Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

DESI PRATIWI
2011040068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
1. DEFINISI

Luka bakar telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang

menyebabkan kematian sekitar 195.000 orang per tahun. Prevalensi luka bakar di Jawa

Tengah adalah 7,2% dari seluruh kejadian cedera total (Litbang Depkes, 2017).

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung

atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia

(chemycal), atau radiasi (radiation). Luka bakar adalah bentuk kerusakan dan kehilangan

jaringan yang disebabkan oleh sumber daya yang memiliki suhu yang sanggat tinggi yaitu

api, air panas, zat kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2009).

Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan

disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api ditubuh

(flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scold), tersentuh benda panas

(kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan- bahan kimia, serta sengatan

matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah (Jong WD, 2005).

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.

Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi (Wim de Jong. 2005). Di

Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan

rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan

terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim

trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah

umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan

psikologi (David, S. 2008).


2. ETIOLOGI

Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan evaluasi dan

penanganan. Menurut Moenadjat (2005) luka bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam,

antara lain:

a. Paparan Api (Thermal Burn)

1) Api (Flame)

Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

sehingga menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar

pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian memiliki

kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau

menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak (Moenadjat, 2005).

2) Benda Panas (Kontak)

Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka bakar yang

dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak (Moenadjat, 2005).

3) Scald (Air Panas)

Semakin kental cairan dan lama waktu kontaknya, menimbulkan kerusakan

yang semakin besar. Luka disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan

pola percikan yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat, sedangkan pada kasus

yang disengaja, luka.melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial

dengan garis yang menandai permukaan cairan (Moenadjat, .2005).

b. Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan

bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan jumlah jaringan yang

terpapar menentukan luasnya injury. Luka bakar kimia terjadi karena kontak dengan
zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan

berbagai zat kimia yang dipergunakan dalam bidang industri dan pertanian

(Moenadjat, 2005).

c. Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik

yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya

kontak, tingginya tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik itu sampai

mengenai tubuh (Moenadjat, 2005).

d. Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar

sumber radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri

(Moenadjat, 2005).

Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan agen

penyebab antara lain :

a. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)

b. Listrik : Voltage tinggi, petir

c. Kimia : asam kuat, basa kuat.

d. Radiasi : termasuk X-Ray

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar dipengaruhi

oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu benda yang membakar,

jenis pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi

ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999).


3. TANDA GEJALA

Umumnya, tanda-tanda dan gejala luka bakar meliputi ;

a. Kulit kemerahan

b. Rasa sakit di area luka

c. Lecet

d. Kulit membengkak

e. Kulit mengelupas

f. Kulit melepuh

g. Perubahan warna kulit menjadi putih, coklat, kuning, atau hitam

Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :

1. Grade I

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri

sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.

2. Grade II

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),

terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya

penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri,

sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.

3. Grade III

Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-

putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati)

atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk

jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin

graf).
4. PATOFISIOLOGI

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas

tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka

bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang

terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar

mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada

penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam

tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh

akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat

tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi

edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera

ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan

aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga

haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak

adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan

interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis


5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :

a. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi

sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah

merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.

b. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi

c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi

d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,

hipokalemia terjadi bila diuresis.

e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan

f. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan

g. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar

h. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

selanjutnya.

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan luka bakar listrik meliputi antara lain :

A. Primary survey

1. Airway – cervical spine

2. Breathing

3. Circulation

4. Disability

pemeriksaan kesadaran g c s dan periksa pupil


B. Secondary survey

1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.

2. Pakaian dan perhiasan dibuka

a. Periksa titik kontak

b. Estimasi luas luka bakar/derajat luka bakarnya

c. Pemeriksaan neurologis

d. Pemeriksaan trauma lain, patah tulang/dislokasi

e. Kalau perlu pasang endotrakeal intubasi.

C. RESUSITASI

1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/luas lb.

2. Kalau didapatkan haemochrogens (myoglobin), urine out put dipertahankan

antara 75-100 cc/jam sampai tampak urine menjadi jernih.

3. Sodium bicarbonat dapat ditambahkan pada ringer’s lactate sampai ph > 6.0.

4. Manitol jarang

D. CARDIAC MONITORING

1. Monitoring ecg kontinyu untuk dysrhytmia

2. ventrikular fibrilasi, asystole dan arhytmia diterapi sesuai advanced cardiac

live support

8. FOKUS PENGKAJIAN

a. Anamnesa

1) Identitas Klien

Nama :

Umur :
Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak

dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi

terhadap jumlah kematian.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas.

Nyeri dapat disebabkan karena  iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan

pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak

nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan

disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan

saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan

ekspansi paru.

c. Riwayat kesehatan

- Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya

kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama

menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi

beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak),

fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang

klien pulang).

- Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum

mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien

mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau

penyalagunaan obat dan alkohol.


-  Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,

kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai

masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.

d. Pola ADL (Activity Daily Living)

- Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang

gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

- Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi

(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi

perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);

takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema

jaringan (semua luka bakar).

- Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna

mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot

dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam

sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus

lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

- Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

- Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda: perubahan orientasi; afek,

perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;

aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan


ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);

paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

- Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama

secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan

suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon

pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;

luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

- Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan

cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan

nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema

laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);

sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

- Keamanan:

Tanda:

 Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama

3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada

beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,

dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung

sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

 Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan

variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung


gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring

posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

 Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit

mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus;

lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum

ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan

dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

 Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di

bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran

masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada

proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan

pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda

motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

e. Riwayat Psiko-sosial

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang

disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.

Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga

mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa

cemas, dan takut.

f. Pemeriksaan Kulit

Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan

kedalaman luka). Prinsip pengukuran persentase luas uka bakar menurut kaidah 9

(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :


Bagian 1 th 5 th Dewasa
Tubuh
Kepala 18 % 14 % 9%

Leher
Ekstremitas atas (kanan 18 % 18 % 18 %

dan kiri)
Badan depan 18 % 18 % 18 %
Badan belakang 18 % 18 % 18 %
Ekstremitas bawah 32 % 32 % 36 %

(kanan dan kiri)


Genetalia 1% 1% 1%

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Kerusukan integritas kulit berhubungan dengan cedera kimiawi kulit (luka bakar)

Ditandai dengan :

- pasien mengatakan ada luka di kaki kanan dan kiri, sampai ke dada dan

perut yang terpapar.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimiawi (luka bakar) ditandai

dengan:

- pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri di sekitar area luka operasi, skala

nyeri 6 /10

- pasien tampak lemas, meringis, memegang area nyeri, dan gelisah


c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri dan

kontraktur persendian, ditandai dengan :

- pasien mengeluh sulit beraktivitas karena luka, pasien tampak lemah, terus

berbaring, ADL dibantu.


10. RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil ( NOC) Intervensi ( NIC) Rasional Nama

Keperawatan / TTD
1. Nyeri akut Domain: 12 kenyamanan Domain 1: fisiologis dasar

berhubungan dengan Kelas 1: kenyamanan fisik Kelas E: Promosi kenyamanan fisik

agen cedera kimiawi Kode :00132 Nyeri akut Kode :1400 Manajemen nyeri

(luka bakar) Goal: pasien bebas dari nyeri selama Intervensi:

masa perawatan -Kaji nyeri secara komprehensif

Objektif: Dalam jangka waktu 3x24 - Pertahankan tirah baring selama fase akut

jam pasien bebas dari nyeri dengan - Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien

kriteria hasil: - Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi

nyeri

NOC - Kolaborasi pemberian analgesik

- (1605): Manajemen nyeri - Dorong pasien untuk memantau nyeri sendiri

- (160510) menganalisis skala nyeri dengan tepat.


-(160503) mengidentifikasi tanda dan 1.

gejala nyeri

- (160505) menggunakan analgesik

sesuai anjuran
2. Kerusukan integritas Domain 11 : keamanan dan NIC: Pressure manajement

kulit berhubungan kenyamanan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan

dengan cedera Kelas 2: infeksi pakaian yang longgar

kimiawi kulit (luka Kode 00046: kerusakan integritas kulit 2. Observasi luka

bakar) Goal: integritas kulit kembali 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril

membaik selama masa perawatan 4. Ajarkan pada keluarga tentang perawatan

Objektif: Dalam jangka waktu 3x24 luka

jam integritas kulit membaik dengan 5. Pantau tanda- tanda vital.

kriteria hasil:

- Tidak ada tanda – tanda cedera

termal

- Tidak ada tanda – tanda infeksi

- Integritas kulit membaik


- Tidak ada nekrosis
3. Gangguan mobilitas Domain 4:aktivitas/ istirahat - Domain 1: fisiologis dasar

fisik berhubungan Kelas 2:aktivitas / latihan Gangguan Kelas A: Aktivitas dan latihan

dengan intoleransi mobilitas fisik kode 0206 Intervensi:

aktivitas Goal: gangguan mobilitas fisik teratasi 1. Tentukan keterbatasan gerak dan efisiensi

selama masa perawatan pada fungsi sendi 2. Tentukan tingkat motivasi

Objektif: Dalam jangka waktu 3x24 pasien untuk menjaga dan mengendalikan

jam mobilitas fisik teratasi dengan fungsi sendi

kriteria hasil: outcomes 0206 gerakan 3. Jelaskan pada pasien atau keluarga tujuan

sendi Jari jempol, pergelangan, siku, rencana dari latihan bersama

bahu, pergelangan kaki, lutut , 4. Pantau lokasi dan sifat tidak nyamankan

panggul. 5. Mulai langkah pengendalian nyeri sebelum

latihan bersama 6. Ajarkan pasien bagaimana

cara melatih ROOM


DAFTAR REFERENSI

1. Litbang Depkes. 2017. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset

kesehatan dasar 2007. https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional Riskesdas 200. pdf. Diakses 26 November 2017.

2. Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar, Pengetahuan Klinik Praktis. Edisi 2. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Nakagawa.

3. Jong WD. (2005). Luka bakar ; Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta; EGC

4. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

5. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery.

http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai