Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Oleh:

Nama : Desi Pratiwi


NIM : 2011040068

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
A. Pengertian
Diabetes Melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
(Dr. Hasdiana H.R, 2012)
Diabetes melitus termasuk dalam kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh gangguan dari
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. (Dr. Sally Aman Nasution, 2010)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolikdengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
B. Klasifikasi
1. DM Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas . DM tipe
1 disebut juga diabetes onset-anak (atau onset remaja) dan diabetes rentan
–ketosis( karena sering menimbulkan ketosis). Onset DM tipe 1 biasanya
terjadi sebelum usia 25-30 tahun, sekresi insulin mengalami defisiensi
(jumlahnya sangat rendah atau tidak sama sekali). Dengan demikian,
tanpa pengobatan dengan insulin pasien biasanya akan mudah terjerumus
ke dalam situasi ketoasidosis metabolik.
2. DM Tipe II ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Diabetes melitus jenis ini disebut juga onset-matur atau onset dewasa
dan diabetes resisten-ketosis. Diabetes tipe ini terjadi akibat resistensi
insulin. DM tipe II selalu dihubungkandengan bentuk sindrom resistensi
insulin lainnya (tlipetlipidemia, hipertensi, akantoksis, nigrikans, penyakit
perlemakan hati non alkoholik).
3. DM Tipe III
Diabetes hjenis ini disebut juga diabetes sekunder. Etiologi diabtes ini
meliputi : penyakit pada pankreas atau gangguan toleranasi glukosa yang
merupakan diabetes bentuk ringan.
4. DM Kehamilan (DMK)
DM kehamilan didefinisikan sebagai setiap toleransi glukosa yang timbul
atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang derajat
toleransi serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau
menetap selepas melahirkan. (Diabetes care, 1998)
5. DM terkait malnutrisi (DMMal)
Diabetes jenis ini biasanya menampakkan gejala pada usia muda antara
10-40 tahun (lazimnya dibawah 30 tahun). Sebagian pasien mengalami
nyeri perut yang menjalar ke daerah punggung.
C. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari DM diantaranya:
1. Polyuria (sering buang air kecil)
2. Polydipsia (sering minum)
3. Polyphagia (nafsu makan meningkat)
Selain gejala-gejala tersebut ada pula gejala lain yang dirasakan, seperti :
1. Sering mengantuk
2. Gatal (terutama di bagian kemaluan )
3. Pandangan mata kabur
4. Berat badan berlebih unduk DM tipe 2
5. Mati rasa atau rasa sakit pada bagian tubuh yang bawah
6. Infeksi kulit,terasa disayat, gatal-gatal khususnya pda kaki
7. Penurunan berat badan secara drastis untuk DM tipe 1
8. Cepet naik darah
9. Sangat lemah atau cepat lelah
10. Terdapat gula pada air seni
E. Patofisiologi
1. DM Tipe I
Diabetes tipe I pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat di simpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(polyuria) dan rasa haus (polydipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibatnya menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. (Retno, 2012)
2. DM Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
F. Pathway

Proses autoimun Gaya hidup Malnutrisi Obesitas Infeksi

Penyampaian Meningkatkan beban Penurunan Peningkatan


Merusak pankreas
kelainanpancreas ke metabolik pancreas produksi insulin produksi insulin
individu turunan

Penurunan insulin (berakibat Diabetes Melitus)


Resiko ketidakstabilan
Penurunan fasilitas glukosa dalam sel glukosa darah

Glokuosa menumpuk Sel tidak memperoleh


didalam darah nutrisi

Peningkatan tekanan
osmolitas plasma Sistem seluler

Pembongkaran glikogen, asam lemak, Pembongkaran protein


Kelebihan ambang
keton untuk energi dan asam aminno
glukosa pada ginjal

Diuresis osmotik Penurunan Penumpukan


masa otot benda keton Penurunan Penurunan
antibody perbaikan jaringan
Poliuria
Asidosis
Nutrisi Kurang dari
Kekurangan Kebutuhan Tubuh Resiko tinggi Resiko perlukaan
Volume Cairan infeksi

Kerusakan
integritas kulit

Nyeri Akut
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerksaan laboratorium (diagnostik)
- Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dl.
(Normal = 70-110 mg/dl) pada sedikitnya dua kali pemeriksaan.
- Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl (Normal = <140 mg/dl)
- Gula darah post prandial >200 mmg/dl
- Hemoglobin glokisilasi (HbAIc) meningkat
- Urinalisis dapat menunjukkan aseton atau gluokosa
2. Prosedur diagnostic
- Pemeriksaan oftalmik menunjukkan aseton atau glukosa
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi
atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat
badan normal) dengan rumus :
    

1) Kurus (underweight)    BBR < 90 %


2) Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight)    BBR > 110%
4) Obesitas apabila         BBR > 120%
a) Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat          BBR 140% -  200%
d) Morbid                    BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita   DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal)              BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila          BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2  jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin
dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves

I. Pengkajian
1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah
melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci
adalah sebagai berikut (Arisman, 2011)
a. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan
anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
b. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan
peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
d. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah
komplikasi.
e. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
J. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan kurang


pengetahuan managemen diabetes mellitus
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perlindungan integritas jaringan (ulkus diabetes)
3. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv
5. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
6. Kekurangan Volume Cairan
K. Fokus Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (NIC)
Keperawatan
(NOC)
1. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Manajemen
ketidakstabilan selama 3x24 jam, diharapkan Kadar Gula hiperglikemia (2120)
kadar glukosa Darah pasienteratasi dengan kriteria hasil
1. Monitor glukosa darah
berhubungan :
2. Monitor tanda dan gejala
dengan kurang
Manajemen diabetes (0004) hiperglikemia:
pengetahuan
puliuria,polidipsi,polipagi
managemen Indikator IR ER
3. Berikan insulin
diabetes mllitus Dapat mengontrol kadar 3 5
Konsultasi dengan dokter bila tanda
glukosa darah
hiperglikemi memburuk
Pemahaman manajemen 3 5
diabetes
Penerimaan kondisi 3 5
kesehatan
Keterangan :

1. 1.Tidak ada pengetahuan


2. 2. Pengetahuan terbatas
3. 3. Pengetahuan sedang
4. 4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
2. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka (3660)
integritas jaringan selama 3x24 jam, diharapkankerusakan 1. Monitor karakteristik luka, termasuk
berhubungan integritas jaringanpasienteratasi dengan drainase, warna, ukuran, dan bau
dengan kurang kriteria hasil : 2. Ukur luas luka yang sesuai
pengetahuan 3. Berikan perawatan ulkus pada kulit
tentang yang diperlukan
perlindungan Integritas jaringan: kulit dan 4. Berikan balutan yang sesuai dengan
integritas jaringan membran mukosa (1101) luka
(ulkus diabetes) 5. Pertahankan teknik balutan seteril
Indikator I ER
ketika melakukan perawatan luka
R
dengan tepat
Integritas kulit 2 4
6. Dorong cairan yang sesuai
Lesi pada kulit 2 4
Anjurkan pasien dan keluarga untuk
Eritema 2 4
mengenal tanda dan gejala infeksi
Wajah pucat 2 4

Keterangan:

1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu.

3. Nyeri Akut b.d NOC NIC


agen cedera 1. Tingkat nyeri Manajemen nyeri
2. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis 3. Tingkat kenyamanan komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
mengurangi nyeri, mencari 4. Ajarkan tentang teknik non
bantuan) farmakologi
 Melaporkan bahwa nyeri 5. Evaluasi keefektifan kontrol
berkurang dengan menggunakan nyeri
manajemen nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
 Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
4. Resiko tinggi NOC NIC
infeksi b,d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka
tindakan invasiv selama 2x 24 jam diharapkan resiko 1. Monitor karakteristik, warna,
ukuran, cairan dan bau luka
infeksi teratasi dengan kriteria hasil:
2. Bersihkan luka dengan normal salin
6. Kemerahan (target 5 ; menurun) 3. Rawat luka dengan konsep steril
4. Ajarkan klien dan keluarga untuk
7. Nyeri (target 5 ; menurun) melakukan perawatan luka
5. Berikan penjelasan kepada klien dan
8. Bengkak (target 5 ; menurun)
keluarga mengenai tanda dan gejala
dari infeksi
6. Kolaborasi pemberian antibiotic

5. Nutrisi Kurang Nutritional Status : Nutrient Intake Weight Management


dari Kebutuhan a. Kalori a. Diskusikan dengan pasien tentang
Tubuh b.  Protein kebiasaan dan budaya serta faktor
c.  Lemak hereditas yang mempengaruhi berat
d.  Karbohidrat badan.
e.  Vitamin b. Diskusikan resiko kelebihan berat
f. Mineral
  badan.
g.  Zat besi c. Kaji berat badan ideal klien.
 Kalsium d. Kaji persentase normal lemak tubuh
klien.
e.  Beri motivasi kepada klien untuk
menurunkan   berat badan.
f. Timbang berat badan setiap hari.
g. Buat rencana untuk menurunkan
berat badan klien.
h. Buat rencana olahraga untuk klien.
Ajari klien untuk diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisinya
6. Kekurangan NOC: NIC :
Volume Cairan 1. Fluid balance Fluid management
2. Hydration a. Timbang popok/pembalut jika
3. Nutritional Status : Food and Fluid diperlukan
Intake b. Pertahankan catatan intake dan
Kriteria Hasil : output yang akurat
a. Mempertahankan urine output sesuai c. Monitor status hidrasi ( kelembaban
dengan usia dan BB, BJ urine membran mukosa, nadi adekuat,
normal, HT normal tekanan darah ortostatik ), jika
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dalam batas normal d. Monitor vital sign
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, e. Monitor masukan makanan / cairan
Elastisitas turgor kulit baik, dan hitung intake kalori harian
membran mukosa lembab, tidak ada f. Kolaborasikan pemberian cairan IV
rasa haus yang berlebihan g. Monitor status nutrisi
h. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
i. Dorong masukan oral
j. Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
k. Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
l. Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
m. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2012). Standar of medical care in
diabetes.http://care.diabetesjournals
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas,           Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Dr.Hasdianah.2012.Mengenal Diabetes Melitus.Yogyakarta : Nuha Medika
Dr. Sally Aman Nasution.2010.Buku Ajar Endrokrinologi Anak Edisi I.Jakarta :
Badan Penerbit IDAI
Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. (2016)..Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Novitasari, Retno.2012.Diabetes Melitus.Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI (2016). Standar Diagnnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai