini maksudnya adalah alat produksi, seperti tanah dan uang.
Jadi, arti kapitalisme adalah ideologi dimana kekuasaan ada di tangan kapital
atau pemilik modal, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada
keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini.

Menurut cara pandang kapitalisme, setiap individu bukanlah bagian


dari masyarakat, tetapi merupakan suatu pihak yang harus berjuang untuk
kepentingan sendiri. Dalam perjuangan ini, faktor penentunya adalah
produksi. Produsen unggul akan tetap bertahan, dan produsen lemah akan
tersingkir.

Kapitalisme berawal pada zaman feodal di Mesir, Babilonia, dan


Kekaisaran Roma. Ahli ilmu sosial menyebut kapitalisme pada zaman ini
sebagai commercial capitalism (kapitalisme komersial). Kapitalisme komersial
berkembang ketika pada zaman itu perdagangan lintas suku dan kekaisaran
sudah berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk menjamin
keadilan perdagangan ekonomi yang dilakukan oleh para pedagang, tuan
tanah, kaum rohaniwan.

Kapitalisme berlanjut menjadi sebuah hukum dan kode etik bagi kaum
pedagang. Karena terjadi perkembangan kompetisi dalam sistem pasar,
keuangan, dan lain-lain, maka diperlukan hukum dan etika yang relatif mapan.
Para pedagang membuka wacana baru tentang pasar. Setiap membicarakan
pasar, mereka membicarakan tentang komoditas, dan nilai lebih yang akan
menjadi keuntungan bagi pedagang.
C. Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang bertujuan mengubah bentuk masyarakat


dengan menjadikan perangkat produksi menjadi milik bersama, dan
pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan
konsumsi secara menyeluruh. Dalam sosialisme setiap individu harus berusaha
untuk mendapatkan layanan yang layak untuk kebahagiaan bersama, karena
pada hakikatnya, manusia hidup bukan hanya untuk bebas, tapi juga saling
menolong. Sosialisme yang kita kenal saat ini Sosialisme sebenarnya telah
lahir sebelum dicetuskan oleh Karl Marx. Orang yang pertama kali
menyuarakan ide sosialisme adalah Francois Noel Babeuf, pada abad 18.
Kemudian muncul tokoh lain seperti Robert Owen di Inggris, Saint Simon dan
Fourier di Perancis. Mereka mencoba memperbaiki keadaan masyarakat
karena terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan
konsep yang jelas dan dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka
disebut kaum sosialis utopis.

III. Sistem Klasifikasi Partai Politik

A. Sistem Partai Tunggal / Sistem Satu Partai

Dalam system ini terdapat dua variasi : pertama, di Negara tersebut


hanya terdapat satu partai yang boleh hidup dan berkembang. Kedua , partai
tunggal mendominasi kehidupan kepartaian, tidak ada suasana bersaing karena
partai lainnya harus menerima kepemimpinan dari partai tersebut.

Giovanni Sartori, seorang pakar studi partai politik menegaskan bahwa


tipe partai tunggal tidak bias di masukkan dalam kategori system kepartaian,
karena suatu system pada dasarnya membutuhkan lebih dari satu unit untuk dapat
bekerja sebagai system.
B. Sistem Dua Partai

Memang hanya dua partai besar yang mendominasi sementara partai-


partai lain terlalu kecil untuk memiliki signifikansi politik. Adanya dua partai
dimana salah satu berperan sebagai partai berkuasa sedangkan yang lain menjadi
oposisi secara bergantian. Adanya satu partai dominant yang biasanya memerintah
sendiri dengan sebuah partai lain yang selalu menjadi kekuatan oposan.

C. Sistem Multi Partai

Sistem banyak partai ini sering ditemukan dalam Negara-negara yang


memakai system pemilihan berdasarkan perwakilan berimbang (proportional
representation). Sistem ini memberi kesempatan kepada partai kecil untuk
memenangakan beberapa kursi. Partai kecil dapat menarik keuntungan jika dapat
membentuk pemerintahan koalisi. Secara proporsional mereka dapat ikut
menentukan terbentuknya pemerintah yang akan membuat kebijakan umum.
Kelemahan system banyak partai yang paling utama adalah bahwa banyaknya
partai yang merupakan wakil kelompok dan golongan menyulitkan terbentuknya
consensus nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya memiliki tujuan-tujuan


tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik (Parpol). Tujuan pembentukan
suatu parpol, disamping yang utama adalah merebut, mempertahankan ataupun menguasai
kekuasaan dalam pemerintahan suatu mempertahankan ataupun menguasai kekuasaan dalam
pemerintahan suatu Negara-juga dapat diperlihatkan dari aktivitas yang dilakukannya. Rusadi
Kantaprawira mengemukakan, aktivitas yang dilakukan parpol pada umumnya mengandung
tujuan:

1. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-orangnya


menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan
keputusan politik atau output pada umumnya.
2. Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu tehradap kelakuan,
tidakan, kebijksanaan para pemegang otoritas ( terutama dalam keaaan mayoritas
pemerintahan tidak berada dalam tangan parpol yang bersangkutan).
3. Berperan untuk dapat memadu (streamlining) tuntutuan-tuntutan yang masih mentah
(raw opinion), sehingga parpol bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan
merancangkan isu-isu politik (political issue) yang dapat dicerna dan diterima
masyarakat secara luas.
4. Dengan melihat aktivitas dari parpol tersebut di atas, maka rakyat sebagai subyek
dalam system ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan alternative, yakni
parpol mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik mereka.

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik pada
pasal 10 ayat 1 dan 2 diatur akan tujuan umum dan tujuan khusus partai politik sebagai
berikut: Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menjaga dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengembangkan kehidupan
demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia; danMewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Fungsi partai politik pada sisi yang lain, sebagai berikut.

Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Salah satu tugas dari partai politik
adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya
sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.

Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu politik, sosialisasi
politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi
terhadap fenomena politik. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari
masa kanak-kanak sampai dewasa. Selain itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui
mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen. Partai politik melakukan seleksi dan
pemilihan serta pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.

Keempat, partisipasi politik. Partai politik sebagai wadah bagi warga negara dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut
menentukan pemimpin pemerintahan.

Kelima, partai politik sebagai pemandu kepentingan. Partai politik melakukan


kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda
bahkan bertentangan menjadi beberapa alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan
dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik

Keenam, komunikasi politik, yaitu proses penyampaiaan informasi mengenai politik


dari pemerintah kepada rakyat atau sebaliknya.

Ketujuh, pengendalian konflik. Partai politik berfungsi mengendalikan konflik melalui


dialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirassi
(cita-cita) dan kepentingan dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah dalam badan
perwakilan rakyat (DPR) untuk mendapat penyelesaian berupa kepuitusan politik.
Pengaruh Politik terhadap Ekonomi

Pengaruh Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indoenesia Era Orde Baru.Pada awal
pemerintahan Orde Baru, pemerintah mencanangkan pembangunan ekonomi dan industri.
Pada waktu itu posisi pengusaha dalam negeri masih dalam keadaan yang tidak kuat untuk
berdiri sendiri.. Akibatnya, pemerintah (negara) menjadi dominan dalam perekonomian.
Pengusaha menggantungkan diri kepada pemerintah.

Hal ini menimbulakan konsekuensi yaitu  pemerintah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi
atau dengan kata lain pemerintah menjadi sumber penggerak investasi dan pengalokasian
kekayaan nasional. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyediakan proyek, kontrak,
konsesi pengeboran minyak dan eksploitasi hutan, serta lisensi agen tunggal, melainkan juga
kredit besar dan subsidi. Pemerintah juga menunjang dengan kebijakan proteksi serta
pemberian hak monopoli impor dan pasar.

