Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang menentukan pembangunan di bidang pendidikan
akan mencapai sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik
tentunya mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Ini dikarenakan
kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program
pendidikan, baik formal maupun non formal , sehingga gambaran sistem
pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain,
sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang
tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah,
melibatkan stakeholder pendidikan, dan akuntabel. Perencanaan yang baik
memiliki karakteristik tersendiri, yaitu perencanaan seharusnya sesederhana
mungkin namun harus jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan.
Perencanaan juga harus memiliki isi yang sesuai dengan kebutuhan nyata
masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya, serta
terukur sehingga mudah untuk dilihat hasil yang telah dicapai dengan pengukuran
yang dapat dilakukan dengan trsedianya data yang akurat dan mutakhir dari waktu
ke waktu. Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari kurikulum?
1.2.2 Apa fungsi kurikulum ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk dapat menjelaskan pengertian dari kurikulum
1.3.2 Untuk dapat menjelaskan funsi kurikulum
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang hakikat
kurikulum.
1.4.2 Sebagai acuan atau bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum

1
dalam implementasi di lapangan

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengeretian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari)
dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga.
Pada saat itu kurikuilum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan.
Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidkan menjadi
sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswaa dari
awal samapai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam
bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian diatas, dalam kurikulum terkandung dua hal
pokok, yaitu:
1.      Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa,
2.      Adanya tujuan utama, yaitu untuk memperoleh ijazah.
Dengan demkian, implikasinya terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap
sswa harus menguasai seluruh ata pelajaran yang diberikan dan menempatkan
guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan. Keberhasilan siswa
ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran terssebut dikuasainya dan biasanya
disimbolkan dengan beberapa skor yang diperoleh setelah mengkuti suatu tes atau
ujian.
Pengertian kurikulum seperti disebutkan diatas dianggap terlalu sempit
atau sangat sederhana, sehingga perlu dipelajari pula buku-buku dan literature-
literatur lainnya tentang kurikulum terutama yang berkembang di negara-negara
maju, maka akan ditemukan banyak pengerrtian yang lebih luas dan beragam.
Istilah kurikulu pada dasarnya tidak hanya terbatas pada sejulah mata pelajaran
saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang
dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori  dan praktek pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis akan agak sulit untuk
menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat.
Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional,
merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai implikasi
sebagai berikut: (1) kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran; (2) mata
pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian
mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang
mempunyai kecerdasan berpikir; (3) mata pelajaran menggambarkan kebudayaan

3
masa lampau; (4) tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoeh
ijazah, (5) adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata
pelajaran yang sama; (6) sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah
sistem penuangan (imposisi).
Beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli:
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
2. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
Kurikulum yakni segala hal yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran, termasuk metode mengajar, cara mengevaluasi murid, progam
studi, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi, serta hal-hal
struktural terkait dengan waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata
pelajaran.
3. J. Galen Saylor dan William M. Alexander
Kurikulum merupakan semua upaya sekolah untuk mempengaruhi
pembelajaran, baik di ruang kelas, di taman bermain, atau di luar sekolah.
4. Soedijarto
Kurikulum yakni serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang
berwenang.

2.2 Peran Kurikulum

a. Peran Konservatif
Hal ini memiliki arti bahwasanya kurikulum juga mempunyai tugas serta
tanggungjawab untuk dapat mentransmisikan serta menafsirkan warisan sosial
ke generasi selanjutnya atau generasi muda.
b. Peran Kreatif
Di dalam hal ini peranan kurikulum juga melaksanakan aktivitas-aktivitas
kreatif serta konstruktif, yang mena memiliki arti untuk dapat menciptakan
serta menyusun sesuatu yang lebih baru agar sesuai dengan kebutuhan yang
terjadi di masa saat ini dan di masa yang selanjutnya di dalam masyarakat. Hal
tersebut juga berguna untuk dapat membantu setia orang untuk dapat
mengembangkan seluruh bakat dan juga potensi yang ada di dalam dirinya.
Maka dari itu, kutikulum juga dapat menciptakan pengalaman, pelajaran,

4
keterampilan, cara berpikir, serta kemampuan yang nantinya dapat berguna
untuk banyak orang.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Di dalam hal ini peranan kurikulum yaitu untuk dapat menyeleksi nilai
serta budaya mana yang diperlukan untuk dapat dipertahankan, dan nilai atau
budaya baru yang mana yang harus dipunyai oleh peserta didik. Kurikulum
juga diharuskan untuk berperan di dalam menyeleksi serta mengevaluasi
segala sesuatunya yang dapat dianggap bermanfaat untuk kehidupan dari
peserta didik.

