Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sureni Merr)


DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN KONSERVASI EX- SITU
(Effect of Arbuscular Mycorrhizal Fungal Inoculation to Growth of Toona sureni Merr
Seedlings in Supporting the Success of Ex-Situ Conservation)*
Ragil SB Irianto
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi
Jl.Gunung Batu No. 5 PO Box 165;Telp.0251-8633234;Fax 0251-8638111 Bogor
E-mail : ragil.irianto@gmail.com

*Diterima : 14 Juni 2013; Disetujui : 22 November 2014

ABSTRACT
Toona sureni Merr is generally planted by farmers as small scale private forest and community forestry
(agroforestry). The wood can be used as a quality cabinets, furniture, panels, carvings, musical instruments,
cigars box, and veneer. The high rate utilization of timber and non-timber will cause problems on species
scarcity and genetic erosion. The ex-situ conservation needs attention, especially in provisioning good
quality of seeds and maintaining genetic diversity. The aim of this research is to find out effect of arbuscular
mycorrhyzal fungal inoculation (Glomus sp1. and Glomus sp2) on growth of three-month-old T. sureni
seedlings in nursery. The experimental design was a completely randomize design with three treatments, e.g.
control, Glomus sp1. and Glomus sp2. Results showed that inoculation with Glomus sp1. and Glomus sp2.
to growth of T. sureni seedlings ncreased height, stem diameter, root dry weight, shoot dry weight, and
total dry weight by 27, 16, 46, 108, 89% and 6, 3, 36, 96, 77%, respectively, compared to control.
Key words : Glomus, Toona sureni, seedling, plant growth

ABSTRAK
Toona sureni Merr umumnya ditanam oleh para petani sebagai hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan
(agroforestry). Kayunya dapat digunakan sebagai lemari yang berkualitas, furnitur, panel, ukiran, alat
musik, bok cerutu dan vinir. Tingginya laju pemanfaatan kayu dan nir kayu akan menimbulkan permasalahan
yang berakibat pada terjadinya kelangkaan dan mendorong terjadinya erosi genetik. Untuk itu konservasi
ex-situ perlu mendapat perhatian terutama dalam penyediaan bibit unggul dan menjaga keragaman
genetiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh
inokulasi fungi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan bibit T. sureni umur tiga bulan di persemaian.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan yaitu Glomus
sp1., Glomus sp2. dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Glomus sp1. dan Glomus sp2.
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering akar, berat kering pucuk dan berat kering
total berturut-turut sebesar 27, 16, 46, 108, 89% dan 6, 3, 36, 96, 77% dibandingkan dengan kontrol.
Kata kunci : Glomus, Toona sureni, fungi mikoriza arbuskula

I. PENDAHULUAN Kegunaan kayu suren adalah sebagai


bahan bangunan ringan, dinding hias,
Suren (Toona sureni Merr) merupakan langit-langit, peti teh, kotak cerutu,
tanaman penghasil kayu yang banyak bangunan kapal, perahu dayung, alat
ditemukan di kawasan hutan rakyat musik, vinir lapisan muka kayu lapis dan
(Sudrajat et al., 2007). Jenis ini dapat ukiran (Newman et al., 1999). Suren
tumbuh pada lahan dengan ketinggian memiliki kandungan bahan kimia aktif
350 - 2.500 m dpl. dengan iklim yang antara lain surenon, surenin dan
termasuk ke dalam tipe A sampai C. surenolakton yang berperan sebagai

315
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 315-323

penghambat pertumbuhan, insektisida subur dan asam sangat tepat, karena tanah
dan anti feedant terhadap larva sutera tersebut pada umumnya dicirikan dengan
(Dinata, 2005). Suren juga dikenal oleh bahan organik yang rendah, top soil yang
masyarakat Indonesia sebagai tanaman tipis dan kandungan unsur hara yang
herbal. Bagian kulitnya digunakan untuk rendah termasuk unsur P (Setiadi, 1999).
menyembuhkan berbagai penyakit, Peranan FMA yang merupakan bio-
misalnya oleh Suku Bali untuk mengobati fertilizer pada tanah kurang subur
penyakit kencing manis (diabetes tersebut di atas sangat penting terutama
mellitus), Suku Samawa (Nusa Tenggara untuk tanaman-tanaman kehutanan baik
Barat) untuk menyembuhkan penyakit pada tingkat pembibitan maupun pada
gondok, Suku Jawa untuk mengobati tingkat penanaman di lapang yang sangat
penyakit demam dan Suku Rejang minim input teknologi seperti pengapuran
Lebong (Bengkulu) untuk mengobati dan pemupukan. Peranan FMA sangat
sakit perut atau mules (Sangat et al., penting untuk meningkatkan baik
2000). pertumbuhan bibit maupun tanaman di
Eksploitasi kayu suren yang terus lapang antara lain: membantu peningkat-
menerus pada habitat alaminya tanpa an penyerapan unsur hara makro terutama
disertai upaya pengembangan budidaya unsur P dan unsur-unsur lainnya, seperti
skala luas akan memberi andil N, K, Ca, Mg (Sieverding, 1991). Selain
kesenjangan suplai dan demand akan itu FMA dapat meningkatkan ketahanan
kayu suren (Anonim, 2014) dan tanaman terhadap penyakit patogen akar
kemerosotan kualitas, kuantitas pada yang menyerang perakaran bibit atau
level genetik, jenis maupun ekosistem. tanaman (Linderman, 1994; Siddiqui dan
Persebaran T. sureni di Indonesia lebih Pichtel, 2008; Li et al., 2000 dan Li et al.,
sempit dibandingkan dengan T. sinensis 2004); dan meningkatkan ketahanan
Roem (Jayusman et al., 2007). tanaman terhadap cekaman akan air
Sehubungan dengan hal tersebut, maka (Sieverding, 1991; Siddiqui dan Pichtel,
kegiatan konservasi ex-situ T. sureni 2008).
dipandang perlu untuk dilaksanakan Penelitian aplikasi FMA pada tanaman
untuk mendukung konservasi genetik. suren masih sangat jarang, karena itu
Dalam pembangunan konservasi ex-situ perlu diuji coba jenis-jenis FMA yang
tersebut diperlukan bibit yang sehat dan potensial. Tujuan penelitian ini adalah
vigor yang bagus. Kondisi bibit seperti untuk memperoleh informasi tentang
itu dapat tercapai dengan pemberian pengaruh aplikasi inokulasi FMA Glomus
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada sp1. dan Glomus sp2. terhadap pertum-
saat penyapihan (overpin) kecambah buhan (tinggi, diameter dan berat kering),
suren. serapan unsur N, P, K dan kolonisasi akar
Suren merupakan salah satu tanaman bibit tanaman T. Sureni umur tiga bulan
yang banyak ditanam oleh para petani di di persemaian. Hasil penelitian ini
pedesaan. Tanaman suren juga sering diharapkan dapat menunjang keberhasil-
ditanam sebagai salah satu tanaman an konservasi ex-situ tanaman T. sureni.
dalam pembangunan Hutan Kemasya-
rakatan (HKm) dan Hutan Rakyat (HR).
Kondisi tanah baik di kawasan HKm II. BAHAN DAN METODE
maupun di hutan rakyat pada umumnya
kurang subur dan mempunyai keasaman A. Lokasi dan Waktu Penelitian
yang rendah, sehingga perlu adanya input Penelitian dilaksanakan di Persemaian
teknologi untuk meningkatkan keber- PT Megah Cemerlang Sukses Sindo,
hasilan tumbuh dan kualitas tanaman. Dusun Kebon, Desa Sedeng, Kecamatan
Penggunaaan FMA pada tanah kurang
316
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula .…(R.S.B. Irianto)

Pacitan Kota, Kabupaten Pacitan Bak perkecambahan tersebut disimpan


(Provinsi Jawa Timur) pada bulan dalam persemaian yang diberi atap
September-Desember 2007. Penimbang- paranet dengan intensitas cahaya yang
an berat kering dan penghitungan per- masuk 45%. Kelembaban media (rata-
sentase kolonisasi akar dilaksanakan di rata kadar air 40,6%) tersebut dijaga
Laboratorium Mikrobiologi Hutan, Pusat dengan cara penyiraman air dengan alat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi embrat dua kali sehari, yaitu setiap pagi
dan Rehabilitasi, Kementerian Lingkung- dan sore hari.
an Hidup dan Kehutanan, sedangkan
2. Inokulasi
pengujian analisis kandungan unsur N, P
dan K jaringan tanaman dilakukan di Kecambah suren yang tumbuh pada
Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Ta- bak kecambah dengan ketinggian lima
nah, Kementerian Pertanian. cm dipindah ke dalam polybag yang telah
diisi dengan media bibit steril yang
B. Bahan dan Alat Penelitian berupa campuran tanah yang dicampur
dengan pupuk kandang dari kotoran sapi
Bahan-bahan yang digunakan dalam dengan perbandingan 19 : 1 (v/v) untuk
pelaksanaan penelitian ini sebagai perbaikan aerasi dalam media tanam.
berikut: kantong plastik hitam (polybag Sterilisasi media tanam dilakukan meng-
ukuran 10 cm x 12 cm), kantong plastik gunakan pestisida basamid dengan dosis
transparan (ukuran 100 cm x 140 cm) 200 gram per meter kubik media tanam.
untuk penutupan media pada saat Sterilisasi media tumbuh bibit tersebut di
sterilisasi media bibit dengan pestisida atas dengan cara satu m3 media bibit
basamid, bak plastik perkecambahan
dicampur dengan 200 g basamid dengan
(ukuran 44 cm x 24 cm x 20 cm),
cara mengaduk-aduk media bibit dengan
basamid, tanah subsoil pada kedalaman
cangkul sampai tercampur secara merata.
20-40 cm, pasir, pupuk kandang dari
Media tersebut kemudian ditutup secara
kotoran sapi, Glomus sp1., Glomus sp2.
rapat dengan plastik tranparan selama dua
dan paranet.
minggu. Inokulan FMA (Glomus sp1. dan
Alat-alat yang digunakan dalam
Glomus sp2.) diletakkan pada lubang
penelitian ini sebagai berikut: kaliper,
tanam sebanyak lima sesuai perlakuan.
penggaris, mikroskop, kamera, embrat
Glomus sp1. awalnya diambil dari rhi-
dan timbangan analitik.
zosfer Acacia auriculiformis di Tanjung
Enim (Sumatera Selatan) dan Glomus
C. Metode Penelitian sp2. berasal dari rhizosfer Swietenia
1. Perkecambahan macrophylla di Kotabumi (Sumatera
Biji suren yang berasal dari pohon in- Selatan).
duk di Sumedang disterilisasi permuka- Glomus sp1. dan Glomus sp2. diperba-
annya dengan natrium hipoklorit 3% nyak pada pot kultur plastik (230 ml)
selama lima menit untuk mematikan dengan media zeolit dan tanaman inang
patogen yang menempel pada permukaan Pueraria javanica selama empat bulan.
biji. Biji yang telah disterilisasi tersebut Pada umur empat bulan, tanaman P.
dikecambahkan pada bak kecambah javanica dipotong pada permukaan me-
yang berisi media perkecambahan steril. dia tanam, akar-akarnya dipotong-potong
Media tersebut merupakan campuran dengan panjang sekitar 0,5 cm dan di-
antara pasir : tanah = 3 : 1 (v/v). Media campurkan kembali dengan media zeolit
perkecambahan disterilisasi dengan cara secara merata. Campuran zeolit dan po-
menggoreng media selama tiga jam pada tongan akar-akar tersebut siap digunakan
drum yang terbelah dua. sebagai inokulan. Inokulan Glomus sp1.
mengandung propagul miselia, akar
317
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 315-323

terinfeksi dan spora (rata-rata 75 spora/5 uji lanjut dengan uji Tukey (Sall et al.,
g inokulan, sedangkan Glomus sp2. juga 2005).
mengandung propagul miselia, akar
terinfeksi dan spora (rata-rata 50 spora/5
g inokulan). III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Pengamatan Pertumbuhan
A. Pertumbuhan Tinggi dan Diameter
Variabel pertumbuhan bibit tanaman Bibit
suren yang diamati, yaitu tinggi, diame-
Bibit suren yang diinokulasi dengan
ter batang dan berat kering bibit. Variabel
Glomus sp1. dapat meningkatkan secara
lain yang diukur adalah persentase
signifikan pertumbuhan tinggi bibit
kolonisasi akar dan kandungan unsur N,
suren umur tiga bulan sebesar 27% dan
P dan K jaringan tanaman.
diameter sebesar 16% dibandingkan
Akar bibit tanaman suren direndam
dengan kontrol, sedangkan perlakuan
dalam larutan 10% KOH (w/v), kemudi-
inokulasi Glomus sp2. tidak memberikan
an direndam dengan larutan 10% HCl
perbedaan yang nyata (Tabel 1).
(Brundrett et al., 1996). Akar-akar terse-
Hasil perlakuan inokulasi FMA
but kemudian diwarnai dengan 0,05%
Glomus sp1. pada penelitian ini
tripan blue. Persentase kolonisasi akar
memberikan hasil yang sama dengan
dihitung dengan metode Giovannetti dan
penelitian yang dilakukan oleh Kurniaty
Mosse (1980).
dan Damayanti (2011) pada parameter
4. Rancangan Penelitian dan Analisis pertumbuhan diameter bibit tanaman
Data suren umur lima bulan, sedangkan pada
Rancangan penelitian yang digunakan parameter pertumbuhan tinggi memberi-
dalam penelitian di persemaian ini kan hasil yang berbeda. Hal ini diduga
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena jumlah bahan organik pupuk
dengan tiga perlakuan, yaitu Glomus kandang yang digunakan pada penelitian
sp1., Glomus sp2. dan kontrol, jumlah ini sedikit, yaitu 5% (v/v), sedangkan
ulangan lima dan setiap ulangan terdiri pada penelitian Kurniaty dan Damayanti
dari 10 bibit. (2011) bahan organik yang ditambahkan
Irawan (2013, Komunikasi personal) sebanyak 66,6% (v/v) yang terdiri dari
dan Siregar (2013, Komunikasi personal) arang sekam padi (33,3%, v/v) dan
menyatakan bahwa penelitian persemaian kompos sabut kelapa (33,3%, v/v), serta
ini walaupun dilaksanakan di lapang pupuk P dalam bentuk SP 36.
masih dapat menggunakan RAL dengan Penambahan bahan organik yang tinggi
alasan sebagai berikut: ukuran dan pupuk P dapat menghambat
persemaian bibit suren di lapang sangat kolonisasi akar (Sainz et al., 1998), yang
kecil. Dalam praktek ukuran bedeng di selanjutnya akan mengurangi aktivitas
lapang, yaitu 4 m x 1,2 m, ukuran ini di FMA (Marschner dan Dell, 1994). Smith
lapang termasuk ukuran kecil. Kondisi et al. (2004) menyatakan bahwa
sinar matahari, suhu, kelembaban dan simbiosis FMA akan berperan pada tanah
penyiraman yang diterima setiap unit yang memiliki kandungan unsur hara
percobaan sama. Selain itu, media bibit yang rendah.
juga sama pada setiap unit percobaan. Peningkatan pertumbuhan tinggi dan
Data dianalisis dengan analisis sidik diameter sebesar 27% dan 16% tersebut
ragam (anova) dengan bantuan program di atas diduga berhubungan dengan pe-
statistika JMP Start Statistics 10, apabila ningkatan persentase kolonisasi akar
analisis sidik ragam menunjukkan bibit suren yang diinokulasi dengan
perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan Glomus sp1. sebesar 14% dibandingkan

318
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula .…(R.S.B. Irianto)

Tabel (Table) 1. Pengaruh aplikasi FMA terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan kolonisasi akar
bibit suren umur tiga bulan di persemaian (The effect of AMF application to height
increment and stem diameter and root colonization of three-month-old T. sureni seedlings
in nursery)
Tinggi Kolonisasi akar
Jenis FMA Diameter (Diameter)
(Height) (Root colonization)
(AMF) (mm)
(cm) %
29.18 a 2.77 a 94.16 a
Glomus sp1.
(27) (16) (14)
24.48 b 2.46 b 90.42 a
Glomus sp2.
(6) (3) (10)
23.06 b 2.39 b 82.25 a
Kontrol (Control)
(0) (0) (0)
Keterangan (Remaks):
1. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf p =
0.05 berdasarkan uji Tukey (Numeric followed by the same letters are not significantly different at p <
0.05 according to Tukey test)
2. Angka dalam tanda kurung adalah persentase peningkatan suatu variabel pengamatan dibandingkan
dengan kontrol (Numeric in the parenthesis is percentage of variable increment compared to control)

dengan kontrol. Pada bibit tanaman yang yang dijadikan sebagai daerah serapan
tidak mendapat perlakuan inokulasi (kon- tersebut, maka peluang hifa-hifa eksternal
trol) tetap terkolonisasi/terinfeksi oleh yang muncul dari akar-akar bibit tanaman
FMA kontaminan/indigen yang sangat suren untuk mengabsorbsi unsur-unsur
tinggi, yaitu sebesar 82,25%. Infektifitas hara dan air semakin besar dibandingkan
FMA kontaminan/indigen pada tanaman dengan bibit tanaman suren tanpa
kontrol sangat tinggi, namun efektifitas- mikoriza.
nya terhadap proses fisiologis pada bibit
tanaman rendah dibandingkan dengan B. Berat Kering Bibit dan Serapan
efektivitas FMA Glomus sp1., seperti ter- Unsur Hara
lihat pada hasil peningkatan pertumbuhan Perlakuan inokulasi FMA Glomus sp1.
tinggi, diameter dan berat kering total pa- dan Glomus sp2. dapat meningkatkan
da kontrol yang lebih kecil dan berbeda berat kering total bibit tanaman suren
nyata dibandingkan dengan bibit yang umur tiga bulan secara signifikan dengan
mendapat perlakuan inokulasi Glomus peningkatan sebesar 89% dan 77%
sp1. Janos (2007) menyatakan bahwa efe- dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2).
ktifitas FMA ditentukan oleh peningkatan Penelitian yang dilakukan oleh Kurniaty
pertumbuhan tanaman seperti tinggi, dan Damayanti (2011) dengan FMA
diameter dan berat kering tanaman. Glomus sp. pada bibit tanaman suren
Persentase kolonisasi yang besar umur lima bulan tidak memberikan
tersebut mengindikasikan bahwa pada perbedaan yang nyata pada variabel berat
akar terdapat banyak hifa eksternal yang kering bibit, namun pada perlakuan
muncul dari akar-akar bibit tanaman interaksi antara Glomus sp. dan pupuk P
(Habte, 2003), panjang hifa eksternal bisa memberikan perbedaan yang sangat
mencapai delapan cm dari akar serabut nyata. Kecenderungan yang hampir sama
(Sieverding, 1991). Hattingh et al. terjadi pada bibit Acacia mangium yang
(1973), Rhodes dan Gendermann (1975) diinokulasi dengan G. aggregatum, G.
dan Entry et al. (2002) mengemukakan occultum dan G. mosseae dapat
bahwa hifa-hifa eksternal berperan dalam meningkatkan berat kering pucuk dan
meningkatkan volume tanah dapat berat kering bibit A. mangium umur
dijadikan sebagai daerah serapan. sembilan bulan di persemaian (Ghosh
Dengan semakin, besarnya volume tanah dan Verma, 2006).
319
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 315-323

Tabel (Table) 2. Pengaruh aplikasi FMA terhadap berat kering akar (BKA), berat kering pucuk (BKP) dan
berat kering total (BKT) bibit tanaman suren umur tiga bulan terhadap FMA (The effect of
AMF application to root dry weight, shoot dry weight and total dry weight of three-month-
old T. sureni in nursery)
Berat kering akar Berat kering pucuk Berat kering total
Jenis FMA
(Root dry weight) (Shoot dry weight) (Total dry weight)
(AMF)
(g) (g) (g)
0.27 a 0.87 a 1.14 a
Glomus sp1.
(46) (108) (89)
0.25 ab 0.82 a 1.07 a
Glomus sp2.
(36) (96) (77)
0.18 b 0.42 b 0.60 b
Kontrol (Control)
(0) (0) (0)

Tabel (Table) 3. Pengaruh aplikasi FMA terhadap serapan unsur N, P, dan K bibit suren umur tiga bulan di
persemaian (The effect of AMF application to N, P, and K uptake of three-month-old T.
sureni seedlings in nursery)
Serapan unsur hara (mg/bibit)
(Nutrient uptake (mg/seedling))
Jenis FMA
N (mg/bibit) P (mg/bibit) K (mg/bibit)
(AMF)
(mg/seedling) (mg/seedling) (mg/seedling)

1,4805 a 0,4847 a 2,1697 a


Glomus sp1.
(51) (47) (105)
1,3518 a 0,5905 a 2,0988 a
Glomus sp2.
(38) (80) (98)
0,9781 b 0,3287 b 1,0602 b
Kontrol (control)
(0) (0) (0)

Perlakuan inokulasi FMA Glomus sp1. FMA G. intraradices juga meningkatkan


dan Glomus sp2. dapat meningkatkan serapan unsur P sebesar 23%.
penyerapan unsur N, P, dan K secara Peningkatan berat kering bibit suren
nyata sebesar 51%, 47%, 105% dan 38%, umur tiga bulan dan penyerapan unsur
80%, 98% dibandingkan dengan kontrol N, P, dan K yang tinggi tersebut
(Tabel 3). Hasil penelitian ini sejalan merupakan hasil dari adanya hifa
dengan penelitian Irianto (2014) pada eksternal FMA yang merupakan kepan-
bibit tanaman A. procera yang jangan akar-akar dari bibit tanaman
diinokulasi dengan FMA Glomus sp1. suren. Sieverding (1991) mengemukakan
dan Glomus sp2. yang dapat mening- bahwa satu cm akar tanaman yang tidak
katkan penyerapan unsur N, P, dan K bermikoriza dengan akar-akar rambutnya
sebesar 46%, 63%, 62% dan 44%, 11%, hanya dapat mengeksplor daerah serapan
52%, 62%. Hasil yang sama juga terjadi tanah dengan volume sekitar satu sampai
pada bibit tanaman jati yang diinokulasi dengan dua cm3 sedangkan akar pada
dengan Glomus sp. dan pupuk SRF 0.4 g tanaman yang bermikoriza dapat
yang dapat meningkatkan serapan N, P, menjelajah daerah serapan sampai pada
dan K yang sangat besar, yaitu 4,638%; kisaran 12-15 cm3.
11,398% dan 4,116% (Irianto, 2009) dan
hal yang sama juga terjadi pada tanaman C. Implementasi dalam Bidang Kon-
Colocasia esculenta (Li et al., 2005). servasi Hutan
Penelitian Plenchette dan Duponnois
Permasalahan yang dihadapi dalam
(2005) menyatakan tanaman Atriplex
pengembangan tanaman suren di
nummularia yang diinokulasi dengan
Indonesia adalah: a) eksploitasi tanaman

320
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula .…(R.S.B. Irianto)

suren yang intensif di sebaran alaminya, pengamatan pertumbuhanan, pengawas-


sehingga menyebabkan kemerosotan an, aksesibilitas, dan perawatannya.
kualitas dan kuantitas baik pada level Bibit suren bermikoriza dengan ke-
genetik, jenis maupun ekosistem, b) ma- tinggian > 25 cm (Tabel 1) yang dapat di-
sih terbatasnya pengembangan budidaya, capai dalam waktu tiga bulan di per-
c) penyelamatan materi genetik melalui semaian siap untuk ditanam di lapang.
kegiatan konservasi masih sangat terbatas Dengan melihat tajuk tanaman suren
dan d) sumber benih berkualitas masih yang tidak terlalu lebar, jarak tanam 5 m
sangat terbatas (Jayusman, 2008). x 5 m cukup ideal untuk penanaman bibit
Salah satu cara untuk mengatasi se- suren dalam rangka pembangunan kon-
bagian dari permasalahan tersebut di atas servasi ex-situ. Jumlah bibit yang diper-
adalah pembangunan konservasi ex-situ lukan dalam pembangunan konservasi ex-
tanaman suren (T. sureni). Hal ini di- situ seluas satu ha sebanyak 400 bibit.
karenakan tanaman suren memiliki se-
baran alami yang lebih sempit diban-
dingkan dengan T. sinensis (Jayusman et IV. KESIMPULAN DAN SARAN
al., 2007). Dalam pembangunan konser-
A. Kesimpulan
vasi ex-situ tanaman suren diperlukan
bibit yang berkualitas. Salah satu upaya 1. Inokulasi FMA dengan Glomus sp1.
untuk meningkatkan kualitas bibit ta- dan Glomus sp2. dapat meningkatkan
naman suren adalah dengan cara inoku- pertumbuhan tinggi, diameter, berat
lasi FMA pada bibit saat penyapihan kering bibit suren umur tiga bulan
(overspin) di persemaian. Hasil dari berturut-turut sebesar 27%, 16%, 89%
penelitian ini mengindikasikan bahwa dan 6%, 3%, 77% dibandingkan
inokulasi FMA jenis Glomus sp1. pada dengan kontrol.
bibit tanaman suren memberikan hasil 2. Inokulasi FMA dengan Glomus sp1.
yang signifikan pada parameter pertum- dan Glomus sp2. dapat meningkatkan
buhan tinggi, diameter dan berat kering serapan unsur N, P, dan K bibit suren
total bibit umur tiga bulan di persemaian umur tiga bulan berturut-turut sebesar
(Tabel 1 dan Tabel 2). 51%, 47%, 105% dan 38%, 80%, 98%
Bibit suren yang terinokulasi FMA dibandingkan dengan kontrol.
berpeluang menghasilkan tanaman yang
memiliki persen jadi (survival rate) yang B. Saran
lebih tinggi di lapang dikarenakan ino- 1. Inokulan Glomus sp1. sangat di-
kulasi FMA akan membantu penyerapan rekomendasikan untuk digunakan da-
unsur hara, menjadikan tanaman tahan lam produksi bibit suren untuk men-
terhadap lingkungan dengan cekaman air dapatkan bibit berkualitas terutama
(water stress) tinggi dan tahan terhadap untuk mendukung pertumbuhan bibit
patogen tular tanah yang menyerang akar yang akan ditanam pada lahan-lahan
tanaman (Sieverding, 1991). yang marjinal atau kurang subur di
Pembangunan konservasi ex-situ ta- lapangan.
naman suren akan lebih terjamin kelang-
2. Bibit tanaman suren yang terinokulasi
sungan hidupnya apabila dilakukan di
dengan FMA Glomus sp1. sangat
kawasan hutan dibandingkan di luar
direkomendasikan untuk digunakan
kawasan, seperti Hkm. Keuntungan pem-
dalam pembangunan konservasi ex-
bangunan konservasi ex-situ tanaman
situ tanaman suren yang memiliki
suren di kawasan hutan seperti Kawasan
sebaran alami yang terbatas.
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
akan lebih terjamin keamanannya dari
penjarahan dan kebakaran, mudah dalam
321
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 315-323

