Anda di halaman 1dari 4

KONDISI DAN KETERKAITAN EKSISTANSI TERKINI MANUFAKTUR

PERUSAHAAN TOYOTA DALAM TANTANGAN GLOBAL

Hamzah Abdillah
02411640000219
Hamzah16@mhs.ie.its.ac.id

LATAR BELAKANG
Abad milenium ke 3 adalah abad terkini yang diyakini sebagai abad peralihan dari kondisi
eksistansi umat manusia, dimana dengan berubahnya zaman beserta hirarkinya fungsi, konsep dan
prinsip yang juga berubah. Manusia yang merupakan makhluk yang dibekali kecerdasan dan rasa ingin
tahu memicu pergesaran zaman dengan tantangan-tantangan yang terbaharui, baik disegala bidang
yang manusia itu sendiri tekuni, hingga pergeseran kondisi yang memaksa hal-hal baru teradakan.
Manufaktur sebagai salah satu bidang yang cukup fundamental dalam keseharian manusia adalah salah
satu bidang yang berfokus dalam menhasilkan barang. Kondisi ini terus mengalami perubahan dalam
hirarki fungsi, konsep dan prinsip yang telah dianut selama bertahun-tahun lamanya. Pada zaman
dahulu, dimana manusia masih dalam kegiatan manufaktur yang sangat purba masih mengandalkan diri
mereka sendiri dalam menghasilkan barang yang mereka butuhkan, setelah kurun waktu tertentu
manusia telah semakin bertambah dan berkembang, dengan segala situasi yang ada manusia mulai
melakukan barter didalam kehidupan sehari-harinya, mereka menghasilkan suatu barang dengan sedikit
kemajuan, seperti ketika membuat tombak untuk berburu, ataupun perabotan-perabotan sederhana
untuk rumah mereka. Pada jaman itupun proses manuaktur yang sebagian mereka lakukan masih
berfokus pada pembedayaan batu dan kayu dengan metode dasar, seperti mengikis kayu dengan batu
dengan peralatan dasar seadanya. Pemanfaatan proses manufakturpun mulai beragam, yang semua
hanya untuk berburu, secara bertahap proses tersebut dengan memadukan alat dan tenaga kerja
menghasilkan produk-produk sederhana. Lalu ketika mulai memasuki abad ke 10 manusia mulai
mengembangkan dasar-dasar manufaktur, pengecoran logam sederhana mulai muncul untuk membuat
alat perang dan segala kebutuhan mendasar. Pada zaman tersebut adalah zaman dimana kerajaan-
kerajaan bermunculan dimana-mana, senjata perang sangat dibutuhkan, dengan adanya proses
manufaktur, tentu pembuatan alat perang seperti pedang, baju perang, perisai dan lain alat perang lain
bisa teratasi. Perlengkapan dan ornamen dalam dunia kerajan juga telah melibatkan banyak dalam
proses manufaktur seperti guci maupun patung-patung, yang memerlukan prosedur yang mencangkup
material dan perlakuan khusus yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang telah
berpengalaman. Setelah zaman kerajaan mulai hilang dan beralih ke zaman kolonial, tepatnya pada
sekitar abad ke 15, pada saat itu perkembangan proses manufaktur juga telah mengalami
perkembangan dengan mulai munculnya penggunaan dan pemilihan material untuk proses manufaktur
yang mulai beragam. Alasan terbesar mengapa pemilihan material dilakukan adalah dengan
mempertimbangkan aspek biaya, dengan adanya pilihan dalam material, maka pembeli produk bisa
menyesuaikan material dengan biaya yang mungkin ia keluarkan.
Lalu setelah melalui perkembangan yang Panjang, pada abad ke 19 hingga zaman sekarang
proses manufaktur telah memasuki babak baru, dimana industri manufaktur mulai menjamur diseluruh
dunia, tatanan manufaktur tidak lagi tergantung pada 1 produsen, tetapi banyak produsen yang
berlomba menghasilkan barang dengan biaya termurah tetapi dengan kualitas tertinggi. Pemanfaatan
konsep pada proses manufaktur pun telah berubah, dimana pada awal nya proses manufaktur
memanfaatkan gerak translasi, energi mekanik dan pahatan yang harus bersentuhan serta harus
memiliki kekuatan yang lebih baik dari bahan yang proses. Pada zaman manufaktur sekarang ini adalah
zaman peralihan dari zaman manufaktur konvensional menuju zaman manufaktur non konvensional, itu
dapat dilihat dari konsep proses manufaktur yang telah berubah, pada era manufaktur konvensional
kuantitas menjadi prinsip utama dalam perkembangan manufaktur, tetapi dalam perkembangannya
telah merubah konsep tersebut dengan menjadikan variasi dan kuantitas lah yang menjadi konsep
utama, keinginan manusia yang beragam menunutut variasi produk yang beragam juga, dengan begitu
perkembangan ini memicu keflexibiltasan dalam proses manufaktur, sehingga produsen dapat bertahan
dan memenuhi kebutuhan konsumen. Dari segi teknologi, proses manufaktur modern mulai
menggunakan prinsip gerak komplek, energi diberbagai sumber, serta benda kerja yang tidak
bersentuhan secara langsung dengan tools. TIdak hanya pengerjaan, dari segi desain manufaktur pun
juga mulai terdapat perkembangan, dengan memanfaatkan kemajuan dunia maya dan aplikasi, maka
desain dari proses manufaktur itu sendiripun bisa dilakukan dengan berbagai aplikasi, salah satunya
adalah CNC machining yang berfungsi untuk mendesain alat kerja dengan fungsi utamanya yang
menggunakan koordinat serta kode-kode yang telah dibuat sebagai perlakuan khusus yang dapat
diperintahkan.