2.3 Tujuan Kurikulum


1. Untuk dapat mempersiapkan masyarakat di Indonesia agar mempunyai
kemampuan di dalam hidup yang menjadikannya pribadi serta warga negara
yang beriman, inovatif, afektif dan juga kreatif.

2. Dapat berkontribusi di dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara,


berbangsa dan di peradaban dunia.

2.4 Manfaat Kurikulum


1. Manfaat Kurikulum Bagi Guru

a) Kurikulum dapat digunakan sebagai pedoman untuk merancang,


melaksanakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
b) Kurikulum dapat membantu memberikan pemahaman kepada tenaga
pengajar dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
c) Kurikulum dapat mendorong tenaga pengajar untuk lebih kreatif dalam
proses belajar-mengajar.
d) Kurikulum dapat membantu menunjang pengajaran agar lebih baik.

2. Manfaat Kurikulum Bagi Sekolah

a) Kurikulum akan mendorong sekolah untuk menyukseskan


penyelenggaraan pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan)
b) Kurikulum akan membuka peluang bagi pihak sekolah untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
c) Kurikulum dapat digunakan sebagai alat dalam upaya pencapaian
tujuan program pendidikan.

5
3. Manfaat Kurikulum Bagi Masyarakat

a) Kurikulum dapat dijadikan pedoman atau standar bagi orang tua dalam
membimbing proses belajar anaknya.
b) Kurikulum memungkinkan masarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan, yaitu
melalui kritik dan saran membangun.

2. 5 Jenis-jenis kurikulum

1. Open Curriculum (Kurikulum Terbuka)


Kurikulum ini sama dengan guru. Guru memiliki kebebasan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

2. Close Curriculum (Kurikulum Tertutup)


Kurikulum ini sudah ditentukan secara pasti mulai tujuan,materi, metode
dan evaluasinya, sehingga guru tinggal melaksanakan apa adanya.

3. Guide Curriculum (Kurikulum Terbimbing)


Kurikulum setengah terbuka, setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar
telah ditentukan dalam kurikulum, akan tetapi guru masih diberi
kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut dalam kelas.

2.6 Fungsi Kurikulum


Pada umumnya fungsi dari kurikulum adalah sebagai pedoman atau acuan
guru dalam memberikan pendidikan pada siswa dan murid. Bagi guru fungsi dari
kurikulum adalah sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran di
sekolah. Sedangkan bagi orang tua fungsi dari kurikulum adalah sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya ketika belajar. Bagi setiap pelajar atau siswa fungsi
kurikulum adalah sebagai pedoman di dalam belajar, terutama di lingkungan
sekolah. Berikut penjelasan lengkapnya :

1. Secara umum fungsinya adalah sebagai penyedia dan pengembang pendidikan


bagi setiap peserta didik.
2. Secara khusus adalah agar pengajar/guru terhindar dari beragam hal yang tak
sesuai dengan standar atau kurikulum pendidikan. Intinya supaya guru tetap
dapat memberi pelajaran pada setiap siswa sesuai dengan standar dan
kurikulum yang berlaku. Serta sebagai pedoman dalam memperbaiki
pelaksanaan mengajar bila terjadi penyimpangan dari kurikulum, yang telah
ditentukan. Dan sebagai pedoman dalam mengarahkan ke arah yang benar
dalam mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran.
3. Sebagai integrasi atau The Integrating Function, dimana hal ini menjadikan
kurikulum suatu penyesuaian yang dapat mengandung sebuah makna

