Anda di halaman 1dari 63

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU

GELONDONGAN DENGAN METODE SILVER MEAL

(Studi kasus di PT.Toba Pulp Lestari)

OLEH:

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar
Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SISINGAMANGARAJA XII TAPANULI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan

yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

terhadap suatu produk tidak terbatas pada harga dan kualitas saja tetapi juga pada

pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa ketersediaan

produk yang diinginkan konsumen dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan

kebutuhan.

Kondisi tersebut menuntut perusahaan berusaha agar produk mereka tersedia

sesuai kebutuhan konsumen. Namun, dalam usaha tersebut terkadang kebutuhan

konsumen akan produk tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan karena sistem produksi

yang tidak berjalan dengan baik, salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya

bahan baku untuk kebutuhan produksi. Akibatnya perusahaan dihadapkan pada resiko

bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan konsumen,

yang berimbas pada kerugian perusahaan yang berasal dari biaya kehilangan

kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh, maupun kerugian

dikarenakan beralihnya konsumen ke produk lain.

Berdasarkan kondisi tersebut, perusahaan memberlakukan sistem persediaan

guna menjamin ketersediaan bahan baku. Namun terkadang perusahaan tidak

memperhatikan persoalan efisiensi lot size inventory. Akibatnya perusahaan

cenderung mengadakan pembelian besar-besaran tanpa memperhatikan biaya yang


ditimbulkan.

Dalam perhitungan lot sizing, tersedia berbagai teknik yang terbagi dalam dua

kelompok besar yaitu model lot sizing statis dan model lot sizing dinamis. Untuk

tingkat permintaan dengan jumlah yang naik turun (random) digunakan metode lot

sizing dinamis, salah satu metodenya adalah dengan metode Silver Meal. Metode

Silver Meal merupakan metode yang belum banyak digunakan, namun dapat

menghasilkan solusi yang mendekati optimal.

Pada penelitian ini akan dibahas tentang persediaan bahan baku kayu

gelondongan pada PT.Toba Pulp Lestari dimana produk yang dihasilkan adalah kayu

lapis. Pengadaan bahan baku didasarkan pada perkiraan kebutuhan yang ditentukan

oleh pihak PT.Toba Pulp Lestari

PT.Toba Pulp Lestari sering kali dihadapkan pada masalah persediaan bahan

baku. Permasalahan yang terjadi yaitu proses produksi yang seringkali tidak

didukung oleh persediaan bahan baku yang mencukupi sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya proses produksi. Permasalahan lain adalah pemesanan

bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga dapat mengakibatkan biaya

persediaan meningkat.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis terdorong untuk

mengangkat masalah sistem perencanaan persediaan pada PT.Toba Pulp

Lestarisebagai tugas akhir dengan judul : Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Kayu Gelondongan dengan Metode Silver Meal (Studi Kasus PT.Toba Pulp

Lestari).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana merencanakan kebutuhan bahan baku kayu

gelondongan yang dapat mengurangi biaya persediaan dengan menggunakan metode

Silver Meal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui Safety Stock dan total biaya pemesanan bahan baku per tahun.

2) Mengetahui berapa banyak bahan baku yang harus dipesan perperiode untuk

memenuhi kebutuhan produksi (lot size) dan menentukan saat atau waktu

perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku (reorder point).

3) Merencanakan persediaan bahan baku kayu gelondongan tahun 2021.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini

agar pembahasan lebih terfokus yaitu sebagai berikut:

1) Penelitian hanya dilakukan pada sistem persediaan dari perusahaan.

2) Penelitian hanya dilakukan pada bahan baku kayu gelondongan.

3) Penelitian ini tidak membahas secara mendalam tentang hal-hal yang bersifat

teknis operasional produksi melainkan menitikberatkan pada sistem persediaan

saja.

4) Penelitian ini tidak mempertimbangkan jumlah supplier bahan baku tetapi


hanya terbatas pada jumlah kebutuhan bahan baku perusahaan saja.

5) Diasumsikan bahwa supplier selalu dapat memenuhi pemesanan bahan baku

dari perusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Bagi penulis, diharapkan dapat:

1) Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Universitas

Sisingamangaraja XII Tapanuli Program Studi Teknik Industri Fakultas

Teknik.

2) Meningkatkan pengetahuan mengenai sistem persediaan.

1.5.2 Bagi akademik, diharapkan dapat mengetahui prinsip dasar persediaan yang

meliputi alur kegiatan, mulai dari perencanaan, proses pengadaan dan

pengawasan atau pengendalian proses pemesanan serta ketepatan waktu

penerimaan.

1.5.3 Bagi perusahaan, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat:

1) Sebagai masukan perusahaan terkait dengan peningkatan kinerja perusahaan.

2) Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan proses persediaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan (Inventory)

Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu

proses selanjutnya, yang dimaksud dengan proses yang lebih lanjut tersebut adalah

berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem

distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.

2.1.1 Jenis-Jenis Persediaan.

Berdasarkan bentuk fisiknya. Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yakni:

a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang berwujud,

seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam

proses produksi;

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ componen), yaitu

persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain secara langsung dapat dirakit menjadi suatu

produk;

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-

barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian

atau komponen barang jadi;

d. Persediaan dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang


yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah

diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi

barang jadi;

e. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang- barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim

kepada pelanggan.

Persediaan dapat pula diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu:

a. Batch stock/ lot size inventory, yaitu persediaan yang diadakan karena kita

membeli atau membuat bahan-bahan atau barang- barang dalam jumlah yang

lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan.

b. Fluctuation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat

dalam satu tahun dan menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan

yang meningkat.

2.1.2 Fungsi-fungsi Persediaan

Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya

meningkatkan operasi perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun

operasi eksternal sehingga perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas. Fungsi

persediaan pada dasarnya terdiri dari tiga fungsi yaitu:

a. Fungsi Decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan


permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

b. Fungsi Economic Lot Size

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya

c. Fungsi antisipasi

Fungsi ini berguna untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data- data masa lalu,

yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan

persediaan musiman (seasional inventories).

2.1.3 Biaya-Biaya Persediaan

Adapun biaya-biaya yang harus dipertimbangkan besarnya jumlah

persediaan, yaitu:

a. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-

biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Yang

termasuk biaya penyimpanan, yaitu:

a) Biaya fasilitas (termasuk biaya penerangan, pendingin ruangan, dan

sebagainya);

b) Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas

dana yang diinvestasikan dalam persediaan;

c) Biaya keusangan;

d) Biaya penghitungan fisik;

e) Biaya asuransi persediaan;

f) Biaya pajak persedian;


g) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan;

h) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2.1.4 Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs).

Biaya-biaya ini meliputi:

a) Pemrosesan pesanan dan ekspedisi;

b) Upah;

c) Biaya telepon;

d) Pengeluaran surat menyurat;

e) Biaya pengepakan dan penimbangan;

f) Biaya pemeriksaan penerimaan;

g) Biaya pengiriman kegudang;

h) Biaya utang lancar dan sebagainya;

2.1.5 Biaya penyiapan (manufacturing) atau setup cost.

Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri

“dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup cost)

untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

a) Biaya mesin-mesin menganggur;

b) Biaya penyiapan tenaga kerja langsung;

c) Biaya penjadwalan;

d) Biaya ekspedisi dan sebagainya.

2.1.6 Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah


sebagai berikut:

a) Kehilangan penjualan;

b) Kehilangan pelanggan;

c) Biaya pemesanan khusus;

d) Biaya ekspedisi;

e) Selisih harga;

f) Terganggunya operasi;

g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena

kenyataannya biaya ini sering merupakan Opportunity Cost yang sulit diperkirakan

secara objektif.

Total biaya pada suatu periode merupakan jumlah dari biaya pembelian, biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Total Biaya = Biaya Pembelian + Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

2.2 Peramalan (Forecasting)

Langkah awal dalam suatu perusahaan produksi dan persediaan adalah

mengetahui besar permintaan di masa mendatang. Peramalan (forecasting)

merupakan suatu tindakan untuk mengetahui besar permintaan di masa mendatang

atau secara umum kejadian di masa mendatang. Dengan adanya informasi tentang

besarnya permintaan di masa mendatang yang di dapat dari hasil peramalan, maka

dapat ditentukan strategi yang tepat untuk perencanaan yang lebih lanjut.

Adapun kegunaan peramalan sebagai berikut:


1) Berguna untuk dapat memperkirakan secara sistematis dan pragmatis atas dasar

data relevan pada masa lalu, dengan demikian metode peramalan yang diharapkan

dapat memberikan obyektivitas yang lebih besar.

2) Membantu dalam mengadakan pendekatan analisa terhadap pola dari data yang

lalu, sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengerjaan dan pemecahan yang

sistematis dan pragmatis, serta memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar

atas ketetapan hasil peramalan yang dibuat atau yang disusun.

2.2.1 Macam-Macam Teknik Peramalan

2.2.1.1 Metode Kuantitatif

Dalam Teknik Kuantitatif, data masa lalu dianalisa secara statistik setelah itu

dicari pola atau rumusan yang sesuai untuk meramalkan keadaan pada masa yang

akan datang. Suatu dimensi tembahan untuk mengklasifikasikan metode peramalan

kuantitatif adalah dengan memperhatikan model yang mendasarinya. Ada dua jenis

peramalan yang utama yaitu:

1) Model Deret berkala (Time Series)

Metode time series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis

serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan

beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola

dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu.

Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana

permintaan terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari

perubahan permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan


pada masa yang akan datang.

Untuk memilih suatu metode berkala yang tepat adalah dengan

mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat tersebut dapat

diuji. Pola data dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

1. Pola Trend/ kecenderungan

Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun

secara terus menerus. Pola ini dapat digambarkan di bawah ini:

Gambar 2.1. Pola Tren Sumber : Nasution (2006)

2. Pola Musiman

Pola data ini terjadi bila nilai data sangat dipengaruhi oleh musim yang

menggambarkan pola penjualan yang berulang setiap periode. Pola data musim

dapat digambarkan di bawah ini:


Gambar 2.2. Pola Musiman Sumber : Nasution (2006)

3. Pola Siklus (Cycle)

Pola ini dapat terjadi bila penjualan produk dapat memiliki siklus yang berulang

secara periodik, biasanya lebih dari satu tahun. Pola ini dapat digambarkan di

bawah ini:

Gambar 2.3. Pola Cycle

Sumber : Nasution (2006)

4. Pola Acak (Random)

Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata. Pola

ini dapat digambarkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Pola Random (Acak) Sumber : Nasution (2006)

Metode peramalan dengan pendekatan statistik digunakan untuk peramalan

yang berdasarkan pada pola data, dan termasuk ke dalam model peramalan

deret berkala (time series) antara lain adalah:

a) Metode Exponential Smoothing


Pemulusan eksponensial (exponential smoothing) adalah suatu prosedur

yang mengulang perhitungan secara terus menerus dengan menggunakan

data terbaru. Metode ini didasarkan pada perhitungan rata-rata (pemulusan)

data-data masa lalu secara eksponensial. Setiap data diberi bobot, dimana

data yang lebih baru diberi bobot yang lebih besar. Bobot yang digunakan

adalah α untuk data yang paling baru, α (1−α ) digunakan

untuk data yang agak lama, α (1−α ) untuk data yang lebih lama lagi, dan

seterusnya.

Rumus matematisnya adalah:

Ft +1 =α , X t + ( 1−α ) F t .................………...…….……..(1)

(Sumber: Nasution dan Prasetyawan, 2008)

Dimana

Xt =Permintaan pada periode t

α =Faktor/konstanta pemulusan

Ft = Nilai ramalan periode sebelumnya

Ft +1 = Hasil peramalan untuk periode t+1

b) Metode Moving Average

Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan

yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan di masa

yang akan datang. Secara matematis, rumus fungsi peramalan metode ini

adalah:
X t−N +1 +. .. X t−1 + X 1
Ft +1 =
N …….…………......................(2)

(Sumber: Nasution dan Prasetyawan, 2008)

Dimana:

X t = Per min taan pada Periode t

X t−1 = Per min taan pada Perode t−1

X t− N+1 = Per min taan pada Perode t−N +1

N = Jumlah deret waktu yang digunakan

Ft−1 = Hasil peramalan untuk Periode t−1

c) Metode Weighted Moving Average

Metode Weighted Moving Average (WMA) dapat mengatasi kelemahan dari

metode Moving average (MA) yang menganggap setiap data memiliki bobot

yang sama, padahal lebih masuk akal bila data yang lebih baru mempunyai

bobot yang lebih tinggi karena data tersebut mempresentasikan kondisi yang

terakhir terjadi. Secara matematis, WMA dapat dinyatakan sebagai berikut:

WMA=∑ W t . A t .......................………………...………(3)

Dimana:

W t = Bobot Permintaan Aktual pada periode -t

A t = Permintaan Aktual pada periode –t

2) Metode Kausal

Metode peramalan kausal mengembangkan suatu model sebab akibat antara


permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain yang dianggap

berpengaruh. Sebagai contoh, permintaan akan baju baru mungkin berhubungan

dengan banyaknya populasi pendapatan masyarakat, jenis kelamin, budaya daerah,

dan bulan-bulan khusus (hari raya, natal dan tahun baru).

2.2.1.2 Metode Kualitatif

Data yang diperoleh pada data ini tidak sama dengan data pada metode

kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya

merupakan hasil dari pemakaian intuitif, perkiraan dan mengetahui apa yang telah

didapat.

2.2.2 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan merupakan

ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang

sebenarnya terjadi. Ukuran hasil peramalan yang biasanya digunakan, yaitu:

1) Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan

kenyataannya. Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut:

A t −Ft
MAD=∑| |
n .......................………………...………(4)

(Sumber: Nasution dan Prasetyawan, 2008)

Dimana:

At = permintaan aktual pada periode t


Ft = peramalan permintaan pada periode t

n = Jumlah periode peramalan yang terlihat

2) Rata-rata kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama

periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. MFE dihitung dengan

menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan

membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE

dinyatakan sebagai berikut:

( A t −F t )
MFE=∑
n .......................………………...………(5)

(Sumber: Nasution dan Prasetyawan, 2008)

Dimana:

A t = Permintaan aktual pada periode t

Ft = Peramalan permintaan pada periode t

n = Jumlah periode peramalan yang terlihat

2.3 Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing)

Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan jumlah barang yang

akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen persediaan

adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang sesuai dengan

permintaan pasar dan kapasitas perusahaan.

Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu
perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit, karena sangat tergantung pada hal- hal

sebagai berikut:

- Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya

- Lamanya horison perencanaan

- Ukuran periodenya (mingguan, bulanan, dan sebagainya)

- Perbandingan biaya pesan dan biaya unit.

Hal-hal itulah yang mempengaruhi keefektifan dan keefisienan suatu metode

dibandingkan metode lainnya. Dalam perhitungan Lot Sizing, tersedia berbagai

teknik yang terbagi dalam dua kelompok besar yaitu model Lot Sizing Statis dan

model Lot Sizing Dinamis. Penggunaan dari masing-masing model ini adalah

tergantung kepada kondisi dari permintaan/ pengorderan (Planned Order Release

hasil MRP) yang dihadapi. Apabila permintaan bersifat konstan atau kontinyu, maka

model Lot Sizing Statis lebih tepat dipergunakan. Sedangkan apabila permintaan

bersifat lumpy/dinamis, maka model Lot Sizing Dinamis yang lebih tepat

dipergunakan.

Beberapa teknik penerapan ukuran lot untuk satu tingkat dengan asumsi

kapasitas tak terbatas yang banyak dipakai secara meluas pada industri mekanis dan

elektronis secara berturut-turut, adalah:

- Economic Order Quantity (EOQ)

- Economic Production Quantity (EPQ)

- Least Unit Cost (LUC)

- Silver Meal

Metode EOQ dan EPQ digolongkan sebagai model Lot sizing Statis, sedangkan LUC
dan Silver Meal digolongkan sebagai model Lot sizing Dinamis

1) Economic Order Quantity (EOQ)

Penetapan ukuran lot dengan teknik ini hampir tidak pernah dilupakan dalam

lingkungan MRP karena teknik ini sangat populer sekali dalam sistem persediaan

tradisional. Dalam teknik inipun besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun

perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya simpan.

