Anda di halaman 1dari 13

KEJANG DEMAM

(Febrile Convulsion)
BATASAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
diatas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
ETIOLOGI
1.disebabkan oleh suhu yang tinggi
2.timbul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan oleh
banyak macam agent:
a. Bakteriel:
Penyakit pada Tractus Respiratorius:
•Pharingitis
•Tonsilitis
•Otitis Media
•Laryngitis
•Bronchitis
•Pneumonia
Pada G. I. Tract:
•Dysenteri Baciller
Sepsis.
Pada tractus Urogenitalis:
•Pyelitis
•Cystitis
•Pyelonephritis
b. Virus:
Terutama yang disertai exanthema:
•Varicella •Morbili •Dengue •Exanthemasubitung

PATOFISIOLOGI
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi faktor keturunan atau genetik
Penyakit Infeksi (extra cranial)

Kenaikan Suhu

Disfungsi Neorologis Pada Jaringan Serebral

Episode Paroksisimal Berulang Suplay O2 Potensial cidera


(Kejang) menurun otak

Resiko Cidera

1
PROGNOSA
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak
menyebabkan kematian.Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat
berkembang menjadi :
•Kejang demam berulang
•Epilepsi
•Kelainan motorik
•Gangguan mental dan belajar

GEJALA KLINIS
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1.Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala
klinis sebagai berikut :
•Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
•Kejang umum tonik dan atau klonik
•Umumnya berhenti sendiri
•Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2.Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
•Kejang lama > 15 menit
•Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
•Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Anamnesis: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga
yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung).
Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula
darah).
Pemeriksaan Radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI tidak rutin dan
hanya dikerjakan atas indikasi.
Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) : tindakan pungsi lumbal untuk
pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi
lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1.Bayi < 12 bulan : diharuskan.
2.Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan.
3.Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) : tidak direkomendasikan, kecuali
pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata pada anak
usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.
DIAGNOSIS BANDING
•Meningitis
•Ensefalitis
•Abses otak
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi :
2
Penanganan pada saat kejang
•Menghentikan kejang :Diazepam dosis awal 0,3 – 0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan) atau 0,4 – 0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL
SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan
dosis yang sama 20 menit kemudian.
•Turunkan demam :
Anti Piretika :Parace tam ol 10 mg/KgBB/dosis PO atauIbuprofen 5 – 10
mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3 – 4 kali per hari.
Kompres : suhu > 39° C dengan air hangat, suhu > 38° C dengan air biasa.
•Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan
penyakit dasarnya.
•Penanganan suportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian
oksigen, menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan
keseimbangan tekanan darah.
Pencegahan Kejang
•Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan
Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak
menderita penyakit yang disertai demam.
•Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata denganAsam
Valproat 15– 40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 – 3 dosis.
KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
Tindakan pada saat kejang :
•Baringkan ditempat yang rata, miringkan kepala
•Singkirkan benda-benda yang berbahaya di sekitar pasien
•Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
•Isap lendir sampai bersih
•Berikan oksigen
•Bila suhu tinggi berikan kompres secara intensif
•Setelah pasien sadar penuh berikan minum hangat
•Jika kejang masih berlangsung dengan tindakan ini segera hubungi dokter
2.Suhu tubuh meningkat diatas normal berhubungan dengan infeksi
Tindakan yang dilakukan :
•Berikan minum yang banyak
•Berikan suasana yang nyaman
•Observasi tanda-tanda vital
•Berikan selimut yang tipis dan pakaian yang menyerap keringat
3.Resiko terjadi bahaya / injury
Tindakan yang dilakukan :
•Tempatkan pasien kejang pada tempat yang datar dan aman
•Hindarkan benda-benda yang berbahaya di sekitar pasien
•Monitor ketat keadaan umum pasien setelah pemberian konvulsan
4.Kurangnya pengetahuan orang tua,mengenai penyakit
Menjelaskan pada orang tua tentang :
•Menyediakan obat antipiretika dan anti konvulsan sesuai petunjuk dokter
•Anak segera diberikan obat antipiretik bila demam
•Penanganan kejang sederhana di rumah : dibaringkan di tempat yang rata
dan aman, melonggarkan baju, memberikan kompres dingin, memberi
minum setelah pasien sadar penuh.
•Bila kejang berlangsung lama segera bawa ke rumah sakit
•Bila diberikan diazepam rectal, ajarkan pemakaian.

3
•Jika anak mendapat imunisasi beritahukan orang tua agar menjelaskan pada
petugas kesehatan jika anaknya penderita kejang demam dan diberikan
imunisasi yang tidak mengakibatkan demam.

GANGGUAN METABOLISME OTAK


Lalu mengapa bisa terjadi kejang ? “Suhu badan yang tinggi akan menyebabkan gangguan metabolisme basal. Padahal
kenaikan suhu tubuh sebesar 1 C saja sudah bisa menyebabkan peningkatan metabolisme basal (yakni jumlah minimal
energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh) sebanyak 10-15%. Pada kondisi ini, kebutuhan
oksigen pada otak naik sebesar 20%. Masalahnya, di usia balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh
tubuh. Bandingkan pada orang dewasa yang hanya 15%. Itulah sebabnya, jelas dokter spesialis anak yang antara lain
berpraktek di RS Pondok Indah ini, kenaikan suhu tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak.
Konsekuensinya, keseimbangan sel otak pun akan terganggu. Gangguan tersebut akan menimbulkan terjadinya
pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibatnya, terjadilah kekakuan otot yang
menyebabkan kejang di sekujur tubuh tadi. Kejang demam, jelas Adi, mengindikasikan si kecil memiliki penyakit yang
memicu demam seperti tuberkolusa (TBC). Bisa juga penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti flu, radang tenggorok,
gondongan, campak, demam berdarah, tipus, dan sebagainya. Demam yang menjadi pemicu kejang pun bisa muncul
akibat reaksi tubuh terhadap kondisi yang ada. Seperti anak yang tersengat sinar matahari dalam jangka waktu yang
lama, sedang tumbuh gigi, atau setelah mendapat imunisasi. “Makanya banyak dokter yang memberi obat penurun
panas setelah si kecil diimunisasi. Berikan segera obat penurun panas ini pada anak,” saran Adi.
PUNYA “RIWAYAT” KEJANG
Selain karena demam, ada pula kejang yang mucul tanpa disertai demam. Salah satu penyebab kejang semacam ini
adalah adanya gangguan pada fungsi otak. Bisa akibat alergi, cacat bawaan, trauma lahir, trauma kepala, tumor otak,
radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan metabolisme, gangguan
peredaran darah ataupun karena keracunan. Jangan salah, diare dan muntah pun bisa menyebabkan kejang pada anak.
Penyebabnya adalah gangguan keseimbangan elektrolit darah akibat muntah dan diare tadi yang menyebabkan banyak
cairan tubuh terbuang. Penyebab lainnya yaitu sakit dalam jangka waktu lama yang menyebabkan kadar gula darah
rendah, asupan makan yang kurang, atau yang bersangkutan sudah lama menderita kejang akibat gangguan epilepsi.
“Kejang akibat epilepsi biasanya mudah dideteksi dengan melihat riwayat kejang demam pada keluarga. Sebab itu,
orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami
kejang serupa.”
Kejang semacam ini umumnya berlangsung lebih dari 15 menit. Setelah mengalami kejang, biasanya anak akan terlihat
lemas, mengantuk lalu tertidur pulas. Saat terbangun, bila kejang tadi tidak berdampak pada fungsi otak, anak bisa pulih
kembali. Sementara jika sempat mengenai otak, biasanya anak akan mengalami gangguan perilaku. Bisa juga si kecil
jadi sering terkena mengalami kejang.
SEGERA BAWA KE DOKTER !! (jangan menjadi orang tua yang pelit…)
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Adi menyarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan
pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam. Setelah itu, jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke
dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit.
Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan
memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. “Sebagai
pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena
bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama,” tukas Adi pula.
Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena
retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan
tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal. Bahkan
beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena
kejang demam, orang tua pun mesti ekstrahati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa
atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali. Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas
dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena
dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan
gangguan fungsi otak.
CIRI-CIRI KEJANG 
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:

4
- kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit .
- bola mata berbalik ke atas
- gigi terkatup
- muntah
- tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
- pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
- pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari
beberapa detik sampai puluhan menit.
TIPS ATASI KEJANG DEMAM
Berikut beberapa penjelasan dari Adi tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara
36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka
37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak. Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .
Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung
tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua
sendiri. . Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran
suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding
ketiak. Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik
hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah
parah.
Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol
amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan. Lebih aman gunakan kompres air biasa
yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh.
Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan. Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang
mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan
mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.
Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang
banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang
menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan. . Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian
tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang
mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.
YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA
Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C. Kompres dengan lap hangat (yang
suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan
“korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi. Agar si kecil tidak
cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap
terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak
menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.
Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak
tersedak.
KEJANG TANPA DEMAM 
Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak
sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang
berlebihan di luar kehendak. “Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau
bisa juga tanpa disertai demam.” Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya
disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang
telinga, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak
disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.
BISA DIALAMI SEMUA ANAK 
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut
step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru
lahir. “Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya
bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran
yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil,” tutur Merry.

5
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui
masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan). “Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes,
sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah, Red.). Dengan demikian, enggak demam pun,
dia bisa kejang.” Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap
kejang. “Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang.” Uniknya, tambah Merry, bayi prematur justru jarang
sekali menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah
sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.”
JANGAN SAMPAI TERULANG
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh
dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan
anak. Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. “Setiap menit,
kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak. Bayangkan apa
yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa
menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.
”Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak
yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.
DIMONITOR TIGA TAHUN 
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan
neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa
demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di
antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.”Harus diusahakan, dalam tiga tahun
sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut,” bilang Merry. Dokter akan mengawasi selama tiga tahun
sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa
detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik. Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan
mental.
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? “Hitungannya harus dimulai lagi dari
tahun pertama. ”Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah
kejang. Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang
selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak
lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada
tumor di otak.
RAGAM PENYEBAB
“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,” kata Merry
yang lalu menjabarkannya satu per satu di bawah ini. * Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang
mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang. Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak,
radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).* Bukan neurologis Bisa
disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang
asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan
obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat
kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya
berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.
MENOLONG ANAK KEJANG 
Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya.
“Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan,” tutur
Merry.
Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. “Ini
sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang
kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar.” Guna memiringkan tubuh adalah
supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan
memperparah keadaan.
Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang
tersebut. 
“Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila
diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.”
6
Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. “Usahakan lama
kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau
punya riwayat kejang.”

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada bayi dan anak yang umumnya terjadi pada rentang usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Jarang sekali terjadi untuk pertama kali pada usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 3 tahun. Kejang ini diprovokasi oleh terjadinya
demam terlebih dahulu tanpa adanya infeksi pada system saraf pusat. Demam yang terjadi biasanya pada suhu rektal lebih dari
38oC.
Kejang demam terjadi karena pusat pengaturan panas di otak bayi atau anak belum berkembang secara maksimal, sehingga pada
keadaan demam akan terjadi kejang. Dapat dikatakan bahwa bayi atau anak yang mempunyai ambang panas yang rendah,
sehingga pada keadaan demam yang tidak terlalu tinggi pun, si anak bisa kejang.
Yang terjadi pada saat kejang adalah bahwa pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya
muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter,
sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang
disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan
infeksi saluran pernafasan lainnya.
Ada dua tipe kejang demam, antara lain :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizures). Yakni kejang yang terjadi menyeluruh yang berlangsung kurang dari
15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizures). Yakni kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh),
berlangsung lebih dari 15 menit dan atau dapat berulang dalam waktu singkat.

