Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journal of Nahdlatul Ulama Sidoarjo University

Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018


P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL UNTUK


MEMENUHI SISTEM PRODUKSI MAKE TO ORDER
MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT
PLANNING (MRP)

Nur Rahmawati* dan Ayu Aimmatus Sholichah


Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
*e-mail: rahmawatinur1987@gmail.com

Abstract

CV. Dua Putra is a manufacturing company that categorized as a low medium


enterprice. This company produces shoes such as futsal shoes, running shoes, casual,
and also kids shoes. This company still using traditional inventory planning where
component of their product will be bought when the stock is out. As a consequence
there often be exceed and also run out of inventory in the storage. This research is
aimed to plan material inventory for Airpro futsal on CV. Dua Putra. The method that is
used in this reseach is Material Requirement Planning (MRP). Based on MRP result,
the time required to complete demand in september is 34 days, 34 days for demand in
October, and 23 days for demand in November.

Keywords: Futsal shoes, Material planning, Material Requirement Planning


(MRP).

Abstrak

CV. Dua Putra merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan
tergolong perusahaan menengah kebawah. Perusahaan ini merupakan perusahaan
manufaktur yang meproduksi berbagai macam jenis sepatu, seperti sepatu futsal, sepatu
lari, sepatu sekolah (BTS) dan juga sepatu kasual. Dilihat dari kondisi saat ini,
perusahaan masih melakukan perencanaan material secara sederhana, dimana produk
baru akan dibeli jika stok sudah habis. Akibatnya, sering terjadi penumpukan bahkan
kehabisan stok bahan baku yang ada di gudang. Tujuan dari penelitian ini adalah
perencanaan persediaan material sepatu futsal Airpro yang paling optimal dalam
upaya pengendalian persediaan pada CV. Dua Putra. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Material Requirement Planning (MRP). Berdasarkan hasil dari
MRP, diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pesanan pada
bulan September sebesar 34 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pesanan
pada bulan Oktober sebesar 34 hari. Serta waktu untuk menyelesaikan pesanan pada
bulan Nopember sebesar 23 hari.

Kata kunci: Sepatu futsal, Perencanaan material, Material Requirement Planning


(MRP).

1
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

1. PENDAHULUAN atau pengiriman terutama produk yang


Dalam industri manufaktur, memiliki banyak level produk (Herjanto,
ketersediaan material merupakan faktor 1999). Dari penelitian-penelitian yang
utama untuk menunjang keberlanjutan sudah dilakukan, belum ada penelitian
proses produksi. Persediaan dapat berupa tentang pengendalian persediaan pada
bahan mentah, barang setengah jadi atau perusahaan yang menerapkan MTO
bahan pendukung. Dalam persediaan dengan menggunakan metode MRP.
tentunya perlu suatu perencanaan dan CV. Dua Putra merupakan
pengendalian agar persediaan yang ada perusahaan yang bergerak dibidang
dapat memenuhi kebutuhan produksi manufaktur yang memproduksi berbagai
dengan tepat serta biaya penyimpanan macam jenis sepatu, seperti sepatu futsal,
yang rendah. sepatu lari, sepatu sekolah (BTS) dan
Penelitian terkait pengendalian juga sepatu casual. Selama ini,
persediaan sudah banyak dilakukan. Perencanaan bahan baku yang digunakan
Limbong (2014) melakukan dalam proses produksi di CV. Dua putra
pengendalian persediaan material proyek dilakukan berdasarkan perkiraan saja.
dengan metode MRP menggunakan Hal tersebut menyebabkan sering
Teknik lot sizing wagner within dan terjadinya penumpukan bahkan
silver meal pada perusahaan yan kehabisan stok bahan baku yang ada di
menerapkan Make to stock (MTS), gudang. Jika ini terjadi kerugian yang
Yasra, et al. (2014) melakukan dialami perusahaan tidak hanya berupa
pengendalian persediaan produk dengan pembengkakan biaya penyimpanan
menggunakan metode lot for lot pada material melainkan menurunnya
perusahaan yang menerapkan MTS. kepuasan dari pelanggan akibat waktu
Prima (2014) melakukan pengendalian tunggu yang lebih lama.
persediaan bahan baku dengan Produk yang dihasilkan di CV. Dua
menggunakan metode MRP yang putera memiliki level produk yang
dikombinasikan dengan metode lot banyak sehingga sulit dalam melakukan
sizing lot for lot pada perusahaan yang pengendalian produknya. Oleh karena
menerapkan MTS. Rajab (2015) itu, pada penelitian ini digunakan
melakukan pengendalian persediaan metode MRP.
bahan baku tepung ketela pada
perusahaan yang menerapkan Make to 1.1 Fungsi Persediaan
order (MTO). Mahardika (2017) Fungsi persediaan menurut Rangkuti
melakukan perbandingan dua metode (2004) adalah sebagai berikut:
yaitu kanban dan ecomic order quantity 1. Fungsi Batch Stock atau Lot Size
(EOQ) pada perusahaan yang Inventory
menerapkan MTS. MRP sering Penyimpanan persediaan dalam
digunakan karena keunggulan yang jumlah besar dengan pertimbangan
dimiliki metode tersebut diantaranya adanya potongan harga pada harga
dapat menekan persediaan, pembelian, efisiensi produksi karena
meningkatkan efisiensi, mengurangi proses produksi yang lama, dan
risiko karena keterlambatan produksi adanya penghematan biaya angkut.