DAFTAR PUSTAKA hasiswa Pasca Sarjana IPB pada


Bidang Statistika.
Anonim. (2014). Konservasi tanaman
Irianto, R. S. B. (2009). The effect of
suren (Toona sureni Merr). Balai
arbuscular mycorrhizal fungi and
Besar Penelitian dan Pengembang-
slow release fertilizer on the
an Bioteknologi dan Pemuliaan
growth of Alstonia scholaris fungi
Tanaman Hutan. Diakses pada
mikoriza arbuskular terhadap the
tanggal 10 November 2014 di
nursery. J. For. Res., 6 (2), 139-
www.biotifor.or.id
147.
Brundrett M, Bougher, N., Dell, B.,
Irianto, R. S. B. (2014). Efektifitas fungi
Grove, T., Maljczuk, N. (1996).
mikoriza arbuskular terhadap per-
Working with mycorrhiza in fo-
tumbuhan kihiyang (Albizia pro-
restry and agriculture. ACIAR.
cera) di persemaian dan lapang. In
Canbera. 374 p.
progress.
Dinata A. (2005). Tanaman sebagai
Janos D. P. (2007). Plant responsiveness
pengusir nyamuk. http://radar
to mycorrhiza differs from de-
sukabumi.com/?p=33730. Diakses
pendence upon mycorrhizas. My-
pada tangal 3 April 2013.
corrhiza, 17, 75-91.
Entry J. A., Rygiewiczb, P. T., Watrudb,
L. S., Donnelly, P. K. (2002). Jayusman, Fiani, A., Manik, W. S.
Influence of adverse soil conditions (2008). Variasi pertumbuhan be-
on the formation and function of berapa populasi tanaman surian
Arbuscular mycorrhizas. Adv. (Toona sinensis Roem) di plot
Env. Res., 7, 123-138. konservasi ex-situ. Dalam Prosi-
Ghosh S. & Verma, N. K. (2006). ding Ekpose Hasil-hasil Penelitian:
Growth and mycorrhizal Peran Penelitian dalam Pelestarian
dependency of Acacia mangium dan Pemanfaatan Potensi
Willd. Inoculation with three Sumberdaya Hutan di Sumbagut.
vesicular arbuscular mycorrhizal Medan, 3 Desember 2008.
fungi in lateritic soil. New Forest, Jayusman, Komala, Harahap, R. M. S.
31, 75-81. (2007). Pemuliaaan jenis surian
Giovannetti M, & Mosse, B. (1980). An (Toona sinensis Roem): strategi dan
evaluation of techniques for sintesa hasil yang telah dicapai.
measuring vesicular-arbuscular Dalam Prosiding Ekspose Hasil-
mycorrhizal infection in roots. New hasil Penelitian, Peran Penelitian
Phytol., 84, 489-500. dan Pengembangan Kehutanan
Habte M. (2003). Mycorrhizal fungi and dalam Mendukung Rehabilitasi dan
plant nutrition. Plant Nutrition Konservasi Kawasan Hutan di
Management in Hawaii’s Soils, Sumbagut. Medan, 12 November
Approaches for Tropical and 2001.
Subtropical Agriculture (Editor. J. Kurniaty R. & Damayanti, R. U. (2011).
A. Silva and R. Uchida). Penggunaan mikoriza dan pupuk P
Hattingh M. J., Gray, L. F., Gerdermann, dalam pertumbuhan bibit mimba
J. W. (1973). Uptake and trans- dan suren (Toona sureni Merr)
location of 32 P-labelled phosphate umur 5 bulan. Jurnal Penelitian
to onion roots by endomycorrhizal Hutan Tanaman, 8 (4), 207-214
fungi. Soil Sci., 116, 383-387. Li M., Liu, R. J., Li, X. L. (2004).
Irawan, S. A. (2013). Personal commu- Influence of arbuscular mycorrhizal
nication: experimental design. Ma- fungi on growth and fusarium wilt
disease of water melon grown in
the field. In Li M., R. Liu, P.
322
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula .…(R.S.B. Irianto)

Christie, X. Li. 2005. Influence of Sainz M. J. Taboada-Castro M. T.,


three arbuscular mycorrhizal fungi Vilarino. (1998). Growth, mineral
and phosphorus on growth and nutrition and mycorrhizal coloni-
nutrient status of taro. Commu- zation of red clover and cucumber
nication in Soil Science and Plant plants grown in a soil amended
Analysis, 36, 2383-2396. with composted urban wastes.
Li M., Meng, X. X. Jiang J., Jiang, Q., Plant Soil, 205, 85-92.
Liu, R. J. (2000). A preliminary Sall J., Creighton, L., Lehman, A.
study on relationship beetween ar- (2005). JMP start statistic 2nd. A
buscular mycorrhizal fungi and fu- guide to statistics and data analysis
sarium wilt of watermelon. In. Li using JMP and JMP IN software.
M., Liu, R., Christie, P., Li. X. Sangat HM, Zuhud EAM, Damayanti
2005. Influence of three arbuscular EK. (2000). Kamus penyakit dan
mycorrhizal fungi and phosphorus tumbuhan obat Indonesia (Etnofito-
on growth and nutrient status of medika). Jakarta: Pustaka Populer
taro. Communication in Soil Obor.
Science and Plant Analysis, 36, Setiadi, Y., (1999). Status penelitian dan
2383-2396. pemanfaatan cendawan mikoriza
Li M., Liu, R., Christie, P., Li. X. arbuskula dan rhizobium untuk
(2005). Influence of three arbus- merehabilitasi lahan terdegradasi.
cular mycorrhizal fungi and Seminar Nasional Mikoriza I, 15-
phosphorus on growth and nutrient 16 November 1999.
status of taro. Communication in Siddiqui Z. A. & Pichtel, J. (2008). My-
Soil Science and Plant Analysis, 36, corrhizae: an overview. In my-
2383-2396. corrhizae: sustainable agriculture
Linderman, R. G., (1994). Role of VAM and forestry. Eds: Ziddiqui. p 1-36.
in biocontrol. In mycorrhizae and Sieverding, E., (1991). Vesicular-arbus-
plant health (ed. F. L. Pfleger and cular mycorrhiza management in
R. G. Linderman). The American tropical agrosystem. GTZ.
Phytopathological Society. p 1-26. Siregar, C. A. (2013). Personal commu-
Marschner H, Dell B.b (1994) Nutrient nication: experimental design. Pe-
uptake in mycorrhizal symbiosis. neliti Utama (Prof. Research) pada
Plant Soil, 159, 89-102. Bidang Tanah di Pusat Litbang
Newman M. F., Burgess P.F., Whitemore Konservasi dan Rehabilitasi, Ke-
TC. (1999). Pedoman identifikasi menterian Kehutanan, Bogor.
pohon-pohon di Pulau Kalimantan. Smith SE, Smith FA, Jakobsen, I. (2004).
Bogor, Prosea Indonesia. Functional diversity in arbuscular
mycorrhizal (AM) symbioses: the
Plenchette C., & Duponnois, R. (2005). contribution of the mycorrhizal
Growth response of the Saltbush uptake pathway is not correlated
Atriplex nummularia L. to inocula- with mycorrhizal responses in
tion with the arbuscular my- growth or total P uptake. New
corrhizal fungus glomus intra- Phytol., 162, 511-524
radices. Journal of Arid Environ- Sudrajat, D. J., Megawati, Kartiana, E.
ments, 61, 535-540. R. (2007). Penentuan metode peng-
Rhodes L. H. & Gendermann, J. W. ujian kadar air, berat 1.000 butir
(1975). Phosphorus uptake zones dan perkecambahan benih suren
of mycorrhizal and non-my- (Toona sureni (Blume) Merr).
corrhizal onions. New Phytol., 75, Jurnal Penelitian Hutan Tanaman,
555-561. 4 (3), 151-164.
323

Anda mungkin juga menyukai