Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Khaerul fahmi
2. Lady diana
3. Baiq seriani
4. Hardianto
5. Bayu candra susanto

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TA. 2021           
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa
oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curahjantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Kadang orang salah
mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal jantung
menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban
kerjanya.

2. Epidemiologi

Prevalensi gagal jantung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ada dua
faktor utama yang memberi kontribusi terhadap peningkatan insidens gagal jantung pada
beberapa dekade terakhir. Yang pertama, meningkatnya umur harapan hidup membuat
proporsi penduduk usia lanjut bertambah besar. Yang kedua, di era modern ini inovasi
terapi membuat berbagai kasus kegawatan kardiovaskular dapat diselamatkan, namun
menyisakan masalah berupa gangguan fungsi pompa jantung akibat rusaknya sebagian
otot jantung. Meskipun berbagai pendekatan terapi gagal jantung meliputi terapi
farmakologis, prosedur intervensi dan pembedahan telah banyak ditawarkan, kematian
penderita gagal jantung masih sangat tinggi apabila penyebabnya tidak teratasi. Ketika
diagnosa gagal jantung ditegakkan, maka dapat diramalkan berapa lamakah seseorang
akan bertahan hidup. Telah dilaporkan, bahwa ketahanan hidup seorang penderita gagal
jantung bahkan lebih buruk dari penderita kanker ganas. Pada tahun ketiga, hanya 24
persen penderita gagal jantung yang masih bertahan hidup.

3. Penyebab

Penyebab dari gagal jantung adalah :

- Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi.

- Aterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot


jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

- Hipertensi Sistemik / Pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi


serabut otot jantung.
- Peradangan dan Penyakit Miokardium

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

- Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,


perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.

- Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas  elektrolit juga dapat
menurunkan  kontraktilitas jantung.

4. Patofisiologi

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi


arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi
secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung


karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan
salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

5. Klasifikasi

Menurut derajat sakitnya:

1. Derajat 1: Tanpa keluhan – Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: Ringan – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka kluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat – tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas.
Menurut lokasi terjadinya :

1. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnu, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan
kegelisahan.

2. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal
ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali
dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema akstremitas bawah
yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga
peritonium), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

6. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi ialah :

- Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.

- Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata

- Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

7. Gejala Klinis

 Sesak napas
 Merasa lelah
 Tidak ada nafsu makan
 Bengkak di pergelangan kaki, kaki, tungkai (kadang perut)
 Batuk (yang semakin memburuk pada malam hari atau ketika berbaring)
 Berat badan bertambah
 Sering berkemih
 Nyeri dada, angina akut/kronis
 Nyeri abdomen kanan atas
 Insomnia

8. Pemeriksaan Fisik

-  Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun alam keadaan berustirahat)
-  Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang distensi. Murmur
dapat menunjukkan inkompetensi / stenosis katup.

-  Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.

-  Tekanan darah

-  Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer sekunder) dan
sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung Kronis). Area yang sakit sering berwarna
biru/belang karena peningkatan kongesti vena

-  Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan
tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi
bila pasien tidur.

-  Perubahan pada sensori. 

9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

 EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung


 Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
 Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan
cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
 Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang
pada gagal jantung akan meningkat.

10.  Diagnosis

 Kriteria Mayor

- Dispnea nokturnal paroksismal/ortopnea

- Peningkatan tekana vena jugularis

-  Ronki basah tidak nyaring

-  Kardiomegali

-  Edema Paru Akut

-  Irama derap S3

-  Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O


- Refluks hepatojugular

 Kriteria Minor

-  Edema pergelangan kaki

-   Batuk malam hari

-   Dspneu d’effort

-   Hepatomegali

-   Efusi pleura

-   Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum

-   Takikardi (> 120x/menit)

 Kriteria Mayor/Minor

- Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 3 hari setalh terapi

11.  Therapy

 Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan


 Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi
beban kerja jantung
 Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah agar beban jantung berkurang
 Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian Primer yang dilakukan meliputi :

Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
jalan nafas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan
nafas bersih . Dilakukan juga pengkajian adnya suara nafas tambahan seperti snooring.

Breathing

Frekwensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada,
adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.

Circulation

Dilakukan pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

Pengkajian Sekunder yang dilakukan antara lain :

-  Anamnesis dapat menggunakan pola AMPLE ( Alergi, Medikasi, Past Illness, last meal,
environment.)

-  Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan
pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks, dll. 

Kumpulan data :

a. Identitas

b. Riwayat Penyakit Sebalumnya

c. Data Bio-psiko-sosial-spiritual

 Aktivitas atau istirahat


 Sirkulasi
 Integritas ego
 Nuorosensorik
 Rasa nyaman
 Pernafasan
 Keamanan
 Interksi sosial
 Pembelajaran

d. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, warna kulit, turgor kulit.

