LapKas Revisi I
LapKas Revisi I
Sirosis hati masih menjadi salah satu problem kesehatan di dunia. Penyakit
merupakan dampak tersering dari perjalanan klinis yang panjang dari semua
penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan pada parenkim hati.1
633.323 orang dan 69 % melaporkan bahwa mereka tidak sadar memiliki penyakit
di dunia dengan jumlah kematian 800.000 kasus (1.3 %). 3 National Vital Statistics
Report (2015) melaporkan bahwa angka kematian sirosis hati di Amerika serikat
adalah hepatitis B kronik (37.3 %), alcoholic liver disease (24.1 %), hepatitis C
kronik (22.3 %) dan non alcoholic fatty liver disease (16.4 %).5
dan penanganan komplikasi.6 Walaupun sampai saat ini belum ada bukti bahwa
penyakit sirosis hati reversibel, tetapi dengan kontrol pasien yang teratur pada
1
hepatorenal dan ensefalopati hepatik.
Karena kasus ini termasuk cukup sering ditemui pada pasien yang
dirawat inap di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan kebanyakan kasus
sudah masuk dalam stadium lanjut, , maka saya tertarik untuk melaporkan satu
kasus sirosis hepatis pada seorang pasien perempuan 60 tahun yang dirawat inap
LAPORAN KASUS
pada tanggal 25 Maret 2019, datang dengan keluhan utama BAB hitam. BAB
hitam dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Namun terdapat BAB hitam bercampur
darah segar sejak 1 hari SMRS. BAB hitam dengan konsistensi lembek, bau (+),
Perut pasien juga dirasakan membesar sejak ± 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan perutnya terasa panas serta semakin hari semakin membesar dan
tegang sehingga membuat pasien merasa sesak dan kesulitan bernapas. Sesak
Selain itu, pasien juga mengatakan bengkak pada kedua kaki. Bengkak
tersebut tidak disertai dengan rasa nyeri dan kemerahan.. Pasien mengeluh rasa
mual namun tidak disertai dengan muntah. Penurunan nafsu makan diakui oleh
pasien. Riwayat sakit kuning, demam, batuk disangkal. Riwayat keluarga dengan
penyakit seperti ini disangkal. Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
2
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang dengan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 82
x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup, respirasi 22x/menit, suhu badan 36.8°C,
saturasi 99 %. Berat badan 70 kg, tinggi badan 158 cm, dengan status gizi IMT 28
(obesitas I). Pada kepala ditemukan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat isokor, reflex cahaya normal. Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening. Pada inspeksi thoraks, tampak dinding dada
simetris saat statis maupun dinamis. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri sama
dengan kanan, perkusi didapatkan sonor pada kedua lapang paru dan auskultasi
nampak, palpasi iktus kordis tidak teraba. Batas jantung masih dalam batas
normal dimana batas jantung kanan berada di ICS 4 linea sternalis sinistra
sementara batas jantung kiri berada di ICS 5 linea midclavicularis sinistra. Bising
cembung, tegang, spider navi (-), bising usus (+) normal. Pada pemeriksaan
perkusi abdomen didapatkan shifting dullness (+) dan tes undulasi (+). Pada
palmaris tidak ada, namun terdapat edema pada kedua ekstremitas inferior.
leukosit 6900/uL, eritrosit 3.12x106 /uL, hemoglobin 8.1 g/dL, hematocrit 26.3 %,
trombosit 82.000/uL, MCH 26.1 pg, MCHC 30.9 d/dL, MCV 84.4 fL, SGOT 28
U/L, SGPT 13 U/L, ureum darah 12 mg/dL, kreatinin darah 0.7 mg/dL, gula darah
sewaktu 170 mg/dL, chloride darah 106.6 mEq/L, kalium darah 4.10 mEq/L,
3
natrium darah 139 mEq/L, PT 17,6/13.1 INR 1.39/0.96 APPT 35.9/32.3. Pada
maka didapatkan diagnosis kerja pasien adalah sirosis hepatis et causa suspek
NAFLD, melena et causa VEB dd PUB, anemia et causa GIT bleeding, DM tipe 2
terkontrol tanpa obat. Pada pasien diberikan drips esomeprazole 200 mg dalam
500 cc NaCl 0.9 %, bolus esomeprazole 40 mg, asam traneksamat 500 mg injeksi
3 kali sehari, serta sucralfat syrup 2 sendok makan 3 kali sehari. Pasien
direncanakan untuk dilakukan transfusi 1 bag PRC 230 cc/ hari sampai didapatkan
bloodsmear.
