p27820419019 2a Eka Kurnia Santri
p27820419019 2a Eka Kurnia Santri
Disusun Oleh :
Nama : EKA KURNIA SANTRI
Tingkat : 2-A
Nim : P27820419019
3. Ringan – suatu atau dua halusinasi yang jelas tetapi jarang timbul, atau
beberapa abnormalitas yang samar-samar lainnya yang tidak
mengakibatkan penyimpangan (distorsi) proses pikir atau perilaku.
4. Sedang – Sering ada halusinasi tetapi tidak terus menerus, dan proses
pikir serta perilaku pasien hanya sedikit terpengaruh.
5. Agak berat – Halusinasi sering, dapat meliputi lebih dari satu organ
sensoris dan cenderung menyimpangkan proses pikir dan/atau mengacaukan
perilaku. Pasien dapat memiliki interpretasi bersifat waham atas
pengalamannya ini dan bereaksi terhadapnya secara emosional, serta
kadang-kadang juga secara verbal.
ISOLASI SOSIAL
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial?
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami seseorang secara individual akibat
persepsi individu terhadap lingkungan yang dirasakan mengancam keamanan
dirinya secara fisik dan psikologis. Terjadi penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
2. Faktor apa yang membangkitkan klien mengalami isolasi sosial?
Komunikasi keluarga
Koping keluarga
Pengetahuan keluarga
Biaya pengobatan
Perawatan
3. Apa yang dapat diobservasi atau manifestasi klinis dari klien yang mengalami isolasi
sosial?
Menurut Towsend.M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J.(1998:381) Manifestasi
klinis Isolasi sosial : Menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala
sebagai berikut :
- Kurang spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tidak memperhatikan kebersihan diri
- Komunikasi verbal kurang
- Menyendiri
- Tidak peduli lingkungan
- Asupan makanan terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Posisi baring seperti fetus
- Menolak berhubungan dengan orang lain.
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pembuatan rencana askep klien isolasi
sosial?
Ada 7, yaitu :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian
menarik diri.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.
6. Klien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
7. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
5. Saudara diminta membuat strategi pelaksanaan sesuai dengan tujuan pada klien yg
mengalami isolasi sosial :
•Perawat sesuai identitas masing masing
•Pasien bisa bebas memilih
•Bagan dan bagian lihat di modul halusinasi
PERILAKU KEKERASAN
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi
perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Klien dengan
perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
2. Kondisi apa saja yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan atau perilaku agresi
atau marah pada klien gangguan jiwa?
Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan
c. Frustasi.
d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
Lingkungan : panas, padat, dan bising.
3. Apa tanda atau manifestasi klinis perilaku yg dapat diamati pada klien gangguan jiwa
yg mengalami perilaku kekerasan?
Fisik :
Mata melotot
Pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah
Postur tubuh kaku
Verbal :
Mengancam
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras
Bicara kasar, ketus
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Perilaku :
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai
Menyerang orang
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pemberian askep pada klien yg
mengalami perilaku kekerasan?
Ada 9, adapun tujuannya yaitu :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
8) Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
9) Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
5. Sebutkan cara cara yang bisa diberikan kepada klien untuk membuat perilaku
kekerasan menjadi perilaku yang asertif!
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain:
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
6. Buatlah strategi pelaksanaan pada klien yang mengalami perilaku kekerasan !
STRATEGI PELAKSANAAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu W marah?
Apakah sebelumnya ibu W pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan
yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa
yang ibu W rasakan?“
Apakah ibu W merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu W marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar
satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu Wasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5
kali. Bagus sekali ibu W sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu W lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul ibu W sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu W setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?”
“ Coba ibu W sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu
dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu W.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”