LITERATURE REVIEW
Berdasarkan perkembangan zaman yang juga menghubungkan pada perkembangan dunia
manufaktur yang telah diuraikan diatas sesuai dengan kutipan Marshall Mcluhan (2003) sebagai salah
satu profesor di University of Toronto yang mengatakan bahwa tingkat perkembangan zaman dibagi
menjadi 3 klasifikasi, yaitu ; A tribal age, literate age, a print age, dan electronic age. Dalam kutiap
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam dunia manufaktur pun memiliki perkembangan zaman
dan konsep yang dapat diklasifikasikan secara turun temurun. Lalu terdapat kutipan tentang pengertian
dari manufaktur itu sendiri, dari Gasperz (2009) dalam kutipan dibukunya yang berjudul “Production
Planning Control” yang menyatkan konsep proses manufaktur yang merupakan serangkaian aktivitas
produksi yang terpadu untuk merubah suatu barang mentah menjadi barang baru atau barang jadi yang
memiliki nilai lebih. Berdasarkan pernyataan Gasperz tersebut jika dikorelasikan pada keadaan setiap
zaman serta dipadukan dengan ucapanMarshall Mcluhan, maka dapat ditarik pernyataan yang telah
dikaji, bahwa pada dari zaman dahulu manusia telah melakukan proses manufaktur, dengan adanya
perubahan-perubahan penggunaan suatu barang, seperti tombak yang digunakan dalam berburu
dengan adanya barang-barang mentah yang dibutuhkan untuk membuat tombak tersebut. Lalu zaman
yang memiliki perkembangan pasti terdapat perubahan penggunaan barang dengan digantinya produk
yang lebih mumpuni dan sesuai dengan keinginan manusia yang telah berkembang, proses manufatur
juga terdapat dalam pembuatan alat-alat perang maupun ornament kerajaan-kerajaan yang mulai
merebah. Setelah itu sesuai dengan pernyataan Marshall bahwa pada awal abad ke 19 adalah mulai
maraknya penggunaan peralatan manufaktur konvensional dengan pada sekitar awal abad 18 yang telah
ditemukannya mesin bubut oleh Henry Maudslay semakin memudahkan dan menandakan awal mula
proses manufaktur zaman konvensional, lalu diikuti oleh penemuan-penemuan lain seperti penemu
mesin drilling yang ditemukan oleh Arthur L. Hawkesworth semakin memudahkan dan memajukan
mesin manufaktur secara konvensional. Untuk model manufaktur modern yang telah berkembang serta
menjadi momok di persaingan manufaktur era modern ini, dapat diambil contoh adalah perusahaan
Toyota, dimana Profesor Jeffrey Liker telah meneliti perusahaan Toyota baik dari segi bisnis maupun
manufaktur bahwa perusahaan tersebut memiliki konsep unggulan dimana membuat perusahaan
Toyota menjadi maju yang biasa dikenal sebagai penerapan Teknik dan alat “Lean Production”.

