Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PEMILIHAN METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL

CONSUMABLE PESAWAT B737 BERDASARKAN KLASIFIKASI MATERIAL


(STUDI KASUS DI PT. GMF AERO ASIA)

Wilda Kurniyah R., Ahmad Rusdiansyah, Niniet Indah Arvitrida


Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: wildakurniyah@gmail.com ; arusdianz@gmail.com ; niniet@ie.its.ac.id

ABSTRAK
PT. GMF AA bergerak dalam bidang Maintenance, Repair and overhaul. Unit TMP (Garuda
Airline Material Service) yang berada di bawah unit TM (Trade and Asset Management)
bertanggung jawab atas pengelolaan persediaan material yang ada di gudang khususnya untuk
material consumable pesawat Garuda. Saat ini kondisi persediaan di gudang cukup tinggi dan
bila hal tersebut terjadi terus-menerus akan menyebabkan overstock. Akan tetapi di sisi lain,
terdapat beberapa material yang tidak memiliki persediaan di gudang. Terjadinya stockout ini
dapat mengakibatkan terhambatnya kegiatan maintenance. Salah satu faktor yang mengakibatkan
kedua hal tersebut yaitu manajemen persediaan yang belum memperhatikan pola pemakaian
material. Tiap material memiliki karakteristik yang berbeda. Dari keseluruhan material
consumable yang ada, akan dilakukan pengelompokan material menjadi 3 kelas berdasarkan
tingkat kekritisannya. Parameter yang dipertimbangkan dalam klasifikasi yaitu annual dollar
usage, harga, dan lead time. Kemudian dilakukan perhitungan pengendalian persediaan material
dengan menggunakan metode existing perusahaan (min-max level), metode (s, Q), dan metode (R,
s, S). Dari hasil perhitungan lot sizing dengan ketiga metode tersebut akan dibuat Material
Requirement Planning (MRP) untuk tiap metode. Output yang didapat dari MRP yaitu jumlah
material yang akan dipesan, waktu pengadaan, total biaya pengadaan, dan Inventory Turn Over
(ITO). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode pengendalian persediaan yang sesuai
untuk tiap kelas material. Penentuan metode lot sizing didasarkan pada kemungkinan terjadinya
stockout, ITO, dan total biaya pengadaan.

Kata Kunci: Material Classification, Inventory Control, min-max level, (s, Q) system, (R, s, S)
system, Material Requirement Planning.

ABSTRACT
PT. GMF AA specialized in Maintenance, Repair and overhaul. TMP Unit (Garuda
Airline Material Service) responsible on maintaining available materials at warehouse, especially
for Garuda’s airplane consumable material. Currently, there is a high level of inventory in the
warehouse and if this situation keep happening, it could create overstock. On the other hand, there
are some materials unavailable in the warehouse. Stock Out can delay maintenance activity. One
of the factors that could cause those situations is lack of attention at material management. Every
material has different personal characteristic. From all the consumable material, there are 3
different critical groups. Parameters being used to classify it are annual dollar usage, price, and
lead time. Afterwards, material control calculation is being applied. Currently, the company uses
min-max level method, (s, Q) method, and (R, s, S) method. Material Requirement Planning (MRP)
will be created from lot sizing calculation and those three methods. MRP’s outputs are the
amount of material needed, lead time, total cost, and Inventory Turn Over (ITO). This research is
intended to analyze suitable material management for every material class. Selecting lot sizing
method based on probability of stockout, inventory turn over, and total cost.

Keywords: Material Classification, Inventory Control, min-max level, (s, Q) system, (R, s, S)
system, Material Requirement Planning.

1. Pendahuluan
Sebagai salah satu perusahaan MRO Aero Asia (PT GMF AA) selalu mengutamakan
(Maintenance, Repair, and Overhaul) di kualitas dalam pelayanannya dan selalu
Indonesia, PT Garuda Maintenance Facilities berusaha menjaga kepercayaan konsumennnya.

1
Salah satu caranya yaitu dengan menjaga material KITB737-ACHECK setiap bulan ada
availability material di gudang. Hal tersebut bisa pemakaiannya dan jumlah pemakaiannya cukup
dicapai dengan melakukan manajemen tinggi, material M83248-035 hampir ada
persediaan yang baik sehingga dapat mencegah pemakaian setiap bulan akan tetapi jumlah
terjadinya overstock dan stock out. Pengelolaan pemakaiannya rendah, material
persediaan material sebaiknya dilakukan dengan BACB30LEGK28 sangat jarang pemakaiannya
mempertimbangkan karakteristik tiap material. dalam periode 15 bulan, dan material 69-73630
PT GMF AA mengelompokkan material selama periode tersebut tidak dipakai sama
menjadi 3 kelas, yaitu kelas A (rotable), B sekali. Pola pemakaian inilah yang nantinya
(repairable), dan C (consumable). Material dalam penelitian ini akan dijadikan paremeter
kelas A yaitu komponen yang diperbaiki ketika pertimbangan dalam menentukan kuantitas
mendekati atau mencapai batas waktu yang persediaan serta pembelian yang optimal.
ditentukan, perbaikan dilakukan pada material Di samping itu, kondisi persediaan PT
penyusunnya, seperti main wheel yang harus GMF AA saat ini cukup tinggi. Hal ini bisa
turun ke workshop untuk diperbaiki setelah dilihat pada Gambar 1.2 yang menunjukkan tren
pesawat mencapai 200 cycle. Material kelas B persediaan material consumable untuk pesawat
(repairable) yaitu komponen yang dilakukan B737 yang ada di gudang PT GMF AA. Dari
perbaikan ketika komponen tersebut rusak, Gambar 1.2 terlihat bahwa tren jumlah
perbaikan dilakukan pada komponen itu sendiri. persediaan cenderung meningkat. Meskipun
Material kelas C (consumable) yakni material pada tiga bulan terakhir menurun. Akan tetapi
yang sekali pakai dan tidak bisa diperbaiki jumlah inventori di gudang cukup tinggi. Nilai
seperti oring. persediaan yang ada di gudang PT GMF AA
Yang akan menjadi objek amatan dalam sebesar $40 juta. Hal tersebut didapat dari hasil
penelitian ini yaitu material kelas C brainstorming dengan expert di perusahaan
(consumable) untuk pesawat Garuda Boeing 737 yang bertanggung jawab atas nilai persediaan.
(B737). Hal ini dilakukan karena pengelolaan
material consumable berbeda dengan
pengelolaan material kelas A dan B. PT GMF
AA menggunakan metode minimum-maximum
level (min-max) untuk material consumable.
Semua material yang masuk kelas C, ukuran lot
sizing dihitung dengan metode ini. Pola
pemakaian material belum dipertimbangkan
dalam proses pengadaan material. Berdasarkan
data historis yang didapat, tidak semua material
consumable memiliki pola pemakaian yang
Gambar 1. 2 Grafik Tren Persediaan Material Kelas
sama. Gambar 1.1 adalah grafik pola pemakaian C Pesawat B737 di Gudang PT GMF AA
material kelas C.
Selain untuk menghindari terjadinya
overstock, manajemen persediaan juga dapat
mengantisipasi terjadinya stock out. Adanya
stock out material dapat mengakibatkan
terhambatnya proses maintenance pesawat yang
nantinya bisa mengakibatkan pesawat harus
menunggu dan bahkan pesawat gagal terbang.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan melakukan pembelian material saat itu
juga. Akan tetapi cara tersebut membutuhkan
Gambar 1. 1 Grafik Pola Pemakaian Material KelasC
biaya yang lebih besar. Sebagai perusahaan
yang bergerak di bidang MRO, PT GMF AA
Dari Gambar 1.1 di atas tampak empat contoh sebaiknya bisa mengantisipasi agar hal tersebut
material consumable dimana terlihat perbedaan tidak terjadi.
dalam pola pemakaian material tersebut. Untuk

2
Jumlah material kelas C untuk pesawat 1. Menentukan klasifikasi material yang ada di
B737 di gudang yang tidak ada inventorinya (nil gudang berdasarkan frekuensi penggunaan,
stock) semakin meningkat. Hal tersebut bisa harga material, dan lead time.
dilihat pada Gambar 1.3. Dari Gambar 1.3 2. Menentukan metode pengendalian persediaan
terlihat bahwa pada bulan Januari 2009 ada yang sesuai untuk masing-masing kelas
sekitar 194 material yang tidak ada material
persediannya di gudang. Jumlah tersebut terus 3. Melakukan analisis metode pengendalian
meningkat hingga bulan Maret 2010 dengan persediaan berdasarkan hasil klasifikasi
jumlah material yang nilai inventorinya sama material
dengan nol sebesar 228 unit material. Untuk
2. Metodologi Penelitian
menghindari peningkatan jumlah material yang
Metodologi penelitian ini berisi tahapan-
tidak ada inventorinya, maka perlu dilakukan
tahapan sistematis yang digunakan dalam
manajemen persediaan yang baik.
melakukan penelitian tugas akhir.
2.1 Tahap identifikasi dan Perumusan
Masalah
Tahap ini merupakan tahap awal yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di
perusahaan (dalam kasus ini adalah PT GMF
Aero Asia). Permasalahan yang akan menjadi
fokus penelitian di sini adalah bagaimana
menganalisis metode pengendalian persediaan
Gambar 1. 3 Grafik Jumlah Material Kelas C Pesawat yang optimal untuk material consumable
B737 yang Persediaannya Sama dengan Nol di pesawat B737 berdasarkan hasil klasifikasi
Gudang PT GMF AA
material. Setelah itu ditetapkan tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini.
Manajemen persediaan yang ada di PT
GMF AA untuk material kelas C seharusnya 2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan
menggunakan metode minimum maksimum Data
level. Jika jumlah invetori sudah mencapai batas Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data
reorder point, maka dilakukan pembelian yang diperlukan untuk melakukan penelitian,
kembali. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak serta pengolahan data yang dilakukan untuk
berjalan demikian. Adakalanya pembelian mendapatkan solusi permasalahan dengan
dilakukan setelah mencapai batas minimum metode yang telah ditetapkan.
bahkan hingga nilai persediaan sama dengan 2.2.1 Pengumpulan Data
nol. Berdasarkan hasil brainstorming dengan Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data
pihak planner di unit TMP, pembelian material sebagai penunjang penelitian tugas akhir. Data
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan material yang didapat dari perusahaan antara lain data
selama 3 bulan. Akan tetapi jika harga material part number material, lead time pengiriman,
naik, maka pembelian dilakukan hanya untuk frekuensi penggunaan material, harga material,
memenuhi kebutuhan material untuk satu bulan biaya overhead.
ke depan. Hal ini mengakibatkan biaya yang 2.2.2 Pengolahan Data
dikeluarkan untuk pengadaan material semakin Pengolahan data yang dilakukan yaitu
meningkat khususnya biaya pemesanan. pengelompokan material dengan Ng model,
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perhitungan lot sizing dengan 3 metode yaitu
metode pengendalian persediaan material min-max level (s, S), metode (s, Q), dan metode
consumable pesawat B737 berdasarkan hasil (R, s, S). Dari perhitungan lot sizing didapatkan
klasifikasi material. Selanjutnya akan dilakukan nilai parameter persediaan seperti reorder point
perbandingan terhadap hasil perhitungan lot (s), kuantitas pembelian (Q), maksimum stok
sizing antara metode existing dengan dua (S). Kemudian dibuat MRP untuk tiap material
metode yang diusulkan. Tujuan yang akan untuk tiap metode lot sizing. Dari MRP
dicapai dalam penelitian tugas akhir ini yaitu : didapatkan nilai kemungkinan terjadinya
stockout, Inventory Turn Over (ITO), dan total

3
biaya pengadaan. Nilai-nilai tersebut akan
dibandingkan untuk mendapatkan metode mana
yang sesuai untuk tiap kelas material. (6)
s.t.
2.3 Tahap Analisis dan Kesimpulan
Pada tahap ini akan dilakukan analisis dari
hasil pengolahan data pada bab sebelumnya (7)
serta penarikan kesimpulan untuk menjawab uij ≥ 0, j = 1, 2, …, J (8)
tujuan penelitian yang telah dirumuskan di awal.
Analisis yang dilakukan yaitu analisis hasil Nilai Si kedua yang berdasarkan hasil
klasifikasi material, analisis perbandingan total transformasi kemudian diurutkan dari yang
biaya pengadaan dan nila ITO untuk tiap metode terbesar hingga terkecil.
lot sizing, dan analisis penentuan metode lot Terdapat 676 material yang akan
sizing untuk tiap kelas material. dikelompokkan menjadi 3 kelas. Pada kelas A
Kesimpulan diperoleh dari hasil (20 % dari jumlah material) terdapat 136
pengumpulan, pengolahan dan analisis terhadap material. Pada kelas B (30 % dari jumlah
data penelitian. Saran berisi rekomendasi bagi material) terdapat 203 material. Dan kelas C
perusahaan dan saran untuk penelitian yang mewakili 50 % dari jumlah material terdiri
selanjutnya. atas 337 material.

3. Pengolahan Data 3.2 Perhitungan Variability Coefficient


Perhitungan variability coefficient (VC)
3.1 Klasifikasi Material dengan Ng Model dilakukan untuk mengetahui apakah lot sizing
Proses klasifikasi material dilakukan atau pemenuhan kebutuhan material dapat
dengan mempertimbangkan 3 kriteria, yaitu dihitung dengan formulasi dasar EOQ atau
annual dollar usage (ADU) yang merupakan dilakukan dengan pendekatan heuristik.
hasil perkalian antara demand dengan harga Dengan melihat pola pemakaian material, dapat
material, harga material, dan lead time diketahui tingkat penggunaan yang sangat
pengiriman material. Beberapa material akan fluktuatif. Untuk mengukur variability suatu
diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu : data dapat dilakukan dengan menghitung
A : Material yang kritis variability coefficient, yaitu
B : Material yang tingkat kekritisannya di
bawah material kelas A
C : Material yang kurang kritis (9)
ABC analysis merupakan metode yang banyak
digunakan untuk melakukan klasifikasi material.
Dalam penelitian ini akan digunakan Ng model
untuk melakukan klasifikasi material. Berikut
tahapan perhitungan dalam Ng model. (10)
Terdapat ketentuan bahwa:
1. Menghitung nilai transformasi tiap material
untuk masing-masing kriteria (yij) Jika VC < 0.2, maka dapat menggunakan EOQ
Jika VC ≥ 0.2, maka digunakan pendekatan
heuristik
(1) Dengan data historis mengenai penggunaan
2. Menghitung bobot tiap material untuk material selama 15 bulan, maka dapat diketahui
masing-masing kriteria (wij) dan nilai score Variansi penggunaan material. Dari hasil
tiap material (Si). perhitungan nilai VC menunjukkan bahwa nilai
VC ≥ 0.2, maka perhitungan lot sizing
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
(2) heuristik.
s.t.
wij ≥ wi(j+1) ≥ 0, j = 1, 2, …, J = 1 (3) 3.3 Perhitungan Lot Sizing
wij ≥ 0, j = 1, 2, …, J (4) Perhitungan lot sizing untuk mendapatkan
3. Berdasarkan hasil transformasi, dihitung nilai nilai reorder point, kuantitas pembelian, dan
Xij dan Uij besarnya maksimum stok. Perhitungan lot sizing
uij = wij - wi(j-1) , uij = wij (5) dilakukan dengan menggunakan tiga metode

4
yaitu min-max level, continous review dan 3.3.2 Perhitungan Lot Sizing dengan Metode
periodic review. Ketiga pendekatan ini (s, Q)
digunakan dalam perhitungan lot sizing karena Parameter yang diukur dalam metode (s,
demand material bersifat probabilistik. Selain itu Q) yaitu besarnya reorder point (s) dan
berdasarkan hasil perhitungan nilai VC pada kuantitas pembelian (Q). Formulasi perhitungan
subbab 3.2 menunjukkan bahwa nilai VC ≥ 0.2, metode (s, Q) yang diambil dari buku karangan
maka perhitungan lot sizing tidak bisa Silver yaitu :
menggunakan EOQ melainkan dengan
menggunakan pendekatan metode heuristik. (14)
Untuk metode min-max level digunakan metode
(s, S). continous review digunakan metode (s,
Q), sedangkan periodic review digunakan
(15)
metode (R, s, S). Dalam perhitungan lot sizing
digunakan suatu bahasa pemrograman Vissual (16)
Basic Application (VBA) yang terdapat dalam Dimana :
Microsoft Excel. Program ini dibuat untuk EOQ = Economic Order Quantity
mempermudah proses perhitungan lot sizing. A = Biaya pemesanan
D = Tingkat demand
3.3.1 Perhitungan Lot Sizing dengan Ph = Biaya penyimpanan
Menggunakan Sistem Existing Perusahaan σL = Standar deviasi demand selama lead time
Perhitungan lot sizing yang digunakan
perusahaan yaitu metode min-max level. = Fungsi dari unit normal variable
Parameter yang dihitung dalam metode min-max
level yaitu jumlah reorder point (s) dan Tabel 3.2 menunjukkan contoh hasil
maksimum stok (S). Perhitungan dilakukan perhitungan nilai s dan Q untuk beberapa
dengan menggunakan formulasi praktis yang material dengan metode (s, Q).
diterapkan perusahaan. Berikut formulasi Tabel 3.2 Contoh Hasil Perhitungan Nilai s dan Q
matematis yang dipakai perusahaan untuk Part Number Q s
mendapatkan nilai kedua parameter tersebut. CH31900-6 15 39
572756-1 3 7
(11) 4559 120 126
(12) 3100062 3 8
(13) 1-899-29 6 14
Tabel 3.1 menunjukkan contoh hasil 310A1046-1 25 15
perhitungan nilai s dan S untuk beberapa 6600-2266 3 5
material.
608905-00 7 20
Tabel 3.1 Contoh Hasil Perhitungan Nilai s dan S
D717-01-100 3 4
Part Number s S
E329E 2 3
CH31900-6 25 73
Q4631 66 49
572756-1 2 5
335-299-401-0 48 32
4559 131 392
3100062 0 0 3.3.3 Perhitungan Lot Sizing dengan Metode
1-899-29 6 16
(R, s, S)
Parameter yang diukur dalam metode (R, s,
310A1046-1 11 33 S) yaitu besarnya reorder point (s) dan
6600-2266 2 5 maksimum stok (S). Perhitungan dengan metode
608905-00 2 4 (R, s, S) dilakukan untuk peiode review 3 bulan
D717-01-100 3 9 dan 4 bulan. Perhitungan (R, s, S) dilakukan
dengan power approximation yang dikutip dari
E329E 1 2
buku karangan Silver. Berikut formulasi
Q4631 33 99 perhitungan metode power approximation.
335-299-401-0 25 73

