Kel. 5 Komunikasi 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN

SESAMA PERAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Komunikasi Dalam Keperawatan I

DOSEN PENGAMPU:

Dewi Ika Sari Hari Poernomo, SST., M.Kes

OLEH:

1. Adek Yentus Sianipar (01.2.20.00711)


2. Lidia Endah Febriyanti S (01.2.20.00723)
3. Maria Yosephina Diaz Putri Vania (01.2.20.00725)
4. Oktavianus Aris Setiawan (01.2.20.00728)
5. Putri Gabriella Sihombing (01.2.20.00730)
6. Timotius Yansen Andi Putra (01.2.20.00735)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020 atau 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari kelompok 5 ini yang telah bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 14 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Komunikasi Efektif..........................................................................................................3
2.2 Komunikasi Interpersonal..................................................................................................................4
2.3 Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan.................................................................................5
2.3.1 Hubungan perawat-pasien...............................................................................................................5
2.3.2 Komunikasi Antara Perawat Dengan Tenaga Kesehatan Lainnya..................................................8
2.4 Efektivitas Komunikasi Interpersonal..............................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Melalui komunikasi manusia
dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah
ditempat kerja, pasar, masyarakat, atau dimanapun manusia berada. Tidak ada manusia
yang tidak ada terlibat dalam komunikasi. Komunikasi begitu sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena harus diakui bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi
karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, dengan
berkomunikasi secara efektif maka, kegitan-kegitan yang sering dilakukan manusia bisa
berjalan dengan baik. Tanpa adanya komunikasi dengan baik mengakibatkan ketidak
teraturan dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik itu di rumah maupun dalam suatu
organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia itu berada.

Komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan


perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat komunikasi tersebut.
Tujuannya adalah, memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang di sampaikan
antara pemberi atau komunikator kepada penerima atau komunikan sehingga bahasa lebih
jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan bahasa
nonverbal secara baik dan benar sehingga tidak menimbulkan gangguan atau noise.

Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik


dengan tenaga kesehatan yang lain yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang
rasa yang tinggi agar tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pemahaman Umum tentang Komunikasi Efektif ?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi personal dengan tenaga ?
3. Apa saja cakupan, tujuan dan manfaat dari komunikasi kesehatan?
4. Apa peranan komunikasi kesehatan dalam pembangunan kesehatan dan
5. Apa saja tantangan yang akan dihadapi kedepannya?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pemahaman Umum tentang Komunikasi Efektif
2. Mengetahui sikap dan berperilaku dalam Komunikasi.
3. Mengetahui tentang Komunikasi personal.
4. Mengetahui komunikasi dalam Penyampaian Berita.
5. Mengetahui berkomunikasi dengan tenaga .
1.4. Manfaat Penulisan
Dengan membuat dan membaca makalah ini, kita sebagai calon tenaga medis yang
profesional dapat mengetahui dan menambah wawasan baru agar mampu menyambut klien
dengan hangat, menanyakan tentang keadaan mereka, menanyakan masalah-masalah yang
mereka hadapi, membantu menangani masalah yang mereka hadapi, dapat memberikan
penjelasan atau pemahaman, dan dapat melakukan tindakan lanjut

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor keselamatan
pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya seperti komunikasi di
bidang pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi efektif dalam bidang pelayanan
rumah sakit memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan
komunikasi yang terlibat sangat banyak, informasi yang dibutuhkan sangat banyak, serta
menyangkut dengan emosi pasien atau keluarga pasien, dan petugas kesehatan yang cukup
tinggi.Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan informasi dan komunikasi
yang efektif di rumah sakit menjadi hal menarik untuk dibahas.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap


(attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. proses komunikasi efektif
artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar informasi, ide,
kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai
dengan harapan. Sederhananya, komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana
komunikan mengerti apa yang di sampaikan dan melakukan apa yang komunikator
inginkan.

Menurut Jalaluddin dalam buku Psikolog Komunikasi menyebutkan, komunikasi


yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan. Berikut ini adalah syarat-syarat untuk berkomunikasi secara
efektif adalah antara lain :

1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.


2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang
dapat menguntungkannya.

3
5. Pesan dapat menumbuhkansesuatupenghargaan atau reward di
pihak komunikan.

2.2 Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi antar personal atau
komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu untuk
saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu lainnya. Atau dengan kata
lain, komunikasi interpersonal adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap
individu mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta informasi lainnya secara
tatap muka kepada individu lainnya.

Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli,


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal dapat dipandang


sebagai komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.
2. Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang
menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-
antara dua orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang
sama bagi pembicara dan pendengar.
3. Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan
nonverbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling
tergantung satu sama lain.
4. Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi
antara dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal


adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan interpersonal antara dua orang
atau lebih, baik secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan
makna.

Komunikasi interpersonal efektif adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka
dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan,
kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku

4
seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.

Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu
componential dan situational.

1. Komponensial
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen
utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan
situasi yang mendukung disekitarnya.
2.3 Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan
2.3.1 Hubungan Komunikasi dengan Pasien Perawat

Jenis komunikasi yang dipakai dalam hubungan komunikasi dengan pasien perawat yaitu
komunikasi verbal, tertulis, dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik
sebagai berikut:
a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Komunikasi verbal yang efektif yang harus diperhatikan yaitu:
a) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.
b) Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan
jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan

5
istilah yang dimengerti klien.
c) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat
penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d) Selaan dan kesempatan bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu,
memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata..
Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu
lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
e) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
f) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
b. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-
verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Sikap pada saat melakukan komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
1. Metakomunikasi.
contoh : tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan personal

6
3. Intonasi (nada suara)
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien
4. Ekspresi wajah. Menjaga Kontak mata
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien.
Ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan ekspresi wajah.
6. Sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap
isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

a) Orang yang kita ajak bicara. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu
diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi
pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara
adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam
berkomunikasi
b) Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi
dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu
hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu
sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang
mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyadari nilai seseorang.
c) Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
d) Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam
berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi.
Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
e) Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita

7
harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
f) Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan
atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
g) Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa
untuk berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
2.3.2 Komunikasi Antara Perawat Dengan Tenaga Kesehatan Lainnya.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan
terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan
apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat
dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi
hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang
tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya
1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan
asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif
dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat
bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan
dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes
pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
bagaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan

8
dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan
data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah- istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah
medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan. Komuniaksi antara
perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling
berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter
sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan
baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
2. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis)
lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai
kemajuan klien secara bersama- sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang
yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis
untuk perawatan lebih jauh. Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai
penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas.
3. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi
atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan
system pemberian obat Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan

9
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga
Kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang
tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi
memberikan informasi tentang obat- obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau
yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari
bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat
dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang
obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak
setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu dalam
pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat
tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang
bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua
arah yang baik antara.
5. Hubungan antara Perawat dengan Perawat
Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan S.Kep
maupun DIII Keperawatan (Am.Kep) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan

10
saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapatr mengadakan pendekatan yang
baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama
perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien.
Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik
dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling
toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antartenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan hubungan
intrapersonala.
2.4 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (Devito, 1997,
hal.259-264) yang dipertimbangkan yaitu:

1. keterbukaan (openness),
2. empati (empathy),
3. sikap mendukung (supportiveness),
4. sikap positif (positiveness), dan
5. kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (Openness)
Komunikator interpersonal yang efektif haruslah dapat terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. hal Ini tidaklah berarti bahwa orang harus membukakan semua
riwayat hidupnya. Aspek keterbukaan ini mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek terbuka menyangkut
“kepemilikan” perasaan serta pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam arti
iyalah mengakui bahwa perasaan serta pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik
anda serta anda bertanggung jawab atasnya.

11
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati iyalah sebagai ”kemampuan seseorang
untuk dapat ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada saat
tertentu.”berempati iyalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada
di kapal yang sama serta merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif merupakan hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan
karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka serta empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap
a. deskriptif, bukan evaluatif,
b. pontan, bukan strategic,
c. provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan dua
cara menyatakan sikap positif secara secara positif dapat mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi.
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. perasaan
positif untuk situasi komunikasi ini pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang
efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya
setara. dalam arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai serta berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk dapat disumbangkan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap
profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. .Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan


pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak
bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.
3.2 Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa
yang sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aprianingsih., Hippy, N. S. I., 2003. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Ed. 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC

Basuki, Endang, 2008. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Dalam Majalah


Kedokteran Indonesia vol. 58 no. 9

Sudarma, M. 2008. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Kumala, P. 1995. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Volume I), Penulis: Potter &
Perry, Penerbi

14

Anda mungkin juga menyukai