Anda di halaman 1dari 43

PROFIL ANTROPOMETRI, DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI,

ANAEROBIK, DAN AKTIVITAS FISIK


PADA ATLET FUTSAL
LAMPUNG ANGELS

(Proposal)

Oleh
Kiki Riski Amelia
1713051049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
1

A. Judul Penelitian : Profil Antropometri, Daya Tahan Kardiorespirasi,


Anaerobik, dan Aktivitas Fisik pada Atlet Futsal
Lampung Angels

B. Bidang Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

C. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang di perhitungkan di Asia tenggara

khususnya cabang sepak bola. Berapa tahun belakangan mulai merambak naik cabang

olahraga baru yaitu Futsal. Olahraga yang dimainkan untuk para lelaki ternyata juga

bisa dimainkan oleh para kaum hawa. Di indonesia bukan hal yang baru adanya Club

Futsal putri. Bahkan sudah ada yang berprestasi di kancah internasioanal. Maka dari

itu telah berdiri team futsal putri untuk daerah Lampung yang diberi nama

“LAMPUNG ANGELS WFC”. Lampung angels WFC berdiri pada tanggal 25

februari 2014. Pada saat itu para pemain putri dibina untuk berprestasi yang berasal

dari sekolah sekolah dan kampus yang ada di Bandar Lampung.

Futsal putri Lampung angels WFC memiliki pelatih yang berkompeten di dalam

organisasi. Tanggung jawab utama para pelatih tersebut di tingkat ini adalah menjaga

permainan agar tetap menyenangkan dan membangun koordinasi tubuh dan dasar yang

kuat dalam pengendalian bola futsal. Pelatihan haruss didasarkan pada betapa

menyenangkannya bermain futsal. Menikmati permainan selalu merupakan dorongan

belajar yang besar. Melakukan latihan dengan serius dan tekun dimana akan berperan

dalam seluruh jadwal latihan yang nantinya akan di terapkan. Dalam mencapai latihan

yang maksimal dalam suatu cabang olahraga diperlukan adanya persiapan yang

matang dari semua unsur yang terkait dalam proses pembinaan dan hal ini tidak dapat
2

dicapai dalam waktu yang singkat dan isntan tetapi melalui proses yang

berkesinambungan dan terencana serta mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Sehingga untuk menjadi unggul tidak mudah dan sangat membutuhkan organisasi

yang baik, jujur, serta inovatif. Sebagaimana hal tersebut melibatkan komitmen dalam

diri untuk berproses sesuai yang akan ditargetkan.

Dengan demikian proses berjalannya waktu dan komitmen staf pengurus dan antar

pemain Lampung Angels WFC telah banyak meraih prestasi dan menjadi satu-satunya

club futsal putri di Lampung yang mewakili provinsi untuk bermain di liga

professional.Kejuaraan prestasi tersebut yaitu: Peringkat 3 kartini Cup se Provinsi

Lampung (2014), Juara 1 LA cup Open Tournament se-Lampung (2014), Peringkat 3

piala Walikota Bekasi 2015, Juara 1 Liga Nusantara 2015 Regional Lampung, Runner

up liga Nusantara 2015 Se Indonesia, dan Peringkat 3 Women Blend Futsal

Profesional 2017. Berdasarkan hal tersebut tentu atlet futsal Lampung Angels WFC

menjaga performa pertandingan dengan salah satu cara menjaga aktivitas fisik agar

lebih stabil.

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pegeluaran energi

[CITATION Lil17 \l 1033 ] . Aktifitas fisik juga didefinisikan sebagai setiap gerakan

tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang menimbulkan pengeluaran energi di atas

nilai-nilai istirahat. Aktivitas fisik yang dinyatakan dalam kelipatan resting metabolic

rate (MET) tertuang dalam pedoman dan norma yang telah disepakati. Menurut

(Kemper, 2008) yaitu semua anak remaja harus sehat jasmani dan aktif setiap hari

selama 1 jam dengan intensitas sedang (5 -8 MET). Misalnya: jalan kaki, lari,

bersepeda (6-7 MET) dan permainan tim seperti olahraga futsal, sepak bola, dan bola
3

voli (8 MET). Kemudian, minimal dua kali seminggu melakukan aktivitas fisik yang

diarahkan pada peningkatan kebugaran jasmani (ketahanan, kelenturan, kekuatan otot,

dan koordinasi (McKenna et al., 2019).

Daya tahan kardiorespirasi sangat penting untuk kebugaran olahragawan dalam

mencapai prestasi yang optimal sehingga mampu berprestasi. Untuk memperoleh

kinerja yang optimal dibutuhkan pelatihan yang baik. Untuk itu proses latihan harus

dilakukan secara intensif agar atlet senantiasa menjaga kebugaran tubuh dengan energi

yang bersumber dari proses latihan aerobik. Jika intensitas dinaikkan maka akan

diikuti peningkatan frekuensi denyut dan sebaliknya bila intensitas senam diturunkan,

hingga terjadi penurunan frekuensi denyut.(Teramoto & Golding, 2006). Selain proses

latihan, hal ini berdampak pada kecepatan konsumsi oksigen dalam metabolisme

aerobik maksimal (VO2Max) yang pada dasarnya berarti setiap pertandingan olahraga

biasanya dilaksanakan dalam waktu yang lama (Debbian & Rismayanthi, 2016).

Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk bekerja atau berolahraga

dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Dengan daya tahan yang

baik maka performa atlet akan optimal untuk durasi yang lama dengan waktu

kelelahan yang lama(Prakoso & Sugiyanto, 2017). Daya tahan kardiorespirasi adalah

sesuatu yang menggambarkan kemampuan jantung, paru-paru dan darah untuk

menggunakan oksigen dengan pengukuran standar kebugaran kardiorespirasi (Ando,

Piaggi, Bogardus, & Krakoff, 2019). Aspek fisik dan psikologis yang dominan

mendukung kemampuan tersebut dapat menjadi baik jika diberikan latihan yang tepat

dengan posisi permainannya. Latihan khusus dilakukan oleh atlet untuk beradaptasi
4

dengan prinsip-prinsip spesialisasi yang akan menjadikan performa dalam olahraga

prestasi. Selain itu untuk

Olahraga prestasi yang berkembang saat ini beragam mulai dari olahraga yang bersifat

perorangan maupun olahraga yang bersifat kelompok atau olahraga tim. Salah satu

olahraga prestasi yang berkembang cukup pesat dilingkungan instansi adalah olahraga

futsal yang merupakan olahraga berkelompok atau olahraga tim. Melalui olahraga

futsal ini para remaja memperoleh banyak manfaat, khususnya dalam hal pertumbuhan

fisik, mental dan sosial yang baik. Tujuan orang melakukan permainan futsal pada

dasarnya sama yaitu untuk mendapatkan kesenangan, mendapatkan kesegaran jasmani

dan untuk mencapai prestasi yang optimal.

Pencapaian prestasi atlet ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Syafruddin (1992: 22) faktor tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :

“Faktor yang berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal

adalah faktor yang berasal dari potensi yang ada pada atlet atau dengan kata lain

berasal dari kemampuan atlet itu sendiri secara menyeluruh baik menyangkut

kemampuan fisiknya, teknik, taktik maupun oleh kemampuan mentalnya. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atlet dari luar diri

atlet seperti sarana dan prasarana, pelatih, Pembina, keluarga, dana, organisasi, iklim,

makanan yang bergizi, dan lain sebagainya” Sesuai dengan pendapat di atas, maka

untuk memdapatkan prestasi tinggi pada olahraga bola futsal juga dipengaruhi oleh

banyak faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri dan luar diri. Tiap-tiap cabang

olahraga agar berprestasi mempunyai ukuran-ukuran tubuh tersendiri sehingga bisa

tercapai prestasi. Seperti pada atlet futsal yang menggunakan tungkai dan kakinya,
5

sehingga struktur dan perkembangan fungsionalnya akan berbeda dengan atlet

bulutangkis yang sering menggunakan kemahiran lengan serta tangan dalam

permainannya.

Antropometri merupakan pengukuran untuk struktur tubuh diukur yang menyangkut

komposisi tubuh yang dimiliki atlet. potensi antropometri yang baik akan menunjang

suatu penampilan sikap dan gerakan yang optimal dalam suatu cabang olahraga,

sehingga potensi ini harus dikembangkan dalam proses pembinaan olahraga.

antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan,

posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan

sebagainya. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi

manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan wawancara oleh pelatih dan staf

kepengurusan Lampung Angels WFC, menunjukan bahwa sejak membawa nama

Lampung untuk kompetisi liga professional tahun 2017 atlet futsal putri Lampung

Angels WFC fokus berlatih dan menjaga daya tahan tubuh, namun hingga saat ini

pengetahuan pelatih tentang pengukuran antropometri sangat kurang sehingga atlet

futsal putri Lampung Angels WFC belum diketahui postur tubuh yang diukur melalui

antropometri, kemudian belum diketahui tingkat daya tahan kardiorepirasi selama

jalannya pertandingan karena staf kepengurusan fokus berlatih strategi dan formasi,

begitupula kapasitas anaerobik, dan aktivitas fisik yang belum diketahui hingga saat

ini. Uraian tersebut sangat penting dilakukan karena belum pernah diteliti

menggunakan subjek pada atlet Lampung Angels WFC


6

Dari permasalahan tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan Penelitian

Survey pada atlet futsal Lampung Angels WFC, dengan judul “Profil Antropometri,

Daya Tahan Kardiorespirasi, Anaerobik, dan Aktivitas Fisik pada Atlet Futsal

Lampung Angels”.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sejauh ini staf pengurus futsal Lampung Angels WFC belum memiliki data

antropometri sebagai acuan atlet.

2. Sejak fokusnya mengikuti pertandingan Lampung Angels WFC belum diketahui

tingkat daya tahan kardiorespirasi dan kapasitas anaerobik.

3. Belum diketahui kegiatan sehari-hari atlet futsal Lampung Angels WFC yang diukur

menggunakan aktivitas fisik

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut, “Bagaimana Profil antropometri, Daya Tahan Kardiorespirasi,

Anaerobik, dan Aktivitas Fisik pada Atlet Futsal Lampung Angels”

F. Tujuan Penelitian
7

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui profil antropometri, daya tahan kardiorespirasi, anaerobik, dan

aktivitas fisik pada atlet futsal Lampung Angels.

G. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi

manfaat antara lain:

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan studi penelitian dan lebih memahami Profil antropometri, Daya Tahan

Kardiorespirasi, Anaerobik, dan Aktivitas Fisik.

2. Bagi Atlet Futsal Lampung Angels

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu memberikan

informasi lebih, sehingga akan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

khususnya didalam pengembangan prestasi.

3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

perpustakaan dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan

subjek, objek, dan tempat penelitian yang berbeda

H. Tinjauan Pustaka

a. Klub Futsal Lampung Angels

Indonesia merupakan salah satu negara yang di perhitungkan di Asia tenggara

khususnya cabang sepak bola. Berapa tahun belakangan mulai merambak naik
8

cabang olahraga baru yaitu Futsal. Olahraga yang dimainkan untuk para lelaki

ternyata juga bisa dimainkan oleh para kaum hawa. Di indonesia bukan hal yang

baru adanya Club Futsal putri. Bahkan sudah ada yang berprestasi di kancah

internasioanal. Maka dari itu telah berdiri team futsal putri untuk daerah Lampung

yang diberi nama “LAMPUNG ANGELS WFC”. Lampung angels WFC berdiri

pada tanggal 25 februari 2014. Pada saat itu para pemain putri dibina untuk

berprestasi yang berasal dari sekolah sekolah dan kampus yang ada di Bandar

Lampung.

Futsal putri Lampung angels WFC memiliki pelatih yang berkompeten di dalam

organisasi. Tanggung jawab utama para pelatih tersebut di tingkat ini adalah

menjaga permainan agar tetap menyenangkan dan membangun koordinasi tubuh

dan dasar yang kuat dalam pengendalian bola futsal. Pelatihan haruss didasarkan

pada betapa menyenangkannya bermain futsal. Menikmati permainan selalu

merupakan dorongan belajar yang besar. Dengan demikian proses berjalannya

waktu dan komitmen staf pengurus dan antar pemain Lampung Angels WFC telah

banyak meraih prestasi dan menjadi satu-satunya club futsal putri di Lampung

yang mewakili provinsi untuk bermain di liga professional.

Kejuaraan prestasi tersebut yaitu: Peringkat 3 kartini Cup se Provinsi Lampung

(2014), Juara 1 LA cup Open Tournament se-Lampung (2014), Peringkat 3 piala

Walikota Bekasi 2015, Juara 1 Liga Nusantara 2015 Regional Lampung, Runner

up liga Nusantara 2015 Se Indonesia, dan Peringkat 3 Women Blend Futsal

Profesional 2017. Berdasarkan hal tersebut tentu atlet futsal Lampung Angels
9

WFC menjaga performa pertandingan dengan salah satu cara menjaga aktivitas

fisik agar lebih stabil.

Gambar 1. Logo Futsal Lampung Angels WFC

Gambar 2. Struktur Organisasi Futsal Lampung Angels WFC

b. Hakekat Olahraga Futsal

Olahraga futsal adalah permainan bola dengan kecepatan. Kunci pokoknya adalah

ball feeling. Artinya, bagaimana perasaan saat menyentuh bola dengan kaki. Tak

heran jika pemain futsal harus dipelajari dengan benar. Peraturan permainan harus

dikuasai oleh pemain, pelatih, dan penonton. Futsal adalah permainan bola yang

dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang.

Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola


10

dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki

pemain cadangan.

Menurut Murhananto (2008;7) futsal adalah kata yang digunakan secara

internasional untuk permainan sepak bola dalam ruangan. Kata itu berasal dari

kata futbol atau futebol (dari bahasa spanyol dan Portugal yang berarti pemain

sepak bola) dan salaon atau sala (dari bahasa Prancis atau Spanyol yang berarti

dalam ruangan). Badan sepak bola dunia FIFA menyebutkan futsal pertama kali

dimainkan di Montevideo, Uruguai, tahun 1930. Pada tahun 2002 Indonesia telah

berhasil menyelenggarakan Kejuaraan Futsal Asia di Jakarta.

Pada saat itulah lahir timnas Futsal Indonesia yang pertama kali masih dihuni oleh

pemain sepakbola dari klub liga Indonesia. Akan tetapi pada saat ini futsal telah

mengalami perkembangan yang luar biasa, hal itu terlihat dari banyaknya

bermunculan penyewaan lapangan futsal. Kejuaraan Dunia Futsal pertama

diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan

FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil

di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua

tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam

Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.Pertandingan futsal internasional

pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di

Rohnert Park, California.

Permaian futsal ini di lakukan oleh 5 v 5 pemain sudah termasuk kiper, berbeda

dengan six soccer yang dimainkan oleh 5 v 5 + 1 kiper = 6 pemain, futsal

dimainkan di atas lantai kayu,semen dan rumput sintesis yang sedang tren di
11

Indonesia, tetapi untuk pertandingan resmi internasional biasanya dimainkan di

atas lantai berbahan rubber atau vinyl berwarna biru muda.

c. Teknik Dasar Olahraga Futsal

Dalam olahraga futsal terdapat beberapa elemen dasar yang harus dipahami,

secara umum tidak berbeda jauh dengan bermain sepak bola konvensional.

Namun ada beberapa hal yang perlu dilakukakan dengan keahlian khusus. Berikut

teknik-teknik dasar dalam futsal yang mutlak harus di kuasai oleh setiap pemain

futsal :

1. Kontrol Bola

Teknik mengontrol bola dalam permainan futsal dapat dilakukan dengan

menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar dan telapak kaki sebelah depan

dengan memanfaatkan sol sepatu. Teknik mengontrol bola dengan sol sepatu

dalam futsal sangat penting sehingga harus dikuasai oleh setiap pemain.

2. Passing (Pengumpan)

Umpan/passing dapat dilakukan dengan menggunakan beragam sisi kaki, yaitu

menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, ujung kaki, tumit, atau sisi

bawah. Namun yang paling baik adalah menggunakan kaki bagian dalam dengan

arah mendatar atau umpan/passing panjang yang menyusur tanah, karena

umpan/passing akan memiliki akurasi paling baik dalam permainan futsal.

3. Dribbling (menggiring)

Ada beberapa teknik dalam menggiring bola yang harus dikuasai dalam bermain

futsal, berikut ini beberapa teknik dalam menggiring bola pada permainan futsal :

a. Dribbling menggunakan kaki bagian luar

Dengan teknik ini jika menggunakan kaki kanan pemain futsal dapat mengecoh

ke sebelah kiri lawan atau sebaliknya. Akan tetapi, teknik ini tidak bisa
12

mengecoh lawan ke sebelah kanan bila menggunakan kaki kanan, begitupula

sebaliknya.

b. Dribbling menggunakan kaki bagian dalam

Dengan teknik ini pemain futsal dapat mengecoh lawan ke sebelah kanan

lawan apabila menggunakan kaki kanan atau sebaliknya. Akan tetapi teknik ini

tidak bisa mengecoh lawan ke sebelah kiri bila menggunakan kaki kanan,

begitu pula sebaliknya.

c. Dribbling menggunakan bagian punggung kaki

Dribbling ini menggunakan bagian punggung kaki dengan arah lurus apabila

tidak ada lawan yang menghalangi. Akan tetapi teknik ini kurang efektif untuk

mengecoh lawan ke sebelah kiri atau sebelah kanan. karena gerak yang terbatas

4. Shooting (Menendang/Menembak)

Teknik menendang keras yang efektif dalam permainan futsal adalah menendang

bola dengan menggunakan ujung kaki / sepatu dan dengan punggung kaki, dengan

ujung kaki / sepatu ini bola akan melesat cukup kencang dan bola juga akan tetap

bergerak lurus. tetapi teknik ini harus dilakukan dengan pemain yang mempunyai

skill tinggi dan sudah terlatih,karena teknik ini mempunyai kesulitan bola yang

tidak bisa di baca arahnya. Teknik dengan punggung kaki ini sudah biasa dan

banyak di lakukan dalam permainan sepakbola sehingga dapat dengan mudah di

lakukan di dalam permainan futsal.

d. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yaitu

“anthro” yang berarti manusia, dan “metri” yang berarti ukuran, secara literasi

berarti pengukuran manusia. Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari


13

ukuran tubuh manusia dan aspek-aspek segala gerakan manusia maupun postur

dan gaya-gaya yang dikeluarkan.

Antropometri juga merupakan suatu proses dan hasil pengukuran tubuh manusia

dan bagian-bagiannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ukuran adalah

hasil mengukur, seperti mengukur panjang, lebar, luas, dan besar sesuatu. Dalam

konteks vital ukuran dianggap penting karena menyangkut pada sesuatu objek

atau subjek yang diukur.

Antropometri adalah pengukuran manusia yang cenderung untuk mengukur

dimensi manusia. Antropometri merupakan ilmu yang tercipta dari subdisiplin

ilmiah baru yang disebut dengan antropologi fisik yang merupakan implikasi dari

perkembangan kajian Antropologi. Antropologi merupakan perkembangn studi

manusia yang menyangkut filosofi dan estetika. Kemudian antropometri mulai

dikenal dan digunakan dalam pengukuran tubuh, tulang-tulang dan prakiraan

proporsi ukuran tubuh manusia (Kuswana, 2015: 1).

Sejak perkembangannya, antropometri menjadi salah satu cabang ilmu

pengatahuan mengenai pengukuran, mencakup ukuran tubuh, bentuk tubuh,

kekuatan dan kapasitas kerja. Pengukuran ini sangat memberikan kontribusi yang

baik untuk perkembangan pada pediatri, orthopedik, dentistry, orthodontik,

pendidikan jasmani, pengetahuan umum, kedokteran, olahraga, ilmu kesehatan

masyarakat, forensik, status gizi dan nutrisi, serta ergonomik kerja (Kuswana,

2015: 2).

Kuswana (2015: 3) mengatakan bahwa perkembangan pengetahuan pengukuran

tubuh manusia, khususnya untuk mempelajari struktur dasar dalam aktivitas dan
14

kinerja dari para olahragawan dikenal dengan Kinanthropometry.

Kinanthropometry merupakan studi khusus secara ilmiah mengenai aplikasi

pengukuran dan penilaian ukuran tubuh manusia, menyangkut; bentuk proposi,

komposisi, fungsi waktu.

Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik-titik pada

tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan

penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia

secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam,

circumference (putaran), curvature (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan

kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan

(contoh: stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (contoh:

panjang tungkai) (Kurniawan, 2009).

e. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang

terpenting, karena dasar dari elemen-elemen kondisi fisik yang lain. Harsono

(1996: 19) mengemukakan “daya tahan kardiorespirasi adalah keadaan atau

kondisi tubuh yang mampu berlatih untuk waktu yang lama, tanpa mengalami

kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan latihan tersebut”. Menurut

Irawadi (2011: 34) “daya tahan adalah kesanggupan bekerja dengan intensitas

tertentu dalam rentang waktu yang cukup lama, tanpa kelelahan yang berlebihan”.

Sedangkan menurut Annarino dalam Arsil (1996: 19), “daya tahan adalah hasil

kemampuan individu untuk memelihara gerakannya dalam kurun waktu tertentu”.


15

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa daya tahan adalah

hasil kemampuan organisme pemain untuk mengatasi kelelahan yang timbul

setelah melakukan aktivitas tubuh olahraga dalam waktu yang lama. Daya tahan

yang dimaksud adalah daya tahan Volume Oxygen Maximal (VO2Max). Tujuan

utama dari latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung

disamping meningkatkan kerja paru-paru dan sistem peredaran darah. Ketiga

komponen ini merupakan fondamen untuk mengembangkan kemampuan-

kemampuan fisik yang lainnya. Secara umum kemampuan daya tahan dibutuhkan

dalam semua cabang olaraga yang membutuhkan gerak fisik.

Dalam olahraga futsal daya tahan sangat dibutuhkan karena olahraga ini

dilakuakan dalam waktu yang lama, waktu dalam permainan boa basket biasanya

2 x 20 menit. Dalam kurun waktu tersebut, seorang pemain dituntut mampu

bermain selama pertandingan berlangsung tanpa mengalami kelelahan yang

berarti dalam permainan futsal ini. Apabila seorang atlet tidak memiliki daya

tahan yang baik tidak mungkin bisa bermain dengan maksimal, permain menjadi

cepat lemas dan kelelahan dalam pertandingan sehingga permainan pemain

menjadi kurang baik bahkan menjadi kacau karena daya tahan yang buruk.

Meskipun teknik dan taktik seorang atlet bagus tetapi apabila daya tahan atlet

tersebut tidak ada maka teknik dan taktik tersebut tidak dapat dijalankan dengan

maksimal dalam permainan. Untuk itu daya tahan sangatlah penting dalam

olahraga futsal ini. Semakin banyak massa otot seseorang, semakin banyak pula

O2 (ml/menit) yang digunakan selama latihan maximal. Untuk menyesuaikan

perbedaan ukuran tubuh dan massa otot, VO2Max dapat dinyatakan sebagai
16

jumlah maximum O2 dalam ml, yang dapat digunakan dalam satu menit per

kilogram BB (ml/kg/menit) (Mackenzie, 2013).

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi

1. Umur

Ketahanan kardiorespirasi pada laki-laki mencapai puncaknya pada umur 18-25

tahun bersamaan dengan puncak massa otot (Arum V M, Mulyati T, 2014).

Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah umur 25 tahun.

Penelitian dari Jackson A S et al tahun 1995 menemukan bahwa penurunan rata-

rata VO2Max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk laki-laki (1.2%) dan 0.54

ml/kg/menit untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi karena reduksi denyut

jantung maximal dan isi sekuncup jantung maximal (Mackenzie, 2013).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang akan menentukan bagaimana komposisi tubuhnya.