ARGUMENTASI
Pada era modern ini, dapat diambil sebagai contoh era manufaktur modern yang dapat bersaing
yaitu perusahaan Toyota dengan kenggulan dibidang manufakturnya. Dalam ujung tombak manufaktur
Toyota terdapat 5 penjabaran tentang teori “lean Manufacturing” yang telah diusung oleh Toyota,
yaitu ;
1. Mendefinisikan nilai bagi pelanggan
2. Menetapkan value stream
3. Membuat sistem Tarik yang digerakkan oleh pelanggan
4. Berusaha keras untuk mencapai yang terbaik
5. Menghilangkan pemborosan waktu dan sumber daya
Lalu selain “lean manufacturing” yang dikembangkan oleh perusahaan Toyota, terdapat strategi –
strategi manufactur lain yang diusung oleh perusahan Toyota, yaitu just in time, kaizen, 5S, one piece
flow, jidoka dan heinjuka. Just in time disini memiliki pengertian sebagai konsep dengan maksud
meninggikan profit dengan merendahkan pengeluaran serta memanfaatkan waktu se-efisien mungkin.
Dalam hal ini konsep Just in time salah satunya diterapkan untuk menjaga kualitas arus material, yang
mana lalu pada setiap material / parts akan di assembly di perusahaan Toyota itu sendiri. Di assembly
line, setiap operator memeriksa part yang diterimanya. Bila cacat, disisihkan dan diberi catatan (hasil
kerja operator sebelumnya harus diperiksa).  Perakitan dilakukan oleh 3 operator dan 1 mesin otomatis
sederhana. Operator mengerjakan tugasnya dengan cekatan dan terukur, rapi, dan sesuai standar
menggunakan peralatan handal-sederhana yang hemat biaya. Penyusunan stasiun kerja (workstations)
diusahakan saling berhadapan atau membentuk huruf U; U-LAYOUT, hal ini bertujuan agar tata letak
menjadi kompak (padat) dan saling berdekatan sehingga memudahkan pekerja untuk saling berinteraksi
dan memudahkan rotasi pekerjaan. Setelah perakitan selesai, sub-rakitan memasuki oven
conveyor untuk proses pengeringan lem besi. Sub-rakitan akan berjalan di atas konveyor berkecepatan
20 cm/menit memasuki oven sepanjang 2,5 meter; atau selama 23 menit, dengan semburan blower dan
suhu 90°C. Di ujung konveyor dipasang kawat portal dengan alarm agar ada isyarat jika produk akan
jatuh ke lantai. Kawat ini adalah salah satu POKA-YOKE, yaitu:  suatu peralatan hasil inovasi di lantai
produksi yang mempunyai keandalan tinggi dan berbiaya rendah untuk digunakan dalam sistem JIDOKA
sehingga mengurangi kesalahan dalam setiap proses.
Setelah proses pengeringan, produk diproses oleh 2 operator; operator printing dan packing. Di
depan operator printing digantungkan DEKI-DAKA (lembar kendali hasil) yang harus dicatat setiap
jamnya oleh operator printingmengenai jumlah produksi aktual per jam berbanding target produksi per
jam. Di depan operator paling hilir (downstream); operator packing, digantungkan jadwal perintah
produksi tiap tipe yang harus diselesaikan pada hari itu. Hal ini menandakan bahwa sistem produksi
berjalan berdasarkan tarikan operator sebelumnya (PULL SYSTEM). Dari proses aliran materials,
pembuatan parts , hingga assembly Toyota memiliki fasilitas sendiri sehingga dapat mengaplikasikan
teori just in time yang mana mengandalkan sandarisasi dan spesialisai. Lalu Toyota juga memiliki aplikasi
material handling yang canggih yang diterapkan, alat material handling tersebut adalah Forklifts, dimana
material tersebut mengandalkan keamanan, kenyamanan, produktifitas dan konsep efisiensi.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak dapat dipungkiri jika
perusahaan Toyota adalah salah satu perusahaan manufaktur yang paling maju. Standarisasi dan
spesialisasi selalu diterapkan dalam perusahaan tersebut, selain dengan konsep dan tenaga kerja yang
luar biasa, Toyota juga melakukan segala suatu hal dengan mandiri, seperti contoh ketika melakukan
proses manufaktur, dimana semua proses dari Toyota dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Penjagaan
kualitas pada setiap parts mesin juga menjadi perhatian khusus pada Toyota, tenaga kerja menerapkan
nilai-nilai yang telah diusung oleh Toyota, seperti 5S, kaizen, just in time serta nilai-nilai lain yang telah
dijaga oleh Toyota.
REFRENSI
1. https://www.youtube.com/watch?v=yC3S9e7yl_0
2. https://www.youtube.com/watch?v=wot9DFzFRLU&t=59
3. Toyota Production System: Beyond Large-Scale Production
By Taiichi Ohno 1978, Diamond,Inc.,Tokyo japan
4. Toyota production system and Kanban system Materialization of just-in-time and respect-for-
human system. Y. SUGIMORI,K. KUSUNOKI,F. CHO &S. UCHIKAWA. 2007.
5. The Toyota Production System and art: making highly customized and creative products the
Toyota way. E. Lander & J.K. Liker.2007

Anda mungkin juga menyukai