2
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

2. Fungsi Decoupling production schedule) merupakan suatu


Merupakan fungsi perusahaan untuk pernyataan tentang produk akhir
mengadakan persediaan decouple, (termasuk parts pengganti dan suku
dengan mengadakan pengelompokan cadang) suatu perusahaan industri
operasional secara terpisah-pisah. manufaktur yang merencanakan
3. Fungsi Antisipasi memproduksi output berkaitan dengan
Merupakan penyimpanan persediaan kuantitas dan periode waktu (Gaspersz,
bahan yang fungsinya untuk 2004). Aktivitas Master Production
penyelamatan jika sampai terjadi Scheduling (MPS) pada dasarnya
keterlambatan datangnya pesanan berkaitan dengan bagaimana menyusun
bahan dari pemasok. dan memperbaharui jadwal produksi
induk (master production schedule),
1.2 Pengendalian Persediaan
memproses transaksi dari MPS, dan
Menurut Assauri (1998)
memberikan laporan evaluasi dalam
pengendalian persediaan dapat
periode waktu yang teratur untuk
dikatakan sebagai suatu kegiatan
keperluan umpan balik dan tinjauan ulang
untuk menentukan tingkat dan
(Gaspersz, 2004).
komposisi dari pada persediaan
parts, bahan baku, dan barang hasil
1.5 Istilah-Istilah yang Digunakan
produksi sehingga perusahaan dapat
dalam MPS
melindungi kelancaran produksi dan
Menurut (Gasperz, 2004) Dalam
penjualan serta kebutuhan-
penyusunan MPS, terlebih dahulu harus
kebutuhan pembelanjaan perusahaan
diketahui informasi-informasi sebagai
dengan efektif dan efisien.
berikut:
1.3 Tujuan Pengendalian Persediaan 1. Lead time, yaitu waktu yang
Suatu pengendalian persediaan yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
dijalankan oleh suatu perusahaan suatu dalam pembelian suatu item.
tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. 2. On-hand, merupakan posisi
Tujuan pengendalian persediaan menurut inventory awal yang tersedia dalam
Assauri (2004) secara terinci dapat stok.
dinyatakan sebagai berikut: 3. Lot size, merupakan jumlah item
1. Menjaga agar kegiatan produksi tetap yang biasa dipesan.
berjalan. 4. Safety stock, merupakan item yang
2. Menjaga agar tidak terjadi sengaja dibuat untuk dijadikan stok
pembengkakan persediaan yang dapat sebagai langkah antisipasi terhadap
menyebabkan pembengkakan biaya. perubahan yang terjadi pada
3. Menjaga agar dihasilkan biaya peramalan (forecast).
pemesanan minimum. 5. Demand time fence, merupakan
periode mendatang dari MPS dimana
1.4 Master Production Scheduling perubahan-perubahan yang terjadi
(MPS) pada MPS tidak diizinkan.
Menurut Gaspersz (2004), Pada 6. Planning time fence, merupakan
dasarnya jadwal produksi induk (master periode mendatang dari MPS,

3
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

dimana perubahan yang terjadi pada 2. Meningkatkan efisiensi.


