Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No.

2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-139

Pemodelan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi


Sumatera Utara dengan Pendekatan
Ekonometrika Spasial Data Panel
1
Ongki Novriandi Purba, 2Setiawan
Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: 1 ongkinovriandipurba@gmail.com, 2 setiawan@statistika.its.ac.id

Abstrak—Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan tersebut menandakan terjadinya pertumbuhan nyata
pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Berdasarkan fakta tersebut,
ekonominya. Dalam analisis pertumbuhan ekonomi, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
indikator yang menunjukkan pertumbuhan nyata ekonomi ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara
suatu wilayah adalah PDRB atas dasar harga konstan.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah memiliki
menjadi menarik untuk dikaji.
kecenderungan berkaitan dengan wilayah sekitarnya, Model ekonometrika spasial pada penelitian ini
sehingga diperlukan model ekonometrika spasial yang dapat diterapkan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi
mengakomodasi adanya keterkaitan antar wilayah tersebut. wilayah pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Pada penelitian ini menggunakan pemodelan pertumbuhan Provinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu
ekonomi dengan model ekonometrika spasial data panel. provinsi besar di Indonesia, denganluas wilayah secara
Model spasial yang dibangun dalam penelitian ini yaitu keseluruhan yaitu 72.981,23 km2. Laju pertumbuhan
Spatial Autoregressive Model (SAR) dan Spatial Error Model ekonomi Provinsi Sumatera Utara terbilang cukup tinggi.
(SEM) dengan melibatkan model panel pooled, fixed effects
Pada tahun 2014, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera
dan random effects menggunakan prosedur estimasi
maximum likelihood. Terdapat dua pembobot spasial yang Utara tercatat sebesar 5,23% berada diatas pertumbuhan
digunakan, yaitu pembobot queen contiguity dan customize. ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
Pembobot queen contiguity dibentuk berdasarkan 5,02% [2]. Dalam analisis pertumbuhan ekonomi
ketersinggungan sisi sudut. Pembobot customize dibentuk wilayah, indikator yang menunjukkan pertumbuhan
berdasarkan faktor lain yaitu keterkaitan infrastuktur nyata ekonomi suatu wilayah adalah PDRB atas dasar
berupa jalan nasional, jalan provinsi serta Kota Medan harga konstan wilayah tersebut.
sebagai pusat perekonomian. Model terbaik pada pemodelan Selain faktor-faktor sosial ekonomi penelitian ini
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera mempertimbangkan adanya interaksi spasial dalam
Utara adalah SAR pooled dengan pembobot queen contiguity,
dengan variabel signifikan yang mempengaruhi
pemodelan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Provinsi Sumatera Utara sehingga digunakan pendekatan
Utara adalah pendapatan asli daerah dengan elastisitas ekonometrika spasial. Pemodelan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,4044, belanja modal dengan elastisitas sebesar Provinsi Sumatera Utara yaitu dengan model
0,6144 dan rumah tangga pengguna listrik dengan elastisitas ekonometrika spasial yang menggunakan data cross
sebesar 0,6609. section kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara. Data
panel adalah gabungan antara data cross section dan data
Kata Kunci—Ekonometrika spasial data panel, time series dimana unit cross section yang sama diukur
Pertumbuhan ekonomi, SAR dan SEM model pooled, fixed pada waktu yang berbeda.
effect atau random effect.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian yang
memodelkan adanya dependensi spasial menggunakan
I. PENDAHULUAN
data panel cukup menarik untuk dikaji dalam kaitannya

K eberhasilan program pembangunan suatu negara


dilihat dari pertumbuhan ekonominya, sehingga
dalam melakukan pembangunan suatu wilayah
untuk memodelkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga,
pada penelitian ini akan dilakukan kajian mengenai
karakteristik pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
pemerintah memerlukan perencanaan yang akurat serta Utara dengan mempertimbangkan adanya dependensi
diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap spasial antar kabupaten/kota menggunakan data panel
pembangunan yang dilakukannya. Pertumbuhan ekonomi dalam memodelkan pertumbuhan ekonomi
di suatu wilayah merupakan suatu proses perubahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan
kondisi perekonomian yang berkesinambungan menuju menggunakan model Spatial Autoregressive Model
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu di (SAR) dan Spatial Error Model (SEM).
wilayah tersebut. Dengan demikian, tolok ukur
keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari II. TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin
Model Spasial Data Panel
kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar
daerah dan antar sektor. Dalam penelitian ini, individu yang akan diteliti adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) unit spasial sehingga efek spesifik individu selanjutnya
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tercatat disebut efek spesifik spasial. Model regresi linier dengan
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun [1]. Hal
D-140 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