2) Economic Production Quantity (EPQ)

EPQ (Economic Production Quantity), dimana pemakaiannya terjadi pada

perusahaan yang pengadaan bahan baku atau komponennya dibuat sendiri oleh

perusahaan. Karena pengadaannya dibuat sendiri maka instaneously seperti model

EOQ tidak berlaku. Dalam hal ini tingkat produksi perusahaan untuk membuat

bahan baku (komponen) diasumsikan lebih besar daripada tingkat pemakaiannya

(P>D). Karena tingkat produksi (P) bersifat tetap dan konstan, maka model EPQ

juga disebut model dengan jumlah produksi tetap (FPQ). Tujuan dari model EPQ

ini adalah menentukan berapa jumlah bahan baku (komponen) yang harus

diproduksi, sehingga meminimasi biaya persediaan yang terdiri dari biaya set-up

produksi dan biaya penyimpanan.

3) Least Unit Cost (LUC)

Least Unit Cost (LUC) adalah metode dengan pendekatan try and error, penentuan

jumlah pesanan dengan pertimbangan apakah pesanan dibuat sama dengan

kebutuhan bersih periode pertama atau dengan menambah untuk menutupi

kebutuhan kebutuhan periode-periode selanjutnya dan lain sebagainya. Biaya

periode unitnya dihitung untuk masing-masing tahap dengan cara membagi total
biaya pesan dan biaya penyimpanan dengan jumlah lot kumulatif pada setiap

tahapnya. Keputusan akhir dari metode ini didasarkan pada biaya periode unit

terendah.

4) Metode Silver Meal

Salah satu dari metode heuristik adalah Silver Meal, yang merupakan metode

dengan pendekatan yang mudah digunakan, dan dari pengulangan pengerjaan akan

didapat hasil yang baik apabila dibandingkan dengan heuristik lainnya. Pengerjaan

metode Silver Meal ini mempunyai persamaan dengan perhitungan Economic

Order Quantity (EOQ), yaitu digunakan sebagai permintaan sebagai dasar untuk

pengulangan variabel pada periode-periode selanjutnya, kemudian total

permintaan diatas batas perencanaan. Metode ini mencoba mencari biaya rata-rata

minimal pada tiap periode untuk sejumlah periode yang telah direncanakan.

Rumusan umum yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1
m(
K ( m) = A +hD 2 +2 hD 3 +. ..+ ( m−1 ) hD m )
………….....……(6)

(Sumber: Syahrul, 2007)

Hitung K(m), m = 1,2,3,…,m, dan hentikan hitungan jika K(m+1) > K(m)

Keterangan :

Dm = Permintaan pada periode ke- m (D1, D2, D3,…, Dm)

K ( m)
= Rata- rata biaya persediaan per unit waktu

m = Periode

A = Biaya order
h = Biaya simpan tiap unit /periode

Metode Silver-Meal ini dipakai untuk masalah dimana variasi permintaan dari

suatu periode waktu ke periode waktu berikutnya cukup tinggi. Metode ini dirancang

oleh E.A. Silver dan R. Meal.

2.4 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk

melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out).

Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu:

1) Penggunaan bahan baku rata-rata;

2) Faktor waktu;

3) Biaya-biaya yang digunakan.

Standar kuantitas

1) Persediaan minimum

2) Besarnya pesanan standar

3) Persediaan maksimum

4) Tingkat pemesanan pembeli

5) Administrasi persediaan.

Catatan penting dalam Sistem Pengawasan Persediaan

1) Permintaan untuk dibeli

2) Laporan penerimaan

3) Catatan persediaan

4) Daftar permintaan bahan


5) Perkiraan pengawasan

Rumus umum Persediaan Pengaman (Safety Stock) untuk tingkat permintaan

variabel dan lead time yang konstan yaitu:

SS=z √ LT ( σd ) ..............................................................................(7)

(Sumber: Rangkuti, 2007)

Dimana :

SS : Safety Stock

Z : Service Level

σd : Standar Deviasi dari tingkat kebutuhan

LT : Waktu Tenggang (Lead Time)

2.5 Reorder Point (ROP)

Reorder point (ROP) menjawab pernyataan kapan mulai mengadakan

pemesanan. ROP model terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok

berkurang terus. Dengan demikian kita harus menentukan berapa banyak batas

minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi

kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa

tenggang. Mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya

mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock selama

masa tenggang.

ROP atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali

termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang,


misalnya suatu tambahan /ekstra stok.

Model-model reorder point:

a. Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah konstan

b. Jumlah permintaan adalah variabel, sedangkan masa tenggang adalah konstan

c. Jumlah permintaan konstan, sedangkan masa tenggang adalah variabel

d. Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah variabel

Rumus umum Reorder Point (ROP) untuk tingkat permintaan variabel dan lead time

yang konstan yaitu:

ROP=d LT +SS ......................................................(8)

(Sumber: Rangkuti, 2007)

Dimana:

d : Rata-rata tingkat permintaan

LT : masa tenggang (lead time) konstan

SS : Safety Stock
Gambar 2.5. Pola Persediaan Sumber: Yamit (2003)

Q = jumlah pemesanan

ab, cd, ef = tenggang waktu (lead time)

ac, ce, = interval pemesanan

B = reorder point.

2.6 Manajemen Supplier

Dalam Perusahaan manufaktur, manajemen supplier merupakan hal yang

sangat penting karena bahan baku yang digunakan dalam produksi, sangat ditentukan

oleh bagaimana perusahaan memilih dan mengelola hubungan dengan supplier.

2.6.1 Kriteria Pemilihan Supplier

Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier

tersebut akan memasok item yang kritis dan/atau akan digunakan dalam jangka

panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting

dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan

strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang akan dipasok. Secara

umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas

barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Namun sering kali

pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting bagi

perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Dickson menunjukkan bahwa kriteria pemilihan

supplier bisa sangat beragam. Tabel 2.1 menujukkan 22 kriteria yang

diidentifikasikan oleh Dickson. Angka pada kolom kedua menunjukkan tingkat

kepentingan dari masing-masing kriteria berdasarkan kumpulan jawaban dari survey


yang direspon oleh 170 manajer pembelian di Amerika Serikat. Responden diminta

memilih angka 0 – 4 pada skala likert dimana 4 berarti sangat penting.Jadi tabel

tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden melihat kualitas sebagai aspek

terpenting dalam memilih supplier.Harga ternyata hanya menenmpati urutan nomor 5

dan memiliki skor yang sangat signifikan lebih rendah dari kualitas dan aspek

pengiriman (delivery).

Tabel 2.1. Kriteria Pemilihan/Evaluasi Supplier (Dickson, 1966)

Kriteria Skor
Kualitas 3.5
Delivery 3.4
Performance History 3
Warranties and claim policies 2.8
Price 2.8
Technical capability 2.8
Financial Position 2.5
Procedural Compliance 2.5
Communication system 2.5
Reputation and position in industry 2.4
Desire for business 2.4
Management and organization 2.3
Operating controls 2.2
Repair Service 2.2
Attitudes 2.1
Impression 2.1
Packaging ability 2
Labor relations records 2
Geographical location 1.9
Amount of pass business 1.6
Training aids 1.5
Reciprocal arrangements 0.6

2.6.2 Merancang Hubungan dengan Supplier

Ada dua faktor yang bisa digunakan dalam merancang hubungan dengan

supplier. Yang pertama adalah tingkat kepentingan strategis item yang dibeli
bagiperusahaan. Logikanya, semakin strategis posisi suatu item dalam perusahaan,

makin perlu untuk menciptakan hubungan yang dekat dan berorientasi jangka

panjang dengan supplier dari item tersebut. Strategis tidaknya suatu item

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:

- Kontribusi item tersebut terhadap kegiatan/kompetensi inti perusahaan.

- Nilai pembelian dalam setahun.

- Image/brand name dari supplier.

- Risiko ketidaktersediaan item yang bersangkutan.

Faktor yang kedua adalah tingkat kesulitan mengelola pembelian item

tersebut.Semakin tinggi kesulitannya, semakin banyak diperlukan intervensi dari

manajemen. Secara umum tingkat kesulitan pembelian suatu item ditentukan oleh

beberapa hal seperti:

- Kompleksitas dan keunikan item.

- Kemampuan supplier dalam memenuhi permintaan.

- Ketidakpastian (ketersediaan, kualitas, harga, waktu pengiriman).

- Dengan menggunakan dua faktor tersebut, kita bisa mendapatkan empat

klasifikasi supplier, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.6.


Gambar 2. 6.Commodity Portfolio Matrix (Handfield et al., 2000)

Supplier yang tingkat kepentingannya rendah dan relatif mudah untuk

ditangani diklasifikasikan sebagai non-critical suppliers. Supplier dari barang-barang

yang relatif standar, ketersediaanya cukup, mudah dicari substitusinya, dan nilainya

relatif rendah masuk dalam klasifikasi ini.Sebaliknya, critical strategic supplier

adalah mereka yang memasok barang atau jasa dengan nilai yang besar dan barang

atau jasa tersebut kritis bagi perusahaan. Ketersediaannya bisa mengakibatkan

masalah serius bagi keberlangsungan perusahaan. Pada bagian kiri atas adalah

bottleneck supplier. Mereka adalah pemasok item-item yang sebenarnya tidak terlalu

penting bagi perusahaan dan nilai transaksinya juga relatif rendah, namun barang atau

jasa tersebut tidak mudah diperoleh. Ini mungkin disebabkan karena supplier

barangatau jasa tersebut relatif sedikit sedangkan yang membutuhkannya banyak.

Klasifikasi terakhir, yang berkebalikan dengan bottleneck suppliers, adalah leverage

suppliers. Yang masuk dalam kelompok ini adalah supplier-supplier yang memasok

item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan namun item-item tersebut

relatif mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya standar dan banyak supplier

yang bisa memasoknya.

Langkah-langkah yang harus diambil dalam membedakan perlakuan atau model

hubungan terhadap masing-masing klasifikasi supplier yang berbeda tersebut

ditunjukkan pada Gambar 2.7.


Gambar 2.7. Fokus Manajemen untuk Tiap Kelompok

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di PT.Toba Pulp Lestari pada bulan Oktober-

Desember 2022.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penulisan tugas akhir ini adalah :

1) Penelitian lapangan (Field Research) yakni suatu bentuk penelitian yang dilakukan

dengan cara observasi, wawancara untuk mendapatkan data yang lebih tepat dan

bisa dipercaya sesuai kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung penulisan

tugas akhir ini. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder.

2) Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan.

Dalam penelitian ini, data primer didapatkan dengan metode wawancara dengan

kepala bagian log supply.

3) Data sekunder, yaitu data yang telah diolah sebelumnya, penulis hanya mengutip
dari data yang telah ada berdasarkan dokumentasi perusahaan. Dalam penelitian

ini data sekunder yang dibutuhkan adalah :

a) Data yang digunakan untuk peramalan permintaan adalah data permintaan

bahan baku (log supply) tahun 2020 - 2021

b) Biaya penyimpanan bahan baku (holding cost).

c) Biaya pemesanan bahan baku (ordering cost)

d) Lead time (waktu tenggang) pemesanan

4) Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu studi literatur yang erat kaitannya

dengan masalah yang akan dibahas yang mencakup perencanaan dan pengendalian

persediaan bahan baku, peramalan, penentuan ukuran pemesanan, penentuan

persediaan pengaman (safety stock), dan waktu pemesanan kembali (reorder

point).

3.3 Pengolahan Data dan Analisis

Dalam pengolahan data-data yang telah ada akan menggunakan tahap-

tahap, yaitu :

1) Metode peramalan

Menghitung ramalan permintaan bahan baku untuk 1 tahun ke depan dengan

membandingkan 2 metode peramalan yaitu :

a. Metode Single Exponential Smoothing untuk α = 0,1, α = 0,5, α = 0,9.

dimana α merupakan suatu nilai (0<α<1) yang ditentukan secara subjektif.

b. Metode Weighted Moving Average untuk periode 2 bulan memakai

bobot (c) = c1 = 0,4 ; c2 = 0,6, untuk periode 3 bulan menggunakan c1 = 0,2 ;


c2 = 0,3 ; c3 = 0,5 dan untuk periode 5 bulan menggunakan c1 = 0,1; c2 = 0,1 ;

c3 = 0,2 ; c4 = 0,2 ; c5 = 0,4.

Dimana penentuan jumlah periode dan bobot yang digunakan ditentukan secara

subjektif.

2) Menetapkan metode peramalan yang digunakan dengan memilih peramalan

dengan deviasi terkecil.

3) Menghitung safety stock.

4) Menghitung ukuran pemesanan (ukuran lot),

Dalam penelitian ini, untuk menentukan ukuran lot digunakan metode Silver Meal.

Rumusan umum yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

K(m) = ( A + h + 2h + ....+ (m-1)h

(Sumber: Syahrul, 2007)

Hitung K(m), m = 1,2,3,…,m, dan hentikan hitungan jika K(m+1) > K(m)

Keterangan :

Dm = Permintaan pada periode ke- m (D1, D2, D3,…, Dm)

K(m)= Rata- rata biaya persediaan per unit waktu

m= Periode

A= Biaya order

h= Biaya simpan tiap unit /periode

5) Menghitung waktu pemesanan kembali (reorder point)

6) Merencanakan persediaan bahan baku periode 2021


3.4 Kerangka Pemecahan Masalah (Flow Chart).

Mulai

IdentifikasiMasalah

Penentuan Kebutuhan data

Pengumpulan Data (Demand dan Biaya Persediaan)

Tidak
Data Cukup

Ya
Melakukan Peramalan

Perhitungan Safety stock

Menentukan Ukuran Lot Menggunakan Teknik Lot Sizing Silver Meal

Menentukan Reorder Point

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


Selesai

Gambar 8. Kerangka Pemecahan Masalah

3.5 Kerangka Pikir (Framework Penelitian)

PT.TOBA PULP LESTARI

Dir.Operasional Dir. Pemasaran

Bagian Produksi Bagian Umum

Dept.Production Planning
Dept. Produksi Bagian Engineering
and Inventory Control (PPIC)

QC Bahan Baku

Penentuan Safety Stock Penentuan Ukuran Lot Penentuan ROP

Lot For Lot Wagner Within Silver Meal

Menghasilkan solusi yang baik.


Memecahkan masalah lebih
sederhana.
Mengandung pemecahan
masalah yang lebih kompleks
Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Gambar 3.9. Kerangka Pikir

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh dengan wawancara dan hasil pencatatan berdasarkan

dokumentasi PT.Toba Pulp Lestari sebagai pihak yang terkait dengan masalah

persediaan bahan baku kayu gelondongan adalah sebagai berikut:

4.1.1 Data Permintaan Bahan Baku Kayu Gelondongan (Log Supply) Periode

2020-2022

Data ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan proses peramalan

permintaan untuk periode Januari 2020- Desember 2022. Data- data tersebut berasal

dari laporan pemakaian bahan baku bagian log supply PT.Toba Pulp Lestari. Dalam

data permintaan bahan baku kayu gelondongan ini, dikelompokkan menjadi 3 macam

bahan baku yaitu kelompok jenis kayu Meranti, yaitu kelompok jenis kayu yang

digunakan sebagai bahan baku face dan back veneer plywood. Kelompok jenis kayu

Rimba Campuran, yang digunakan sebagai core veneer plywood dan kelompok Kayu

Indah, yang digunakan sebagai back veneer plywood.


Tabel 4.1. Data Permintaan Bahan Baku Kayu Gelondongan (2009-2010)

Meranti Rimba Kayu


Bulan ( Campuran Indah Total
( (
Januari '09 9.629,86 3.588,43 100,24 13.318,53
Februari 8.726,44 3.024,21 80,21 11.830,86
Maret 14.002,17 6.058,60 160,00 20.220,77
April 9.032,47 3.047,77 80,23 12.160,47
Mei 6.001,82 2.027,86 60,00 8.089,68
Juni 5.149,24 1.960,64 55,00 7.164,88
Juli 8.111,28 3.008,58 80,17 11.200,03
Agustus 10.002,37 3.936,93 110,00 14.049,30
September 10.352,15 4.014,22 110,00 14.476,37
Oktober 11.521,00 5.018,89 130,23 16.670,12
November 8.351,17 3.547,70 95,18 11.994,05
Desember 6.710,04 2.556,98 80,00 9.347,02
Januari '10 5.292,51 2.181,43 75,00 7.548,94
Februari 10.588,75 5.050,10 125,20 15.764,05
Maret 10.658,86 4.912,24 120,14 15.691,24
April 12.793,29 6.082,89 150,00 19.026,18
Mei 7.694,56 4.081,36 110,75 11.886,67
Juni 7.660,39 3.962,09 105,41 11.727,89
Juli 6.680,19 2.836,20 80,23 9.596,62
Agustus 9.558,54 4.054,36 119,78 13.732,68
September 10.201,49 4.523,00 130,17 14.854,66
Oktober 5.587,30 2.164,61 60,79 7.812,70
November 8.664,19 3.844,10 100,42 12.608,71
Desember 10.382,25 4.308,13 110,17 14.800,55
TOTAL 213.352,33 89.791,32 2.429,3 305.572,9
2 7
Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari

25000.00

20000.00

15000.00

10000.00
2009
5000.00 2010

0.00

Periode (Bulan)

Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari

Diagram 4.1. Laju Permintaan bahan baku tahun 2020-2022

4.1.2 Biaya Pemesanan dan Biaya Pembelian Bahan Baku

Biaya Pemesanan merupakan seluruh biaya yang terjadi mulai dari pemesanan

barang sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan yang terjadi pada

PT.Toba Pulp Lestari yaitu biaya administrasi pemesanan dan biaya transportasi

(sewa kapal). Data-data ini diolah dari jumlah biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan per sekali pesan yang merupakan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan. Rincian biaya tiap kali pemesanan untuk semua jenis bahan baku adalah

sebagai berikut:
Tabel 4.3. Biaya Tiap Pemesanan

Keterangan Biaya ($) Biaya (Rp)


Administrasi 537,86 5.109.670
Sewa Kapal 8.482,11 80.580.000
TOTAL 9.019,97 85.689.670
Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari

Adapun biaya pembelian untuk masing-masing bahan baku adalah sebagai


berikut:

Tabel 4.4. Biaya Pembelian bahan baku

Jenis Kayu Harga / ($) Harga /


(Rp= Kurs 9500)
Meranti 110 1.045.000
R. Campuran 90 855.000
Kayu Indah 130 1.235.000
Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari

4.1.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku (Holding Cost)

Biaya penyimpanan merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

menangani penyimpanan bahan baku kayu gelondongan. Dalam menangani

penyimpanan bahan baku, PT.TOBA PULP LESTARI menanggung biaya

penghitungan fisik, asuransi, dan pajak. Besarnya biaya Penyimpanan per untuk

semua jenis bahan baku adalah sebagai berikut:

Tabel 5.Biaya Penyimpanan bahan baku /

Keterangan Biaya
(Rp)
Biaya Penanganan Persediaan 3.404,26
Biaya Penghitungan Fisik 414,12
Asuransi Persediaan 1.168,17
Pajak Persediaan 6.594,72
TOTAL 11.581,26
Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari
4.1.4 Lead Time (Waktu Tenggang) Pemesanan Bahan baku

Lead Time merupakan selisih atau perbedaan waktu antara saat pemesanan

sampai dengan barang diterima. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Lead

time untuk semua jenis bahan baku kayu gelondongan adalah 7 hari.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku

Berdasarkan data permintaan bahan baku periode 2009-2010, terlihat bahwa

terjadi fluktuasi permintaan bahan baku setiap bulan. Sehingga dalam penelitian ini

menggunakan dua metode peramalan, yaitu metode Weighted Moving Average dan

metode Exponential smoothing.

Sedangkan untuk memilih metode peramalan terbaik dari kedua metode

peramalan tersebut dapat diukur kesalahan antara permintaan aktual 2009- 2010

dengan hasil peramalannya dengan menggunakan Mean Absolute Deviation (MAD)

dan Mean Forecast Error (MFE). Metode perhitungan tersebut dibandingkan pada

masing-masing metode peramalan dan dicari yang nilai MAD atau MFE-nya paling

kecil (paling mendekati nol) dengan menggunakan Microsoft Excel maka dapat

dilihat perbandingan nilai MAD dan MFE pada masing-masing metode peramalan

yang digunakan. Seperti dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Perbandingan MAD dan MFE

Weighted Moving Average


Jenis Kayu 2 Bulan 3 Bulan 5 Bulan
MAD MFE MAD MFE MAD MFE
Meranti 2721,13 57,71 2704,09 -212,36 6112,98 2621,74
Rimba Campuran 1309,78 63,01 1269,67 -77,39 2574,02 1217,79
Indah 30,57 1,37 29,03 -2,27 75,11 27,45
Exponential Smoothing
Jenis Kayu α = 0,1 α = 0,5 α = 0,9
MAD MFE MAD MFE MAD MFE
Meranti 2138,45 -304,39 2601,21 4,71 2495,28 69,06
Rimba Campuran 1007,07 125,80 1241,34 54,58 1225,57 58,92
Indah 24,09 2,22 28,84 1,13 29,06 1,35

Dari tabel dapat dilihat bahwa metode peramalan yang terpilih yaitu

Exponential Smoothing karena memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan

metode Weighted Moving Average, dan bila kita melihat nilai MFE yang terkecil

maka akan diketahui peramalan dengan deviasi terkecil yaitu Exponential Smoothing

dengan α = 0,5 karena memberikan nilai MFE yang paling kecil (nilainya paling

mendekati nol). Maka data permintaan bahan baku untuk 12 periode atau satu

tahun ke depan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hasil Peramalan Permintaan bahan baku (Januari 2020 - Desember 2022)

Jenis Kayu
NO PERIODE Meranti Rimba Indah
Campuran

1 Januari 9.229,99 3.906,73 102,69


2 Februari 6.683,34 2.717,02 83,86
3 Maret 8.636,05 3.883,54 104,53
4 April 9.647,72 4.398,03 112,34
5 Mei 11.219,88 5.240,22 131,16
6 Juni 9.457,22 4.660,77 120,96
7 Juli 8.558,68 4.311,29 113,18
8 Agustus 7.619,79 3.573,90 96,71
9 September 8.589,24 3.814,19 108,25
10 Oktober 9.394,80 4.168,30 119,20
11 November 7.491,43 3.166,66 90,00
12 Desember 8.078,02 3.505,44 95,21
TOTAL 104.606,16 47.346,11 1.278,08
RATA-RATA 8.717,18 3.945,51 106,51
s (standar deviasi) 1.143,79 648,47 13,19

4.2.2 Perhitungan Safety Stock.

Perhitungan Safety Stock dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

SS=z √ LT ( σd ) ...............................................................................................()

Perusahaan juga menetapkan risiko kehabisan persediaan untuk seluruh

jenis bahan baku tidak lebih dari 1%

Lead Time ( LT )=7 Hari= ( 14 bulan)=0 , 25


Service Level ( z)=100 %−Re siko=90 %

=z , untuk 90%
= 2,33 (lihat tabel z terlampir )

SS Meranti=z √ LT ( σd ) ....................................................(7)

Standar deviasi permintaan (σd) = 1.143,79 / bulan

SS Meranti=2, 33 √ 0 ,25 ( 1 .143 , 79 )

3
=1. 332 ,5 m

SS Camp =z √ LT ( σd ) ....................................................(7)

Standar deviasi permintaan (σd) = 648,47 / bulan

SS Camp=2,33 √ 0,25 ( 648 ,47 )


3
=755 , 47 m

SS Indah =z √ LT ( σd ) ....................................................(7)
Standar deviasi permintaan (σd) = 13,19 / bulan

SS Indah =2 ,33 √ 0 , 25 (13 ,19 )


3
SS Indah =15 ,37 m

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8:

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Safety Stock periode 2021

No Jenis Kayu Safety Stock


(
1 Meranti 1.332,5
2 Rimba Campuran 755,47
3 Indah 15,37

4.2.3 Perhitungan Ukuran Pemesanan (Lot Size).

Berdasarkan data permintaan yang telah diperoleh dari perusahaan, diketahui

bahwa tingkat permintaan bahan baku bersifat turun naik (random) serta mengalami

variasi permintaan cukup tinggi. Karena itu, untuk menentukan ukuran lot digunakan

metode Silver Meal. Metode ini merupakan salah satu metode heuristik, dimana ini

merupakan suatu metode untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mendekati

penyelesaian terbaik (optimal). Penggunaan metode ini bertujuan untuk

meminimalkan rata-rata biaya tiap periode.

Penggunaan metode Silver Meal ini nantinya diharapkan agar dapat

menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang optimal sehingga perusahaan tidak

menanggung biaya penyimpanan yang cukup mahal dengan proses produksi yang

lancar tidak ada masalah keterlambatan bahan baku yang mengakibatkan terhentinya
proses produksi.

Rumusan umum Silver Meal yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1
K ( m) =
m
( A +hD 2 +2 hD 3+. ..+ ( m−1 ) hDm )
………….....………...…(6)

Hitung K(m), m = 1,2,3,…,m, dan hentikan hitungan jika K(m+1) > K(m)

Sebagai contoh diambil perhitungan Silver Meal untuk pemesanan 1 dan 2 kelompok

jenis kayu Meranti.

Pemesanan 1:

Biaya Pemesanan/pesan = Rp 85.689.670

Biaya Penyimpanan/ = Rp 11.581,26

m=1

A (biaya pesan) = Rp 85.689.670

h (biaya simpan) =0

1
x ( 85 . 689. 670+0 )
Jadi biaya rata-rata per bulan = 1

= Rp 85.689.670

m=2

A (biaya pesan) = Rp 85.689.670

(permintaan periode-2) = 6.683,34

h (biaya simpan) = (11.581,26)6.683,34 = 50.125.050

1
x ( 85 .689. 670+(11. 581, 26 )6 . 683 ,34 )
Jadi biaya rata-rata per bulan =1

= Rp 81.545.577,78
m=3

A (biaya pesan) = Rp 85.689.670

(permintaan periode- 3) = 8.636,05

h = 2(11.581,26)(8.636,05) = 129.540.750

Jadi biaya rata-rata per bulan

1
x ( 85 . 689. 670+(11. 581,26 )6 . 683 ,34 ) +2 ( 11. 581 , 26 ) ( 8. 626 , 05 )
=1

= Rp 121.041.310,29

Karena biaya untuk m = 3 > biaya untuk m = 2 atau Rp 121.041.310,29 >

Rp 81.545.577,78 maka diambil m = 2.

Jumlah bahan baku yang diorder Pertama adalah : 9.229,99 + 6.683,34 =

15.913,33

Pemesanan 2 :

m=1

A (biaya pesan) = Rp 85.689.670

h (biaya simpan) = 0

1
x 85 .689.670
Jadi biaya rata-rata per bulan = 1

= Rp 85.689.670

m=2

A (biaya pesan) = Rp 85.689.670

(permintaan periode-4) = 9.647,72

h (biaya simpan) = (11.581,26) 9.647,72


1
x(85. 689.670+(11. 581 ,26 )9 .647 ,72)
Jadi biaya rata-rata per bulan =1

= Rp 98.711.204,48

Karena biaya untuk m = 2 > biaya untuk m = 1 atau Rp 98.711.204,48 >

Rp 85.689.670 maka diambil m = 1

Jumlah bahan baku yang diorder Kedua adalah 8.636,05

Dan selanjutnya perhitungan sampai akhir periode 2020 terlampir.

Tabel 4. 9.Hasil Perhitungan Lot size Meranti dengan Silver Meal

A h
Meranti Rp 85.689.670,00 Rp 11.581,26
Gab. Periode Total TC TC/t
Trial Demand
Periode 1 9.229,99 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 1, 2* 15.913,33 163.091.155,55 81.545.577,78
Periode 1, 2, 3 24.549,38 363.123.930,87 121.041.310,29
Periode 3* 8.636,05 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 3, 4 18.283,77 197.422.408,96 98.711.204,48
periode 4* 9.647,72 85.689.670,00 85.689.670,00
periode 4, 5 20.867,60 215.630.053,28 107.815.026,64
Periode 5* 11.219,88 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 5, 6 20.677,10 195.216.172,30 97.608.086,13
Periode 6* 9.457,22 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 6, 7 18.015,90 184.810.028,12 92.405.014,06
Periode 7* 8.558,68 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 7, 8 16.178,47 173.936.435,65 86.968.217,83
Periode 8* 7.619,79 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 8, 9 16.209,03 185.163.941,61 92.581.970,81
Periode 9* 8.589,24 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 9, 10 17.984,05 194.493.346,93 97.246.673,46
Periode 10* 9.394,80 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 10, 11 16.886,23 172.449.852,91 86.224.926,46
Periode 11* 7.491,43 85.689.670,00 85.689.670,00
Periode 11, 12 15.569,45 179.243.319,55 89.621.659,77
Periode 12* 8.078,02 85.689.670,00 85.689.670,00
Keterangan : * = Optimal

Order Pertama :9.229,99 + 6.683,34 = 15.913,33

Order Kedua : 8.636,05

Order Ketiga : 9.647,72


Order Keempat :11.219,88

Order Kelima :9.457,22

Order Keenam :8.558,68

Order Ketujuh : 7.619,79

Order Kedelapan : 8.589,24

Order Kesembilan : 9.394,8

Order Kesepuluh : 7.491,43

Order Kesebelas : 8.078,02

Tabel 4.10.Hasil Perhitungan Lot size Rimba Campuran dengan Silver Meal

A H
Rimba Campuran Rp 85.109.670,00 Rp 11.581,26
Gab. Periode Total
Trial Demand TC TC/t
Periode 1 3.906,73 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 1, 2* 6.623,75 116.576.190,60 58.288.095,30
Periode 1, 2, 3 10.507,30 206.528.854,20 68.842.951,40
Periode 3 3.883,54 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 3, 4* 8.281,58 136.044.461,31 68.022.230,66
Periode 3, 4, 5 13.521,80 257.421.136,82 85.807.045,61
Periode 5 5.240,22 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 5, 6* 9.900,99 139.087.320,63 69.543.660,31
Periode 5, 6, 7 14.212,29 238.947.790,74 79.649.263,58
Periode 7 4.311,29 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 7, 8* 7.885,19 126.499.898,20 63.249.949,10
Periode 7, 8, 9 11.699,38 214.846.058,52 71.615.352,84
Periode 9 3.814,19 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 9, 10* 7.982,49 133.383.899,90 66.691.949,95
Periode 9, 10, 11 11.149,15 206.731.795,90 68.910.598,63
Periode 11 3.166,66 85.109.670,00 85.109.670,00
Periode 11, 12* 6.672,10 125.707.065,43 62.853.532,71
Keterangan : * = Optimal

Order Pertama : 3.906,73 + 2.717,02 = 6.623,75

Order Kedua : 3.883,54 + 4.398,03 = 8.281,58

Order Ketiga : 5.240,22 + 4.660,77 = 9.900,99

Order Keempat : 4.311,29 + 3.573,9 =7.885,19

Order Kelima : 3.814,19 + 4.164,3 =7.982,49

Order Keenam : 3.166,66 + 3.505,44 = 6.672,1

Tabel 11.Hasil Perhitungan Lot size Kayu Indah dengan Silver Meal

A h

Kayu Indah Rp 85.689.670,00Rp 11.581,2

Total Demand

Gab. Periode Trial TC TC/t

Periode 1 102,69 85.689.670,00 85.689.67

Periode 1, 2 186,55 86.660.840,64 43.330.42

Periode 1, 2, 3 291,07 89.081.971,02 29.693.99

Periode 1, 2, 3, 4 403,41 92.985.004,75 23.246.25

Periode 1, 2, 3, 4, 5 534,58 99.061.183,94 19.812.23

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6 655,53 106.065.320,18 17.677.55

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 768,71 113.929.930,87 16.275.70


Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 865,42 121.770.088,29 15.221.26

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 973,67 131.799.110,19 14.644.34

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 1.092,87 144.223.450,17 14.422.34

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, 10, 11 1.182,87 154.646.546,35 14.058.77

Periode 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, 10, 11, 12* 1.278,08 166.775.847,90 13.897.98

Keterangan : * = Optimal

Jumlah yang diorder = 102,69 + 83,86 + 104,53 + 112,34 + 131,16 + 120,96

+ 113,18 + 96,71 + 108,25 + 119,2 + 90 + 95,21

= 1.278,08

4.3 Perhitungan Waktu Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Dalam penelitian ini digunakan model Reorder Point dimana tingkat

permintaan bersifat variabel dan Lead Time bersifat konstan. Lead time untuk semua

jenis bahan baku adalah 7 hari.