MPS dievaluasi untuk mencegah 3. Mengurangi risiko karena
ketidaksesuaian dalam jadwal keterlambatan produksi atau
produksi. pengiriman.
7. Time periods for display, yaitu Sedangkan menurut Render dan
banyaknya periode waktu yang Heizer (2006), manfaat dari MRP adalah
ditampilkan dalam format MPS, bisa sebagai berikut:
dalam satuan hari, minggu atau 1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan
bulan. konsumen.
8. Sales plan (forecasting), yaitu 2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas
peramalan tentang permintaan yang dan tenaga kerja.
akan terjadi di masa mendatang. 3. Perencanaan dan penjadwalan
9. Actual orders, merupakan persediaan yang lebih baik.
permintaan yang diterima dan 4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap
bersifat pasti. perubahan dan pergeseran pasar
10. Projected available balance (PAB), 5. Tingkat persediaan menurun tanpa
proyeksi on hand inventory dari mengurangi pelayanan kepada
waktu ke waktu selama masa konsumen.
perencanaan.
1.8 Inputan MRP
11. Available to promise, merupakan
Menurut Nasution (1992) ada 3 iniput
data yang berkaitan dengan banyak
yang dibutuhkan dalam konsep MRP
produk yang dijadwalkan untuk
yaitu:
diproduksi sehingga bisa dipastikan
1. Jadwal Induk Produksi (Master
dapat terpenuhi atau tidaknya
Production Schedule) merupakan
permintaan pelanggan.
suatu rencana produksi yang
menggambarkan hubungan antara
1.6 Material Requirement Planning kuantitas setiap jenis produk akhir
(MRP) yang diinginkan dengan waktu
MRP merupakan suatu metode yang penyediaannya.
digunakan untuk menentukan barang/ 2. Struktur Produk (Product Structure
bahan, waktu dan kuantitas komponen Record & Bill of Material)
dan material yang dibutuhkan untuk merupakan kaitan antara produk
pemenuhan kebutuhan produksi dalam dengan komponen penyusunnya.
perencanaannya. MRP digunakan untuk Informasi yang dilengkapi untuk
perencanaan pengadaan persediaan dari setiap komponen ini meliputi:
komponen komponen penyusun produk - Jenis komponen
yang akan diproduksi (Tersine, 1994) - Jumlah yang dibutuhkan
- Tingkat penyusunannya
1.7 Tujuan dan Manfaat MRP 3. Status Persediaan (Inventory Master
Menurut Herjanto (1999), tujuan File atau Inventory Status Record)
MRP adalah: menggambarkan keadaan dari setiap
1. Meminimumkan persediaan. komponen atau material yang ada

4
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

dalam persediaan, yang berkaitan 7. Planned Order Releases


dengan: (PORel)/pelepasan pemesanan yang
- Jumlah persediaan yang dimiliki direncanakan adalah jumlah itemyang
pada setiap periode (on hand direncanakan untuk dipesan agar
inventory) memenuhi perencanaan pada masa
- Jumlah barang dipesan dan kapan
yang akan datang.
akan datang (on order inventory)
- Waktu ancang – ancang (lead 8. Lead time adalah waktu tenggang
time) dari setiap bahan. yang diperlukan untuk memesan
(membuat) suatu barang sejak saat
1.9 Istilah-Istilah dalam MRP pesanan (pembuatan) dilakukan
Berikut ini dijelaskan tentang istilah- sampai barang itu diterima (selesai
istilah yang biasa digunakan (Gasperz, dibuat).
2004), yaitu: 9. Lot Size/ Ukuran Lot merupakan
1. Gross Requirement (GR) atau kuantitas pesanan dari item yang
Kebutuhan Kasar adalah total dari memberitahukan MRP berapa banyak
semua kebutuhan, termasuk kuantitas yang dipesan, serta lot
kebutuhan yang diantisipasi untuk sizing apa yang dipakai.
setiap periode waktu.
2. Schedule Receipts (SR)/ penerimaan 2. METODE PENELITIAN
yang dijadwalkan merupakan jumlah Adapun flow chart penelitian ini,
item yang akan diterima pada suatu dapat dilihat pada Gambar 1.
periode tertentu berdasarkan pesanan Berikut adalah uraian flowchart
yang dibuat. penelitian yang dilakukan:
3. Begin Inventory (BI)/ Inventori Awal a) Identifikasi dan perumusan
merupakan jumlah inventori di awal permasalahan
periode. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi
4. Net Requirement (NR)/ kebutuhan di lapangan terkait permasalahan yang
bersih merupakan jumlah aktual yang muncul pada pada CV. Dua Putra. Dari
diinginkan untuk diterima atau hasil analisis didapatkan permasalahan
diproduksi dalam periode yang muncul di CV. Dua Putra adalah
bersangkutan. permasalahan terkait pengendalian
5. Planned Order Receipt persediaan bahan baku pembuatan
(PORec)/penerimaan pemesanan sepatu futsal.
yang direncanakan adalah jumlah b) Studi pustaka dan studi lapangan
item yang diterima atau diproduksi Setelah didapatkan permasalahan yang
oleh perusahaan manufaktur pada dihadapi CV.Dua Putra, selanjutnya
periode waktu terakhir. dilakukan studi pustaka dan studi
6. Planned Ending Inventory lapangan terkait permasalahan yang
(PEI)/Rencana Persediaan Akhir dihadapi. Dari hasil studi pustaka,
Periode merupakan suatu diperoleh metode yang sesuai untuk
perencanaan terhadap persediaan menyelesaikan permasalahan yang
pada akhir periode. dihadapi. Metode yang digunakan

5
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

dalam penelitian ini adalah metode c) Pengumpulan data


Material requirement planning (MRP). Setelah didapatkan metode yang
sesuai, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah melakukan
pengumpulan data yang dibutuhkan.
Dalam penyelesaian MRP, data yang
dibutuhkan antara lain:
- Data historis permintaan sepatu
futsal dalam satu tahun terakhir
- Data lead time penyusunan produk
- Data sisa persediaan material, serta
- BOM Tree pembuatan produk
d) Pengolahan data
Setelah pengumpulan data, selanjutnya
dilakukan pengolahan data yang ada
dengan cara pembuatan Master
production scheduling (MPS) dan
Material requirement planning (MRP).
e) Analisis hasil MPS dan MRP
Setelah dilakukan pembuatan MRP
dan MPS, selanjutnya dilakukan
analisis hasil MRP dan MPS yang telah
dibuat.
f) Kesimpulan dan saran
Pada tahap ini, dilakukan penarikan
hasil yang didapatkan dari penelitian
yang didapat. Setelah itu, diberikan
saran untuk penelitian selanjutnya.

3. HASIL DAN DISKUSI


3.1 Pengumpulan Data
Berikut ini adalah data-yang
digunakan dalam penelitian:

Tabel 3.1 Data Permintaan Produk Sepatu


Airpro
Permintaan
No. Tahun Bulan
(kardus)
1 September 56 kardus
2 2017 Oktober 55 kardus
3 November 20 kardus
Gambar 1. Flowchart Penelitian Sumber: CV. Dua Putra.