efek spesifik spasial tetapi tanpa interaksi spasial dapat dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM).
dituliskan seperti persamaan berikut: Untuk mengetahui apakah suatu model dikatakan model
yit  xitβ+ i   it (1) spasial lag menggunakan uji LM spatial lagdan robust uji
dengan, Lagrange MultiplierLag sedangkan untuk mengetahui
i = indeks untuk dimensi cross-section (unit spasial), model spasial error menggunakan uji LM spatial error
dimana i = 1,…,N. dan robust uji Lagrange MultiplierError.
t = indeks untuk dimensi waktu (periode waktu), 1. Pengujian dependensi spasial pada lag variabel
dimana t = 1,…,T. dependen
yit = observasi terhadap variabel dependen pada data ke-i Uji Hipotesis:
waktu ke-t. 𝐻0 : 𝛿 = 0 (tidak ada dependensi lag spasial dalam model)
xit = vektor baris (1,K) dari observasi variabel 𝐻1 : 𝛿 ≠ 0 (ada dependensi lag spasial pada model)
independen. Statistik Uji:
2
β = matriks (K,1) dengan parameter yang tidak ̂ 2]
[ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)𝑌⁄𝜎
𝐿𝑀𝛿 = (4)
𝐽
diketahui. 2
𝜇𝑖 = efek spesifik spasial. ̂ 2 −ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)ℯ⁄ 2 ]
[ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)𝑌⁄𝜎
̂
𝜎
robust 𝐿𝑀𝛿 = (5)
𝜀𝑖𝑡 = error yang berdistribusi dan bentuk dari observasi 𝐽−𝑇𝑇𝑊
ke-i dan t dengan mean 0 dan varians𝜎 2 . Dengan,
1
Ketika terdapat interaksi secara spesifik antar unit 𝐽= ̂2
[((𝐼𝑇 ⨂𝑊)𝑋𝛽̂ ) (𝐼𝑁𝑇 − 𝑋(𝑋 ′ 𝑋)−1 𝑋′)(𝐼𝑇 ⨂𝑊)𝑋𝛽̂ + 𝑇𝑇𝑊 𝜎 2 ] (6)
𝜎
spasial, maka model mengandung spasial lag pada 2. Pengujian dependensi spasial error
variabel dependen atau terdapat proses autoregresif spasial Uji Hipotesis:
pada error. Model spasial lag dinyatakan bahwa variabel 𝐻0 : 𝜌 = 0 (tidak ada dependensi error spasial dalam
dependen tergantung pada variabel dependen tetangga dan model)
satu bagian dari karakteristik lokal. Berikut adalah model 𝐻1 : 𝜌 ≠ 0 (ada dependensi error spasial pada model)
spasial lag(SAR). Statistik Uji:
N
yit    wij y jt  xitβ+ i   it (2) [ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)ℯ⁄ 2 ]
2
̂
𝜎
j 1 𝐿𝑀𝜌 = (7)
𝑇×𝑇𝑊
Dimana, 𝛿 adalah koefisien autoregresif spasial dan 𝑤𝑖𝑗 2
̂ 2 −𝑇𝑇𝑊 ⁄𝐽×ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)𝑌⁄𝜎 2 ]
[ℯ ′ (𝐼𝑇 ⨂𝑊)ℯ⁄𝜎
adalah elemen matrik pembobot (W) spasial. robust 𝐿𝑀𝜌 = (8)
𝑇𝑇𝑊 [1−𝑇𝑇𝑊 ⁄𝐽]−1
Sedangkan model spasial error dinyatakan dimana
Keputusan:
variabel dependen tergantung pada karakteristik lokal dan
Statistik uji LM berdistribusi 𝜒 2 dengan H0 ditolak jika LM
error yang berkorelasi antar space. Berikut adalah model
> 𝜒2.
spasial error(SEM).
yit  xit β  i  it ,
Pengujian Signifikansi Parameter
Untuk menguji signifikansi dari koefisien spasial
N
it    wijit   it (3) digunakan uji Likelihood Rasio (LR) [5]. Pengujian ini
j 1
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
Dimana, 𝜙𝑖𝑡 adalah autokorelasi spasial error dan𝜌adalah a. Fixed effects
koefisien autokorelasi spasial [3]. H0 : 1  2  ...   N  
Matriks Pembobot Spasial H1 :   0 (minimal ada salah satu yang berbeda)
Matriks pembobot spasial (W) dapat diperoleh α = mean intersep
berdasarkan informasi jarak dari kedekatan ketetanggaan b. Random effects
(neighborhood), atau dalam kata lain jarak antara satu H0 :   1(   0)
wilayah dengan wilayah yang lain [4].
a. Queen Contiguity (persinggungan sisi-sudut). H1 :   1 (minimal ada salah satu yang berbeda)
Persinggungan sisi-sudut mendefinisikan 𝑤𝑖𝑗 =1 untuk Uji ini didasarkan pada selisih log-likelihood
wilayah yang bersisian (common side) atau titik understricted dan restricted, bentuk umumnya sebagai
berikut:
 