Pada masa tersebut, pemerintah cenderung menghasilkan dua lapisan ekonomi-politik utama,
yaitu birokrat-politik yang melibatkan lingkup keluarganya dalam bisnis, serta pengusaha
yang dapat berkembang berkat dukungan khusus dari pemerintah (mulai berkembangnya
KKN). Kedua lapisan ini mendominasi perekonomian dan politik. Dalam perkembangan
sistem ekonomi tersebut, pemerintah sebagai sumber penggerak investasi dan pengalokasian
kekayaan nasional hanyalah bersifat jangka pendek.

Kemampuan pemerintah menyediakan segalanya dibatasi oleh gerak sistem ekonomi.


Indonesia menjadi rawan akan krisis. Pola bisnis tersebut memerlukan sebuah rezim politik
yang mampu mengendalikan reaksi kaum buruh dan gerakan demokratisasi. Untuk keperluan
ini rakyat berhasil dijauhkan dari partisipasi politik. Pembangunan ekonomi dijaga dengan
kekuatan militer yang kuat sehingga terlihat stabil. Pertumbuhan partai politik dan
pengekpresian politik dilarang dalam upaya menciptakan kestabilan untuk pertumbuhan
ekonomi.

Rakyat seakan dibungkam untuk menuntut hak-haknya atas nama pembangunan ekonomi.
Pada masa Orde baru, bentuk partisipasi rakyat diatur agar hanya terlibat pada pemilihan
umum anggota DPR dan DPRD. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kaitan politik dan
birokratik dalam pola bisnis.
Pemerintah sudah sejak awal jadi mesin  pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan para
birokrat-politik terlibat bisnis yang bersifat  jangka pendek. Pola ini tidak mendorong
tumbuhnya kepercayaan dunia usaha untuk jangka  panjang.. Sistem politik Indonesia pada
masa itu mempunyai kelemahan, salah satu diantaranya adalah sedikitnya sumber-sumber
yang dapat menjadi penekan dan penyeimbang atas kekuatan  pemerintah, di tingkat nasional
atau daerah. Padahal, kekuatan penekan sangat diperlukan untuk melakukan kontrol, maupun
sumbangan-sumbangan gagasan dan pemikiran untuk membentuk  bangunan sosial politik
yang lebih aspiratif.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan fungsi parpol menurut saya sendiri berdasarkan artikel
di atas, terbagai menjadi dua belas pembahasan yakni : (1) Komunikasi politik. (2)
Perwakilan. (3) Konvensi, artikulasi kepentingan, dan agregasi. (4) Pendidikan politik. (5)
Integrasi (partisipasi politik, sosialisasi politik, dan mobilisasi politik). (6) Persuasi dan
represi. (7) Kaderisasi. (8) Rekrutmen politik. (9) Membuat pertimbangan, perumusan,
kebijakan dan control terhadap pemerintah. (10) Mengkoordinasi lembaga-lembaga
pemerintah. (11) Alat pengontrol kepentingan pribadi politisi yang duduk sebagai wakil
rakyat maupun pejabat public. (12) Fungsi dukungan (Supportive function). Dalam konstitusi
NRI telah diatur lima fungsi partai politik memberikan  pendidikan politik bagi anggota dan
masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; b. penciptaan iklim yang
kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; c.
penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara; d. partisipasi politik warga negara Indonesia; dan e. rekrutmen
politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.Suatu perkembangan dan kemajuan untuk
konstitusi Negara Republik Indonesia karena telah diatur dalam konstitusi akan fungsi partai
politik yang mempertimbangkan kesetaraan, keadilan dan peran serta perempuan dalam
keterwakilan politik. Intinya parpol dibentuk untuk menciptakan kerukunan rakyat bukan
membuat rakyat menjadi gelisah atau was was an karena tingkah laku mereka dalam
persaingan memperebutkan sesuatu yang ada di parlemen. Tujuan utama parpol harusnya
dapat mensejaterakan rakyat dan membuat NRI menjadi maju.

Anda mungkin juga menyukai