6
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Tabel 3.2 Bill of Material Sepatu Airpro Tabel 3.4 MRP Persediaan Sepatu Futsal
Level 0

3.2 Pengolahan dan Analisis Data


Berikut ini adalah pengolahan data
yang dilakukan.
Tabel 3.3 Bill of Material Sepatu Airpro Dari MPS level 0 produk Airpro,
jumlah yang harus sudah selesai
diproduksi sebanyak 1568 pasang pada
tanggal 2 September, 1540 pasang pada
tanggal 7 Oktober, serta 560 pasang pada
tanggal 4 Nopember. Karena leadtime
pemasangan adalah 15 menit perpasang
maka pada baris PORel dimundurkan
menjadi 1568 pada tanggal 15 Agustus,
1540 pada tanggal 19 September, serta
560 pada tanggal 30 Oktober.

Pada MTO berlaku:


GR sepatu futsal periode ke-t = MPS
sepatu futsal periode ke –t (Pada
Dari MPS diatas dapat diketahui
produk level 0)
bahwa jumlah sepatu Airpro yang harus
GR Periode september = MPS periode
diproduksi pada bulan September sebesar
September = 56 kardus x 28
56 kardus, pada bulan Oktober sebesar
pasang/kardus = 1568 pasang
56 kardus, sedangkan jumlah yang harus
Net requirement sepatu futsal periode
diproduksi dibulan ke Nopember sebesar
ke t = GR sepatu futsal periode ke t
20 kardus. Karena perusahaan
Net requirement periode September = GR
menggunakan tipe produksi make to
Periode September =1568 pasang
order, maka nilai MPS sama dengan nilai
Porec sepatu futsal periode ke t = Net
actual demand dari perusahaan tersebut.
requirement sepatu futsal periode ke t
Dari data MPS pada Tabel 3.3, kemudian
karena produksi sejumlah pesanan (lot
dibuat MRP dari pembuatan produk
for lot)
tersebut.

7
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Porec periode September = Net maka pada baris PORel dimundurkan


requirement periode September = 1568 menjadi 1568 pada tanggal 29 juli, 1540
pasang pada tanggal 4 September, serta 560 pada
Porel sepatu futsal periode ke t = Porec tanggal 24 Oktober.
sepatu futsal periode ke t dan GR periode ke-t = Porec periode ke t
dimundurkan sesuai dengan lead (Pada produk level sebelumnya) x
timenya. kebutuhan perpasang
Lead time produk ke (i) = Jumlah yang GR Periode Agustus = porec periode
harus diproduksi produk ke (i) x LT Agustus = 1568 pasang x 1 =1568 pasang
produksi/pasang Net requirement periode ke t = GR
Lead time perakitan sepatu futsal = 1568 periode ke t
pasang x 15 menit/pasang = 23.520 menit Net requirement periode Agustus = GR
= 16.33 hari ≈ 17 hari. Periode Agustus =1568 pasang
Mundurkan pembuatan 17 hari Porec periode ke t = Net requirement
sebelumnya. Karena dibutuhkan 1568 periode ke t karena produksi sejumlah
pada tanggal 2 September, maka produksi pesanan (lot for lot)
harus dimulai 17 hari sebelumnya pada Porec periode Agustus = Net requirement
tanggal 15 Agustus periode Agustus = 1568 pasang
Porel periode ke t = Porec periode ke t
Tabel 3.5 Perencanaan Persediaan upper dan dimundurkan sesuai dengan lead
shoes (level 1) timenya.
Lead time produk ke (i) = Jumlah yang
harus diproduksi produk ke (i) x LT
produksi/pasang
Lead time perakitan upper shoes = 1568
pasang x 12 menit/pasang = 23.520 menit
= 13.06 hari ≈ 14 hari.
Mundurkan pembuatan 14 hari
sebelumnya. Karena dibutuhkan 1568
pada tanggal 15 Agustus, maka produksi
harus dimulai 14 hari sebelumnya pada
tanggal 29 Juli.
Dari MPS level 0 produk Airpro,
jumlah yang harus sudah selesai
diproduksi sebanyak 1568 pasang pada
tanggal 15 Agustus, 1540 pasang pada
Dari MPS level 0 produk Airpro, tanggal 19 September, serta 560 pasang
jumlah yang harus sudah selesai pada tanggal 30 Oktober. Karena leadtime
diproduksi sebanyak 1568 pasang pada pemasangan adalah 7 menit perpasang
tanggal 15 Agustus, 1540 pasang pada maka pada baris PORel dimundurkan
tanggal 19 September, serta 560 pasang menjadi 1568 pada tanggal 5 Agustus,
pada tanggal 30 Oktober. Karena leadtime 1540 pada tanggal 9 September, serta 560
pemasangan adalah 15 menit perpasang pada tanggal 26 Oktober.

