Anda di halaman 1dari 5

Artikel Ilmiah Keuangan Publik Islam

Kelompok 8
Niken Aristania Fitri (202010190511043)
Dyah Permatasari (202010190511056)

Abstrak
Tulisan ini secara umum membahas tentang sebuah pengertian, sejarah, karakteristik maupun
instrumen pembiayaan publik dari sebuah materi "Keuangan Publik Islam". Mulai dari
sejarah pada masa Rasulullah saw. sampai masa Khulafaurrasyidin yang terbagi dalam
beberapa sumber maupun masa pada zaman itu. Tak hanya itu, terdapat pula karakteristik
mulai dari pandangan, penerimaan, prinsip, keseimbangan dan anggaran sektor. Dalam
instrumen pembiayaan publik pun terbahi menjadi beberapa bagian yaitu : zakat, aset dan
perusahaan negara, kharaj, jizyah, wakaf.
kata kunci : pengertian, sejarah, karakteristik, instrumen pembiayaan publik.
Abstract
This paper generally discusses the meaning, history, characteristics and instruments of public
financing from the material "Islamic Public Finance". Starting from history at the time of the
Rasulullah saw. until the time of Khulafaurrasyidin which was divided into several sources
and periods at that time. Not only that, its characteristics also start from the views,
acceptance, principles, balance and sector budget. In public financing instruments are divided
into several parts, namely: zakat, state and company assets, kharaj, jizyah, and waqf.
Keyword : definition, history, characteristics, public financing instruments.

