Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

PANCASILA

Dosen Pembimbing :
Lahmuddin S.H., M.Hum

Disusun Oleh :
Elvira 1902030041

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
P.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan “MAKALAH PANCASILA”

ini. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih

memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun

penulis pun menyadari bahwa saya memiliki akan adanya keterbatasan saya

sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan

baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan

kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca  sangat diharapkan

oleh saya untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam

pengetahuan kita bersama. Harapan  ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian

Medan, 14 November 2019

Elvira

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara....................................................... 3

2.2 Pancasila Dalam Konteks Perjuangan Bangsa..................................... 7

2.3 Pancasila Sebagai Filsafat..................................................................... 11

2.4 Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan .......................................... 11

2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa

Dan Bernegara...................................................................................... 14

2.6 Pancasila Sebagai Etika Politik............................................................ 21

2.7 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Sebagi Identitas Dan

Karakter Bangsa.................................................................................... 23

2.8 Pancasila Dalam Konteks HAM........................................................... 29

2.9 Konsepsi Wawancara Nusantara.......................................................... 31

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 41

3.2 Saran..................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara

resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik

Indonesia tahun II No.7 bersama-sama batang tubuh UUD 1945. Sebagai

dasar filsafat negara Republik Indonesia, Pancasila mengalami berbagai

macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal tersebut Pancasila

tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa

dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi

kepentingan politik penguasa pada saat itu. Pancasila sebagai paradigma

dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan

berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya sebagai sistem nilai yang

dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah

atau tujuan bagi yang menyandangnya diantaranya bidang politik, bidang

ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum, bidang kehidupan antar

umat beragama.

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara telah

berhasil menyusun Pedoman Umum Implementasi Pancasila Dalam

Kehidupan Bernegara, namun masih perlu dirumuskan ke dalam


Paradigma yang secara operasional dapat digunakan sebagai pedoman dan

model baik dalam merumuskan kebijakan publik maupun sebagai acuan

kritik, untuk menentukan mana yang sesuai atau yang tidak sesuai dengan

Pancasila.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks Perjuangan Bangsa ?

2. Bagaimanakah Pancasila sebagai Ideologi Negara?

3. Bagaimanakah Pancasla sebagai Filsafat?

4. Bagaimanakah Pancasila dalam Konteks ketatanegaraan?

5. Bagaimanakah Pancasila sebagai Paradigma kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara?

6. Bagaimanakah Pancasila Sebagai Etika Politik?

7. Bagaimanakah Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sebagi

identitas dan karakter bangsa?

8. Bagaimanakah Pancasila dalam konteks HAM?

9. Bagaimanakah Konsepsi Wawancara Nusantara?

1.3 TUJUAN

Makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui tentang

Pancasila Indonesia yang sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini

juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea

yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi

yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu

tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi,

2001:57).

Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan

sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi

landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi

seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan

pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat

benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm

used for any group of ideas concerning various political and aconomic

issues and social philosophies often applied to a systematic scheme of

ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk

sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi

3
filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis

tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan

masyarakat.

Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi

filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran

manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati

atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama

dengan ruang dan waktu.

Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal

itu kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang

mengandung suatu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk

dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama

dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama

Pancasila.

Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi

status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi

persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu

berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan

didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.

4
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian

kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah

fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari

pusat sampai ke daerah-daerah.

Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan

hidup masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup

segala macam nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi

orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi

bangsa, maka keberadaannya  selalu diimplementasikan ke dalam perilaku

kehidupan dalam rangka berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kalau

dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut,

sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter manusia

Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari

pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia

seutuhnya itu, dapat diilustrasikan  Pada sila pertama tersirat bagaimana

manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya.

Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap

hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya

pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang

tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga

menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan

betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai

5
berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh.  Sila

keempat telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia

mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan

sesuatu menyangkut kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan

kehidupan berdemokrasi yang  terlindungi antara menyuarakan hak dan

kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.  

Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan

suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu

sendiri. Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah

sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan

sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai

pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan

roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala macam praktik

kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam

Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka mengamalkan dan

mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif

dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat

kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,

harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.

Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai

sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai

weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak

6
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya

setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di

dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang

tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila

sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif

memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai

pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi

hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya

sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan

Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional

atau ideologi Negara.

2.2 Pancasila Dalam Konteks Perjuangan Bangsa

Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal

28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat

dalam pidato pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan

pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa

yang akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan

paling dominan sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah

7
pembicara yang mengajukan gagasan mereka mengenai dasar filosofis

Indonesia.

Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan

gagasannya mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang

berjudul “Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato

tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam

antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang

menghendaki dasar negara sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya

dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara,

terbukti dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan

Piagam Jakarta diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap

pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus berkembang

hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol Gluck

mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak

meributkan masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat

pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus

1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi.

Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan

dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi

antara kelompok yang memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan

kelompok yang memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada

8
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI

berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan

Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.

Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering

dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an,

Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu bagi

semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata

ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas

Islam yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi

pemberontakan Darul Islam terhadap pemerintah pusat. Setelah

pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku

Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945 sebagai

satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya

dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.

Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang

diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam

terbesar, Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan

regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai

politik yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai

politik karena mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang

9
terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan sebuah konsep

yang dikenal dengan NASAKOM yang berarti persatuan antara

nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis

yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil

sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada

runtuhnya kekuasaan Orde Lama.

Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa

rezim baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama.

Soeharto mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini merupakan

cara yang paling tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai bentuk

perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan

dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang semakin mengedepan

dikarenakan Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas bahwa

perjuangan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara

murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang

menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang

berkuasa.

Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai

adanya jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-

tesis dari Orde Baru yang dianggap menindas dengan konfrimitas

ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat

10
sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari

negara. Lepas kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari

tragedi besar dan konflik berkepanjangan. Tampaknya era ini mengulang

problem perdebatan ideologi yang terjadi pada masa Orde Lama, Orde

Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian secara

mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung

mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan berakibat

pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara politis-

ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila

menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia

2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Definisi pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu satu kesatuan yang

saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi

yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi pancasila pada

dasarnya satu bagian atau unit-unit yang berkaitan satu sama lain, dan

memiliki fungsi serta tugas masing-masing.

2.4 Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan

Pancasila dalam kontek ketatanegaraan Republik Indonesia adalah

pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban,

keadilan sosial, dan lainnya diatur didalam undang-undang dasar negara.

11
1. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasar Kepada UUD45

Dari segi Supra Struktur adalah Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif

Dari segi Infra Struktur ada Parpol, Golongan Kepentingan (Interest

Group), Golongan Penekan (Pressure Group), Alat Komunikasi Politik

(Media Massa) dan Tokoh-tokoh Politik.

Lembaga Tinggi Negara

Presiden,

Sebagai kepala pemerintahan, bertugas sebagai kepala negara yang

memegang kekuasaan pemerintahan.

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),

Sebagai wakil rakyat yang memiliki tugas sebagai legislatif, fungsi

anggaran dan fungsi pengawasan.

DPD (Dewan Perwakilan Daerah),

Bertugas sebagai lembaga perwakilan daerah.

MA (Mahkamah Agung),

Bertugas sebagai pemegang kekuasaan kehakiman.

MK (Mahkamah Konstitusi),

Bertugas sebagai lembaga pengawal konstitusi.

KY (Komisi Yudisial),

Bertugas sebagai lembaga pengawas fungsi kehakiman.

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),

Bertugas sebagai pemeriksa tanggung jawab keuangan negara.

12
Pembagian Kekuasaan

Eksekutif : didelegasikan kepada presiden (ps 4 ayat 1 UUD1945).

Legislatif : didelegasikan kepada Presiden, DPR, dan DPD (Ps 5 ayat

1, ps 19, dan ps 22C UUD1945) .

Yudikatif: didelegasikan kepada Mahkamah Agung (Ps 24 ayat 1

UUD1945).

Inspektif: didelegasikan kepada BPK dan DPR (ps 20A ayat 1) .

2. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara RI

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum.

Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak

bersifat absolutisme.

Kekuasaan negara yang tertinggi dilaksanakn MPR.

Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di

bawah MPR.

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak

bertanggung jawab kepada DPR.

Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

3. Hubungan Negara Dengan Warga Negara Dan HAM Menurut

UUD 1945

13
Menurut UUD 1945, hubungan negara dengan warga negara erat

kaitannya dengan hak asasi manusia.

Warga negara ialah orang-orang Indonesia dan orang-orang lain yang

bertempat tinggal di Indonesia, meyakini Indonesia sebagai tanah

airnya dan bersikap setia kepada negara RI.

Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang

bertempat tinggal di Indonesia.

Ikatan seseorang yang menjadi warga negara menimbulkan suatu hak

dan kewajiban.

4. Simbol-Simbol Pemersatu Indonesia

Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih.

Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.

Lambang negara adalah Garuda Pancasila, dengan semboyan “Bhineka

Tunggal Ika”.

Lagu Kebangsaan negara Indonesia adalah Indonesia Raya.

Lembaga tertinggi negara adalah MPR, pemegang dan pelaksanaan

kedaulatan rakyat.

2.5 Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara 

1.  Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

14
Tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang

rinciannya adalah sebagai berikut : “melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah indonesia” hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara

hukum formal ataupun rumusan “memajukan kesejahteraan umum

mencerdaskan kehidupan bangsa“ hal ini dalam pengertian negara hukum

material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan

khusus/nasional.

Adapun tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamain abadi dan

keadilan sosial”.

Secara filsofis hakikat kedudukan pancasila sebagai pradigma

pembangunnan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam

segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat

nilai-nilai sila-sila pancasila.

Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralisasi” meliputi susunan kodrat

manusia, rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu

dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk

pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

a.      Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek

15
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya merupakan suatu

hasil kreativitas rokhani manusia. Akal merupakan potensi rokhaniah

manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang

estetis dan kehendak dalam bidang moral(etika). Tujuan yang esensial

dari iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga iptek

pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai.

Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasakan

pada moral Ketuhana dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

b.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam

Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam negara untuk

mencapai tujuan seluruh warga harus mendasarkan pada hakikat

manusia sebagai subjek pelaksanaan sekaligus tujuan pembangunnya.

Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Negara harus

berdasarkan pada hakikat manusia. Hakikat manusia adalah

‘monopoluralis’ artinya meliputi berbagai unsur yaitu rokhani-jasmani,

individu-makhluk sosial serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan

yang Maha Esa.

1)      Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

16
Drs. Moh.Hatta, menyatakan bahwa negara berdasarkan atas

Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik

negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus

mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila

pancasila sehingga. Praktek-praktek politik yang menghalalkan

segala cara dengan memfitnah, memprovokasi menghasut rakyat

yang tidak berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri.

Pancasila dalam pengembangan kehidupan politik dapat dilakukan

dengan cara :

a)      Mewujudkan tujuan negara demi peningkatan harkat dan

martabat manusia

b)      Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam

kehidupan politik, bukan hanya sebagai objek politik penguasa

semata.

c)      Sistem politik negara harus mendasar pada tuntutan hak dasar

kemanusiaan

d)     Para penyelengggara dan politisi negara senantiasa memegang

budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral

rakyat Indonesia

2)      Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

17
Perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 menumbuhkan

ekonomi kapitalis. Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di

Eropa pada awal abad ke-19 munculah pemikiran sebagai reaksi

atas perkelimbangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme

yang memperjuangkan nasib kaum proletar yag di tindas oleh

kaum kapitalis.

Mubyarto mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi

yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi

kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah untuk

memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih

sejahtera. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas

kekeluargaan seluruh bangsa.

Perwujudan pancasila sebagai paradigm pembangunan bidang

ekonomi dapat dilakukan dengan cara :

a)      Sistem ekonomi negara senantiasa mendasar pada pemikiran

untuk mengembangkan ekonomi atas dasar moralitas

kemanusiaan dan ketuhanan

b)      Menghindari pengembangan ekonomi yang mengarah pada

sistem monopoli persaingan bebas

18
c)      Mengembangkan sisitem ekonomi kerakyatan dan

kekeluargaan yang ditujukan untuk mencapai kesejahteraan

rakyat secara luas

3)      Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik,

artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang

bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagi mahkluk yang

berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua pancasila yaitu

“kemanusiaan yang adil dan beradab”. Pancasila merupakan

sumber normatif bagi peningkatan humanisasi

dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka kesadaran pancasila

dapat merupakan dorongan untuk :

a)      Universalisasi yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan

struktur, dan

b)      Transendentalisasi yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan

manusia, dan kebebasan spiritual (koentowijoyo,1986).

Perwujudan Pancasila sebagai paradigma

pengembangan bidang sosial budaya dapat dilakukan dengan

cara:

a)      Senantiasa berdasarkan sistem nilai yang sesuai dengan nilai-

nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia

19
b)      Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan derajat

kemerdekaan manusia dan kebebasan spiritual

c)     Menciptakan sistem sosial budaya yang beradab

melaluipendkatan kemanusiaan secara universal

4)      Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan HanKam

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu

masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka

diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam

rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka

melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu pertahana dan

keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan negara

harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung

dalam pancasila.

Pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan pada

tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai

makhluk Tuhan yang Maha Esa (sila I dan ll). Pertahanan dan

keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi

kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga negara (sila

lll). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak

dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila IV )

dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukan

20
demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya

suatu keadilan sosial) agar benar-benar negara meletakan pada

fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya

suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan.

Perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan

bidang hankam dapat dilakukan dengan cara:

a)      Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan kepada tujuan

demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk

Tuhan.

b)      Pertahanan dan keamanan negara harus berdasarkan pada tujuan

demi tercapainya kepentingan seluruh warga Negara Indonesia.

c)      Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak asasi

manusia . persamaan derajat serta kebebasan manusia.

d)     Pertahanan dan keamanan negara harus diperuntukan demi

terwujudnya keadilan dalam kehidupan masyarakat.

5)      Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan

Beragama

Dalam hal ini Negara menegaskan dalam pokok pikiran IV

bahwa ”negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, atas

asas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini berarti

bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai

ketuhanan. Negara memberikan kebebasan pada warganya untuk

21
memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaan masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam negara indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan

beragama/dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi di

bidang agama. Dasar-dasar ajaran-ajaran sesuai dengan keyakinan

masing-masing maka dalam pergaulan hidup negara kehidupan

beragama hubungan antara pemeluk agama didasarkan atas nilai-

nilai kemanusiaan yang beraab hal ini berdasarkan pada nilai

bahwa semua pemeluk agama adalah sebagai bagian dari umat

manusia di dunia.

2.6 Pancasila Sebagai Etika Politik

Etika adalah kelompok filsafat praktis yang membahas tentang bagaimana

dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana

kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab dengan berbagai

ajaran moral. Pengertian politik berasal dari kata “Politics”, yang memiliki

makna bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau

negara yang menyangkut proses penentuan tujuan – tujuan.

Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan

perilaku atau perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik atau

buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat keyakinan masyarakat,

berbangsa, dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para

penganutnya, seperti komunisme dan demokrasi.

22
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan

subjeksebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik

berkaitan eratdengan bidang pembahasan moral.hal ini berdasarkan

kenyataan bahwa pengertianmoral senantiasa menunjuk kepada manusia

sebagai subjek etika. Maka kewajibanmoral dibedakan dengan pengertian

kewajiban-kewajiban lainnya, karena yangdimaksud adalah kewajiban

manusia sebagai manusia, walaupun dalam hubungannyadengan

masyarakat, bangsa maupun negara etika politik tetap meletakkan

dasarfundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan

akar etika politikbahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat

manusia sebagai makhluk yangberadab dan berbudaya berdasarkan suatu

kenyataan bahwa masyarakat, bangsamaupun negara bisa berkembang ke

arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.

Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih

baik, baik bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun

institusi-institusi politik yang adil. Etika politik membantu untuk

menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan

struktur-struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini

menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya

sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara. Nilai-nilai

Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik. Dalam pelaksanaan dan

23
penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam

Negara dijalankan sesuai dengan:

1. Legitimasi hukum

2. Legitimasi demokratis

3. Legitimasi moral

2.7 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sebagai Identitas dan

Karakter Bangsa

1. Pengertian Pancasila sebagai Identitas Nasional

Kata identitas berasal dari bahasa inggris, yaitu identity yang memiliki

pengertian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada

seseorang atau sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Dalam

term antropologi ,indentitas adalah sifat khas yang menerangkan dan

dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri,kelompok

sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas

tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada kelompok

lain.

Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada

kelompok –kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-

kesamaan, baik fisik seperti budaya, agaman dan bahasa maupun non

fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Himpunan kelompok-

kelompok inilah yanh kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa

atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan

24
kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-

pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasioanl sendiri

tidak bisa dilepaskan dari kemunculan konsep nasionalisme.

Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus

mampu mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap

berjalan dalam koridornya yang bukan berarti menentang arus

globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan

menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila

menghubungkan kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan

Pancasila sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini

merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila

yang mampu menggambarkan karakteristik yang membedakan

Indonesia dengan negara lain.

Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak

pernah ada padanan sebelumnya.Perlu dirumuskan oleh suku-suku

tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri

yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan

bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era

globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan

internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era

globalisasi dewasa ini, ideologi kapitalisme yang akan menguasai

dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan

menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian

25
besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib,

sosial, politik dan kebudayaan.

Perubahan

2. Alasan Pancasila menjadi Identitas Nasional

Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa

Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional,

memilki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan

bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia berkembang

menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar

filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan

bernegara.

Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang

diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian

diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu

Pancasila.Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada

pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.

Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat

bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-

nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

sebagai kepribadian bangsa.

3. Pengertian Pancasila sebagai Karakter Bangsa

26
Istilah karakter dapat diartikan sebagai sistem daya juang ( daya

dorong , daya gerak , dan gaya hidup ) yang berisikan tata nilai

kebajikan dan moral yang berpatri dalam diri manusia . tat nilai itu

merupakan peroaduan aktualisasi potensi dari dalam diri manusia serta

internalisasi nilai nilai ahklak dengan moral dari luar ( lingkungan )

yang melandasi pemikiran , silkap , dan prilaku . dengan kata lain ,

karakter adalah nilai kebajikan ahlak dan moral yang terpatri dan

menjadi nilai instrinsik dalam diri manusia yang melandasi pemikiran ,

sikap dan prilakunya .

Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu –

individu warga bangsa yang berproses secara terus-menerus dan

kemudian mengelompok . karakter bangsa indonesia merupakan

kristilasasi nilai-nilainya kehidupan nyata bangsa indonesia yang

merupakan perwujudan dan pengalaman pancasila

4. Alasan Pancasila sebagai Karakter Bangsa

Melalui pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila, para

generasi muda akan dapat menjadi warga negara yang baik yang

mampu memahami hak dan kewajibannya, memahami ideologi negara

secara utuh dan benar. Melalui pendidikan karakter berbasis Pancasila

ini, para generasi muda mampu menjadi warga negara Indonesia yang

baik, cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan Pancasila dan

UUD 1945.

27
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku

yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai

keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata

lain pendidikan karakter mengajarkan bangsa ini, pemuda negeri ini,

untuk berpikir cerdas sehingga mampu mengatasi berbagai macam

masalah baru yang ada, meningkatkan kemampuan untuk berbaur

dengan bangsa lain dengan tetap mempertahankan identitas dan budaya

bangsanya.

Pancasila mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu sebagai

pandangan hidup bangsa. Bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

dijadikan landasan pokok dalam berpikir dan berbuat, dan hal ini

mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai

Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku baik dalam perilaku hidup

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satunya dengan

menerapkan pendidikan berkarakter. Dengan berlandaskan pancasila

maka tingkah laku kita akan terlindungi dari hal-hal yang tidak sesuai

dengan pancasila, dikarenakan saat ini sudah berkembang tentang

kenakalan remaja dalam masyarakat seperti perkelahian masal

(tawuran). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan

Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

28
kehidupan bangsa. Hal tersebut juga terdapat pada pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

Pendidikan karakter tidak saja merupakan tuntutan Undang-Undang

dan peraturan pemerintah, tetapi juga oleh agama. Hal itu dicerminkan

dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembangunan

karakter bangsa mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu untuk

mengembangkan karakter bangsa sehingga mampu mewujudkan

masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan

yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia kita harus mempunyai karakter yang sesuai

dengan pancasila, jadi setiap aspek karakter yang diberikan harus

dijiwai oleh ke lima sila Pancasila secara utuh. Pendidikan karakter

pada dasarnya dapat diberikan dalam setiap pembelajaran. Materi

pembelajaran yang berkaitan dengan pancasila perlu dikembangkan

antara lain materi tentang norma atau ilai-nilai sehingga karakter

seseorang yang sesuai dengan pancasila dapat dibentuk dari proses

pembelajaran.

29
Membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan

untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat

kejiwaan, ahlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga

menunjukkan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

2.8 Pancasila dalam Konteks HAM

Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan

UUD 1945 dan terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang

merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental tentang dasar

filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia,

terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah

perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang

dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas

dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan.

Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan

Sebagai berikut :

1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk

memeluk agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan

agama.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap

warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum serta serta

30
memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan

dan perlindungan undang-undang.

3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu

diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban dan

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan

pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana

hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat

persaudaraan.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan

pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.

Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat

yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi

yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik

perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi

kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.

2.9 Konsepsi Wawasan Nusantara

Secara Etimologis, Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang

terhadap kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua yaitu asia dan

australia dan dua samudra yaitu samura hindia dan samudra pasifik. Istilah

wawasan nusantara berasal dari kata Wawas (Bahasa Jawa) yang artinya

31
"pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi", dan kemudian

ditambahkan akhiran an , sehingga arti wawasan adalah cara pandang, cara

tinjau, cara melihat. Sedangkan kata Nusantara terdiri dari dua kata yaitu

nusa yang berarti "pulau atau kesatuan kepulauan" dan antara yang berarti

"letak antara dua unsur yaitu dua benua dan dua samudra". Sehingga arti

dari kata nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak dari dua benua

yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samudra hindia dan pasifik.

1. Pengertian Wawasan Nusantara Menurut Definisi Para Ahli

Setelah arti umum dan etimologis wawasan nusantara, jika ditinjau dari

pengertian wawasan nusantara menurut para ahli antara lain sebagai

berikut:

Prof. Dr. Wan Usman, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi

prof. Dr. Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai

diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek

kehidupan yang beragam.

Kel. Kerja LEMHANAS, Pengertian wawasan nusantara menurut

definisi Kel. Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999

adalah cara pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan

lingkungan yang beragam dan bernilai startegis dengan mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam

32
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

untuk mencapai tujuan nasional.

Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, Pengertian wawasan

nusantara menurut definisi Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang

GBHN adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri

dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa

serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan

masyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

2. Fungsi Wawasan Nusantara

Terdapat berbagai fungsi wawasan nusantara yang baik secara umum,

menurut pendapat para ahli dan pembagiannya antara lain sebagai

berikut..

a. Fungsi Wawasan Nusantara Secara umum - Wawasan nusantara

berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu

dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan

perbuatan bagi penyelenggaraan Negara di pusat dan daerah

maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Fungsi Wawasan Nusantara Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H.,

MH dkk yang mengutarakan pendapatnya dalam bukunya

pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi antara lain

33
sebagai berikut.Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan

bangsa dan negara Indonesia

Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan dan

strategi pembagunan nasional

c. Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa pandangan

antara lain sebagai berikut..

1) Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional

adalah sebagai konsep dalam pembangunan, pertahanan

keamanan dan kewilahayan

2) Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional

adalah mencakup kesatuan politik, sosial dan ekonomi, sosial

dan politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.

3) Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan

adalah pandangan geopolitik Indonesia sebagai satu kesatuan

pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.

4) Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan

adalah pembatasan negara untuk menghindari adanya sengketa

antarnegara tetangga.

3. Tujuan Wawasan Nusantara

34
Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang

tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat indonesia yang

mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan

perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah.

Kepentingan tersebut tetap dihargai agar tidak bertentangan dari

kepentingan nasional.

4. Latar Belakang Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara dilatar belakang dalam beberapa aspek antara lain

sebagai berikut..

a. Falsafah Pancasila, Pancasila merupakan dasar dalam terjadinya

wawasan nusantara dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.

Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut..

1) Penerapan HAM (Hak Asasi Manusia). misalnya pemberian

kesempatan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama

yang dianutnya.

2) Mengutamakan pada kepentingan masyarakat dari pada

kepentingan indivud dan golongan

3) Pengambilan keputusan berdasarkan dalam musyawarah

mufakat.

35
b. Aspek Kewiilayahan Nusantara, aspek kewilayahan nusantara

dalam hal ini pada pengaruh geografi karena indonesia kaya akan

SDA dan suku bangsa

c. Aspek Sosial Budaya, aspek sosial budaya dimana dalam hal ini

dapat terjadi karena indonesia terdapat ratusan suku bangsa yang

keseluruhan memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan kepercayaan

yang berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan nasional

memiliki hubungan interaksi antara golongan karena dapat

menyebabkan konflik yang besar dari keberagaman budaya.

d. Aspek Sejarah, Dapat mengacuh kepada aspek sejarah karena

indonesia memiliki banyak pengalaman sejarah yang tidak ingin

terulangnya perpecahan dalam bangsa dan negara Indonesia.

Dimana kemerdekaan yang didapatkan merupakan hasil semangat

persatuan dan kesatuan bangsa indonesia, sehingga harus

dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga wilayah

kesatuan indonesia

5. Penerapan/Implementasi Wawasan Nusantara

Dalam implementasi wawasan nusantara, perlunya memperhatikan hal-

hal berikut..

a. Kehidupan Politik

36
Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum,

pemilihan presiden dimana pelaksanaannya sesuai hukum dan

mementingkan persatuan bangsa. Misalnya dalam pemilihan presiden,

DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan

keadilan, agar tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa

indonesia.

Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus sesuai

dengan hukum yang berlaku di Indonesia tanpa pengecualian.

Mengembangkan sikap HAM dan pluralisme dalam mempersatukan

dan mempertahankan berbagai suku, agama, dan bahasa, sehingga

terciptanya dan menumbuhkan rasa toleransi.

Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga

pemerintahan untuk meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.

Meningkatkan peran indonesia dalam dunia internasional dan

memperkuat korps diplomatik dalam upaya penjagaan wilayah

Indonesia khususnya pulau terluar dan pulau kosong.

b. Kehidupan Ekonomi

37
Harus sesuai berorientasi pada sektor pemerintahan, perindustrian, dan

pertanian

Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan

keseimbangan antara daerah, sehingga dari adanya otonomi daerah

dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti

dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha

kecil.

c. Kehidupan Sosial

Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat

yang berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah.

Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan

Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan

sumber pendapatan nasional maupun daerah.

d. Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk beperan

aktif karena merupakan kewajiban setiap warga negara seperti

meningkatkan kemampuan disiplin, memelihara lingkungan, dan

38
melaporkan hal-hal yang mengganggu kepada aparat dan belajar

kemiliteran.

Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan

hubungan erat antara warga negara berbeda daerah dengan kekuatan

keamanan agar ancaman suatu daerah atau pulau menjadi ancaman

bagi daerah lain untuk membantu daerah yang diancam tersebut.

Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana

bagi kegiatan pengamanan wilayah indonesia, khususnya pulau dan

wilayah terluar Indonesia.

6. Kedudukan Wawasan Nusantara

Dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah

sebagai berikut:

a. Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara

berkedudukan sebagai landasan idil

UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan

sebagai landasan konstitusional.

Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional

Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan

sebagai landasan konsepsional

39
GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi

nasional atau sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan

sebagai landasan operasioal.

7. Landasan Wawasan Nusantara - Wawasan nusantara dilandasi dengan

dua landasan antara lain sebagai berikut..

Landasan Idil adalah pancasila

Landasan Konstitusional adalah UUD 1945

8. Asas Wawasan Nusantara

Asas wawasan nusantara adalah ketentuan dasar yang harus dipatuhi,

ditaati, dipelihara demi mewujudkan ketaatan dan kesetiaan kepada

setiap komponen atau unsur pembentuk bangsa Indonesia

(golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitmen) bersama. Macam-

macam asas wawasan nusantara adalah sebagai berikut...

Kepentingan/tujuan yang sama

Keadilan

Kejujuran

Solidaritas

Kerja sama

Kesetiaan terhadap kesepakatan

40
9. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat wawasan nusantara adalah hakikat yang selalu utuh dengan

menyeluruh dalam lingkup nusantara untuk kepentingan nasional,

tanpa menghilangkan kepentingan lainnya sepert kepentingan daerah,

golongan, dan perorangan.

10. Dasar Hukum Wawasan Nusantara

Dasar hukum wawasan nusantara diterima sebagai konsepsi politik

kewarganegaraan yang tercantum dalam dasar-dasar hukum antara lain

sebagai berikut..

Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973

Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN

Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai

sifat imperatif atau memaksa serta memiliki nilai – nilai luhur yang
41
terkandung dalam pancasila yang bersifat obyektif – subyektif. Bagi

bangsa indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai

pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian

tersebut sudah selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari

pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan yang berbeda.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah

yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam

masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu

rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh

sekelompok atau lapisan masyarakat Pancasila sebagai ideologi terbuka

adalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-

ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai bidangnya. Pancasila sebagai

ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup.

3.2 SARAN

Makalah yang saya susun semoga bisa membantu kita lebih memahami

tentang pancasila sebagai ideologi negara yang lebih mendalam. Mohon

permakluman dari semuanya jika dalam makalah saya ini masih terdapat

banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah

sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.

42
43
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia.

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:

Pancoran Tujuh.

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:

Pantjoran Tujuh.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilai sme. Jakarta: Rineka Cipta

https://guruppkn.com/makna-pancasila-sebagai-ideologi-negara

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

https://radarbali.jawapos.com/read/2019/10/01/158557/pancasila-sebagai-

ideologi-negara-dan-pandangan-hidup-berbangsa

https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122a304f9a8/pa

ncasila-dalam-konteks-sejarah?page=all

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-etika-politik-dalam-

berbangsa/

https://www.google.com/search?

q=pancasila+sebagai+etika+politik&oq=pancasla+sebagaietika&aqs=chrome.2.69

i57j0l5.7970j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

44
https://www.sastrawan.web.id/pancasila-sebagai-etika-politik/

https://www.google.com/search?

q=pancasila+dalam+konteks+ham&oq=pancasila+dalam+konteks+ham&aqs=chr

ome..69i57j0l5.10747j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.slideshare.net/yudikrismen1/bab-x-pancasila-dalam-konteks-hak-

asasi-manusia

https://business-law.binus.ac.id/2016/04/29/pancasila-sebagai-landasarn-

pengaturan-ham-di-indoensia/

https://prezi.com/6panr_ie4ev1/pancasila-dalam-konteks-ham/

https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf0d8ca12ae94096b51edb7/pa

ncasila-sebagai-paradigma-bermasyarakat-berbangsa-dan-bernegara?page=all

https://www.kompasiana.com/rachmaehnoer/54f7b6a0a33311207e8b48e7/kontrib

usi-pendidikan-kewarganegaraan-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara

https://www.academia.edu/31730299/1._PPKN_-

_Pentingnya_Mata_Kuliah_Pendidikan_Pancasila_dan_Kewarganegaraan

https://www.google.com/search?

q=pancasila+dalam+konteks+ketatanegaraan&oq=pancasila+dalam+konteks+keta

&aqs=chrome.0.0j69i57j0l4.211514j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://pend-pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-dalam-

konteks.html

45

Anda mungkin juga menyukai