5
Part Number s S
(17) E329E 6 20
Q4631 202 228
(18) 335-299-401-0 143 164
3.4 Material Requirement Planning
(19) (MRP)
(20) MRP digunakan untuk mengetahui jumlah
pemesanan beserta waktu pemesanan untuk
(21)
memenuhi kebutuhan selama periode tertentu.
Jika Qp / > 1.5, maka Waktu pemesanan material dipengaruhi oleh
s = sp (22) lead time pengiriman material tersebut. Dalam
S = sp+Qp (23) MRP terdapat kolom-kolom yang menunjukkan
Jika tidak, maka jumlah kebutuhan material, jumlah persediaan,
(24) dan jumlah pemesanan.
3.4.1 MRP Metode Existing Perusahaan
(25) Berikut contoh hasil MRP untuk part
s = minimum {sp, S0} (26) number 1683 dengan menggunakan metode
S = minimum {sp+Qp,S0} (27) existing perusahaan (min-max level).
• Lead time material = 2 bulan
Tabel 3.3 Contoh Hasil Perhitungan Nilai s dan S
• Reorder point = 47 unit
untuk R = 3 Bulan
• Maksimum stok = 141 unit
Part Number s S
• Demand material selama 1 tahun ke depan
CH31900-6 168 210 (berdasarkan hasil forecasting).
572756-1 14 38 Tabel 3.5 Demand Part Number 1683
4559 433 481 Periode Demand
3100062 10 29 1 52
2 39
1-899-29 22 37
3 35
310A1046-1 43 89
4 29
6600-2266 9 24 5 29
608905-00 17 30 6 70
D717-01-100 12 24 7 53
E329E 6 22 8 45
Q4631 148 170 9 35
10 32
335-299-401-0 122 141
11 31
Tabel 3.4 Contoh Hasil Perhitungan Nilai s dan S 12 26
untuk R = 4 Bulan
MRP yang menunjukkan jumlah persediaan
Part Number s S
dan jumlah pembelian material 1683 dengan
CH31900-6 182 220 metode min-max level dapat dilihat pada tabel
572756-1 17 42 4.20.
4559 517 571 Tabel 3.6 MRP Part Number 1683 dengan metode
Min-Max Level
3100062 11 30
1-899-29 28 43
310A1046-1 52 62
6600-2266 11 27
3.4.2 MRP Metode (s, Q)
608905-00 23 36
Berikut contoh pembuatan MRP untuk part
D717-01-100 12 23 number 1683 dengan jumlah reorder point dan

6
kuantitas pembelian yang dihitung metode (s, Tabel 3.9 MRP Part Number 1683 dengan metode
Q). (R, s, S), R=4
• Lead time material = 2 bulan
• Reorder point = 83 unit
• Kuantitas pembelian = 85 unit
• Demand material selama 1 tahun ke depan
(berdasarkan hasil forecasting) dapat dilihat 3.5 Perhitungan Biaya Pengadaan
pada 3.5. Dalam MRP selain didapatkan kuantitas
MRP yang menunjukkan jumlah persediaan pembelian, jumlah persediaan, dan waktu
dan jumlah pembelian material 1683 dengan pembelian material juga dapat dihitung besarnya
metode (s, Q) dapat dilihat pada tabel 3.7 biaya pengadaan. Biaya pengadaan di sini
Tabel 3.7 MRP Part Number 1683 dengan metode meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan,
(s,Q) dan biaya backorder material. Biaya pemesanan
didapatkan dengan mengalikan jumlah transaksi
pemesanan dengan biaya pemesanan tiap kali
pesan. Biaya penyimpanan didapatkan dari hasil
kali antara jumlah material yang disimpan di
3.4.3 MRP Metode (R, s, S) gudang dengan biaya pemesanan tiap periode
Selain dari hasil perhitungan dengan (dalam kasus ini dihitung untuk tiap bulan).
metode (s, Q), akan dibuat juga MRP untuk Biaya backorder didapatkan dari hasil kali
material 1683 berdasarkan hasil perhitungan s antara jumlah material shortage dengan biaya
dan S pada metode (R, s, S). Perhitungan lot shortage.
sizing dilakukan untuk review period yang Sebagai contoh part number 1683 dengan
berbeda, yaitu 3 bulan dan 4 bulan. biaya pemesanan sebesar $6.21 dan biaya
• Review Period = 3 bulan penyimpanan sebesar $0.9954 per unit
• Lead time material = 2 bulan material/bulan. Perhitungan akan dilakukan
• Reorder point = 193 unit untuk tiap metode yaitu metode (s, Q) dan
• Maksimum stok = 199 unit metode (R, s, S).
• Demand material selama 1 tahun ke depan • Metode Min-Max Level
(berdasarkan hasil forecasting) dapat dilihat Jumlah transaksi pemesanan = 4
pada 3.5. Jumlah material yang disimpan di gudang =
MRP yang menunjukkan jumlah 849 unit
persediaan dan jumlah pembelian material 1683 Jumlah material shortage = 0
dengan metode (R, s, S) dengan dengan R = 3 Total biaya pemesanan = 4 x 2.61 = $10.44
dapat dilihat pada tabel 3.8. Total biaya penyimpanan = 8492 x 0.439 =
Tabel 3.8 MRP Part Number 1683 dengan metode $372.85
(R, s, S), R=3 Total biaya backorder = 0 x 1.845 = 0
Total biaya pengadaan = biaya pesan + biaya
simpan + biaya shortage
= 10.44 + 372.85 + 0
= $383.29

• Review Period = 4 bulan • Metode (s, Q)


• Lead time material = 2 bulan Jumlah transaksi pemesanan = 5
• Reorder point = 231 unit Jumlah material yang disimpan di gudang =
• Maksimum stok = 239 unit 1016 unit
Jumlah material shortage = 0
• Demand material selama 1 tahun ke depan
Total biaya pemesanan = 5 x 2.61 = $13.05
(berdasarkan hasil forecasting) dapat dilihat
Total biaya penyimpanan = 1016 x 0.439 =
pada 3.5.
$446.2
MRP yang menunjukkan jumlah
Total biaya backorder = 0 x 1.845 = 0
persediaan dan jumlah pembelian material 1683
Total biaya pengadaan = biaya pesan + biaya
dengan metode (R, s, S) dengan dengan R = 4
simpan + biaya shortage
dapat dilihat pada tabel 3.9.

7
= 13.05 + 446.2 + 0 Jumlah persediaan selama 1 tahun = 1016
= $495.2 unit
• Merode (R, s, S), R = 3 bulan ITO = 476/(1016/12)
Jumlah transaksi pemesanan = 4 = 5.62
Jumlah material yang disimpan di gudang = • Merode (R, s, S), R = 3 bulan
1212 unit Jumlah pemakaian material selama 1 tahun =
Jumlah material shortage = 0 476 unit
Total biaya pemesanan = 4 x 2.61 = $10.44 Jumlah persediaan selama 1 tahun = 1212
Total biaya penyimpanan = 1212 x 0.439 = unit
$532.27 ITO = 476/(1212/12)
Total biaya backorder = 0 x 1.845 = 0 = 4.71
Total biaya pengadaan = biaya pesan + biaya • Merode (R, s, S), R = 4 bulan
simpan + biaya shortage Jumlah pemakaian material selama 1 tahun =
= 10.44 + 532.27 + 0 476 unit
= $542.71 Jumlah persediaan selama 1 tahun = 1469
• Merode (R, s, S), R = 4 bulan unit
Jumlah transaksi pemesanan = 3 ITO = 476/(1469/12)
Jumlah material yang disimpan di gudang = = 3.89
1469 unit
4. Analisis dan Intrepetasi Data
Jumlah material shortage = 0
Analisis yang dilakukan meliputi analisis
Total biaya pemesanan = 3 x 2.61 = $7.83
hasil klasifikasi material, analisis hasil
Total biaya penyimpanan = 1469 x 0.439 =
perhitungan lot sizing dengan menggunakan tiga
$645.136
metode, analisis perbandingan metode lot sizing
Total biaya backorder = 0 x 1.845 = 0
berdasarkan hasil klasifikasi material, dan
Total biaya pengadaan = biaya pesan + biaya
analisis pemilihan metode lot sizing.
simpan + biaya shortage
= 7.83 + 645.136 + 0 4.1 Analisis Hasil Klasifikasi Material
= $652.97 Dalam proses klasifikasi material, material
dikelompokkan menjadi 3, yaitu kelas A, B, dan
3.6 Inventory Turn Over (ITO)
C. Proses klasifikasi menunjukkan tingkat
Setelah dihitung besarnya biaya
kekritisan material. Material kelas A merupakan
pengadaan, maka selanjutnya akan dihitung
material yang paling kritis, kemudian material
besarnya nilai inventory turn over (ITO). ITO
kelas B, dan material kelas C adalah material
digunakan untuk mengukur seberapa cepat
yang tingkat kekritisannya rendah. Data yang
material mengalir relatif terhadap jumlah
digunakan dalam proses klasifikasi material
persediaan yang tersimpan di gudang untuk tiap
yaitu total penggunaan selama 1 tahun, harga
periode. Semakin besar nilai ITO, maka
material, dan lead time pengiriman. Lead time
semakin bagus pengendalian inventori suatu
pengiriman yang digunakan dalam penelitian
perusahaan. Nilai ITO bisa dihitung dengan
yaitu lead time mulai purchase order (PO)
formulasi berikut.
dibuat hingga material masuk gudang.
(27) Ng model digunakan dalam proses
Berikut contoh perhitungan ITO untuk part klasifikasi material karena kriteria yang
number 1683. dipertimbangkan dalam proses klasifikasi bisa
• Metode Min-Max Level lebih dari satu. Dalam penelitian ini terdapat
Jumlah pemakaian material selama 1 tahun = tiga faktor yang dipertimbangkan yaitu annual
476 unit dollar usage (ADU), harga material, dan lead
Jumlah persediaan selama 1 tahun = 849 unit time pengiriman material. Dalam Ng model
ITO = 452/(849/12) bobot kriteria pertama ≥ bobot kriteria kedua ≥
= 6.73 bobot kriteria ketiga. Dalam penelitian ini yang
menjadi kriteria pertama yaitu annual dollar
• Metode (s, Q)
usage, kriteria kedua yaitu harga material, dan
Jumlah pemakaian material selama 1 tahun =
kriteria ketiga yaitu lead time. Penentuan urutan
476 unit
kriteria didapatkan dari hasil brainstorming
dengan expert di perusahaan. Annual dollar

8
usage menjadi kriteria pertama dikarenakan tidak terlalu banyak, dan material dengan lead
frekuensi penggunaan sangat berpengaruh time yang lama meskipun harga nya tidak tinggi.
dalam proses pengadaan material. Semakin Material yang termasuk dalam kelas A
sering material tersebut digunakan, maka membutuhkan kontrol yang lebih dibandingkan
material tersebut membutuhkan kontrol yang dengan material kelas B dab C.
lebih. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi Tabel 4.2 menunjukkan hasil klasifikasi
shortage material. Harga menjadi kriteria kedua material yang termasuk dalam kelas B. Dari
karena semakin mahal harga material, maka tabel 4.2 dapat dilihat bahwa part number 649-
perlu dilakukan perhatian yang lebih khususnya 804-027-0 memiliki nilai ADU sebesar $0.00,
dalam pengadaan material tersebut sehingga harga material sebesar $18.50, dan lead time
material tersebut dapat segera digunakan. Lead pengiriman material selama 44 hari. Part
time menjadi kriteria ketiga dengan bobot number 649-804-027-0 masuk dalam kelas B
terkecil karena lead time tidak berpengaruh dikarenakan memiliki lead time yang lama.
besar dalam pengadaan material, akan tetapi Untuk part number CMA4174-24 memiliki nilai
tetap harus dipertimbangkan. Lead time ADU sebesar $1277.840, harga material sebesar
digunakan dalam menentukan waktu pengadaan $6.76, dan lead time pengiriman material selama
material sehingga tidak terjadi keterlambatan 28 hari. Part number CMA4174-24 termasuk
dalam penerimaan material di gudang. dalam kelas B meskipun harga material rendah.
Tabel 4.1 menunjukkan hasil klasifikasi Namun, nilai ADU material tersebut tinggi yang
material yang termasuk dalam kelas A. Dari menggambarkan tingginya frekuensi
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa part number penggunaan material selama 1 tahun. Dan untuk
CJ31900-6 memiliki nilai ADU sebesar part number 65C32975-1 memiliki nilai ADU
$267899.57, harga material sebesar $674.81, sebesar $0.00, harga material $3679.00, dan
dan lead time pengiriman material selama 20 lead time pengiriman selama 10 hari. Part
hari. Part number CJ31900-6 masuk dalam number 65C32975-1 masuk dalam kelas B
kelas A dikarenakan memiliki nilai ADU besar. dikarenakan harga material yang tinggi sehingga
Hal ini menunjukkan tingginya tingkat diperlukan kontrol (sedikit di bawah control
penggunaan material tersebut selama 1 tahun. kelas A) untuk material kelas tersebut.
Untuk part number 35658-4-225 memiliki nilai Tabel 4. 2 Contoh Material Kelas B
ADU sebesar $0.00, harga material sebesar
$143092.47, dan lead time pengiriman material
selama 14 hari. Part number 35658-4-225
termasuk dalam kelas A karena harga material
yang tinggi. Dan untuk part number 012A0039-
2 memiliki nilai ADU sebesar $0.00, harga
material $256.27, dan lead time pengiriman
Berdasarkan contoh ketiga part number
selama 261 hari. Part number 012A0039-2
tersebut bisa dilihat bahwa material yang masuk
masuk dalam kelas A dikakarenakan lead time
dalam kelas B yaitu material dengan harga yang
pengiriman material tersebut membutuhkan
lebih murah dari kelas A dengan frekuensi
waktu lama. penggunaan yang cukup tinggi, material dengan
Tabel 4. 1 Contoh Material Kelas A
harga yang tinggi (tingginya harga di bawah
harga material kelas A) dengan frekuensi
penggunaan rendah, dan material dengan lead
time pengiriman yang lama (lamanya lead time
pengiriman sedikit di bawah material kelas A).
Tabel 4.3 menunjukkan hasil klasifikasi
material yang termasuk dalam kelas C. Dari
Dari contoh ketiga part number tersebut tabel 4.3 dapat dilihat bahwa part number
bisa dilihat bahwa material yang masuk dalam 140N2021-1 memiliki nilai ADU sebesar
kelas A atau material yang paling kritis yaitu $191.95, harga material sebesar $17.45, dan
material dengan harga yang tinggi dan frekuensi lead time pengiriman material selama 15 hari.
penggunaan tinggi, material dengan harga yang Part number 140N2021-1 masuk dalam kelas C
sangat tinggi dengan frekuensi penggunaan yang karena harganya yang rendah dan frekuensi