PENDAHULUAN
Fokus perkuliahan ini terletak pada pengertian, sejarah, karakteristik, dan juga instrumen
pembiayaan publik. Materi ini dapat dibilang sebagai materi pokok sebab hampir semua
dijelaskan pada materi ini. Maka dari itu paket ini sangat penting untuk dipahami sebagai
dasar pembahasan pada perkuliahan selanjutnya.
Dalam paket ini mahasiswa akan mengkaji pengertian keuangan publik islam, sejarah
keuangan publik islam, karakteristik keuangan publik islam, dan juga instrumen pembiayaan
publik.
Sebelum perkuliahan dimulai, dosen menerangkan pokok materi yang akan dibahas saat
perkuliahan berlangsung agar mahasiswa tau materi apa yang sedang berlangsung.
METODE PENELITIAN
Tidak hanya pengertian keuangan publik islam saja yang dijelaskan, dalam sejarah keuangan
publik islam juga mulai dari masa Rasulullah saw. sampai masa khulafaurrasyidin terdapat
beberapa sumber dam masa tak hanya itu dalam karakteristik keuangan publik islam terdapat
beberapa poin dari pandangan ahli fiqh terhadap zakat dan pajak, penerimaan publik, prinsip
pengeluaran publik, dan keseimbangan sektor publik dan anggaran. Dalam instrumen
pembiayaan publik juga terbagi menjadi beberapa bagian seperti, zakat, aset dan perusahaan
negara, kharaj dan juga jizyah.
HASIL PENELITIAN
• Pengertian Keuangan Publik Islam merupakan sebuah kaidah dan prinsip yang mengatur
keuangan publik untuk kepentingan masyarakat yang tujuan dasarnya untuk mencapai falah.
Nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur'an dan hadist yang menjadi dasar dari perumusan sistem
keuangan dan kebijakan fiskal negara.
• Sejarah Keuangan Publik Islam (masa Rasulullah Saw. dan Khulafaurrasyidin) untuk
memahami sejarah keuangan publik islam dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang
diterapkan oleh beliau dan para sahabatnya. Rasulullah Saw menduduki sebagai kepala
negara yang beridentik dengan kedudukan melayani publik atau masyarakat. Ada beberapa
masa dan sumber dari sejarah ini mulai dari masa kekhalifahan Abu Bakar as Siddiq, Umar
bin Khatab, Usman, dan Ali bin Abi Thalib dan dari sumber utama keuangan negara dam
sumber sekunder keuangan negara.
• Karakteristik Keuangan Publik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pandangan Ahli Fiqh terhadap Zakat dan Pajak
Zakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam setelah memenuhi
kriteria tertentu. Dalam Alquran terdapat 32 kata zakat, 82 kali diulang dengan menggunakan
istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infaq. Pengulangan
tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang
sangat penting dalam Islam. Dari 32 ayat dalam Alquran yang memuat ketentuan zakat
tersebut, 29 ayat diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat.
2. Penerimaan Publik
Dari tinjauan sejarah mengenai penerimaan publik umat islam dapat ditunjukkan
bervariasinya bentuk-bentuk sumber pendanaan publik, baik yang sudah ditentukan
ketentuannya oleh al-quran, yaitu zakat dan ghanimah, maupun yang ditentukan oleh
pemerintah saat itu seperti kharaj, khums, jizya, dan sebagainya. Dari berbagai bentuk
instrumen penerimaan publik diatas, dapat dianalisis secara ekonomi prinsip dasar
pemungutan dana publik pada awal islam tersebut.
3. Prinsip Pengeluaran Publik
Berdasarkan analisis ekonomi terhadap sejarah pengeluaran publik islam semasa Rasulullah
Saw. dan Khulafaurrasyidin serta kaidah fiqh muamalah, pada hakikatnya prinsip utama
dalam pengalokasian dana publik adalah peningkatan maslahat tertinggi. Khalifah Umar telah
berani melakukan perubahan distribusi/alokasi pendapatan yang diperoleh, dimana alokasi
dana disesuaikan dengan jenis dan yang masuk.
4. Keseimbangan Sektor Publik dan Anggaran
Dengan mempertimbangkan aspek penerimaan dan pengeluaran sector publik, maka
dimungkinkan terjadi adanya kelebihan penerimaan publik (surplus) ataupun defisit sektor
publik. Namun, karena alokasi zakat sudah ditentukan, maka dimungkinkan terjadi pada
suatu waktu ter dapat sisa dana zakat bersamaan dengan belum terpenihinya kebutuhan yang
tidak dimungkinkan dibiayai dengan zakat. Misalnya, biaya rutin pemerintah dan militer,
dalam sepanjang sejarah islam tidak dibiayai dari zakat, namun dari pendapatan lain jika
memungkinkan seperti ghanimah dan jizyah. Namun disisi lain, hal yang sebaliknya tidak
mungkin terjadi, yaitu ketika terjadi surplus dipenerimaan publik non-zakat, maka surplus ini
bisa digunakan untuk menutupi kekurangan-kekurangan distribusi dari zakat.
Sumber penerimaan publik:
GR = Zakat + Dharibah + Aset + Sedekah
Alokasi sektor publik meliputi:
GE = Miskin + Rutin + Pembangunan + Emergency
Meskipun Rasulullah Saw. tidak melakukan estimasi tahanan mengenai berapa besar belanja
yang dibutuhkan dan sumber-sumber penerimaannya, namun beliau telah melakukan
penyeimbangan antara tujuan dan instrumen publik pemerintah, dalam arti penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Konsep anggaran yang merupakan suatu rancangan kegiatan dan
pendapatan terhadap pengeluaran pemerintah pada setiap segmen adalah merupakan hal yang
relatif baru dalam sejarah islam. Dengan demikian, tidaklah diperoleh informasi normatif
mengenai bagaimana proses penyusunan anggaran maupun besarannya dalam perspektif
islam.
• Instrumen Pembiayaan Publik
Berbagai instrumen yang bisa digunakan sebagai sumber pembiayaan negara pada dasarnya
dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspek muamalah, kecuali
dalam hal zakat. Artinya selama dalam proses penggalian sumber daya tidak terdapat
pelanggaran syariah islam, maka selama itu pula diperkenankan menurut islam. Oleh karena