sudutnya (common vertex) bertemu dengan sudut ~
wilayah yang menjadi perhatian, 𝑤𝑖𝑗 =0 untuk wilayah LR  2 L(ˆ)  L( ) (9)
lainnya. Dengan 𝜗 adalah parameter yang dievaluasi pada estimasi
b. Customize Contiguity. yang tidak dibatasi (understricted) dan yang dibatasi
Pembobot customize merupakan pembobot yang (restricted). Uji LR secara asymtotik mengikuti distribusi
disusun tidak hanya memperhatikan faktor chi-square derajat bebas q, 𝜒 2 (𝑞) Dengan q adalah jumlah
persinggungan antar wilayah tetapi juga parameter yang dibatasi. Untuk menguji koefisien spasial
mempertimbangkan faktor kedekatan ekonomi, lag model spasial data panel fixed effect dengan hitpotesis
infrastruktur, ataupun faktor lainnya. Nilai 1 diberikan adalah:
untuk daerah yang memiliki kedekatan ekonomi, H 0 :   0 (tidak ada depedensi spasial lag)
infrastruktur, ataupun faktor lainnya sedangkan nilai 0
H1 :   0 (ada depedensi spasial lag)
untuk daerah yang tidak memiliki kedekatan ekonomi,
Dengan menggunakan LR test sebagai berikut:
 
infrastruktur, ataupun faktor lainnya. ~ 2  log ˆ 2  2T [log | IN-𝛿𝑾|] (10)
LR  NT log 
Uji Dependensi Spasial
Uji LR secara asymtotik mengikuti distribusi chi-square
Salah satu uji statistik untuk mengetahui adanya derajat bebas 1,  2 (1). Untuk menguji koefisien spasial
ketergantungan wilayah (spatial dependency) adalah
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-141

error model spasial data panel fixed effect dengan H0 : (tidak terjadi autokorelasi antar residual)
hipotesis adalah: H1 : (terjadi autokorelasi antar residual)
H 0 :   0 (tidak ada depedensi spasial error) Statistik uji Durbin Watson adalah sebagai berikut.
n t
H1 :   0 (ada depedensi spasial error)  (e i ,t  ei , t 1 ) 2
Dengan menggunakan LR test sebagai berikut: d i 1 t  2 (14)
 
LR  NT log ~ 2  log ˆ 2  2T [log | IN-𝜌𝑾|]
n

 e
t
2
i ,t
i 1 t 1
(11)
3) Asumsi residual menyebar normal
Uji ini secara asymtotik mengikuti distribusi chi-square
Asumsi persyaratan normalitas harus terpenuhi untuk
derajat bebas 1, 𝜒 2 (1) Untuk menguji signifikansi
mengetahui apakah residual dari model berdistribusi
koefisien spasial lag dan spasial error secara bersama-
normal. Cara pengujian normalitas salah satunya dapat
sama (joint test) dengan hipotesis sebagai berikut:
dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov normality test
H 0 :     0 (tidak ada depedensi spasial lag dan dengan hipotesis sebagai berikut:
spasial error) H0 : Residual mengikuti distribusi normal
H1 :     0 (Minimal ada satu interaksi atau H1 : Residual tidak mengikuti distribusi normal
depedensi spasial) Statistik uji yang digunakan adalah D dengan D adalah:
Dengan menggunakan uji LR adalah: 𝐷 = 𝑆𝑢𝑝𝑧 |𝐹𝑛 (𝑥) − 𝐹0 (𝑥)| (15)
 
LR j  NT log ~ 2  log ˆ 2  2T ([log | IN- Dasar penolakan H0 adalah tolak H0 jika 𝐷 > 𝐷𝛼 ∙ 𝐷𝛼
adalah nilai kritis untuk uji Kolmogorov-Smirnov satu
𝛿𝑾|+log|IN-𝜌𝑾|) (12) sampel yang diperoleh dari tabel Kolmogorov-Smirnov
Uji ini secara asymtotik mengikuti distribusi chi-square satu sampel.
derajat bebas 2, 𝜒 2 (2) Selain asumsi untuk residual, pada analisis regresi juga
E. Kriteria Kebaikan Model (Goodness of Fit) terdapat asumsi regresi yang harus dipenuhi yaitu tidak
Kriteria kebaikan model pada model spasial data panel terjadi multikolinearitas. Uji Multikolinearitas merupakan
dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R²) dan corr². situasi adanya korelasi antara variabel-variabel
Koefisien determinasi (R²) adalah proporsi besarnya independen, yang menggambarkan hubungan antara
variasi data yang dapat diberikan atau diterangkan oleh variabel independen tersebut lebih tinggi dari hubungan
model. Perhitungan R² untuk data panel menggunakan variabel independen terhadap variabel dependen.
persamaan berikut ini [6]. VIF 
1 ; j = 1,2,…,k (16)
1  R2 j
j

R (e, )
2 𝒆′  𝒆 2 ̃ 𝒆̃
𝒆′
R (𝒆̃)=1-(𝒀−𝒀̅)′((𝒀−𝒀̅)(13) Apabila nilai VIF dari variabel independen lebih besar
=1-(𝒀−𝒀̅)′ ̅)
atau
((𝒀−𝒀
dari 10, maka variabel tersebut dikatakan mengalami
dimana:
̅ = rata-rata keseluruhan dari variabel dependen multikolinearitas.
𝐘
e = vektor residual dari model
III. METODOLOGI PENELITIAN
e'Ωe dapat diganti dengan residual sum of square dari
transformed residual𝒆′̃ 𝒆̃. Sumber Data
Pemeriksaan Asumsi Model Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
1) Asumsi kekonstanan varians residual Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data
(homoskedastisitas) atau asumsi identik tahun 2012–2014.Ada sebanyak 33 objek penelitian yang
Pendeteksian asumsi identik atau kekonstanan varians terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota yang ada di Provinsi
dengan metode grafis dilakukan dengan melihat Sumatera Utara.
scatterplot nilai prediksi (fits) dengan residual, dimana jika Selain data PDRB, juga digunakan data dari faktor-
titik-titik menyebar secara acak dan membentuk pola faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB
tertentu maka dapat dikatakan terjadi kasus secara ekonomi, yaitu pendapatan asli daerah, belanja
heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi modal, tenaga kerja, rumah tangga pengguna listrik dan
adanya kasus heteroskedastisitas diantaranya sebagai rata-rata lama sekolah.
berikut [7].
a. Metode Informal: Sifat persoalan dan metode grafik Variabel Penelitian
b. Metode Formal : Uji Korelasi Rank-Spearman, Uji Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari
Park, Uji Glejser, dan Uji variabel dependen dan variabel independen yang
Goldfeld-Quandt. ditunjukan oleh Tabel 1.
2) Asumsi independen atau tidak terdapat autokorelasi TABEL 1. VARIABEL PENELITIAN
antar residual Skala Satuan
Variabel Keterangan
Untuk melihat adanya autokorelasi antar residual dapat Pengukuran Variabel
dilakukan dengan cara melihat plot dari Autocorrelation PDRB atas dasar harga
Y Rasio Milyar Rupiah
konstan
Function (ACF), dimana cara ini sering digunakan dalam Pendapatan Asli
analisis time series. Apabila terdapat lag yang keluar dari X1 Rasio Ribu rupiah
Daerah
batas-batas signifikansi, dapat disimpulkan bahwa terjadi X2 Belanja Modal Rasio Ribu rupiah
autokorelasi atau residual tidak independen. Secara formal X3 Tenaga Kerja Rasio Jiwa
uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji X4 Rumah Tangga
Rasio Persen
Pengguna Listrik
Durbin Watson. Hipotesis dari uji Durbin Watson sebagai
X5 Rata-rata Lama Rasio Tahun
berikut:
D-142 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