9
penggunaan yang tidak tinggi. Untuk part mencapai nilai maksimum stok (Q = S – s). Hal
number NAS1057T16-010 memiliki nilai ADU ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
sebesar $0.00, harga material sebesar $2.43, dan stockout. Akan tetapi pada continous review
lead time pengiriman material selama 7 hari. pengendalian persediaan bisa dilakukan setiap
Part number NAS1057T16-010 termasuk dalam saat. Ketika jumlah persediaan kurang dari nilai
kelas C meskipun tidak terdapat penggunaan reorder point, akan dilakukan pembelian
selama periode 1 tahun dan harga material juga sejumlah Q. Tidak ada ketentuan interval waktu
rendah. Dan untuk part number 6839 memiliki untuk mengevaluasi jumlah persediaan. Nilai Q
nilai ADU sebesar $186.20, harga material untuk metode (s, S) berbeda untuk tiap kali
$0.95, dan lead time pengiriman selama 14 hari. pembelian karen pembelian dilakukan untuk
Part number 6839 masuk dalam kelas C mencapai jumlah maksimum stok (Q = S – s).
dikarenakan harga material yang sangat rendah sedangkan nilai Q untuk metode (s, Q) sama
meskipun frekuensi penggunaan tinggi. untuk setiap kali pembelian material.
Tabel 4. 3 Contoh Material Kelas C Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Lot Sizing Part Number
1683
Metode s S Q
Min Max (s, S) 47 141
(s, Q) 83 85
(R, s, S) , R = 3 150 176

Berdasarkan contoh ketiga part number (R, s, S) , R =4 190 221


tersebut bisa dilihat bahwa material yang masuk 4.3 Analisis Perbandingan Metode Lot Sizing
dalam kelas C yaitu material dengan harga Berdasarkan Hasil Klasifikasi Material
murah dengan frekuensi penggunaan yang Perhitungan Lot Sizing dilakukan terhadap
cukup tinggi dan material dengan lead time semua kelas material. Akan tetapi tidak semua
pengiriman yang relatif rendah. Tidak part number yang dihitung, hanya akan diambil
diperlukan kontrol yang lebih untuk material sampel untuk masing-masing kelas material
kelas C. sebagai contoh perhitungan. Sampel yang
4.2 Analisis Hasil Perhitungan Lot Sizing diambil sejumlah 90 part number dimana 30
dengan Menggunakan Tiga Metode part number material kelas A, 30 part number
Perhitungan lot sizng dilakukan dengan material kelas B, dan 30 part number material
tiga metode yaitu metode min-max level, kelas C. Masing-masing material akan dihitung
metode (s, Q), dan metode (R, s, S). Perhitungan dengan menggunakan tiga metode. Selain itu
dilakukan untuk menentukan parameter juga akan dibuat MRP untuk tiap part number
pengendalian persediaan seperti s, S, dan Q dan untuk tiap metode. Dari MRP yang dibuat
yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan akan dibandingkan nilai total biaya pengadaan
MRP. Informasi yang akan didapat dari MRP dan nilai ITO.
yaitu waktu pengadaan material, total biaya 4.3.1 Analisis Perbandingan Total Biaya
pengadaan, dan Inventory Turn Over. Berikut Pengadaan Tiap Metode Lot Sizing
contoh hasil perhitungan parameter-parameter Dari MRP yang dibuat akan didapatkan
tersebut untuk part number 1683 yang akan informasi mengenai total biaya pengadaan
disajikan dalam tabel 4.4. Berdasarkan tabel 4.4 material. Total biaya pengadaan merupakan
tampak bahwa nilai s dan S untuk sistem jumlah dari biaya pemesanan, biaya
continous review (s, S) dan (s, Q) lebih kecil penyimpanan material, dan biaya backorder.
dari nilai s dan S pada sistem periodic review Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan
(R, s, S). Hal tersebut terjadi karena pada sistem setiap kali terjadi transaksi pembelian material.
periodic review jumlah persediaan akan Biaya penyimpanan merupakan biaya
direview ketika telah sampai pada review penyimpanan ketika terdapat persediaan di
period. Jumlah pembelian material dihitung gudang. Biaya penyimpanan dibebankan untuk
dengan mempertimbangkan total kebutuhan tiap unit material yang tersimpan untuk tiap
selama periode review. Jumlah pembelian periode dengan asumsi sebesar 20% dari harga
material berbeda untuk setiap pembelian material. Biaya backorder merupakan penalti
material. Pembelian material dilakukan untuk

10
ketika terjadi kekurangan persediaan (stockout). Tabel 4.6 menunjukkan nilai total biaya
Biaya backorder diasumsikan sebesar 7% dari pengadaan material kelas B untuk tiap metode
harga material dan dibebankan untuk tiap unit lot sizing. Dari ketigapuluh part number yang
stockout. dipilih sebagai sampel dalam perhitungan lot
Total biaya pengadaan akan dibandingkan sizing nya, maka untuk material kelas B total
antara metode satu dengan metode yang lainnya. biaya pengadaan yang minimum juga terdapat
Tabel 4.5 menunjukkan nilai total biaya pada metode min-max level (s, S) yang
pengadaan material kelas A untuk tiap metode diterapkan perusahaan. Terdapat 24 part number
lot sizing. Dari ketigapuluh part number yang (80% dari total material yang dijadikan sampel)
diambil sampel untuk dihitung lot sizing nya, dengan biaya total yang minimum untuk metode
maka untuk material kelas A total biaya min-max level. Selanjutnya terdapat 6 part
pengadaan yang minimum terdapat pada metode number dengan biaya total yang minimum untuk
min-max level (s, S) yang diterapkan metode (R, s, S) dengan R=3 bulan.
perusahaan. Terdapat 24 part number atau Tabel 4. 6 Total Biaya Pengadaan Material Kelas B
sekitar 80% dari total material yang dijadikan
sebagai sampel memiliki biaya total yang
minimum untuk metode min-max level.
Selanjutnya terdapat 6 part number dengan
biaya total yang minimum untuk metode (s, Q).
Tabel 4. 5 Total Biaya Pengadaan Material Kelas A

Dari sini terlihat bahwa metode continous


review dan periodic review dapat diterapkan
untuk pengendalian persediaan material kelas B.
Untuk metode periodic review, periode review
yang lebih sesuai unutk material kelas B yaitu
tiap 3 bulan. Hal ini dikarenakan material kelas
Dari tabel terlihat bahwa metode continous B adalah material yang tingkat kekritisannya di
review lebih sesuai untuk pengendalian bawah kelas A. Evaluasi perusahaan bisa
persediaan material kelas A. metode continous dilakukan pada periode tertentu. Kelebihan
yang dipakai bisa min-max level atau (s, Q), jumlah persediaan material kelas B tidak begitu
tergantung metode mana yang menghasilkan meningkatkan biaya pengadaan karena harga
biaya yang minimum. Hal tersebut dikarenakan material kelas B sedikit lebih murah
material kelas A adalah material yang paling dibandingkan harga material kelas A. Jika
kritis. Diperlukan kontrol lebih dalam terjadi kekurangan persediaan pun tidak akan
pengendalian persediaannya. Jumlah persediaan berpengaruh besar terhadap kegiatan perawatan
yang besar untuk material kelas A akan pesawat karena lead time pengiriman material
mengakibatkan membengkaknya biaya kelas B lebih cepat daripada kelas A.
pengadaan khususnya untuk material dengan Selanjutnya untuk total biaya pengadaan
harga yang sangat tinggi. Di sisi lain jika terjadi material kelas C untuk tiap metode lot sizing
kekurangan material kelas A dapat menghambat dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari ketigapuluh
kegiatan perawatan pesawat khususnya material part number yang dipilih sebagai sampel dalam
dengan lead time pengiriman yang lama. Jika perhitungan lot sizing nya, maka untuk material
harus didatangkan dengan waktu yang singkat kelas C total biaya pengadaan yang minimum
dapat meningkatkan biaya pengadaan khususnya juga terdapat pada metode min-max level (s, S)
biaya pengiriman material. yang diterapkan perusahaan. Terdapat 15 part

11
number dengan biaya total yang minimum untuk Dari ketigapuluh part number yang menjadi
metode min-max level. Selanjutnya terdapat 13 sampel, tebanyak 25 part number (83 % dari
part number dengan biaya total yang minimum total sampel) yang memiliki nilai ITO terbesar
untuk metode (R, s, S) dengan R=4 bulan dan 2 untuk metode min-max level. Sisanya sebanyak
part number dengan metode (R, s, S) dengan 5 part number memiliki nilai ITO terbesar pada
R=3 bulan. metode (s, Q). Dari hasil analisa didapatkan
Tabel 4. 7 Total Biaya Pengadaan Material Kelas C bahwa nilai ITO sangat dipengaruhi dengan
jumlah persediaan di gudang. Perhitungan ITO
tidak mempertimbangkan jumlah stockout
material. Seperti contoh part number 1-899-29.
Pada metode (s,Q) didapatkan nilai ITO sebesar
5.70, pada metode (R, s, S) dengan R-3 nilai
ITO sebesar 4.09, pada metode (R, s, S) dengan
R=4 nilai ITO sebesar 3.49, dan pada metode
min-max level didapatkan nilai ITO sebesar
6.70. Jika dilihat dari nilai ITO nya, maka
metode yang bagus yaitu min-max level.
Tabel 4. 8 Nilai ITO Material Kelas A

Dari sini terlihat bahwa sama halnya pada


material kelas B, metode continous review dan
periodic review dapat diterapkan untuk
pengendalian persediaan material kelas C. Akan
tetapi untuk metode periodic review periode
review yang lebih sesuai unutk material kelas C
yaitu tiap 4 bulan. Hal ini dikarenakan material
kelas B adalah material yang tkurang kritis
(tingkat kekritisan di bawah material kelas B).
Evaluasi perusahaan bisa dilakukan pada
periode tertentu. Kelebihan jumlah persediaan
material kelas C tidak meningkatkan biaya Nilai ITO material kelas B dapat dilihat
pengadaan karena harga material kelas B lebih pada tabel 4.9 untuk tiap metode lot sizing. Nilai
murah dibandingkan harga material kelas A dan ITO yang besar terdapat pada metode min-max
B. Jika terjadi kekurangan persediaan pun tidak level. Dari ketigapuluh part number yang
akan berpengaruh besar terhadap kegiatan menjadi sampel, sebanyak 90% part number
perawatan pesawat karena lead time pengiriman dari total sampel yang memiliki nilai ITO
material kelas B lebih cepat dibandingkan kelas terbesar untuk metode min-max level. Sisanya
A dan B. sebanyak 1 part number memiliki nilai ITO
terbesar pada metode (s, Q) dan 2 part number
4.3.2 Analisis Perbandingan ITO Tiap untuk metode (R, s, S) dengan R=3. Sama
Metode Lot Sizing seperti halnya pada material kelas A, penentuan
Selain total biaya pengadaan, dari MRP metode pengendalian tidak hanya dilihat dari
juga didapatkan nilai ITO yang meunjukkan nilai ITO. Seperti contoh part number 4308AG.
prosentase pergerakan material di gudang. ITO Pada metode (s,Q) didapatkan nilai ITO sebesar
merupakan hasil bagi antara jumlah pembelian 2.5, pada metode (R, s, S) dengan R-3 nilai ITO
dibagi dengan rata-rata persediaan tiap bulan. sebesar 4.48, pada metode (R, s, S) dengan R=4
Semakin tinggi nilai ITO material, maka nilai ITO sebesar 3.70, dan pada metode min-
semakin bagus tingkat perputaran material max level didapatkan nilai ITO sebesar 25.00.
tersebut. Jika dilihat dari nilai ITO nya, maka metode
Tabel 4.8 menunjukkan nilai ITO material yang baik yaitu min-max level. Akan tetapi jika
kelas A untuk tiap metode lot sizing. Nilai ITO dilihat lagi pada MRP metode min-max level
yang besar terdapat pada metode min-max level. didapatkan bahwa terjadi stockout pada periode

12
ke-7 hingga ke-12 dengan jumlah material Tabel 4. 11 Nilai ITO Material Kelas C
stockout sebesar 15 unit. MRP part number
4308AG dapat dilihat pada tabel 4.10. Nilai
negatif pada on hand menunjukkan terjadinya
kekurangan material (stockout).
Tabel 4. 9 Nilai ITO Material Kelas B

Tabel 4. 12 MRP Part Number 140N2021-1

Tabel 4. 10 MRP Part Number 4308AG

4.4 Analisis Pemilihan Metode Lot Sizing


Dari ketiga contoh part number untuk tiap
kelas material, dapat dilihat bahwa dalam
penentuan metode pengendalian persediaan
tidak hanya dilihat dari nilai ITO nya saja. Ada
beberapa faktor yang juga harus diperhatikan
Selanjutnya tabel 4.11 menunjukkan nilai seperti total biaya pengadaan serta kemungkinan
ITO material kelas C untuk tiap metode lot terjadinya stockout. Hal tersebut dikarenakan
sizing. Sama seperti dengan material kelas A terjadinya stockout lebih besar pengaruhnya jika
dan B nilai ITO yang besar terdapat pada dibandingkan dengan kita menyimpan material
metode min-max level. Dari ketigapuluh part di gudang.
number yang menjadi sampel, tebanyak 50% Adapun urutan prioritas faktor yang
part number (15 part number) yang memiliki dipertimbangkan dalam pemilihan metode lot
nilai ITO terbesar untuk metode min-max level. sizing yaitu kemungkinan terjadinya stockout,
Sisanya sebanyak 5 part number memiliki nilai inventory turn over (ITO), dan total biaya
ITO terbesar pada metode (s, Q) dan 10 part pengadaan. Kemungkinan terjadinya stockout
number untuk metode (R, s, S) dengan R=4. menjadi prioritas utama karena terjadinya
Nilai ITO bukan merupakan patokan dalam stockout sangat berpengaruh dalam kegiatan
penentuan metode pengendalian persediaan. maintenance. Kekurangan material dapat
Seperti contoh part number 140N2021-1. Pada menghambat proses maintenance pesawat.
metode (s,Q) didapatkan nilai ITO sebesar 2.05, Akibatnya proses maintenance mengalami
pada metode (R, s, S) dengan R-3 nilai ITO keterlambatan. Availability material khususnya
sebesar 5.22, pada metode (R, s, S) dengan R=4 material consumable menjadi salah satu KPI
nilai ITO sebesar 4.15, dan pada metode min- yang harus dicapai oleh perusahaan khususnya
max level didapatkan nilai ITO sebesar 49.33. oleh unit Trade and Asset Management (TM)
Dalam MRP part number tersebut untuk metode yang bertanggung jawab mengelola persediaan
min-max level terjadi stockout pada periode ke- material. Metode yang dipilih yaitu metode yang
4 hingga ke-12. MRP part number 140N2021-1 kemungkinan terjadinya stockout kecil.
dapat dilihat pada tabel 4.12. Nilai on hand yang Priotitas kedua dalam pemilihan metode lot
negative menunjukkan terjadinya kekurangan sizing yaitu ITO. Hal ini berkaitan dengan KPI
material pada periode tersebut. yang harus dicapai oleh unit TM mengenai
perputaran material. Nilai ITO yang menjadi

13
target unit TM yaitu sebesar 3 per tahun. pengendalian persediaan material kelas B
Semakin besar nilai ITO, maka semakin baik selain metode continous review (s, S). Dari
perputaran material di gudang. Metode yang kedua metode tersebut nantinya
menghasilkan nilai ITO yang lebih besar dibandingkan kemungkinan terjadinya
merupakan metode yang lebih baik dari yang stockout, ITO, dan total biaya pengadaan.
lainnya. Prioritas yang terakhir dalam penentuan 9. Metode periodic review (R, s, S) dengan
metode lot sizing yaitu total biaya pengadaan review period (R) tiap 4 bulan sesuai untuk
material. Metode yang dipilih yaitu metode yang pengendalian persediaan material kelas C
menghasilkan biaya minimum. selain metode continous review (s, S). Dari
kedua metode tersebut nantinya
5. Kesimpulan
dibandingkan kemungkinan terjadinya
Kesimpulan yang didapat dari penelitian
stockout, ITO, dan total biaya pengadaan.
tugas akhir ini antara lain :
1. Dari 676 material yang dilakukan klasifikasi 6. Daftar Pustaka
terdapat 136 material yang masuk dalam Amelia, S. 2010. Pengembangan Alat Bantu
kelas A, 203 material yang masuk dalam Pengambilan Keputusan Untuk Pengadaan
kelas B, dan 337 material yang masuk kelas Break Down Part Komponen Rem Pesawat
C. Boeing737 Ng di PT. GMF Aero Asia. Tugas
2. Material yang termasuk dalam kelas A yaitu Akhir S1 Jurusan Teknik Industri, Institut
material dengan total penggunaan tinggi Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
dengan harga tinggi, material dengan harga
sangat tinggi dengan tingkat penggunaan Hadi-Vencheh, A. 2010. An Improvement to
yang rendah, dan material dengan lead time Multiple Criteria ABC Inventory
lama meskipun total penggunaan rendah. Classification. Europian Journal of Operational
3. Material yang termasuk dalam kelas B yaitu Research 201. Page 962-965
material dengan harga yang lebih murah dari
kelas A dengan tingkat penggunaan yang www.lib.ncsu.edu/theses/available/etd-
cukup tinggi, material Dalam proses 01052006-161751/.../etd.pdf. Diakses 17 Juli
klasifikasi material, material dengan harga 2010
yang tinggi (tingginya harga di bawah harga Pujawan, I Nyoman. Supply Chain
material kelas A) dengan frekuensi Management. Edisi Pertama. Penerbit Guna
penggunaan rendah, dan material dengan Widya. Surabaya.
lead time pengiriman yang lama (lamanya
lead time pengiriman sedikit di bawah Silver, E, dkk. 1998. Decision Systems for
material kelas A). Inventory Management and Production
4. Material yang termasuk dalam kelas C yaitu Planning. Edisi Kedua. John Wiley & Sons,
material dengan harga murah dengan Inc. New York.
frekuensi penggunaan yang cukup tinggi dan
material dengan lead time pengiriman yang Vinh, dang Quang. Forecasting irregular
relatif rendah. demand for spare parts inventory.
5. Urutan prioritas faktor yang dipertimbangkan Department of Industrial Engineering, Pusan
dalam penentuan metode lot sizing yaitu National University, Busan 609-735. Korea
kemungkinan terjadinya storckout, ITO, dan
total biaya pengadaan. Wirawan. 2010. Pengendalian Persediaan
6. Metode min-max level bisa diterapkan untuk Spare Part Dengan Pendekatan Periodic
perhitungan lot sizing semua kelas material. Review (R,s,S) System (Studi Kasus PT.
7. Metode (s, Q) sesuai untuk pengendalian GMF Aero Asia, Unit Engine Maintenance).
persediaan material kelas A. Pengendalian Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri, Institut
dilakukan secara kotinyu sehingga Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
kemungkinan terjadinya stockout kecil.
8. Metode periodic review (R, s, S) dengan
review period (R) tiap 3 bulan sesuai untuk

14

Anda mungkin juga menyukai