Untuk Kelompok Kayu Meranti:

Safety Stock= 1.332,5 / bulan Rata-rata tingkat permintaan ) =

8.717,18 / bulan

LT = 8.717,18 ( ) = 2.179,3

ROP = LT + SS

(8)

ROP Meranti = 8.717,18 ( ) + 1.332,5

= 2.179,3 +1.332,5= 3.511,8

Dengan demikian perusahaan harus memesan kembali minimal apabila stok


meranti tinggal 3.511,8

Untuk Kelompok Kayu Rimba Campuran:

Safety Stock = 755,47 / bulan Rata-

rata tingkat permintaan ) = 3.945,51 / bulan

LT = 3.945,51 ( )= 986,38

ROP = LT + SS

(8)

ROP Rimba Campuran = 3.945,51 ( ) + 755,47

= 986,38 + 755,47

= 1.741,85

Dengan demikian perusahaan harus memesan kembali minimal apabila stok Rimba

Campuran tinggal 1.741,85

Untuk Kelompok Kayu Indah:

Safety Stock= 15,37 / bulan Rata-rata tingkat permintaan ) = 106,51 /

bulan

LT = 106,51 ( ) = 26,63

ROP = LT + SS

(8)

ROP Kayu Indah = 106,51 ( ) + 15,37

= 26,63 + 15,37
= 50

Dengan demikian perusahaan harus memesan kembali minimal apabila stok

Kayu Indah tinggal 50 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

berikut:

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Reorder Point

No Jenis Kayu Reorder Point ( )

1 Meranti 3.511,8

2 Rimba Campuran 1.741,85

3 Indah 50

4.4 Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Maka perencanaan persediaan bahan baku kayu gelondongan pada

PT.Toba Pulp Lestari tahun 2021 dapat disajikan dalam tabel MRP berikut:

Tabel 4.13. Perencanaan Persediaan Kelompok Kayu Meranti

Safety stock = 1.332,5

Lead time = 7 hari = 0,25 bulan

1 2 3 4 5 6 7 8

GR 9.229,99 6.683,34 8.636,05 9.647,72 11.219,88 9.457,22 8.558,68 7.61

OH 6.683,34 0 0 0 0 0

NR 9.229,99 0 8.636,05 9.647,72 11.219,88 9.457,22 8.558,68 7.61

POR 15.913,33 8.636,05 9.647,72 11.219,88 9.457,22 8.558,68 7.61

PORE 15.913,33 8.636,05 9.647,72 11.219,88 9.457,22 8.558,68 7.61


Biaya Pemesanan Meranti / tahun= 11 x Rp 85.689.670

= Rp 942.586.370

Biaya Simpan Meranti / tahun= biaya simpan OH + biaya simpan

SS= (11.581,26 x 6.683,34) + (11.581,26 x 1.332,5 x 12)

= 77.401.485,55 + 185.184.384,6

= Rp 262.585.870,19

Biaya Pembelian Meranti / tahun= (15.913,33 + 8.636,05 + 9.647,72 + 11.219,88

+ 9.457,22 + 8.558,68 + 7.619,79 +

8.589,24 + 9.394,8 + 7.491,43 + 8.078,02) x 1.045.000

= Rp 109.313.437.000

Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

= Rp 942.586.370 + Rp 262.585.870,19

= Rp 1.205.172.240,19

Total Biaya= Biaya Pembelian + Biaya Persediaan

= Rp 109.313.437.000 + Rp 1.205.172.240,19

= Rp 110.518.609.240,19

Tabel 4.14. Perencanaan Persediaan Kelompok Kayu Rimba Campuran

Safety stock = 755,47

Lead time = 7 hari = 0,25 bulan

1 2 3 4 5 6 7 8

GR 3.906,73 2.717,02 3.883,54 4.398,03 5.240,22 4.660,77 4.311,29 3.573,90


OH 2.717,02 0 4.398,03 0 4.660,77 0 3.573,90

NR 3.906,73 0 3.883,54 0 5.240,22 0 4.311,29 0

POR 6.623,75 8.281,58 9.900,99 7.885,19

PORE 6.623,75 8.281,58 9.900,99 7.885,19

Biaya Pemesanan Rimba Campuran / tahun= 6 x Rp 85.689.670

= Rp 514.138.020

Biaya Simpan Rimba Campuran / tahun = biaya simpan OH + biaya simpan SS

= [11.581,26 x (2.717,02 + 4.398,03 + 4.660,77 + 3.573,9 + 4.163,3 + 3.505,44) ] +

(11.581,26 x 755,47 x 12)

= Rp 371.632.371,10

Biaya Pembelian Rimba Campuran / tahun = (6.623,75 + 8.281,58 + 9.900,99 +

7.885,19 + 7.982,49 + 6.672,10) x Rp 855.000

= Rp 40.480.920.405

Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

= Rp 514.138.020 + Rp 371.632.371,10

= Rp 885.761.391,1

Total Biaya= Biaya Pembelian + Biaya Persediaan

= Rp 40.480.920.405 + Rp 885.761.391,1

= Rp 41.366.681.896,1

Tabel 4.15. Perencanaan Persediaan Kelompok Kayu Indah

Safety stock = 15,37


Lead time = 7 hari = 0,25 bulan

1 2 3 4 5 6 7 8

GR 102,69 83,86 104,53 112,34 131,16 120,96 113,18 96,71

OH 1.175,39 1.091,53 987,00 874,67 743,50 622,55 509,37

NR 102,69 0 0 0 0 0 0 0

POR 1.278,08

PORE 1.278,08

Biaya Pemesanan Kayu Indah / tahun = 1 x Rp 85.689.670

= Rp 85.689.670

Biaya Simpan Kayu Indah / tahun= biaya simpan OH + biaya simpan SS

= [(11.581,26 x 1175,39) + (11.581,26 x 1091,53) + (11.581,26 x 987,00) +

(11.581,26

x 874,67) + (11.581,26 x 743,50) + (11.581,26 x 622.55) + (11.581,26 x 509.37) +

(11.581,26 x 412.66) + (11.581,26 x 304.41) + (11.581,26 x 185.21) + (11.581,26 x

95.21)] + (11.581,26 x 15,37 x 12)

= Rp 81.086.177,90 + Rp 2.136.048,02

= Rp 83.222.225,92

Biaya Pembelian Kayu Indah / tahun = (1278,08) x Rp 1.235.000

= Rp 1.578.427.605,44

Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

= Rp 85.689.670 + Rp 83.222.225,92
= Rp 168.911.895,9

Total Biaya = Biaya Pembelian + Biaya Persediaan

= Rp 1.578.427.605,44 + Rp 168.911.895,9

= Rp 1.916.251.397

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT.Toba Pulp Lestari, maka dapat dilihat

komponen data bersifat acak (random) dan tidak ada pengaruh trend, siklus, maupun

pola musiman.

25000.00

20000.00

15000.00
Perminta
an

10000.00
2009
5000.00 2010

0.00

Periode (Bulan)
Sumber: Data Bag. Log Supply PT.Toba Pulp Lestari

Diagram 5.2. Laju Permintaan bahan baku tahun 2020-2021

Setelah diketahui pola dari data hasil penelitian kemudian dilakukan peramalan

permintaan. Peramalan yang digunakan adalah peramalan dengan analisa deret

waktu, yaitu weighted moving average dan exponential smoothing karena pola data

yang bersifat stasioner. Suatu data deret waktu yang bersifat stasioner, merupakan

suatu serial data yang nilai rata-ratanya tidak banyak berubah sepanjang waktu.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pola permintaan di masa lalunya

cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan pola tersebut

masih akan tetap berlanjut.

Dari hasil perhitungan peramalan permintaan menggunakan kriteria pemilihan

metode berdasarkan nilai MAD dan MFE, maka peramalan terbaik untuk ketiga jenis

bahan baku ini adalah dengan metode Exponential Smoothing karena memiliki nilai

MFE yang paling mendekati nol.

5.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock) Bahan Baku

Fungsi dari safety stock yaitu untuk mengurangi risiko kehabisan persediaan.

Semakin besar tingkat safety stock-nya maka kemungkinan kehabisan persediaan

semakin kecil.

Berdasarkan hasil perhitungan, untuk ketiga jenis bahan baku didapatkan

safety stock-nya yaitu untuk kelompok jenis kayu meranti sebanyak 1.332,5 , hal

ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki persediaan Meranti minimal 1.332,5

untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan barang dalam kebutuhan produksi.


Demikian pula halnya dengan Kelompok Jenis Rimba Campuran dengan safety

stock sebanyak 755,47 dan Kelompok Jenis Kayu Indah sebanyak 15,37m3

5.3 Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Bahan Baku

Teknik lot sizing merupakan teknik untuk menentukan jumlah pemesanan yang

optimal serta menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan.

Berdasarkan plot data yang diperoleh maka diambil kesimpulan bahwa metode

yang cocok untuk melakukan lot sizing adalah metode Silver Meal, karena metode ini

memberikan solusi optimum dan menghasilkan biaya persediaan yang rendah.