Perempuan memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan laki-laki yang lebih

didominasi oleh otot (Delany, 2013). Pada laki-laki terdapat banyak jaringan yang

aktif mengalami metabolisme karena komposisi tubuhnya yang memiliki

komponen otot lebih banyak (Mcmurray et al, 2014).

3. Jenis Latihan

Metode latihan yang paling baik untuk mengembangkan kerja jantung maupun

kapasitas aerobik tersebut adalah: latihan sirkuit, latihan kontinyu,dan latihan

interval. Daya tahan kardiorespirasi dapat ditingkatkan dengan latihan fisik,

latihan yang dikerjakan harus memberikan beban yang cukup berat terhadap

sistem kardiorespirasi. Pembebanan ini bertujuan untuk meningkatkan volume


17

sekuncup, dan cardiac output(Ismaryati et al., 2009). Latihan fisik dapat

meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Namun, tidak terpaku pada nilai

tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan intensitas aktifitas fisik.

Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan VO2Max antara 15%- 25%,

sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2Max dengan nilai

yang hampir serupa (Levitzky, Michael G, 2007).

Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai

sumber energi, metaboisme lemak yang meningkat saat melakukan olahraga

dengan durasi lama akan memiliki efek dalam menghemat pemakaian glikogen

dan memperbaiki ketahanan fisik (Amani et al, 2010). Latihan fisik, pada

dasarnya adalah memberikan tekanan (stress) pada tubuh secara teratur,

sistematik, dan berkesinambungan. Agar memberi pengaruh yang berarti, latihan

harus dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, progresif, dan individual

dalam kaitannya dengan latihan untuk meningkatkan VO2Max, faktor usia harus

benar-benar diperhatikan, karena faktor tersebut memberikan pengaruh yang

berbeda (Ismaryati et al., 2009).

4. Fungsi Paru

Pada saat melakukan aktifitas fisik, terjadi peningkatan kebutuhan O2 oleh otot

yang sedang bekerja. Kebutuhan O2 ini didapat dari ventilasi dan pertukaran O2

dalam paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau

mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut dengan pertukaran O2

dalam alveoli paru dengan cara difusi. O2 yang terdifusi masuk ke dalam kapiler

paru untuk selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan O2 yang adekuat dibutuhkan paru yang


18

berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonal. Pada

seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi O2 dan ventilasi paru total

meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas

maximal (Fox, 2003). Dalam fungsi paru juga dikenal istilah A-V O2 diff. Selama

aktifitas fisik, A-V O2 akan meningkat karena O2 darah lebih banyak dilepas ke

otot yang sedang bekerja, sehingga O2 darah vena berkurang. Hal ini

menyebabkan pengiriman O2 ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada

kondisi biasa. Peningkatan A-V O2 diff terjadi serentak dengan peningkatan

cardiac output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat

(Vander, 2001).

5. Fungsi Kardiovaskular

Respon kardiovaskular yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah

peningkatan cardiac output (CO). Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi

sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat

maximalnya (Uliyandari A, 2009).

Pada usia 18-22 tahun tekanan darah normal apabila didapatkan sistole 120-140

mmHg dan tekanan darah diastol 80-100 mmHg (Joyner M.J, 2009).Denyut nadi

normal 60-100 kali per menit (Hermawan, 2015). Pemakaian O2 oleh tubuh tidak

dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskular menghantarkan oksigen ke

jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi

nilai VO2Max (Uliyandari A, 2009).

6. Sel Darah Merah

Saat beraktifitas organ penting pernafasan yaitu paru-paru perlu mendapatkan O2

yang segar untuk memenuhi metabolisme dalam tubuh. Melalui fungsi ini maka
19

O2 di bawa paru-paru ke seluruh jaringan sel darah dalam tubuh dan membawa

kembali karbondioksida (CO2) dari seluruh sel ke paru-paru untuk di keluarkan

dari tubuh, dan yang tidak kalah penting proses ini adalah senyawa yang

membawa O2 yaitu Hb yang berada di dalam sel darah merah, sehingga bila kadar

Hb rendah, O2 yang di bawa sel darah merah juga sedikit (Anwar S,et al., 2013).

Di dalam darah O2 berikatan dengan Hb, maka kadar O2 dalam darah juga

ditentukan oleh kadar Hb yang tersedia. Jika kadar Hb berada di bawah normal,

misalnya pada anemia, maka jumlah O2 dalam darah juga lebih rendah.

Sebaliknya, bila kadar Hb lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan

polisitemia, maka kadar O2 dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa terjadi

sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup di tempat yang tinggi.

Kadar Hb juga dipengaruhi oleh hormon androgen melalui peningkatan

pembentukan sel darah merah. Laki-laki memiliki kadar Hb sekitar 1-2 gr per 100

ml lebih tinggi dibanding wanita (Fox, 2003).

g. Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi dapat diukur dengan VO2Max merupakan pengambilan

oksigen maximal. VO2Max ditentukan untuk mengukur tingkat daya tahan jantung

paru, dimana suatu cara dalam memperkirakan VO2Max dari intensitas latihan

maximal dianggap paling akurat. Pengukuran VO2Max memerlukan analisis saat

ekspirasi, udara yang dikumpulkan saat melakukan latihan dalam intensitas yang

progresif (Uliyandari, 2009).

1. Multistage Fitness Test (MFT)

Tes MFT atau Multistage Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah

untuk digunakan. Hal ini karena pada saat pelaksanaan tes MFT tidak
20

memerlukan lintasan lari yang terlalu panjang yaitu hanya sekitar 20 meter (m).

Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat VO2Max dapat langsung dilihat pada tabel

hasil MFT tanpa perlu melakukan perhitungan terlebih dahulu (Nosa, AS, 2013).

Multistage Fitness Test juga dikenal dengan nama shuttle run test, yo-yo test,

aero, dan bleep test. Alat-alat yang diperlukan antara lain permukaan yang datar

dan tidak licin, cone, cd player, bleep test cd, dan lembar hasil. Tujuan dari bleep

test yang dikembangkan oleh Leger dan Lambert (1982) adalah untuk memantau

perkembangan penyerapan oksigen maximum atlet (VO2Max). Tes ini

mengharuskan atlet untuk lari terus menerus sepanjang 20m yang telah ditandai

dengan cone. Atlet berdiri di belakang cone dan mulai berlari saat terdengar bunyi

bip dari cd player. Kecepatan awal cukup lambat. Setelah sampai di cone kedua,

atlet menunggu bunyi bip kemudian berlari lagi menuju cone pertama. Jika atlet

tiba di cone sebelum bunyi bip, atlet harus menunggu bunyi bip dan kemudian

melanjutkan lari. Setelah sekitar 1 menit, bunyi bip akan semakin cepat, dan hal

ini mengharuskan atlet untuk menambah kecepatannya (Mackenzie, 2013).

Jika sudah terdengar bunyi bip sedangkan atlet belum mencapai cone diseberang,

maka atlet harus berlari ke cone dan berusaha untuk mengejar ketertinggalannya

dengan 2 kali bunyi bip. Tes dihentikan jika atlet gagal mencapai cone 2 kali berturut-

turut. Ada beberapa versi dari tes ini, tetapi versi umum yang biasa digunakan

memiliki kecepatan awal 8,5 km/jam yang meningkat sebesar 0,5 km/jam tiap menit.

Hasil yang dicatat dihitung dari jumlah level dan cone yang dapat dicapai sampai atlet

tidak dapat menyamai kecepatan bunyi bip. Catat jumlah level dan cone yang dicapai

oleh atlet (Mackenzie, 2013).


21

Gambar 3. Lintasan Multistage Fitness Test (Bleep Test)


Sumber: Mackenzie, 2013

2. Ergocycle Test

Dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk mendapatkan

beban kerja. Beban kerja dapat diberikan secara kontinyu atau

intermiten.Pemeriksaan dilakukan di dalam ruang laboratorium menggunakan

protokol Astrand dengan ergocycle sepeda. Yang digunakan sebagai dasar

percobaan adalah peningkatan denyut jantung (nadi) sewaktu melakukan kerja

dengan peningkatan beban. Makin kecil peningkatan denyut jantung yang terjadi,

maka makin baik kemampuan jantung dan paru orang tersebut, sehingga nilai

VO2Max juga akan semakin bagus (Utama, 2005).