6
bahwasanya kurikulum adalah suatu alat pendidikan yang dapat menghasilkan
pribadi yang menjadikannya utuh yang bisa dibutuhkan dan juga dapat
berintegrasi di dalam lingkungan masyarakat.
4. Untuk persiapan atau The Propaeduetic Function, dimana hal ini menjadikan
kurikulum suatu persiapan yang dapat mengandung sebuah makna
bahwasanya kurikulum adalah suatu alat pendidikan yang dapat
mempersiapkan siswa/siswi ke jenjang berikutnya dan juga bisa
mempersiapkan diri untuk dapat hidup di dalam lingkungan masyarakat,
apabila tidak memutuskan untuk melanjutkan pendidikan.
5. Untuk deferensiasi atau The Diferentiating Function, dimana hal ini
menjadikan kurikulum suatu diferensiasi. Hal tersebut memiliki arti
kurikulum dapat dijadikan suatu alat yang bisa memberikan pelayanan ddari
segala perbedaan yang ada pada seriap siswa dan siswi yang harus dilayani
serta di hargai.
6. Untuk suatu diagnostik atau The Diagnostic Function, dimana hal ini
menjadikan kurikulum suatu diagnostik. Dan hal tersebut juga memiliki arti
bahwasanya kurikulum adalah sebuah alat pendidikan yang dapat
mengarahkan serta memahami bakat dan potensi para siswa-siswi, dan juga
dapat mengarahkan kelemahan dari diri siswa-siswi tersebut.
7. Untuk sebuah penyesuaian atau The Adjustive Or Adaptive Function, dimana
hal ini menjadikan kurikulum suatu penyesuaian. Hal ini memiliki arti
bahwasanya kurikulum adalah suatu kemampuan yang dapat menyesuaikan
diri dari adanya perubahan yang terjadi di dalam lingkungan tersebut. Dan hal
tersebut dikarenakan lingkungan memiliki sifat yang dinamis atau bisa
berubah-ubah.
8. Untuk pemilihan atau The Selective Function, dimana hal ini menjadikan
kurikulum suatu pemilihan. Hal tersebut memiliki arti bahwasanya kurikulum
dapat memberikan kesempatan untuk para siswa dan siswi untuk dapat
menentukan pilihan program belajarnya yang sesuai dengan bakat serta
minatnya masing-masing.

2.7 Kurikulum Indonesia

Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil


pemerintah.  Alasan pemerintah melakukan perubahan kurikulum
pendidikan yang baru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Akan tetapi tujuan dari pemerintah tidak selalu sejalan dengan kenyataan di
lapangan.

7
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr Nanang Fattah
mengatakan, pemerintah jangan banyak melakukan perubahan. Terlalu sering
melakukan perubahan kurikulum pendidikan dinilai kurang efektif dan efisien.
Beliau mengatakan bahwa prubahan kurikulum yang terlalu sering dinilai kurang
efektif dan efisien bagi pendidikan Indonesia.

Menurut Nanang, sejak 1984 sudah terjadi perubahan kurikulum hingga 10


kali. Seringnya perubahn kurikulum tersebut dinilai kurang banyak berpengaruh
pada kemajuan pendidikan. Selain itu, menurut Nanang, guru juga harus kreatif
dan inovatif dalam mengajar. “Guru harus mampu mereduksi konten-konten
kurikulum yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa atau sekolah.

1. Kurikulum 1947

Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran


1947. Ketika itu penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan
(Rencana pelajaran) ketimbang istilah Curriculum dalam bahasa inggris.
Rencana pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia
pendidikan masih menerapkan kurikulum belanda, yang orientasi
pendidikan dan pengajarannya di tujukan untuk kepentingan kolonialis
belanda. Rencana pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara, dan masyarakat daripada pendidikan pikiran.
Materi pelajaran duhubungkan dengan kejadian sehari-hari,  perhatiaan
terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Pada masa itu juga di bentuk
kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak
melanjutkan ke SMP.  Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang
tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

2. Kurikulum 1952

Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah  pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurukulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kurikulum 1964

Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran


kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa

8
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu


dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan di tekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, aagar pendidikan lebih efisien
dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manajemen, yaitu MBO (Management By Objective) yang terkenal saat
itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran di rinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Jaman ini di kenal istilah
“Satuan Pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya
pelajaran matematika sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-
hari.
6. Kurikulum 1984 (CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung Process Skill Approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 Yang
Disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau

9
Student Aktive Learning (SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada
tujtuan interaksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus
dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Tujuan
pengajaran lebih menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan maslah.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Pendidikan berbasis kopetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukantugas-tugas tertentu sesuai
dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diartikan
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu
melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Kurikulum ini
berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta
keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.
9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah
KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan
kerangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk
setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Depertemen Pendidikan
Nasional.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi
belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan
kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20

10
tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5
tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum

1. Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah


lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan
teknologi, dan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.
2. Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan
mempertimbangkan segi moral, kemampuan menjadi kewarganegaraan
yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda.
3. Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar, narkoba,
korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak
sosial (social unrest).
4. Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik
beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang
bermuatan karakter.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat ide,
suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Apa
yang dpat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real, yang tidak
dapat diwujudkan ternyata tetap menjadi ide. Paling tidak tiga peranan
kurikulum yang sangat penting yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau
evaluatif dan peranan kreatif. Sedangkan fungsi kurikulum terdiri dari fungsi
penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan,
fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad.(1992). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar


Baru

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP

Hamalik, Oemar (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Nasution, S (2006). Azas-Azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.


Sanjaya,Wina (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta Kencana

12

Anda mungkin juga menyukai