Dengan menggunakan metode Silver Meal dihitung ukuran pemesanan untuk periode

2021 untuk kelompok jenis kayu meranti yaitu sebanyak 11 kali pemesanan yaitu

pada periode Januari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober,

November, dan Desember dengan biaya pemesanan yaitu sebesar 11 x Rp 85.689.670

= Rp 942.586.370 sedangkan untuk kelompok jenis kayu rimba campuran dengan 6

kali pemesanan yaitu pada periode Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan

November dengan biaya pemesanan yaitu sebesar 6 x Rp 85.689.670 = Rp

514.138.020 adapun untuk kelompok jenis kayu indah yaitu sebanyak 1 kali

pemesanan yaitu periode Januari dengan biaya pemesanan sebesar Rp 85.689.670.

Untuk lebih jelasnya biaya pemesanan periode 2021 untuk tiap bahan baku

dapat dilihat pada tabel 5.16.

Tabel 5.16. Biaya Pemesanan Bahan Baku Periode 2021

Jenis Kayu Biaya Pemesanan


Meranti Rp 942.586.370
Rimba Campuran Rp 514.138.020
Indah Rp 85.689.670
TOTAL Rp 1.542.414.060
5.3 Waktu Pemesanan Kembali (Reorder Point) Bahan Baku

Fungsi menentukan reorder point (ROP) yaitu untuk mengetahui berapa

banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak

terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama

masa tenggang. Dalam penelitian ini, ROP ditambahkan dengan safety stock yang

mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock selama

masa tenggang.

Berdasarkan keadaan yang dialami perusahaan maka diketahui bahwa waktu

tenggang pemesanan bahan baku untuk setiap jenis bahan baku yaitu 7 hari.

Sedangkan rata-rata permintaan untuk jenis bahan baku Meranti 8.717,18 , jenis

kayu Rimba Campuran 3.945,51 , jenis kayu Indah 106,51 . Dengan demikian

dengan diketahuinya lead time dan permintaan rata-rata maka digunakan model

pencarian reorder point untuk jumlah lead time konstan dan permintaan besifat

variabel. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa perusahaan menetapkan

risiko kehabisan persediaan untuk seluruh jenis bahan baku tidak lebih dari 1%.

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil reorder point untuk jenis Meranti

sebanyak 3.511,8 , Rimba Campuran, 1.741,85 , kayu Indah 50 . Hal ini

berarti bahwa perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku apabila

minimal stok Meranti sebanyak 3.511,8 , Rimba Campuran 1.741,85 , dan

kayu Indah 50 .
Diagram 5.3 Pola Persediaan Meranti

Diagram 5.4. Pola Persediaan Rimba Campuran

Diagram 5.5. Pola Persediaan Kayu Indah


5.4 Perencanaan Persediaan Bahan Baku Kayu Gelondongan

Berdasarkan semua perhitungan yang telah dilakukan maka akan dilakukan

perencanaan persediaan bahan baku kayu gelondongan periode tahun 2021.

Perencanaan ini dimaksudkan agar pemesanan bahan baku dapat lebih terjadwal

sehingga akan mengurangi resiko tidak tersedianya bahan baku untuk kebutuhan

produksi.

Perencanaan yang dilakukan ini disusun dalam tabel MRP. Misalnya untuk

kelompok jenis kayu Meranti yang dapat dibahasakan sebagai berikut:

Pada bulan Januari perusahaan melakukan pemesanan bahan baku untuk 2 bulan ke

depan sebanyak 15.913,33 dari supplier dengan lead time 7 hari. Kemudian

untuk kebutuhan produksi, perusahaan memakai bahan baku tersebut hingga stoknya

terus berkurang hingga pada akhir bulan Februari bahan baku telah mencapai titik

reorder point yaitu 3.511,8 . Maka jika persediaan tersebut sudah mencapai titik

ini maka perusahaan harus melakukan pemesanan berikutnya yaitu sebanyak

8.636,05 . Sama halnya pemesanan terdahulu, perusahaan juga harus

menunggu selama 7 hari hingga bahan baku tiba dan siap digunakan untuk

kebutuhan produksi.

Hal tersebut berlaku pula untuk bahan baku jenis Rimba Campuran dan kayu

Indah, dengan rincian terlampir.

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh total biaya persediaan bahan

baku sebagai berikut:

Tabel 5.17. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Kayu Gelondongan


Jenis Kayu Biaya Persediaan

Meranti Rp 1.205.172.240,19

Rimba Campuran Rp 885.761.391,10

Indah Rp 168.911.895,90

TOTAL Rp 2.259.845.527,19

Dari hasil tersebut maka akan dibandingkan dengan kebijakan yang dilakukan

oleh perusahaan dengan jumlah pengiriman per tahun sebanyak 30 kali.

Tabel 18. Perbandingan Total Biaya Persediaan

Kebijakan Perusahaan Lot Sizing Silver Meal


30 kali Pemesanan 17 Kali Pemesanan
Rp 2.570.690.100,00 Rp 2.259.845.527,19

Berdasarkan perbandingan, perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp

2.570.690.100 – Rp 2.259.845.527,19 = Rp 310.844.572,8 ini menunjukkan

bahwa terjadi efisiensi sebesar 12,09 % dengan menggunakan teknik lot sizing

Silver Meal.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh

kesimpulan:

1. Safety Stock ketiga jenis bahan baku yaitu kelompok jenis kayu Meranti sebanyak

1.332,5 kelompok jenis Rimba Campuran sebanyak 755,47 dan

kelompok jenis kayu Indah sebanyak 15,37 . Sedangkan total biaya

pemesanan bahan baku per tahun untuk kelompok jenis kayu Meranti yaitu sebanyak

Rp 942.586.370 untuk kelompok jenis kayu Rimba Campuran Rp 514.138.020 adapun

untuk kelompok jenis kayu Indah dengan biaya pemesanan sebesar Rp 85.689.670

2. Ukuran pemesanan (Lot size) bahan baku:

Untuk jenis Meranti 11 kali pemesanan, untuk jenis kayu Rimba Campuran 6 kali

pemesanan, dan untuk jenis Kayu Indah 1 kali pemesanan. Sedangkan waktu pemesanan

kembali bahan baku (Reorder Point) untuk jenis meranti sebanyak 3.511,8

rimba campuran 1.741,85 kayu indah 50 .

3. Rencana persediaan bahan baku kayu gelondongan tahun 2021: Berdasarkan hasil

perhitungan yang telah dibuat maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

kelompok jenis kayu Meranti:

a. Januari pemesanan sebanyak 15.913,33

b. Maret pemesanan sebanyak 8.636,05

Selanjutnya pemesanan sampai akhir periode terlampir Untuk kelompok jenis

Rimba Campuran:
a. Januari pemesanan sebanyak 6.623,75

b. Maret pemesanan sebanyak 8.281,58

Selanjutnya pemesanan sampai akhir periode terlampir. Untuk kelompok jenis

Kayu Indah, pemesanan dilakukan pada bulan Januari sebanyak 1.278,08

6.2 Saran

6.2.1 Bagi akademik

Hendaknya perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku semakin

diutamakan pada mahasiswa dalam lingkup perkuliahan karena perencanaan

dan pengendalian persediaan bahan baku merupakan hal mendasar untuk

menjalankan proses produksi.

6.2.2 Studi ini dapat dilanjutkan pada penelitian baru mengenai analisis

penghematan biaya persediaan pada PT.Toba Pulp Lestari

6.2.3 Bagi perusahaan

PT.Toba Pulp Lestarisebaiknya melakukan upaya perbaikan dalam mengelola sistem

persediaan bahan baku kayu gelondongan karena hal ini sangat berpotensi dalam

penghematan biaya pada perusahaan


DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad, Lincolin. 2009. Peramalan Bisnis. BPFE, Yogyakarta


2. Gaspersz, Vincent. 1998. Production Planning and Inventory Control:
Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT menuju
Manufakturing 21. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
3. http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:DETuTFBxsGYJ:digilib.petra.ac.id/
jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-25403079-5543-data_mining-
chapter2.pdf. (diakses tanggal 30 desember 2010).
4. Nahmias, Steven. 2001. Production and Operations Analysis-Fourth Edition.
McGraw –Hill/Irwin Series, Singapore
5. Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Andi, Yogyakarta
6. Nasution, Arman Hakim & Prasetyawan, Yudha. 2008. Perencanaan &
Pengendalian Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
7. Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan: Aplikasi di bidang bisnis.
Rajawali Pers, Jakarta.
8. Syahrul, Andrikonofa.2007. Analisa Persediaan Bahan Baku dengan Metode
Material Requirement Planning pada Industri Proses.
(http://rac.uii.ac.id/server/document/.pdf, (diakses tanggal 30 desember
2010).

Anda mungkin juga menyukai