BAB hitam 1 kali. Pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang,
status lokalis tidak ada perubahan. Diagnosa kerja pada pasien adalah sirosis
hepatis et causa suspek NAFLD, melena et causa VEB dd PUB, anemia et causa
GIT bleeding. Terapi yang diberikan IVFD NaCl 0,9 % + esomeprazole 200 mg
4
Follow up hari kedua tanggal 27/03/2019 pasien mengatakan tidak ada
BAB hitam. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang,
status lokalis tidak ada perubahan. Diagnosa kerja pada pasien adalah sirosis
27/03/2019 didapatkan leukosit 1800/uL, eritrosit 2.78 x106 /uL, hemoglobin 7.3
g/dL, hematocrit 23.7 %, trombosit 71.000/uL, MCH 26.3 pg, MCHC 30.7 d/dL,
MCV 85.4 fL, SGOT 29 U/L, SGPT 12 U/L, gamma GT 18 u/L, protein total 6.24
g/dL, albumin 2.38 g/dL, globulin 3.65 g/dL, alkaline fosfatase 67 U/l, chloride
darah 104.7 mEq/L, kalium darah 3.61 mEq/L, natrium darah 136 mEq/L, Anti
HCV kualitatif non reaktif, HBsAg Elisa non reaktif, Anti HIV Elisa non reaktif.
hitam 1 kali. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang,
status lokalis tidak ada perubahan. Diagnosa kerja pada pasien adalah sirosis
anemia et causa GIT bleeding. Terapi yang diberikan : line I IVFD NaCl 0,9 % +
oral 1-0-0, asam traneksamat injeksi 500 mg 3 kali sehari, spironolakton 100 mg 1
5
kali sehari, propranolol 10 mg 3 kali sehari, sucralfat syrup 2 sendok makan 3 kali
sehari.
hitam sebanyak 2 kali. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit
x/menit, respirasi 18 x/menit, suhu badan 36,5°C, saturasi oksigen 98%. Diagnosa
kerja pada pasien adalah melena et causa suspek VEB, sirosis hepatis
yang diberikan : line I IVFD NaCl 0,9 % + esomeprazole 200 mg 10 gtt, line 2 :
IVFD NaCl 0.9% 14 gtt, furosemide 20 mg oral 1-0-0, asam traneksamat injeksi
transfuse PRC 1bag/hari sampai Hb ≥ 10 g/dL serta human albumin 20% 100 cc
dalam 24 jam.
tidak BAB hitam. BAB hitam terakhir kemarin pagi. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan darah
100/60 mmHg, nadi 74 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan 36,8°C, saturasi
oksigen 98%. Diagnosa kerja pada pasien adalah melena et causa suspek VEB,
bleeding, hipoalbuminemia (2,3). Terapi yang diberikan : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt,
6
syrup 2 sendok makan 4 kali sehari. Pasien juga direncakan mendapatkan
Follow up hari keenam 01/04/2019 sudah tidak terdapat BAB hitam. Pada
pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan
36,8°C, saturasi oksigen 98%. Diagnosa kerja pada pasien adalah melena et causa
Follow up hari ketujuh 02/04/2019 BAB hitam sudah tidak dialami pasien.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak baik, kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan
36,6°C, saturasi oksigen 98%. Diagnosa kerja pada pasien adalah melena et causa
terapi sebelumnya. Pasien akan direncanakan pulang dan obat pulang yang dibawa
7
PEMBAHASAN
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
penunjang. Gejala klinis pasien sirosis hati pada stadium awal seringkali
asimptomatik dan tidak dicurigai sampai adanya komplikasi penyakit hati. Hal ini
hati masih baik sehingga sirosis hati pada stadium kompensata biasanya
terlalu sulit karena gejala dan tanda klinik sudah jelas dan tampak adanya
komplikasi.1,7,8 Gejala klinis yang dapat terjadi pada pasien sirosis hati adalah
perasaan mudah lelah, jaundice, demam subfebris, edema tungkai, nyeri abdomen,
perut terasa kembung, perdarahan dapat terjadi di hidung, gusi, kulit serta saluran