Sekolah f. Membandingkan model yang diperoleh dengan


Defenisi operasional dari masing-masing variabel menggunakan kedua pembobot spasial (queen
dependen dan independen yang digunakan dalam contiguity dan customize) dan memilih model terbaik
penelitian ini adalah sebagai berikut [1]. dengan kriteria signifikan dalam model.
1. Y = PDRB atas dasar harga konstan Spesifikasi Model
PDRB atas dasar harga konstan ialah nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga Pemilihan variabel yang akan digunakan untuk
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dan saat memodelkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera
ini menggunakan tahun 2000. Utara berdasarkan model pertumbuhan ekonomi Mankiw-
2. X1 = Pendapatan Asli Daerah Romer-Weil [8]. Model tersebut akan didekati dengan
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang pendekatan log linear (ln) yang merupakan perluasan dari
berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah yang fungsi Cobb-Douglas dari variabel-variabel yang
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba digunakan dalam model [9]. Model yang akan dibangun
BUMD, penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaan pada penelitian ini terdiri dari dua model spasial, yaitu
lain-lain. SAR dan SEM. Spesifikasi model yang akan dibangun
3. X2 = Belanja Modal dapat dilihat pada Tabel 2.
Belanja modal adalah pengeluaran yang digunakan TABEL 2. SPESIFIKASI MODEL
untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan asset SAR Panel
tetap berwujud yang nilai manfaatnya lebih dari a. SAR pooled
33
setahun, dan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
ln Yˆit  ˆ wij ln Y jt  ˆ0  ˆ1 ln X 1it  ˆ 2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ 4 ln X 4it  ˆ5 X 5it
program dan kegiatan pemerintah daerah. j 1
4. X3 = Tenaga Kerja b. SAR fixed effects
Variabel yang digunakan sebagai pendekatan (proxy) 33
dari tenaga kerja pada penelitian ini adalah jumlah ln Yˆit  ˆ wij ln Y jt  ˆ1 ln X 1it  ˆ 2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ 4 ln X 4it  ˆ5 X 5it  ˆ i
j 1
penduduk umur 15 tahun keatas yang bekerja.
5. X4 = Rumah Tangga Pengguna Listrik c. SAR random effects
33
Variabel yang digunakan sebagai pendekatan (proxy)
ln Yˆit  ˆ wij ln Y jt  ˆ1 ln X 1it  ˆ 2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ 4 ln X 4it   5 Xˆ 5it  ˆ
dari perkembangan teknologi adalah persentase jumlah j 1
rumah tangga menggunakan penerangan listrik SEM Panel
bersumber dari PLN.
a. SEM pooled
6. X5 = Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar ln Yˆit  ˆ0  ˆ1 ln X 1it  ˆ2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ4 ln X 4it  ˆ5 ln X 5it  ˆit ,
penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan 33

dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang ˆit  ˆ  wijit


j 1
mengulang). Untuk menghitung rata-rata lama sekolah
b. SEM fixed effects
dibutuhkan informasi partisipasi sekolah, jenjang dan
jenis pendidikan yang pernah/sedang diduduki, ijasah ln Yˆit  ˆ1 ln X 1it  ˆ 2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ 4 ln X 4it  ˆ5 ln X 5it  ˆ i  ˆit ,
tertinggi yang dimiliki dan tingkat/kelas tertinggi yang 33

pernah/sedang diduduki. ˆit  ˆ  wijit


j 1
Langkah Analisis c. SEM random effects
Langkah analisis didalam penelitian ini yaitu dengan
memperoleh model pertumbuhan ekonomi di Provinsi ln Yˆit  ˆ1 ln X 1it  ˆ 2 ln X 2it  ˆ3 ln X 3it  ˆ 4 ln X 4it  ˆ5 ln X 5it  ˆ  ˆit ,
Sumatera Utara dengan pendekatan ekonometrika spasial 33

panel (SAR panel dan SEM panel) dengan langkah- ˆit  ˆ  wijit
j 1
langkah sebagai berikut:
a. Melakukan uji dependensi spasial dengan
menggunakan uji LagrangeMultiplier (LM) dan robust IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
LM untuk lag dan error, dengan ketentuan: PDRB Provinsi Sumatera Utara
- apabila uji LM lag signifikan, maka model yang
sesuai adalah SAR panel
- apabila uji LM error signifikan, maka model yang
sesuai adalah SEM

b. Memodelkan efek panel pooled, fixed effects dan


random effects untuk setiap model spasial (SAR panel
dan SEM panel). Gambar 1. Peta Persebaran PDRB atas Dasar Harga Konstan Provinsi
c. Membandingkan model pooled, fixed effects dan Sumatera Utara tahun 2012–2014
random effects untuk setiap model spasial (SAR panel PDRB atas dasar harga konstan kabupaten/kota di
dan SEM panel) dengan uji spesifikasi Likelihood Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012–2014
Ratio. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
d. Melakukan pemilihan model terbaik dengan kriteria R², menandakan bahwa terjadi pertumbuhan nyata ekonomi
corr², σ² dan jumlah variabel yang signifikan dalam kearah yang positif. Persebaran PDRB Provinsi Sumatera
model. Utara pada tahun 2012 sampai tahun 2014 dapat dilihat
e. Melakukan interpretasi model.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-143

pada Gambar 1. PDRB tertinggi dihasilkan oleh Kota pada model fixed effects,danspatial random effects baik
Medan dengan rata-rata PDRB sebesarRp 111151,35 pada LM maupun Robust LM tidak terjadi dependensi
triliun. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa spasial.
Kota Medan merupakan pusat dari kegiatan perekonomian Estimasi Parameter Regresi Spasial Panel
di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan kabupaten/kota
dengan PDRB terendah adalahKabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan hasil uji spasial dependensi maka estimasi
dengan rata-rata PDRB sebesar Rp 604,21 milyar. parameter yang memiliki efek spasial adalah pada model
SAR pooled. Estimasi parameter pada model SAR pooled
Pemilihan Model dengan Regresi Spasial Data terdapat pada Tabel 4.
Panel
TABEL 4. SAR POOLED PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI
Berdasarkan pengujian multikolinieritas yang telah SUMATERA UTARA
dilakukan, terdapat beberapa variabel yang menyebabkan Pooled
Variabel
adanya multikolinieritas. Hal ini ditandai dari nilai korelasi Koefisien P-value
antar masing-masing variabel X terhadap Y yang positif, intercept -15,6176 0,0000
namun pada model tanda menjadi negatif. Untuk itu salah
X1 (PAD) 0,4044 0,0000
satu solusinya dengan mengeluarkan variabel yang
terindikasi menyebabkan multikolinieritas yaitu variabel X2 (BM) 0,6144 0,0000
tenaga kerja (X3) dan rata-rata lama sekolah (X5), sehingga X4 (RTPL) 0,6609 0,0407
pengujian spasial panel selanjutnya menggunakan variabel δ 0,3036 0,0002
pendapatan asli daerah (X1), belanja modal (X2) dan rumah R2 0,7550
tangga pengguna listrik (X4). Corr2 0,7056
Untuk mengetahui apakah suatu model dikatakan model σ 2
0,2883
memiliki efek spasial panel yaitu dengan menggunakan uji
LM dan Robust LM. Hasil uji dependensi spasialdapat Pada tabel 4 diperoleh hasil estimasi parameter, maka
dilihat pada Tabel 3. dapat disimpulkan bahwa model terbaik adalah model
TABEL 3. HASIL UJI DEPENDENSI SPASIAL SAR pooled menggunakan pembobot queen contiguity.
Queen Contiguity Model tersebut memiliki variabel yang signifikan lebih
banyak dibandingkan model lain dan memiliki
Spasial Fixed Spasial Random
Uji LM Pooled
Effect Effect nilaiR2tinggi, yaitu 0,7550,σ2yang rendah yaitu 0,2883
13,3283 100,0775
dengan nilai corr2 yaitu 0,7056.
LM lag 0,9114 (0,340) Dari model terbaik yang diperoleh, akan dilakukan
(0,000) (0,000)
0,7032 57,8190
pengujian asumsi terhadap residual untuk melihat apakah
LM error 0,1664 (0,683) residual bersifat identik, independen dan berdistribusi
(0,402) (0,000)
16,7858 50,2091
normal.
Robust LM lag 1,0045 (0,316) 1. Asumsi identik atau kekonstanan varians residual
(0,000) (0,000)
(homoskedastisitas)
4,1607 7.9506
Robust LM error 0,2595 (0,610) Berdasarkan scatterplot antara nilai residual dengan
(0,041) (0,005)
nilai prediksi (fits) pada gambar, terlihat bahwa titik-titik
Customize
amatan menyebar secara acak dan tidak membentuk pola
Spasial Fixed Spasial Random tertentu, yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji LM Pooled
Effect Effect
0.050

0,9213 102,8456
LM lag 0,1508 (0,698)
(0,337) (0,000) 0.025

0.000
5,4387 39,4017
res

LM error 0,0162 (0,899)


(0,020) (0,000) -0.025

10,1652 63,5684 -0.050

Robust LM lag 0,1633 (0,686)


(0,001) (0,000) -0.075
45 50 55 60 65
fit
14,6825 0,1245
Robust LM error 0,0287 (0,865) Gambar 2. Scatterplot antara Residual dengan Nilai Prediksi (Fits)
(0,000) (0,724)
2. Asumsi independen atau tidak terdapat autokorelasi
Secara umum gambaran hasil uji LM dengan
antar residual
menggunakan pembobot spasial queen contiguitypada
Berdasarkan plot Autocorrelation Function (ACF) dari
Tabel 3, menunjukkan bahwadengan α=5% terjadi
residual, terlihat bahwa tidak ada lag yang keluar dari
dependensi spasial lag pada pooled regression dan spatial
batas-batas signifikansi. Ini berarti bahwa tidak terjadi
fixed effects. Begitu juga dengan hasil uji Robust LM
autokorelasi antar residual. Dengan uji autokorelasi
terjadi dependensi spasial lag pada model pooled
menggunakan statistik uji Durbin Watson, diperoleh nilai
regression maupun spatial fixed effects. Akan tetapi pada
statistik Durbin Watson sebesar 1,9992. Dengan uji
LM error model pooled tidak signifikan dengan α=5%,
statistik dU<d<4-dU dan dU sebesar 1,71399, maka
dan jugalag maupun error pada model spatial random
diperoleh 1,71399<1,9992<2,28601 sehingga gagal tolak
effects baik pada LM maupun Robust LM tidak terjadi
H0.Maka keputusan adalah tidak terjadi autokorelasi
dependensi spasial. Sedangkan dengan hasil uji LM dan
hasil uji Robust LM dengan menggunakan pembobot antar residual, maka asumsi independen terpenuhi.
spasial costumize, menunjukkan bahwa dengan α=5%
terjadi dependensi spasial lag dan error pada variabel
dependen pooled regression dan spatial fixed effects. Akan
tetapi padaLM lagmodel pooleddan Robust LM error
D-144 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

1.0
Model tersebut memiliki nilaiR2tinggi, yaitu 0,7550
0.8 dan σ2 rendah yaitu 0,2883 dengan nilai corr2 yaitu
0.6

0.4 0,7056. Variabel yang signifikan pada model adalah


Autocorrelation

0.2

0.0
pendapatan asli daerah (X1), belanja modal (X2) dan
-0.2 rumah tangga pengguna listrik (X4).Melalui pengujian
-0.4

-0.6
interaksi spasial serta efek spasial pada model diperoleh
-0.8

-1.0
hasil bahwa terdapat interaksi spasial serta efek spasial
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 pada masing-masing kabupaten/kota yang diteliti.
Lag
Sedangkan pada model fixed effects dan random effects
Gambar 3. Plot ACF dari residual
mempunyai variabel yang tidak signifikan dan bernilai
3. Asumsi residual menyebar normal negatif. Hal ini disebabkan karena ketersediaan dan
Berdasarkan probability plot dari residual pada terbatasnya pada data time series yang hanya
gambar, terlihat bahwa titik-titik amatan residual menggunakan tiga tahun yaitu tahun 2012, 2013 dan
menyebar di sekitar garis normal, ini berarti residual 2014 sebagai data penelitian.Model SAR pooled yang
mengikuti sebaran normal. Dengan uji normalitas dipilih dapat dituliskan sebagai berikut:
menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov juga diperoleh 33
ln Yˆit  0,3036  wij ln Y jt  15,6176  0,4044 ln X 1  0,6144 ln X 2  0,6609 ln X 4
hasil yang sama, dimana H0 gagal ditolak oleh karena p- j 1
value (0,062)>α(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
residual mengikuti distribusi normal. Saran
99.9
Mean
StDev
0.003322
0.01813
1. PDRB kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara
99 N
KS
P-Value
99
0.087
0.062
selain berkaitan dengan input dari kabupaten/kota itu
95
90

80
sendiri juga sangat berkaitan dengan input dari
70
kabupaten/kota di sekitarnya. Maka dari itu
Percent

60
50
40
30
20
diperlukan adanya kebijakan pada tingkat provinsi
untuk meningkatkan koordinasi antar kabupaten/kota
10
5

1
untuk mencapai pemerataan dalam pembangunan
0.1
-0.075 -0.050 -0.025 0.000
res
0.025 0.050
ekonomi masing-masing kabupaten/kota sehingga
Gambar 4.Probability Plot dari Residual diharapkan dapat terjadi pertumbuhan ekonomi yang
Model Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera berkesinambungan.
Utara didapatkan model terbaik yaitu model SAR pooled 2. Penelitian ini hanya membahas mengenai kajian
yang dipilih dapat dituliskan sebagai berikut: estimasi parameter dari model SAR dan SEM
33 mencakup model panel fixed effects dan random
ln Yˆit  0,3036  wij ln Y jt  15,6176  0,4044 ln X 1  0,6144 ln X 2  0,6609 ln X 4 effects, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat
j 1

Dari model tersebut dapat diketahui bahwa meningkatnya dikembangkan kajian mengenai sifat-sifat statistik
pendapatan asli daerah (X1) disuatu kabupaten/kota, dari estimasi parameter.
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu kabupaten/kota dengan elastisitas sebesar DAFTAR PUSTAKA
0,4044. Artinya, apabila pendapatan asli daerah [1] Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Sumatera Utara Dalam Angka
kabupaten/kota bertambah sebesar 1%, maka akan 2014. Diakses pada 20 Januari, 2016, dari www.sumut.bps.go.id.
diperoleh tambahan PDRB sebesar 0,4044%. [2] Bank Indonesia. (2015). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Meningkatnya belanja modal (X2) disuatu Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV- 2014. Diakses pada 20
kabupaten/kota, memiliki pengaruh signifikan terhadap Januari, 2016, dari www.bi.go.id.
pertumbuhan ekonomi suatu kabupaten/kota dengan
[3] Anselin, L. (2005). Exploring Spatial Data with GeoDa: A
elastisitas sebesar 0,6144. Artinya, apabila belanja modal Workbook, University of Illinois, Champaign Urbana.
di kabupaten/kota bertambah sebesar 1%, maka akan
diperoleh tambahan PDRB sebesar 0,6144%. [4] LeSage, J.P. (1999). Spatial Econometrics, www.spatial-
Meningkatnya rumah tangga pengguna listrik (X4) econometrics.com/html/wbook.pdf.
disuatu kabupaten/kota, memiliki pengaruh signifikan [5] Debarsy, N. & Ertur, C. (2010). Testing for Spatial Autocorrelation in
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu kabupaten/kota a Fixed Effect Panel Data Model. Regional Science and Urban
tersebut dengan elastisitas sebesar 0,6609. Artinya, apabila Economics, 40,453-470.
rumah tangga pengguna listrik di kabupaten/kota
[6] Elhorst, J.P. (2014). Spatial Econometrics: From Cross-Sectional
bertambah sebesar 1%, akan diperoleh tambahan PDRB Data to Spatial Panels, Springer, Heidelberg, New York, Dordrecht,
sebesar 0,6609%. London.

V. KESIMPULAN DAN SARAN [7] Gujarati, D.N. (2004). Basic Econometric 4th Edition. New York:
McGraw Hill Companies Inc.
Kesimpulan
[8] Sardadvar, S. (2011). Economic Growth in The Region of Europe,
Model pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Springer-Verlag, Berlin Heidelberg.
Utara yang terbentuk dengan menggunakan α = 5%
dengan model SAR pooled menggunakan pembobot [9] Setiawan & Kusrini, D.E. (2010). Ekonometrika, Andi, Yogyakarta
queen contiguity.

Anda mungkin juga menyukai