itu, terdapat beberapa instrumen pembiayaan publik, yaitu sebagai berikut:
1. Zakat
Pengeluaran/pembiayaan zakat didalam islam mulai efektif dilaksanakan sejak sejarah hijrah
dan terbentuknya negara islam di Madinah. Orang-orang yang beriman dianjurkan untuk
membayar sejumlah tertentu dari hartanya, dalam bentuk zakat. Pembayan zakat merupakan
kewajiban agama dan merupakan salah satu dari lima rukun islam. kewajiban itu berlaku bagi
setiap Muslim yang telah dewasa, merdeka, berakal sehat, dan telah memiliki harta itu
setahun penuh dalam memenuhi nisab. Zakat dikenakan atas harta kekayaan berupa: emas,
perak, barang dagangan, binatang ternak tertentu, barang tambang, harta karun dan hasil
panen.
Kewajiban zakat secara tegas dinyatakan dalam al-quran, yaitu:
Zakat itu hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-orang yang mengurusnya, orang-orang
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk orang-orang yang berutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan; merupakan sesuatu ketentuan dari Allah.
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S At-Taubah : 60).
2. Aset dan Perusahaan Negara
Disamping negara mendapatkan penerimaan berupa zakat, yang bisa dibayarkan dalam
bentuk barang ataupun uang, negara islam memiliki sumber pendanaan negara dalam bentuk
barang, yaitu ghanimah dan fa’i. Kedua harta ini diperoleh dari masyarakat non-Muslim, baik
melalui pemaksaan perang ataupun melalui jalan damai. Meskipun demikian, harta ghanimah
bukanlah merupakan tujuan utama peperangan. Sebagian besar harta ghanimah dipergunakan
untuk kesejahteraan tentara dan sebagian kecil untuk umat islam. Anggota pasukan akan
mendapatkan bagian sebesar empat perlima atau delapan puluh persen. Al-quran telah
mengatur hal ini secara jelas dalam Q.S Al-Anfal ayat 41,yaitu:
Katakanlah, sesungguhnya apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan perang (ghanimah),
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di Hari (Furqan), yaitu hari bertemunya dua
pasukan (Q.S Al-Anfal [8]:41).
3. Kharaj
Kharaj atau bisa disebut dengan pajak tanah. Dalam pelaksanaannya, kharaj dibedakan
menjadi dua, yaitu proporsional dan tetap. Secara proporsional artinya dikenakan sebagai
bagian total dari hasil produksi pertanian, misalnya seperempat, seperlima, dan sebagainya.
Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah. Dengan kata lain, kharaj proporsional adalah tidak
tetap tergantung pada hasil dan harga setiap jenis hasil pertanian. Sedangkan kharaj tetap
dikenakan pada setahun sekali.
Kharaj diperkenalkan pertama kali setelah perang Khaibar, ketika Rasulullah Saw.
membolehkan orang-orang Yahudi Khaibar kembali ke tanah milik mereka dengan syarat
mau membayar separuh dari hasil panennya kepada pemerintah islam, yang disebut kharaj.
4. Jizyah
Salah satu ciri khas masyarakat Muslim adalah menjaga saudaranya Muslim dan non-Muslim
dari rasa aman. Oleh karena itu, pada sa Rasulullah, orang-orang Kristen dan Yahudi,
dikecualikan dari kewajiban menjadi militer di Negara islam. Mereka memperoleh konsesi
bahwa Negara islam akan menjamin keamanan pribadi dan hak milik mereka. Sebagai
gantinya maka orang-orang non-Muslim diwajibkan mengganti dengan pembayaran jizyah.
Dijelaskan dalam firman-Nya: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
tidak (pula) keada Hari Kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh allah dan rasul-Nya dan tidak beragama yang benar agama Allah, (yaitu
orang-orang) yang diberi Al-kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan
patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk. (Q.S Al-Taubah [9]: 29).
Meskipun jizyah merupakan hak wajib, namun dalam ajaran islam ada ketentuan, yaitu
bahwa jizyah dikenakan kepada seluruh non-muslim dewasa, laki-laki, yang mampu
membayarnya. Sedang bagi perempuan, anak-anak, orang tua dan pendeta dikecualikan
sebagai kelompok yang tidak wajib ikut bertempur dan tidak diharapkan mampu ikut
bertempur. Orang-orang miskin, pengangguran, pengemis, tidak dikenakan pajak. Jumlah
jizyah yang harus dibayar, sangat bervariasi antara 12 dan 48 dirham setahun, sesuai dengan
kondisi keuangan mereka. Jika seseorang memeluk agama islam, kewajiban membayar jizyah
itu ikut gugur. Hasil pengumpulan dana dari jizyah, digunakan untuk membiayai
kesejahteraan umum.
5. Wakaf
Dalam hukum islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya)
kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun lembaga,
dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat islam. Harta yang telah di
wakafkan keluar dari hak milik yang diwakafkan (wakif), dan bukan pula hak milik
nadzir/lembaga pengelola wakaf, tetapi menjadi hak milik Allah yang harus dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat. Filsafat yang terkandung dalam amalan wakaf menghendaki
agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang dapat dinikmati oleh
mawquf-alaih (pihak yang berhak menerima hasil wakaf). Makin banyak harta hasil wakaf
yang dapat dinikmati oleh yang berhak, makin besar pula pahala yang akan mengalir kepada
wakif.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa keuangan publik meliputi setiap
sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat baik dikelola secara
individual, kolekstif atau pun oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://burhanekonomi.blogspot.com/2016/06/ekonomi-islam-makalah-keuangan-publik.html?
m=1
http://anast2009.blogspot.com/2014/04/sejarah-keuangan-publik-islam.html?m=1
https://www.slideshare.net/mobile/anasalhifni/materi-2-16075971

Anda mungkin juga menyukai