cerna hingga perubahan status mental. Pada anmnesis juga perlu ditanyakan
keluarga ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit hepatitis serta penyakit
didapatkan beberapa gejala yang dapat mengarah pada keluhan yang sering
didapat pada sirosis hati yaitu adanya lemah pada seluruh badan, rasa mual serta
8
adanya penurunan nafsu makan yang dialami oleh pasien. Selain itu, ditemukan
juga beberapa keluhan yang terkait dengan kegagalan fungsi hati dan hipertensi
porta, diantaranya perut yang makin membesar, bengkak pada kedua kaki, sesak
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental
yaitu kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta. Manifestasi dari gejala dan
tanda-tanda klinis ini pada penderita sirosis hati ditentukan oleh seberapa berat
kelainan fundamental tersebut.10 Gejala dan tanda dari kelainan fundamental ini
Hipoalbumin Ascites
Eritema palmaris
White nail
jaringan parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi jaringan
aliran darah melalui sistem porta. Resistensi intra hepatik meningkat melalui 2
9
cara yaitu secara mekanik dan dinamik. Secara mekanik resistensi berasal dari
fibrosis yang terjadi pada sirosis, sedangkan secara dinamik berasal dari
vasokontriksi vena portal sebagai efek sekunder dari kontraksi aktif vena portal
dan septa myofibroblas, untuk mengaktifkan sel stelata dan sel-sel otot polos.
Pemeriksaan fisik yang bisa didapatkan pada pasien dengan sirosis hati
adalah pada pemeriksaan tanda-tanda vital suhu tubuh dapat meningkat. Tanda-
tanda klinis di kulit dapat ditemukan purpura dan ikterus. Pada pemeriksaan
Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien ini yaitu penderita tampak
sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis. Terlihat juga tanda-tanda anemis
pada kedua konjungtiva mata. Pada pemeriksaan jantung dan paru, masih dalam
batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda efusi pleura seperti penurunan vokal
10
fremitus, perkusi yang redup, dan suara nafas vesikuler yang menurun pada kedua
lapang paru. Pada daerah abdomen, ditemukan perut yang membesar pada seluruh
dan gelombang undulasi yang positif. Hati, lien, dan ginjal sulit untuk dievaluasi
karena besarnya ascites. Pada ekstremitas juga ditemukan adanya edema pada
yang tinggi dapat ditemukan pada penyakit hati alkoholik kronik karena alcohol
normal pada sirosis hati kompensata, tetapi bisa meningkat pada sirosis hati yang
11
penurunan produksi faktor pembekuan darah pada hati yang berkorelasi dengan
terutama pada sirosis dengan ascites, dimana hal ini dikaitkan dengan
ketidakmampuan ekskresi air bebas.1 Selain dari pemeriksaan fungsi hati, pada
dengan berbagai macam penyebab, dan gambaran apusan darah yang bervariasi,
dengan adanya hipertensi porta.1 Untuk mencari penyebab dari sirosis dapat juga
penurunan hemoglobin dengan nilai MCV dan MCHC yang normal. Dimana hal
disebabkan oleh adanya perdarahan pada saluran cerna. Selain itu didapatkan juga
trombositopenia pada pasien ini. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan nilai
SGOT/SGPT dalam batas normal. Nilai gamma GT dan alkaline fosfatase juga
protein total dan albumin serta peningkatan angka globulin. Pada pemeriksaan
elektrolit menunjukkan hasil natrium, kalium dan klorida dalam batas normal.
Sementara hasil pemeriksaan serologi menunjukkan hasil anti HCV non reaktif,
HBsAG ELISA non reaktif serta anti HIV ELISA non reaktif.