Yang membedakan antara kejang demam dan kejang lain (termasuk penyakit epilepsi) adalah bahwa kejang demam selalu
didahului oleh terjadinya demam. Bisa karena bermacam penyakit ringan seperti batuk pilek, diare dan lain-lain. Sedangkan
epilepsi tidak didahului oleh demam, dan penyebab utamanya adalah karena adanya kelainan pada otak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang :

1. Usia kurang dari 15 bulan saat terjadinya kejang demam pertama.


2. Adanya riwayat kejang demam pada keluarga.
3. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau pada saat suhu tubuh relatif normal
4. Riwayat kejang demam yang sering.
5. Kejang demam pertama adalah jenis kompleks.

7
Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak. Menurut IDAI, kejadian kejang
demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan
tetapi biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan anaknya menderita kejang
demam.
Apa yang dimaksud dengan Kejang Demam?, Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar
matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih
gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari
1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
- Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan
tidak berulang dalam 24 jam.
- Complex febrile seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal (hanya
melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat
(selama demam berlangsung).
Lalu apa yang membedakan kejang demam ini dengan epilepsi? Walaupun gejalanya sama yaitu kejang dan
berulang, namun pada anak yang menderita epilepsi, episode kejang tidak disertai dengan demam.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
- Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
- Riwayat demam yang sering
- Kejang pertama adalah complex febrile seizure
Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya
akan terjadi kembali kejang demam. Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25%
dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan = 3 faktor risiko.
Bagaimana jika anak anda demam yang disebabkan oleh imunisasi?Walaupun imunisasi dapat menimbulkan
demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan
risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut :
· DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.
· MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang
demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada
imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.
Sebenarnya, apa sih yang terjadi dalam tubuh saat anak mengalami kejang demam? Pada keadaan demam,
kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen
20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan
bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak,
tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang
demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen
dari otak.
Melihat paparan kejadian dalam tubuh diatas, saya tarik benang merah gejala yang bisa anda lihat saat anak
mengalami Kejang Demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan
suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung
selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).

8
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik),
gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2
menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air
kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
Saat anak mengalami Kejang Demam, hal hal penting yang harus kita lakukan antara lain :
- Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.
- Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam
- Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut
- Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya sendiri.
- Hubungi dokter anak anda
Akhirnya timbul pertanyaan bagaimana cara mencegah agar anak tidak mengalami Kejang Demam, seperti
yang saya tulis diatas kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian besar
kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah. Dulu digunakan obat anti kejang sebagai
tindakan pencegahan pada anak-anak yang sering mengalami kejang demam, tetapi hal ini sekarang sudah
jarang dilakukan.
Pada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat mereka menderita demam bisa
diberikan diazepam (baik yang melalui mulut maupun melalui rektal).
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, perjalanan penyakitnya baik dan tidak menimbulkan
kematian.
KEJANG DEMAM
  
Darto Saharso
 
Divisi Neuropediatri
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak – FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya
 
BATASAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
 
PATOFISIOLOGI
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetik
 
GEJALA KLINIS
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1.      Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
 Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
 Kejang umum tonik dan atau klonik
 Umumnya berhenti sendiri
 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2.      Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
 Kejang lama, > 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
 
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
 Anamnesis:
Biasanya didapatkan riwayat kejang deman pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara
kandung).
 
 Pemeriksaan neurologis:
9
Tidak didapatkan kelainan
 Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari
penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah)
 Pemeriksaan radiologi:
X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi
 Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS):
Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.      Bayi < 12 bulan: diharuskan
2.      Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan
3.      Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis
 Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG):
Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam
komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)
 
DIAGNOSIS BANDING
        Meningitis
        Ensefalitis
        Abses otak
 
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.
1.      Penanganan Pada Saat Kejang
        Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan)
atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi
dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
        Turunkan demam:
o       Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari
o       Kompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasa
        Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
        Penanganan suportif lainnya meliputi:
o       Bebaskan jalan nafas
o       Pemberian oksigen
o       Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
o       Pertahankan keseimbangan tekanan darah
 
2.      Pencegahan Kejang
        Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3
mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
        Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40
mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis
 
PROGNOSIS
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
        Kejang demam berulang
        Epilepsi
        Kelainan motorik
10
        Gangguan mental dan belajar
 
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38ºC) yang
disebabkan oleh proses
Ekstrakranium
KLINIS :
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun.Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan
tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk
dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi atas 2 jeins:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) ; yaitu :
Kejang demam yang berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berupa
kejang umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang demam tidak berulang dalam 24 jam. Kejang
jenis ini merupakan 80% dari seluruh kejang demam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) ; yaitu :
Kejang dengan salah satu ciri berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi penyebab demam, atau
keadaan lain; misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan gula darah. Punksi lumbal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis; risiko meningitis bakterialis adalah 0.6% - 6.7
%. Jika yakin klinis bukan meningitis, tidak perlu dilakukan. Mengingat manifestasi klinis meningitis sering
tidak jelas pada bayi ;
maka pada:
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan punksi lumbal
2. Bayi antara 12  18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
risiko epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya
pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.
Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada :
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (n.abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema
PENATALAKSANAAN
Saat kejang
Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang diberikan diazepam intravena
0.3  0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3  5 menit, dosis maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5
mg. untuk anak dengan berat badan
< 10 kg,. dan 10 mg. jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk usia < 3 tahun dan 7.5
mg. untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit. Jika setelah dua kali pemberian diazepam perrektal masih
belum berhenti, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumahsakit :
Diberikan diazepam intravena 0.3  0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan fenitoin intravena 10-20
mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50 mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4-8
mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.
Pemberian obat saat demam

11
Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam; tetapi dapat diberikan
parasetamol dengan dosis 10 -15 mg/kg.bb/kali diberikan 4 kali sehari, tidak lebih dari 5 kali sehari. Obat
lain ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/ kgbb/kali, 3  4 kali sehari.Asam asetil salisilat tidak dianjurkan
terutama pada usia < 18 bulan karena risiko sindrom Reye Diazepam oral 0.3 mg/kg.bb tiap 8 jam saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang demam pada 30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal
0.5 mg/kg.bb setiap 8 jam pada suhu > 38.5ºC.

Hati hati dengan efek samping ataksia, iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39% kasus. Fenobarbital, fenitoin dan
karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis
Diberikan jika:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang,misalnya paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental,
hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan jika :
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
3. Kejang demam 4 kali/tahun
Jenis obat :
Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40mg/kg.bb/hari dibagi 2-3 dosis; atau
fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis.Asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati padasebagian kecil kasus terutama pada usia < 2 tahun; fenobarbital dapat menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar pada 40% - 50% kasus.
Lama pengobatan :
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan.
PROGNOSIS
Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.Perkembangan mental dan
neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Ada penelitian retrospektif yang
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama
atau kejang berulang. Kematian akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Risiko berulang
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia < 12 bulan
3. Suhu rendah saat kejang demam
4. Cepatnya kejang setelah demam
Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%. Sebagian besar berulang
pada tahun pertama
(setelah kejang). Risiko epilepsi
Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4%  6%; kombinasi faktor risiko tersebut
meningkatkan risiko
epilepsi menjadi 10%  49%. Risiko epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis
pada kejang demam.
EDUKASI PADA ORANGTUA
Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang menakutkan. Kecemasan ini
dapat dikurangi dengan antara lain:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
12
Prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat
Jika anak kejang, lakukan hal berikut :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut
dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut.
4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang
5. Tetap bersama anak selama kejang
6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumahsakit jika kejang berlangsung 5 menit.

13

Anda mungkin juga menyukai