Anda di halaman 1dari 2

Hasil pengukuran kecerahan di lokasi penelitian yang bervariasi yaitu berkisar antara

0,9-4,7 m. Kecerahan terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 0,9 m dan yang memiliki
kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 4,7 m. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi. Berdasarkan
Kepmen LH Nomor 51 Tahun 2004, maka nilai kecerahan di perairan dompak masih dapat
dimanfaatkan oleh biota perairan untuk melakukan aktivitas karena kedalaman perairan yang
diteliti tidak ada yang lebih dari 6 m.

Berdasarkan pengukuran kekeruhan di lokasi penelitian menunjukkan nilai yang


bervariasi antara 0,92 – 2,25 NTU. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004 menunjukkan nilai kekeruhan untuk biota laut tidak lebih dari 5 NTU. Dari data ini di
ketahui bahwa perairan Dompak memiliki perairan yang tingkat kekeruhannya masih dibawah
nilai baku mutu. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung didalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu permukaan laut dilokasi penelitian menunjukkan


nilai Suhu Perairan Dompak berkisar antara 29,7 oC - 37,1 oC . Suhu terendah terdapat pada
stasiun 4 yaitu sebesar 29,7 oC dan yang memiliki suhu tertinggi terdapat pada stasiun 2
sebesar 37,1. Dari data tersebut menunjukkan nilai yang melebihi batas standar baku mutu air
laut untuk biota laut, suhu air laut berkisar 28-32 oC. Perbedaan suhu perairan tersebut dapat
disebabkan oleh topografi atau kedalaman yang berhubungan dengan perbedaan penetrasi
cahaya matahari pada lapisan permukaan dan lapisan yang lebih dalam. Selain karena faktor
kedalaman dan intensitas cahaya matahari, tingginya suhu pada stasiun 2 dipengaruhi oleh
musim, waktu pengamatan, sirkulasi udara, tutupan awan dan letak geografis suatu perairan.
Letak geografis suatu perairan menyebabkan pergerakan massa air tawar yang masuk ke
perairan. Gerakan massa air tersebut dapat menimbukan panas, akibat dari gesekan antar
molekul air, sehingga suhu air laut menjadi lebih hangat (Chapman, 1996).

Hasil pengukuran salinitas di lokasi penelitian pada ketiga stasiun pengamatan


didapatkan nilai salinitas yang hampir sama yaitu dengan kisaran 30-33 ‰, hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti curah hujan, penguapan, dan suplai air
tawar dari sungai ataupun aliran permukaan pada seluruh stasiun pengamatan sama
(Najamuddin al., 2020). Nilai salinitas yang didapatkan merupakan kisaran nilai yang umum
ditemukan di perairan laut, hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji, 1987 yakni kisaran nilai
salinitas di perairan samudera biasanya berkisar 34-35 ‰, dan di perairan laut berkisar 29-34
‰. Kisaran salinitas di perairan laut pada umumnya lebih rendah daripada nilai salinitas di
perairan samudera, ini dikarenakan pada perairan laut terjadi pengenceran akibat pengaruh
aliran sungai dan saluran air dari pemukiman penduduk serta tingkat penguapan yang lebih
rendah.

Berdasarkan hasil pengukuran DO, diketahui bahwa Oksigen terlarut (Dissolved


Oxygen/DO) Perairan Dompak pada kisaran 6,52–9,20 mg/l. DO di perairan ini berada di bawah
baku mutu peruntukan air laut untuk biota dan masih tergolong sebagai perairan alami karena
konsentrasi DO tidak melebihi 10 mg/l (McNeely et al., 1979). DO di beberapa stasiun yang
berdekatan dengan daratan memiliki rentang yang lebar dibandingkan dengan stasiun-stasiun
yang berada di bagian tengah perairan. DO terendah ditemukan pada stasiun 2 yaitu sebesar
6,52 mg/l, DO tertinggi ditemukan pada stasiun 4 dan 5 yaitu sebesar 8,07-9,20 mg/l.

Yulius, Aisyah, Prihantono, J., Gunawan, D. 2018. Kajian Kualitas Perairan untuk Budidaya Laut
Ikan Kerapu di Teluk Saleh, Kabupaten Dompu. Jurnal Segara. 14 (2) : 57-68

Najamuddin, Kasim, I.J., Baksir, A., Paembonan, R.E., Tahir, I., dan Lessy, M.R. 2020. Kualitas
perairan dan status pencemaran perairan pantai Kota Ternate. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepulauan. 3 (1) : 35-45

Zahroh, A., Riani, E., Anwar, S. 2019. Analisis Kualitas Perairan untuk Budidaya Kerang Hijau
di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 9 (1) : 86-91

Indrayana, R., Yusuf, Muh., Rifai, Azis. 2014. Pengaruh Arus Permukaan terhadap sebaran
Kualitas Air di Perairan Genuk Semarang. Jurnal Oseanografi. 3 (4) : 651-659

Sidabutar, E.A., Sartimbul, A., Handayani, M. 2019. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen
Terlarut terhadap Kedalaman di Perairan Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek. Jurnal
penelitian Perikanan dan Kelautan. 3 (1) : 46-52

Anda mungkin juga menyukai