      Gejala kardinal:

- Suhu

- Nadi

 Frekwensi
 Irama
 Ciri denyutan

- Tensi

-  Respirasi

2. Analisa Data

- Data subyektif

 Pasien mengatakan mengalami keterbatasan beraktivitas terhadap diri


sendiri atau orang lain

 Pasien mengatakan kesulitan saat bernafas


 Pasien mengatakan bahwa dadanya terasa sakit (nyeri)
 Pasien mengatakan cepat lelah saat melakukan aktifitas

- Data obyektif

 Pasien tampak sianosis


 Dispenea
 Pasien mengalami takikardia

3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat oksigenasi yang tidak
adekuat.
2. Aktivitas terganggu berhubungan dengan kelelahan akibat dispnu.
3. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pitting edema.
4. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia &
mual.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.

4. Rencana Tindakan

D1.   Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat oksigenasi yang tidak
adekuat.

Tujuan : Pasien dapat bernafas normal.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri :
 
Pantau pemasukan/ pengeluaran.
Evaluator langsung status cairan. Peubahan tiba-
Hitung keseimbangan cairan, catat
tiba pada berat badan dicurigai kehilangan/
kehilangan tak kasat mata. Timbang
retensi cairan.
berat badan sesuai indikasi.
Evaluasi turgor kulit, kelembaban
Indikator langsung status cairan/ perbaikan
membran mukosa, adanya edema
ketidakseimbangan.
dependen/ umum.
Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan oleh
Pantau tanda vital (tekanan darah, hipotensi dan takikardi, karena jantung mencoba
nadi, frekuensi, pernafasan). untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya cairan/ terjadinya gagal mungkin dimanifestasikan
krekels. oleh hipertesi, takikardi, takipnea, krekels, distres
pernapasan.
Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau
Kaji ulang kebutuhan cairan. Buat
diberikan terus. Pemberian informasi melibatkan
jadwal 24 jam dan rute yang
pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan
digunakan. Pastikan minuman/
individu dan meningkatkan rasa terkontrol dan
makanan yang disukai pasien.
kerjasama dalam program.
Hilangkan tanda bahaya dan
ketahui  dari lingkungan. Berikan Dapat menurunkan rangsang muntah.
kebersihan mulut yang sering.
Anjurkan pasien untuk minum dan
makan dengan perlahan sesuai Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
indikasi.
 
Kolaborasi :
Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah
Berikan cairan IV melalui alat
dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin
kontrol.
diperlukan bila pasien GJK.
Pemberian antiemetik, contoh
Dapat membantu menurunkan mual/ muntah
proklorperazin maleat (compazine),
(bekerja pada sentral, daripada di gaster)
trimetobenzamid (tigan), sesuai
meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
indikasi.
Pantau pemeriksaan laboratorium
Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan
sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/
penyebab/ efek ketidakseimbangan.
kreatinin, protein plasma, elektrolit.

D2.   intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat dispnu.

         Tujuan : Pasien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri :  

Kaji respon pasien terhadap aktifitas, perhatikan Menyebutkan parameter


frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas membantu dalam mengkaji
frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata respon fisiologi terhadap stres
selama/ sesudah aktifitas (tekanan sistolik meningkat aktivitas dan, bila ada
40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 mmHg) merupakan indikator dari
; dispnea atau nyeri dada;keletihan dan kelemahan kelebihan kerja yang berkaitan
yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan. dengan tingkat aktifitas.
Teknik menghemat energi
Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan
mengurangi penggunaan energi,
energi, mis; menggunakan kursi saat mandi, duduk
juga membantu keseimbangan
saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan
antara suplai dan kebutuhan
aktifitas dengan perlahan.
oksigen.
Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ jantung tiba-tiba. Meberikan
perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, bantuan hanya sebatas
berikan bantuan sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan
aktivitas.

D4.   Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pitting edema.


         Tujuan : Edema pada pasien hilang.

Tindakan/ intervensi Rasional


 

Mandiri : Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat


(khususnya selama sehari) karena penurunan
Pantau haluaran urine, catat jumlah dan perfusi ginjal. Posisi telentang membantu
warna saat hari dimana diuresis terjadi. diuresis; sehingga haluaran urine dapat
ditingkatkan pada malam/ selama tirah
baring.
Terapi diuretik dapat disebabkan oleh
Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan kehilangan cairan tiba-tiba/ berlebihan
dan pengeluaran selam 24 jam. (hipovolemia) meskipun edema/ asites masih
ada.
Buat jadwal pemasukan cairan, digabung
Melibatkan pasien dalam program terapi
dengan keinginan minum bila mungkin.
dapat meningkatkan perasaan mengontrol
Berikan perawatan mulut/ es batu sebagai
dan kerja sama dalam pembatasan.
bagian dari kebutuhan cairan.
Catat perubahan ada/ hilangnya edema
sebagai respons terhadap terapi.
Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang
Timbang berat badan tiap hari. lebih 2L cairan. Sebaliknya, diuretik dapat
mengakibatkan cepatnya kehilangan/
perpindahan cairan dan kehilangan berat
badan.
Pembentukan edema, sirkulasi melambat,
Ubah posisi dengan sering. Tinggikan kaki gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi/
bila duduk. Lihat permukaan kulit, tirah baring lama merupakan kumpulan
pertahankan tetap kering dan berikan stresor yang mempengaruhi integritas kulit
bantalan sesuai indikasi. dan memerlukan intervensi pengawasan
ketat/ pencegahan.
Kelebihan volume cairan sering
Auskultasi bunyi napas, catat penurunan
menimbulkan kongesti paru. Gejala edema
dan/ bunyi tambahan, contoh krekels,
paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
mengi. Catat adanya peningkatan
akut. Gejala pernapasan pada gagal jantung
dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea
kanan (dispnea, batuk, ortopnea) dapat
noktural paroksimal, batuk persisten.
timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.

D5.   Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia & mual.

         Tujuan : Nafsu makan pasien meningkat, supan nutrisi pasien adekuat.
Tindakan/ intervensi Rasional
Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena
Mandiri :
dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyak
pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk,
Kajji kebiasaan diet, masukan
meskipun kegagalan pernapasan membuat status
makanan saat ini. Catat
hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.
derajat kesulitan makan.
Sebagai akibat, pasien sering masuk RS dengan beberapa
Evaluasi berat badan dan
derajat malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema
ukuran tubuh.
serig kurus dengan perototan kurang.
Penurunan/ hipoaktif bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi
Auskultasi bunyi usus. umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah
sering, buang sekret, berikan
utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual
wadah khusus untuk sekali
dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
pakai dan tisu.
Dorong periode istirahat
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
semalam 1 jam sebelum dan
makan dan mamberikan kesempatan untuk
sesudah makan. Berikan
meningkatkan masukan kalori total.
makan porsi kecil tapi sering.
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
Hindari makanan penghasil
mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma,
gas dan minuman karbonat.
dan dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat Suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan
panas atau sangat dingin. spasme batuk.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana
Timbang berat badan sesuai
nutrisi. Catatan : penurunan berat badan dapat
indikasi.
berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya
edema.

D6.   Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.

         Tujuan : Edema hilang, kulit pasien kembali normal.


Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri :
 
Ubah posisi sering ditempat tidur/
Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu satu
kursi, bantu latihan rentang gerak
area yang mengganggu aliran darah.
pasif/ aktif.
Berikan perawatan kulit sering,
Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan
meminimalkan dengan kelembaban/
mempercepat kerusakan.
ekskresi.
Edema dependent dapat menyebabkan sepatu
Periksa sepatu kesempitan/ sandal dan
terlalu sempit, meningkatkan risiko tertekan dan
ubah sesuai dengan kebutuhan.
kerusakan kulit pada kaki.
Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
Hindari obat intramuskuler. memperlambat absorbsi obat dan predisposisi
untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
Kolaborasi :  

Berikan tekanan alternatif/ kasur, kulit Menurunkan tekanan pada kulit, dapat
domba, perlindungan siku/ tumit. memperbaiki sirkulasi.

5. Evaluasi

Diagnosa evaluasi
S : Pasien sudah tidak mengeluh sesak
nafas lagi.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan
O : Nafas pasien mulai normal (RR 16-20
dispnu akibat oksigenasi yang tidak adekuat.
kali permenit).
 
A : Masalah teratasi.

P:-
S : Pasien mengatakan bisa melakukan
aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain
(BAB & BAK sendiri).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan akibat dispnu. O : Pasien sudah dapat beraktivitas
kembali.
 
A : Masalah teratasi

P:-
Gangguan keseimbangan volume cairan S : Pasien mengatakan edemanya sudah
mulai mengempis.

O : Edema pada pasien sudah mulai


berhubungan dengan pitting edema.
hilang.
 
A : Masalah teratasi

P:-
S : Pasien mengatakan sudah tidak mual
lagi.
Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan
O : Nafsu makan paien sudah mulai
tubuh berhubungan dengan anoreksia &
meningkat, pemasukan nutrisi sudah
mual.
adekuat.
 
A :  Masalah teratasi

P:-
S : Pasien mengatakan elastisitas kulitnya
sudah mulai membaik.
Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan pitting edema. O : Edema pada pasien mulai hilang.

  A : Masalah tertasi

P:-

Anda mungkin juga menyukai