8
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Tabel 3.6 Perencanaan persedian outsole Tabel 3.8 Perencanaan persediaan Spenco
(level 1) Eva MM (level 2)

Tabel 3.7 Perencanaan persediaan


gimboard (level 2) Dari MPS level 1 sub produk Upper
shoes, jumlah yang harus sudah selesai
diproduksi sebanyak 1568 pada tanggal
29 Juli, 1540 pada tanggal 4 September,
serta 560 pada tanggal 24 Oktober.
Karena leadtime pembuatan Spenco Eva
adalah 1 menit perpasang maka pada baris
PORel dimundurkan menjadi 1568 pada
tanggal 27 Juli, 1540 pada tanggal 1
September, serta 560 pada tanggal 23
Oktober.

Tabel 3.9 Perencanaan persediaan Spund


Bond (level 2)

Dari MPS level 1 sub produk


Upper shoes, jumlah yang harus sudah
selesai diproduksi sebanyak 1568 pada
tanggal 29 Juli, 1540 pada tanggal 4
September, serta 560 pada tanggal 24
Oktober. Karena leadtime pembuatan
gimboard adalah 1 menit perpasang maka
pada baris PORel dimundurkan menjadi
1568 pada tanggal 27 Juli, 1540 pada
tanggal 1 September, serta 560 pada
tanggal 23 Oktober.

9
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Dari MPS level 1 sub produk Upper Tabel 4.11. Perencanaan persediaan
shoes, jumlah yang harus sudah selesai Chemical Sheet (level 2)
diproduksi sebanyak 1568 pada tanggal
29 Juli, 1540 pada tanggal 4 September,
serta 560 pada tanggal 24 Oktober.
Karena leadtime pembuatan Spund Bond
adalah 1 menit perpasang maka pada baris
PORel dimundurkan menjadi 1568 pada
tanggal 27 Juli, 1540 pada tanggal 1
September, serta 560 pada tanggal 23
Oktober.

Tabel 3.10 Perencanaan persediaan


Merry Mesh (level 2)
Dari MPS level 1 sub produk
Upper shoes, jumlah yang harus sudah
selesai diproduksi sebanyak 1568 pada
tanggal 29 juli, 1540 pada tanggal 4
september, serta 560 pada tanggal 24
oktober. Karena leadtime pembuatan
Chemical Sheet adalah 1 menit perpasang
maka pada baris PORel dimundurkan
menjadi 1568 pada tanggal 27 Juli, 1540
pada tanggal 1 September, serta 560 pada
tanggal 23 Oktober.

Tabel 3.12 Perencanaan persediaan Insole


Texon (level 2)
Dari MPS level 1 sub produk Upper
shoes, jumlah yang harus sudah selesai
diproduksi sebanyak 1568 pada tanggal
29 Juli, 1540 pada tanggal 4 September,
serta 560 pada tanggal 24 Oktober.
Karena leadtime pembuatan Merry Mesh
adalah 1 menit perpasang maka pada baris
PORel dimundurkan menjadi 1568 pada
tanggal 27 Juli, 1540 pada tanggal 1
September, serta 560 pada tanggal 23
Oktober.

10
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Dari MPS level 1sub produk Outsole, 2. Lama waktu yang dibutuhkan untuk
jumlah yang harus sudah selesai memproduksi pesanan 56 box sepatu
diproduksi sebanyak 1568 pada tanggal 5 futsal Airpro pada tanggal 7 Oktober
Agustus, 1540 pada tanggal 9 September, 2017 adalah 32 hari. Sehingga untuk
serta 560 pada tanggal 26 Oktober. memenuhi demand pada bulan Oktober
Karena produk insole texon dibeli secara produksi harus sudah dimulai pada
langsung, maka leadtime pembuatan sama tanggal 1 September 2017.
dengan 0. 3. Lama waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi pesanan 56 box sepatu
Tabel 3.13 Perencanaan persediaan futsal Airpro pada bulan 4 Nopember
Outsole TPR (level 2) adalah 12 hari. Sehingga untuk
memenuhi demand pada bulan Oktober
produksi harus sudah dimulai pada
tanggal 23 Oktober 2017.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (1998). Manajemen operasi
dan produksi. Jakarta: LP FE UI.
Assauri, S. (2004). Manajemen
Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Gaspersz, V. (2004). Production planning
and inventory control. PT
Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Dari MPS level 1sub produk Outsole, Herjanto, E. (1999). Manajemen Produksi
jumlah yang harus sudah selesai dan Operasi, Edisi ke-2. Gresindo.
diproduksi sebanyak 1568 pada tanggal 5 Jakarta.
Agustus, 1540 pada tanggal 9 September, Heizer, J., and Render, B. (2006).
serta 560 pada tanggal 26 Oktober. Manajemen Operasi, Edisi 7.
Karena produk outsole TPR dibeli secara Salemba. Jakarta.
langsung, maka leadtime pembuatan sama Limbong, I., Tarore, H., Tjakra, J. and
dengan 0. Walangitan, D.R.O.,(2013).
Manajemen Pengadaan Material
4. KESIMPULAN Bangunan dengan Menggunakan
Kesimpulan yang didapatkan dalam Metode MRP (Material
penelitian ini adalah sebagai berikut: Requirement Planning) Studi
1. Lama waktu yang dibutuhkan untuk Kasus: Revitalisasi Gedung
memproduksi pesanan 56 box sepatu Kantor BPS Propinsi Sulawesi
futsal Airpro pada tanggal 2 September Utara. Jurnal Sipil Statik, 1(6).
2017 adalah 33 hari. Sehingga untuk Mahardika, A.P., Ardiansyah, M.N. and
memenuhi demand pada bulan Yunus, E.D.S., (2017).
September produksi harus sudah Pengendalian Persediaan untuk
dimulai pada tanggal 27 Juli 2017. Mengurangi Biaya Total

11
Journal of Research and Technology, Vol. 4 No. 1 Juni 2018
P-ISSN: 2460 – 5972
E-ISSN: 2477 – 6165

Persediaan dengan Pendekatan (Economic Order Quantity): Studi


Metode Periodic Review (R, s, S) kasus di pabrik kerupuk UD Surya
Power Approximation pada Suku Manalagi Kabupaten Kediri
Cadang Consumable (Studi Kasus: (Doctoral dissertation, Universitas
Job Pertamina Talisman Jambi Islam Negeri Maulana Malik
Merang). Jurnal Rekayasa Sistem Ibrahim).
Industri, 4(1), pp.8-19. Rangkuti, F. (2004). Manajemen
Nasution. (1992). Metode Research. Persediaan Aplikasi di Bidang
Bandung: Jemmars. Bisnis. Jakarta. Raja Grafindo
Prima, D.S., Setyanto, N.W. and Tantrika, Persada.
C.F.M., (2014). Penerapan Sistem Tersine, R. J. (1994). Principles of
MRP Untuk Pengendalian inventory and materials
Persediaan Bahan Baku Animal management. PTR Prentice Hall.
Feedmill Dengan Lot Sizing Yasra, R., Cundara, N. and Widodo,
Berdasarkan Algoritma Wagner- B.W., (2014). Analisa
within Dan Silver-meal (Studi Penjadwalan Persediaan
kasus: PT. Sierad Produce, Tbk.). Timbangan Model SM 5600
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Dengan Metode Lot for Lot
Sistem Industri, 2(4), pp.p896-906. (Studi Kasus di PT. Tropical
Rajab, H.T.D.A., (2015). Pengoptimalan Electronic Batam).
persediaan bahan baku tepung PROFISIENSI, 2(2).
ketela menggunakan metode EOQ

12

Anda mungkin juga menyukai