Gambar 4. Ergocyle Test


Sumber: Utama, 2005

3. Treadmill

Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan treadmill

adalah (1) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, dan (2) Metode Saltin-
22

Astrand. Keuntungan menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang

konstan, kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan, serta

mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan keahlian yang

dibutuhkan (berjalan dan berlari). Meskipun demikian, karena alatnya mahal dan

berat, tes ini tidak praktis dilakukan di tempat kerja (Kartawa, 2003).

Gambar 5. Treadmill
Sumber: Kartawa, 2003

4. Field Test

Tes ini sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan alat khusus. Subyek

diminta berlari berdasarkan jarak atau waktu tertentu. Beberapa variasi dari tes ini

adalah (1) 12 minute run, (2) 1,5 mile run, (3) 2,4 km run test (Mackenzie, 2013).

Gambar 6. Lapangan Lintasan Test


Sumber: Mackenzie, 2013
23

h. Anaerobik
Daya tahan anaerobik adalah proses pemenuhan kebutuhan tenaga di dalam tubuh

untuk memanfaatkan glikogen agar menjadi sumber tenaga tanpa bantuan oksigen dari

luar. Oleh karena itu daya tahan anaerobik tidak seperti daya tahan aerobik, yaitu

merupakan proses pemenuhan kebutuhan energi yang tidak memerlukan bantuan

oksigen dari luar tubuh manusia, sedangkan kemampuan anaerobik itu sendiri dapat

diartikan sebagai kecepatan maksimal dengan kerja yang dilakukan menggunakan

sumber energi anaerobik.

Pendapat lain menyatakan bahwa anaerobik berarti bekerja tanpa menggunakan

oksigen dan hal ini terjadi ketika keperluan tubuh akan energi tiba-tiba meningkat (Joko

Purwanto, 2004: 40). Menurut Sukadiyanto (2011: 61) anaerobik adalah aktivitas yang

tidak memerlukan bantuan oksigen. Daya tahan anaerobik dibagi menjadi dua, yaitu:

(a) Daya tahan anaerobik laktit adalah kemampuan sesorang untuk mengatasi beban

latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu 10 detik sampai 120 detik; dan

(b) Daya tahan anaerobik alaktik adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi beban

latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu kurang dari 10 detik.

Djoko Pekik Irianto (2007: 72) menjelaskan bahwa daya tahan anaerobik dapat

diartikan sebagai suplemen untuk waktu singkat bagi daya tahan aerobik. Dalam

melakukan aktivitas anaerobik, contohnya pada saat berlari, sebelum energi aerobik

bekerja secara efektif terjadi kekurangan oksigen dalam otot terutama pada 20 sampai

30 detik pertama dari kegiatan tersebut. Sehingga daya tahan anaerobik,

memungkinkan terjadi penurunan oksigen dalam jumlah yang sangat besar, sehingga

sistem aerobik bisa bekerja lebih cepat. Kapasitas anaerobik adalah kemampuan
24

olahragawan untuk tetap dapat beraktivitas dalam keadaan kekurangan oksigen dan

tetap mampu memberikan toleransi terhadap akumulasi (penimbunan) asam laktat dari

sisa penggunaan energi anaerobik (Sukadiyanto, 2011: 162).

Ada beberapa cara untuk menentukan daya tahan anaerobik, diantaranya yang paling

populer adalah dengan Running-based Anaerobic Sprint Test (RAST). Uji RAST

merupakan suatu bentuk tes yang dapat mengukur kapasitas anaerobik seseorang yang

direpresentasikan dalam dua komponen utama yang dimunculkan, yaitu average power

atau rata-rata power dan fatigue indeks atau indek kelelahan. Untuk mengetahui

kapasitas anaerobik, yang digunakan adalah fatigue indeks atau indek kelelahan

(Marckenzie, 2005). Uji RAST pertama kali dikembangkan di University of

Wolverhampton (Inggris) tes untuk mengetahui kapasitas anaerobik atlet.

Untuk melaksanakan uji RAST diperlukan beberapa alat pendukung, diantaranya

adalah lintasan lurus yang ditandai dengan cone sepanjang 35 meter, peluit, dan stop-

watch. Selain itu dibutuhkan dua testor yang bertugas sebagai pencatatan data hasil tes

dan bertugas memberi aba-aba. Mekanisme pelaksanaan uji RAST sangatlah sederhana

dan tidak memerlukan banyak alat. Pertama, lintasan dan cone penanda jarak harus

sudah siap dengan lintasan sepanjang 35 meter. Kemudian probandus melakukan enam

kali repetisi lari cepat sejauh 35 meter, dengan fase istirahat setiap satu kali repetisi

selama 10 detik. Salah satu testor mencatat hasil tes yang berupa waktu dalam satuan

detik dan yang satunya lagi bertugas memberi aba-aba saat fase istirahat selama 10

detik. Sebagai langkah awal setelah didapatkan waktu lari sprint dari enam repetisi, kita

dapat mengetahui power minimum yang berupa nilai terendah diantara 6 kali repetisi,
25

power maksimum yang berupa nilai tertinggi diantara 6 kali repetisi dan indeks

kelelahan yang mencerminkan skor daya tahan anaerobik seseorang. Cara memasukkan

hasil waktu lari sprint 35 meter pertama hingga ke enam, data bisa dikonversi melalui

RAST Calculator atau ke dalam rumus sebagai berikut (Marckenzie, 2005).

Power Maksimal−Power Miniml


Indeks Kelelahan=
Total waktu dari enam kali sprint
Untuk menghitung power digunakan rumus force dikali kecepatan, force dapat

diperoleh dari berat badan dikali akselerasi, untuk mengetahui akselerasi kecepatan

dibagi waktu tempuh setiap 1 kali repetisi, dan untuk mengetahui kecepatan jarak

dibagi waktu tempuh setiap 1 kali repetisi. Penghitungan power bisa dilakukan dengan

langkah sebagai berikut :

Kecepatan = Jarak / waktu


Akselerasi = Kecepatan / waktu
Force = Berat badan x Akselerasi
Power = Force x Kecepatan

Setelah data keseluruhan dari enam kali repetisi didapatkan, dilakukan penghitungan

untuk mengetahui indek kelelahan. Sebelum diketahui indek kelelahan, dilakukan

penghitungan untuk mengetahui power satu per satu dari enam kali repetisi, untuk

menentukan power minimum dan power maksimum. Langkah selanjutnya selelah

diketahui power minimum dan power maksimum dapat dilakukan penghitungan indek

kelelahan. Berdasarkan hasil penelitian Widodo (2007: 57), bahwa uji RAST

merupakan jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur komponen kondisi fisik

daya tahan anaerobik dengan r = 0,9301 dan hasil uji validitas = 0,897 serta hasil uji

reliabilitas = 0,919, dengan demikian uji RAST ini bisa direkomendasikan untuk

mengukur kemampuan daya tahan anaerobik.

i. Hakekat Aktivitas Fisik


26

Aktivitas fisik adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi (Almatsier 2003; WHO

2010). Hal tersebut merupakan penunjang kebugaran seseorang. Dengan

melakukan suatu bentuk aktivitas fisik dapat meningkatkan imunitas dan dapat

mencegah dari paparan virus dan penyakit. Kegiatan ini merupakan perilaku

multidimensi yang kompleks. Banyak tipe aktivitas yang berbeda, tergantung

pada jenis kegiatannya. Contohnya: aktivitas pekerjaan meliputi mengasuh anak,

menyapu, berkebun, dll ; aktivitas transportasi misalnya jalan kaki, bersepeda ;

aktivitas waktu senggang misalnya berenang, menari, dll (Hardman & Stensel,

2003). Aktivitas fisik dapat mempengaruhi perkembangan, kesehatan, dan kinerja

otak.

Aktivitas fisik adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi (Almatsier 2003; WHO

2010). Hal tersebut merupakan penunjang kebugaran seseorang. Dengan

melakukan suatu bentuk aktivitas fisik dapat meningkatkan imunitas dan dapat

mencegah dari paparan virus dan penyakit. Kegiatan ini merupakan perilaku

multidimensi yang kompleks. Banyak tipe aktivitas yang berbeda, tergantung

pada jenis kegiatannya. Contohnya: aktivitas pekerjaan meliputi mengasuh anak,

menyapu, berkebun, dll ; aktivitas transportasi misalnya jalan kaki, bersepeda ;

aktivitas waktu senggang misalnya berenang, menari, dll (Hardman & Stensel,

2003).

Tingkat aktivitas fisik dapat diukur secara subjektif dengan laporan diri atau

dengan ukuran objektif. Partisipan diminta untuk mengingat kembali dan


27

menggambarkan tingkat aktivitas fisik mereka (jenis, frekuensi, durasi) dan

menggunakan alat untuk mengukur tingkat aktvitas fisik secara objektif. Terdapat

banyak instrumen yang dapat digunakan untuk menilai suatu tingkat aktivitas fisik

pada individu, salah satunya adalah Global Physical Activity Questionnaire

(GPAQ).

Menurut WHO, Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan

kuisioner aktivitas fisik global yang dikembangkan oleh WHO untuk pengawasan

aktivitas fisik di suatu negara. Informasi partisipasi aktivitas fisik dikumpulkan

dalam 3 domain, yakni: aktivitas di tempat kerja, pejalanan ke suatu tempat, dan

aktivitas rekreasi. Terdapat 16 item yang berkaitan dengan pekerjaan, perjalanan

aktif, aktivitas rekreasi terkait aktivitas fisik dan perilaku menetap. Instrumen

dilakukan dengan cara wawancara tatap muka. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan total MET per minggu dalam tiga domain dihitung dengab

menjumlahkan waktu yang dihabiskan untuk melakukan suatu aktivitas fisik, poin

batas untuk memenuhi rekomendasi dari WHO adalah 600 MET/minggu.

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang

dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan

khususnya yang berkaitan dengan penerapan modifikasi alat pembelajaran dengan

hasil yang bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang

relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Elsa Ariestika (2020) yang berjudul

“Aktivitas Fisik dan VO2Max: Tim Nasional Indonesia, apakah ada perbedaan
28

sebleum dan sesudah covid-19?”. Dari hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa atlet Timnas Indonesia memiliki aktivitas fisik dengan

kategori tinggi sebesar 80% dan kategori sedang sebesar 20%. Pada VO2Max

sebelum covid-19 menunjukkan kategori superior sebesar 50%, dan pada saat

pendimi covid-19, VO2Max atlet mengalami penurunan yang tidak jauh dengan

kategori good sebesar 40%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fadhiah Adilah (2013) yang berjudul “Analisis

antropometri, aktivitas fisik, dan tingkat VO2Max, serta kapasitas anaerobik pada

Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta tahun

2012”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan berdasarkan hasil uji korelasi

spearman didapatkan nilai korelasi tinggi (r= 0,622 ; p=0,002) pada subjek laki-

laki, nilai korelasi sangat tinggi (r= 0,860 ; p= 0,00) pada subjek perempuan.

Selain itu, juga didapatkan nilai korelasi sangat tinggi (r= 0,829; p=0,00) pada

subjek kelompok usia transisi remaja menjadi dewasa (18-20 tahun), dan nilai

korelasi sangat tinggi (r= 0,736 ; p= 0,00) pada subjek kelompok usia dewasa

muda.

J. Kerangka Berfikir

Berdasarkan pendapat serta teori-teori yang dikemukakan para ahli seperti yang

dipaparkan dalam tinjauan pustaka. Penelitian berpendapat antropometri, daya

tahan kardiorespirasi, anaerobik dan aktivitas fisik sangat mempengaruhi

penampilan atlet futsal Lampung Angels. Permainan futsal berlangsung selama 2 x

20 menit selama waktu tersebut suatu team harus berusaha memasukan bola ke

gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah gawang sendiri supaya tidak

kemasukan bola dari lawan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kondisi fisik yang
29

baik untuk memenangkan suatu pertandingan. Dalam waktu 2 x 20 menit

pertandingan akan terjadi banyak pergerakan yang utama dan mempengaruhi yaitu

membutuhkan daya tahan aerobik.

Daya tahan sangat dibutuhkan karena olahraga ini dilakukan dalam waktu yang

lama yaitu 2 x 20 menit. Dalam kurun waktu tersebut pemain dituntut mampu

bermain selama pertandingan berlangsung tanpa mengalami kelelahan yang berarti

dalam melakukan teknik dan taktik permainan futsal dan aktivitas fisik menjadi

alasan sebagai suatu gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi yang akan penunjang

kebugaran seseorang. Agar tampil maksimal dalam pertandingan futsal dibutuhkan

kondisi fisik yang baik, dengan demikian untuk mencapai prestasi futsal yang

maksimal, kondisi fisik di atas harus dalam keadaan yang prima. Untuk

memperolah kondisi fisik yang prima diperlukan latihan yang terprogram untuk

memeprtahankan performa atlet.

Agar lebih jelas gambaran antropometri, daya tahan kardiorespirasi, anaerobik, dan

aktivitas fisik yang berperan penting untuk atlet futsal Lampung Angels dapat

dilihat melalui tes MFT atau bleep tes dan juga menggunakan instrumen GPAQ

untuk mengukur aktivitas fisik serta tes RAST untuk mengukur kapasitas

anaerobik.

K. Metodologi Penelitian
30

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Sugiyono (2018:3) mengemukakan

bahwa metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan

percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-

fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Suharsimi

Arikunto yang dikutip oleh Wuryanto(2007: 20) bahwa penelitian deskriptif

merupakan penelitian non hipotesis, hanya menggambarkan seperti apa adanya

tentang suatu keadaan. Metode yang digunakan adalah survei, tekhnik pengambilan

data menggunakan angket, skor yang diperoleh dari angket kemudian dianalisis

menggunakan analisis diskriptif kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk

prosentase.

L. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 20 atlet futsal putri Lampung Angels yang masih aktif dalam

mengikuti proses latihan yang terikat kontrak.

M.Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan futsal CFC (Club Futsal Centre) yang

berlokasi di Jl. Abdul Muis, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar

Lampung. Khususnya pada atlet futsal Lampung Angels


31

2. Waktu Penelitian

Lama waktu penelitian yang dilakukan dalam Penelitian ini yaitu satu bulan.

N. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk

pengambilan atau pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah

(Suharsimi Arikunto 2006:160).

Instrumen dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang diukur instrumen Global

Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk mengukur tingkat aktivitas fisik

sedangkan daya tahan kardiorespiarsi diukur dengan metode Bleep Test.

Kemudian, kapasitas anaerobik diukur menggunakan Running-based anaerobic

Sprint Test (RAST).

1) Instrumen Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kuisioner aktivitas fisik

global yang merupakan kuisioner yang dikembangkan oleh WHO untuk survey

aktivitas fisik di seluruh negara di dunia. Di dalam kuisioner mengumpulkan

informasi tentang partisipasi aktivitas fisik dalam tiga pengaturan serta perilaku

menetap, yang terdiri dari 16 pertanyaan (P1-P16) dengan domain pada : (1)

aktivitas fisik di tempat kerja (activity at work), (2) berpergian dan berkunjung

dari mana saja (travel to and from places), (3) aktivitas rekreasi (recreational

activities) [ CITATION WHO \l 1033 ]. Pertanyaan tersebut telah

diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Instrumen Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)


32

Aktivitas Fisik

Aktivitas Saat Belajar/Bekerja

Kode (Aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas rumah tangga, dll).

Pertanyaan Jawaban

P1 Apakah aktivitas sehari- hari Anda, termasuk aktivitas 1. Ya


berat (seperti menggunakan beban latihan pada kaki untuk
2. Tidak
peningkatan hasil shooting futsal)?
(langsung ke P4)
P2 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan aktivitas
Hari …
berat yang melibatkan metode latihan futsal?