12
rutin yang paling sering dilakukan untuk mengevaluasi pasien sirosis hepatis,
ukuran hati, sudut hati, permukaan, homogenitas dan ada tidaknya massa. Pada
penderita sirosis lanjut, hati akan mengecil dan nodular, dengan permukaan yang
tidak rata dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu, melalui
pemeriksaan USG juga bisa dilihat ada tidaknya ascites, splenomegali, trombosis
dan pelebaran vena porta, serta skrining ada tidaknya karsinoma hati.1,9
Hasil USG abdomen pada kasus ini menunjukkan ukuran hepar dengan
meningkat, sistem billiar tampak baik, vena porta dan vena hepatica normal.
edematous. Namun tidak nampak bayangan batu. Lien tampak membesar dengan
pemeriksaan USG pada pasien ini adalah sirosis hepatis dengan splenomegali dan
Pemeriksaan lain juga yang dapat dilakukan pada pasien sirosis hati adalah
ini, dapat diketahui tingkat keparahan atau grading dari varises yang terjadi
serta ada tidaknya red sign dari varises, selain itu dapat juga mendeteksi lokasi
13
menegakkan diagnosis, EGD juga dapat digunakan sebagai manajemen
ligation (EVL).13 Namun pada kasus ini masih direncanakan untuk dilakukan
hasil apakah terdapat kelainan berupa varises esophagus ataupun varises gaster
Pemeriksaan yang menjadi gold standar pada sirosis hati adalah biopsi
hati. Namun apabila tanda-tanda klinis dari kegagalan fungsi hati dan hipertensi
porta sudah jelas maka pemerikaan ini tidak perlu dilakukan. Selain itu juga,
infeksi peritoneal pada pasien ini. Pada kasus ini, pemeriksaan tersebut tidak
dilakukan.1,9
dengan penyebab virus hepatitis diberikan terapi antiviral. 1,8 Terapi yang diberikan
pada kasus ini yaitu terapi untuk mencegah rebleeding serta mengurangi
dalam 500 cc NaCl 0,9 % serta bolus esomeprazole 80 mg dan asam traneksamat
injeksi 500 mg 3 kali sehari. Pemberian propranolol 10mg 3 kali sehari untuk
esophagus . Non selective beta blocker dapat menurunkan curah jantung dan
14
penurnan tekanan varices.8 Pemberian obat-obatan pelindung mukosa lambung
40mg 2 kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi perdarahan akibat gastropati
hipertensi portal. Pada pasien juga didapatkan asites. Pasien asites harus dilakukan
terapi tirah baring dan diet rendah garam. Konsumsi garam sebanyak 5.2
gram/hari. Selain itu juga perlu diberikan diuretik. Diuretik yang diberikan
dimonitor dengan penurunan berat badan 0.5 kg/hari, tanpa danya edema kaki atau
Pengeluarannya biasa mencapai 4-6 liter sehingga perlu juga pemberian albumin.
furosemide injeksi 20 mg. Selain itu juga diberikan human albumin 20%
100cc/hari.1
Pugh dapat memprediksi angka kelangsungan hidup pasien dengan sirosis tahap
lanjut. Dimana angka kelangsungan hidup selama setahun untuk pasien dengan
adalah 45%.1
15
Skor
Parameter Pasien
1 2 3
(mg/dl)
Albumin (g/dl) > 3,5 2,8-3,5 < 2,8 3
ditentukan karena pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan bilirubin. Sehingga
tidak dapat dijumlahkan poin yang tepat dalam menentukan prognosis pasien ini.
KESIMPULAN
dapat ditentukan karena hasil klasifikasi Child-Pugh belum dapat ditentukan juga.
Hal ini dikarenakan terdapat pemeriksaan yang tidak dilakukan pada pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Nurdjanah S. Sirosis Hati. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta: Ilmu
www.who.int/evidence/bod).
Deaths: Final Data for 2015. National Vital Statistics Report. NVSS. United
5. Hsiang JC, Bai WW, Raos Z, et al. Epidemiology, disease burden and
6. Riley TR, Taheri M, Schreibman IR. Does weight history affect fibrosis in
18(3):299- 302.
7. Saskara PMA, Suryadarma IGA. Laporan Kasus: Sirosis hepatis. Bagian Ilmu
8. Tsochatzis EA, Bosch J, Burroughs AK. Liver Cirrhosis. Institute of Liver and
18
9. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Sirosis Hati. In:
102:2086–2102.
20
19
LAMPIRAN
20
Gambar 2. Gambaran foto USG abdomen Gambar 3. Hasil
pemeriksaan USG
abdomen
21
22