2. Implementasi Pancasila
Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan
bangsa Indonesia yang mengandung tiga tata nilai utama, yaitu dimensi spiritual,
dimensi kultural, dan dimensi institusional.
Dimensi spiritual mengandung makna bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan
keseluruhan nilai dalam falsafah negara. Hal ini termasuk pengakuan bahwa atas
kemahakuasaan dan curahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa perjuangan
bangsa Indonesia merebut kemerdekaan terwujud.
Dimensi kultural mengandung makna bahwa Pancasila merupakan landasan
falsafah negara, pandangan hidup bernegara, dan sebagai dasar negara.
Dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila harus sebagai
landasan utama untuk mencapai cita-cita, tujuan bernegara, dan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Aktualisasi nilai spiritual dalam Pancasila tergambar dalam Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Hal ini berarti bahwa dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan tidak
boleh meninggalkan prinsip keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.Nilai ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia, terutama
penyelenggara negara memiliki keterpautan hubungan dengan Sang Penciptanya.
Artinya, di dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara negara tidak hanya
dituntut patuh terhadap peraturan yang berkaitan dengan tugasnya, tetapi juga
harus dilandasi oleh satu pertanggungjawaban kelak kepada Tuhan di dalam
pelaksanaan tugasnya.Hubungan antara manusia dan Tuhan yang tercermin dalam
sila pertama tersebut sesungguhnya dapat memberikan rambu-rambu agar tidak
melakukan pelanggaran-pelanggaran, terutama ketika dia harus melakukan
korupsi, penyelewengan harta negara, dan perilaku negatif lainnya. Nilai spiritual
inilah yang tidak ada dalam doktrin good governance yang selama ini menjadi
panduan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masa kini.
Nilai spiritual dalam Pancasila ini sekaligus menjadi nilai lokalitas bagi Bangsa
Indonesia yang seharusnya dapat teraktualisasi dalam tata kelola pemerintahan.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila Persatuan Indonesia, dan Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan merupakan gambaran bagaimana dimensi kultural dan institusional
harus dijalankan. Dimensi tersebut mengandung nilai pengakuan terhadap sisi
kemanusiaan dan keadilan (fairness) yang nondiskriminatif; demokrasi berdasarkan
musyawarah dan transparan dalam membuat keputusan; dan terciptanya
kesejahteraan sosial bagi semua tanpa pengecualian pada golongan tertentu.
Nilai-nilai itu sesungguhnya jauh lebih luhur dan telah menjadi rumusan hakiki
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Tiga nilai utama yang tertuang dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tersebut di atas harus senantiasa menjadi
pertimbangan dan perhatian dalam sistem dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan bangsa. Pancasila sebagai falsafah bangsa
dalam bernegara merupakan nilai hakiki yang harus termanisfestasikan dalam
simbol-simbol kehidupan bangsa, lambang pemersatu bangsa, dan sebagai
pandangan hidup bangsa.
Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah harus
termanifestasikan di setiap proses perumusan kebijakan dan implementasinya.Nilai
Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh di setiap praktik
penyelenggaraan pemerintahan yang mengandung makna bahwa ada sumber-
sumber spiritual yang harus dipertimbangkan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat agar tidak terjadi perlakuan yang sewenang-wenang dan diskriminatif.
Selain itu, nilai spiritualitas hendaknya menjadi pemandu bagi penyelenggaraan
pemerintahan agar tidak melakukan aktivitas-aktivitas di luar kewenangan dan
ketentuan yang sudah digariskan.