P3 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan Jam ...


aktivitas fisik berat?
Menit …

P4 Apakah aktivitas sehari-hari Anda termasuk aktivitas futsal 1. Ya


dengan intensitas sedang yang menyebabkan peningkatan
2. Tidak
nafas dan denyut nadi (minimal 10 menit secara kontinyu)?
(langsung ke P7)

P5 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan aktivitas


Hari …
berlatih dengan intensitas sedang?

P6 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda melakukan Jam …


aktivitas berlatih dengan intensitas sedang?
Menit ...

Perjalanan ke dan dari Tempat Aktivitas


(Perjalanan ke tempat aktivtias, berbelanja, beribadah diluar, dll)

P7 Apakah Anda diluar latihan futsal melakukan 1. Ya


aktivitas seperti berjalan kaki atau bersepeda untuk
2. Tidak
pergi ke suatu tempat minimal 10 menit kontinyu?
(langsung ke
P10)

P8 Berapa hari dalam seminggu Anda diluar latihan


futsal melakukan aktivitas seperti berjalan kaki Hari …
atau bersepeda untuk pergi ke suatu tempat?

P9 Berapa lama dalam sehari biasanya Anda diluar Jam ...


latihan futsal melakukan aktivitas seperti berjalan
kaki atau bersepeda untuk pergi ke suatu tempat? Menit ...

Aktivitas Rekreasi (Olaraga, fitnes, dan rekreasi lainnya)

P10 Apakah Anda diluar latihan futsal melakukan aktivitas 1. Ya


olahraga lain seperti fitness, atau rekreasi yang berat
2. Tidak
seperti lari, atau rekreasi lainnya yang mengakibatkan
(langsung ke
33

peningkatan nafas dan denyut nadi secara besar


P13)
(minimal dalam 10 menit secara kontinyu)?

P11 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda diluar


latihan futsal melakukan aktivitas olahraga lain seperti Hari ...
melakukan fitness, atau rekreasi yang tergolong berat?

P12 Berapa lama dalam sehari biasanya anda diluar latihan Jam ...
futsal melakukan aktivitas olahraga lain seperti
melakukan fitness, atau rekreasi yang tergolong berat? Menit ...

P13 Apakah Anda diluar latihan futsal melakukan aktivitas


olahraga lain seperti fitness, atau rekreasi yang 1. Ya
tergolong sedang seperti berjalan cepat, bersepeda,
2. Tidak
berenang, voli yang mengakibatkan peningkatan nafas
(langsung ke
dan denyut nadi (minimal dalam 10 menit secara
P16)
kontinyu)?

P14 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda diluar


latihan futsal melakukan aktivitas olahraga lain seperti
Hari …
melakukan fitnes, atau rekreasi lainnya yang tergolong
intensitas sedang?

P15 Berapa lama dalam sehari biasanya anda diluar latihan


futsal melakukan aktivitas olahraga lain seperti Jam ...
melakukan, fitness, atau rekreasi yang tergolong Menit ...
intensitas sedang?

Aktivitas Menetap (Sedentary Behavior)


Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk
saat di kendaraan, menonton televisi, atau berbaring, KECUALI tidur.

P16 Berapa lama Anda duduk atau berbaring dalam Jam ...
sehari ketika tidak melakukan latihan futsal?
Menit ...
Sumber: WHO, 2012

2) Instrumen Daya Tahan Kardiorespirasi

Dalam mengukur daya tahan kardirespirasi dengan kapasitas aerobik maksimal

(VO2Max) atlet futsal Lampung Angels dilakukan dengan cara Bleep Test.

Menurut Nurhasan & Hasanudin Cholil (2007: 76) perlengkapan yang

digunakan yaitu: (1) rekaman suara irama tes bleep, (2) sound speaker, (3)

lintasan lari dengan jarak yang bermarka 20 meter pada permukaan yang datar,
34

rata, dan tidak licin, (4) kerucut pembatas atau cone (7) formulir penilaian.

Prosedur pelaksanaan tes bleep adalah sebagai berikut:

1. Tes bleep dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolak-balik, yang

dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap yang semakin lama semakin

cepat hingga atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, berarti

kemampuan maksimalnya pada level bolak-balik tersebut.

2. Waktu setiap level 1 menit

3. Pada level 1 jarak 20 meter di tempuh dalam waktu 8,6 detik dalam 7 kali

bolak-balik.

4. Pada level 2 dan 3 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 7,5 detik dalam 8 kali

bolak-balik

5. Pada level 4 dan 5 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 6,7 detik dalam 9 kali

bolak-balik, dan seterusnya.

6. Setiap jarak 20 meter telah di tempuh, dan pada saat setiap akhir level, akan

terdengar bunyi 1 kali.

7. Start dilakukan dengan berdiri, dan kedua kaki di belakang garis start. Dengan

aba-aba “siap ya”, atlet lari sesuai dengan irama menuju garis batas hingga satu

kaki melewati garis batas.

8. Bila tanda bunyi belum terdengar, atlet telah melampaui garis batas, tetapi

untuk lari balik harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila telah ada tanda

bunyi atlet belum sampai pada garis batas, atlet harus mempercepat lari sampai

melewati garis batas dan segera kembali lari ke arah sebaliknya.

9. Bila dua kali berurutan atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari berarti

kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikan tersebut.


35

10. Setelah atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, atlet tidak boleh

langsung berhenti, tetapi tetap meneruskan lari pelan-pelan selama 3-5 menit

untuk cooling down.

Gambar 7. Lintasan Bleep Test

3) Instrumen Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri dengan menggunakan penguukuran berat badan,

tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Data ukuran-ukuran

antropometri yang diambil pada saat pengukuran adalah sebagai berikut:

a) Tinggi Badan (TB)

Siapakan pengukur tinggi badan atau stadiometer, kemudian cek alat

dengan tiang alat tegak turus terhadap dinding, serta cek juga jendela baca

dapat digeser naik ataupun turun serta angka terlihat dengan jelas.

Subjek memakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat

terlihat dengan jelas. Jika perlu mengganti pakaian yang disesuaikan.

Lepaskan alas kaki (sandal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan, topi, ikat

rambut, jilbab tebal sebaiknya diganti dengan jilbab yang tipis).

b) Berat Badan (BB)


36

Pada pelaksanaan pengukura berat badan, subjek menggunakan pakaian

seminimal mungkin, buka alas kaki (sepatu dan sandal), keluarkan benda-

benda berat yang akan mempengaruhi hasil pengukuran seperti kunci,

telepon seluler, dompet, ikat pinggang. Timbangan diukur menggunakan

timbangan massa.

c) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Atikah Proverawati (2010: 82) menjelaskan, indeks massa tubuh (IMT)

adalah suatu pengukuran yang menghubungkan atau membandingkan

antara berat badan dengan tinggi badan. Pengukuran berat badan dapat

dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan. Sementara

pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan

stadiometer.

4) Instrumen Anaerobik

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur daya tahan

anaerobik peneliti menggunakan Running-based Anaerobic Sprint Test

(RAST). Tujuan tes ini untuk mengukur daya tahan anaerobik Dengan

validitas = 0,897 serta hasil uji reliabilitas = 0,919 Untuk melaksanakan uji

RAST diperlukan beberapa alat pendukung, di antaranya adalah:

a) Alat/fasilitas : Lintasan lurus, rata, tidak licin, lintasan lari sepanjang 35

meter, Bendera start, Peluit, Cones, Stop watch

b) Pelaksanaan :

Sikap permulaaan peserta berdiri dibelakang garis start Pada aba-aba

“siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari. Pada aba-aba

“YA” dengan di bunyikannya peluit peserta lari secepat mungkin,


37

menempuh jarak 35 meter, selama 6 repetisi, dan repetisi tiap satu repetisi

istirahat 10 detik dan terus dilakukan sampai repetisi ke 6.indek

kelelahan.

c) Skor

Dalam enam kali melakukan setiap waktu yang tercatat akan diolah

melalui perhitungan yang akan memunculkan max power, minimum

power, average power dan fatigue index (tingkat kelelahan), semakin

rendah (10) fatigue indexnya semakin baik daya tahan anaerobiknya.

d) Hasil pengukuran

Mencatat masing-masing waktu antar repetisi sejak aba-aba “YA” hingga

bunyi “pluit” tanda waktu selesai yang didapat selama lari 6 repetisi,

kemudian data di konversi melalui RAST Calculator untuk mengetahui

indek kelelan yang menunjukkan dari kemampuan kapasitas anaerobik.

Gambar 8. Lintasan RAST 35 meter

O. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, pada tahap awal dilakukan analisis statistik deskriptif

kuantitatif dalam persentase terhadap data menggunakan SPSS versi 22, untuk

menentukan nilai MET yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean, dan

standar deviasi. Penghitungan total aktivitas fisik digunakan rumus sebagai berikut:

Total Aktivitas Fisik MET menit/minggu = [(P2 x P3 x 8) + (P5 x P6 x


4) + (P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]
38

Sumber: (WHO, 2012).

Kemudian hasil aktivitas fisik dianalisis untuk mengetahui persentase responden

dengan klasifikasi penilaian aktivitas fisik total (MET menit / minggu) yang

dikategorikan menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:

Tabel 2. Kategori Penilaian Total Aktivitas Fisik


MET menit/minggu Katagori
≥ 3000 Tinggi
≥ 600-3000 Sedang
< 600 Rendah
Sumber: (WHO, 2012).

Teknik analisa data yang digunakan pada variabel Daya Tahan Kardiorespirasi

dengan menggunakan bleep test dianalisa distribusi frekuensinya dengan

dikategorikan sesuai norma. Adapun tabel norma pengkategorian tingkat kapasitas

aerobik bedasarkan bleep test yang dikutip The Cooper Institute For Aerobics

Research dalam Brianmac (2018: 1) sebagai berikut:

Tabel 3. Norma Pengaketgorian Bleep Test Atlet Putri


Skor VO2Max Klasifikasi
>52.6 Superior / sangat tinggi
49.3 – 52.5 Excellent / sangat baik
43.9 – 48.7 Good / Baik
39.9 – 43.3 Fair / sedang
33.0 – 39.2 Poor / rendah
< 31.5 Very Poor / sangat rendah

Pada variabel anaerobik teknik analisis data menggunakan rast berukuran 35

meter dianalisa distribusi frekuensinya dengan dikategorikan sesuai norma.

Adapun tabel norma pengkategorian tingkat kapasitas anaerobik adalah sebagai

berikut:

Tabel 4. Normal kategori anaerobik


39

No. Katagori Interval

1 Sangat baik X < 5.39


2 Baik 5.39 < x < 5.79
3 Sedang 5.79 < x < 6.16
4 Kurang baik 6.19 < x < 6.59
5 Sangat kurang X > 6.59

Pengukuran statistik untuk antropometri dengan TB, BB dan kemudian hasil

perhitungan IMT dapat dirumuskan dengan cara yaitu sebagai berikut:

Berat Badan(kg)
IMT
Tinggi Badan ( m )

dikalkulasikan dengan tabel kategori status gizi BMI menurut Center of Desease

Control and Prevention (CDC) sebagai berikut:

Tabel 5. Kategori Status Gizi IMT untuk usia 16-25 tahun


Batas Persentil Kategori
< Persentil ke 5 Kurang
Persentil ke 5 dan < Persentil ke 85 Baik
Persentil ke 85 dan < Persentil 95 Lebih
>Persentil 95 Obesitas
Sumber: NCHS (2013)

Kemudian distribusi frekuensi dari data yang telah dikategorikan berdasarkan

norma tersebut dituangkan dalam persentase. Menghitung persentase responden

yang masuk pada kategori tertentu disetiap aspek menurut Anas Sudijono (2011:

372), adalah sebagai berikut:

f
P= ×100 %
N

Keterangan :
P : Persentase keberhasilan
f : Jumlah gerakan yang dilakukan benar
N : Jumlah subjek yang mengikuti tes
40

DAFTAR PUSTAKA

Adhikarmika Uliyandari (2009). Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap


Perubahan Nilai Konsumsi, Oksigen Maksimal (VO2Max) Pada Siswi
Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13 Tahun. Karya Tulis
Ilmiah Universitas Diponegoro.

Adliah, F. (2012). Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Tingkat VO2 Max
Pada Mahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar: Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin.

Anas Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Ando, T., Piaggi, P., Bogardus, C., & Krakoff, J. (2019). VO2Max is associated
with measures of energy expenditure in sedentary condition but does not
predict weight change. Metabolism: Clinical and Experimental, 90, 44–
51. https://doi.org/10.1016/j.metabol.2018.10.012

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Ariestika, E., Widiyanto, W., & Nanda, F. A. (2020). Physical activities and vo2
max: Indonesian national team, is there a difference before and after
covid-19?. Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran, 6(3), 752-
763.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Brian Mac. 2018. Circuit Training. Diakses pada:


https://www.brianmac.co.uk/circuit.htm . [Online]. Desember 2020.

Debbian, A., & Rismayanthi, C. (2016). Profil Tingkat Volume Oksigen


Maskimal. Jurnal Olahraga Prestasi, 12(2), 19–30.

Dimas, K., & . (2020). Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease


(Covid-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).

Erlina RA, dan Ripto. (2020). Pneumonia Covid-19 Diagnosis


danpenatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia.

Fathiyah Isbanilah dkk. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-


19. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pencegahan
41

dan Pengendalian Penyakit P2P.

Fox E.L, Bowers R.W, Foss M.L. (2003). The Physiological Basis for Exercise
and Sport. 5th. Ed. Boston-USA. WCB/McGraw-Hill (Vander, 2001).
Hardman, E.A. dan Stensel J.D (2003). Physical Activity And Health: The
Evidence Explained. London: Routledge

Harsono. (1996). Coaching dan Aspek-aspek psikologis dalam Coaching. Jakarta:


C.V.Tambak Kusuma

Irawadi, Hendri. 2011. Kondisi Fisik dan Pengukuran. Padang : UNP

Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : UNS Press

Kemper, H. C. G. (2008). Physical activity in youth: Health implications for the


future. The Young Athlete, Twisk, 127–140.
https://doi.org/10.1002/9780470696255.ch10

Levitzky, Michael G. 2007. Pulmonary Physiology, 7nd ed. Kota : McGraw-Hill.


p.3.

Lili, S. S., & Dyah, E. M. (2017). Buku Saku Ayo Bergerak Lawan Diabetes.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,.

McKenna, S., Kelly, G., & Kennedy, N. (2019). A survey of physiotherapists’


current management and the promotion of physical activity, in people
with rheumatoid arthritis. Disability and Rehabilitation, 41(18), 2183–
2191. https://doi.org/10.1080/09638288.2018.1461258

Mcmurray, dan Meredith C. (2014). Exercise and fitness. In : Rickert V, editor.


Adolescent nutrition assesment and management. New York : Chapman
& Hall. p. 25-41.

Murhananto (2008), Dasar-dasar Permainan Futsal. Jakarta: Kawan Pustaka.

Organ, D.W.,Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B.(2006). Organizational


Citizenship Behavior: Physical Activity. CA: Sage.

Prakoso, G. P. W., & Sugiyanto, F. (2017). Pengaruh metode latihan dan daya
tahan otot tungkai terhadap hasil peningkatan kapasitas VO2Max pemain
bola basket. Jurnal Keolahragaan, 5(2), 151.
https://doi.org/10.21831/jk.v5i2.10177

Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, R. (2020). COVID-
19 infection: Origin, transmission, and characteristics of human
coronaviruses. Journal of Advanced Research.
42

Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Syafruddin. (1992). Pembebanan Latihan Dalam Pembinaan Prestasi Olahraga.


Jakarta: Alfabeta.

Teramoto, M., & Golding, L. A. (2006). Research in Sports Medicine : An


International Journal Low-Intensity Exercise , Vascular Occlusion , and
Muscular Adaptations. Research in Sports Medicine, 14(4), 259–271.

WHO. (2012). Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide.


Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai