Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK

PRAKTIK KEPERAWATAN 5 (PK 5)


KEPERAWATAN ANAK
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN

LAPORAN
PENDAHULUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK SEHAT
Disusun oleh :
Indra Wardani
NIM. P07220218007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Perceptee : Indra Wardani
NIM : P07220218007
Tanggal Praktik : 1-5 Maret 2021

A.Pengertian

setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan,


yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh
kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian
mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :Pertumbuhan
adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik(retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill(kemampuan)


dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing

dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,


intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

B.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan


sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap
proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Potter & Perry,2005 adalah sebagai berikut:

1. Faktor genetik.
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa atau bangsa

2. Faktor lingkungan.

a. Faktor pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio
b. Faktor postnatal
1) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit,
perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormon
2) Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
3) Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran
atau hukuman yang wajar, Cinta dan kasih sayang
4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan
norma-norma

C. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan


berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang
merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan (Potter & Perry,
2015)sebagai berikut :
1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )
a. masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk suatu sistem
oragan dalam tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa
ini terdiri dari 2 periode yaitu :
1.Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan
manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai
berfungsi.
2.Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat
dan adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transfer
imunoglobin G(IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi asam
lemak esesnsial seri omega 3(Docosa Hexanicc Acid) omega
6(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

A. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi


perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ
tubuh lainnya.

B. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan


berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf (29 hari – 1 tahun).

3. Masa prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkaatnya keterampilan dan proses berpikir.

4. Masa sekolah, pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa


prasekolah, keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang
bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20
tahun).
a. Masa pra remaja: usia 6-10 tahun
b. Masa remaja :
1) Masa remaja dini (Wanita: usia 8-13 tahun dan Pria: usia 10-15
tahun)
2) Masa remaja lanjut (Wanita: usia 13 –18 tahun dan Pria: usia 15-
20 tahun)
D.Tugas perkembngan anak
1. Tugas perkembangan masa bayi dan anak prasekolah
a. Belajar memakan makanan padat
b. Belajar berjalan
c. Belajar berbicara
d. Belajar menegndalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
f. Mencapai kestabilan fisik
g. Belajar mengenal konsep – konsep sederhana tentang kenyataan alam
dan social
h. Belajar membedakan baik buruk , benar- salah , atau mengembangkan
kata hati
2. Tugas perkembangan anak usia sekolah
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin
e. Belajar keterampilan dasar membaca . menulis , dan menghitung
f. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari
g. Mengembangkan kata hati
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok social
3. Tugas perkembangan remaja
a. mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME
b. mencapai kematangan berperilaku etis
c. mencapai kematngan emosi
d. mencapai kematangan intelektual
e. memiliki kesadaran tanggung jawab social
f. mencapai kematangan perkembangan pribadi
g. mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya
h. memiliki kemandirian perilaku ekonomis
i. mencapai kematngan dalam pilihan karir
j. mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup
berkeluarga

4. Tugas Perkembangan Dewasa Awal


a. memilih pasangan hidup
b. belajar hidup dengan pasangan nikah
c. memulai hidup berkeluarga
d. memelihara anak
e. menggelolah rumah tangga
f. mulai bekerja
g. bertanggung jawab sebgani warga Negara
h. menemukan kelompok social yang serasi
5. Tugas perkembangan dewasa pertengahan
a. mencapai tanggung jawab social sebagai warga Negara
b. membantu remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab
c. mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang
d. menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu
e. menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan
fisologis
f. mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karier pekerjaan dan
g. menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua

6. Tugas Perkembangan Dewasa Akhir (masa tua )


a. menyusaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
b. menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan menurunya pengahsilan
keluarga
c. menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
d. membentuk hubungan dengan orang – orang seusia
e. membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
f. menyesuaikan diri dengan peran social secara luwes.

E.Penilaian pertumbuhan fisik

1. Ukuran Antropometrik
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan
ukuranantropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
a. Tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan
(TB) terhadap umur,lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan
lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.Untuk dapat memberikan
pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut diperlukanketerangan
yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya adalah di
daerah-daerahtertentu, penetapan umur anak kurang tepat karena orang
tua tidak ingat bahkan tidak adacatatan mengenai tanggal lahirnya.
b. Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB), lingkaran lengan atas (LLA) dan tebal lipatan kulit
(TLK).Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan
suatu baku tertentu misalnya NCHS dari Harvard atau standar baku
nasional (Indonesia) seperti yang terekam
padaKartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat perbandingan
hasil penilaian dengan standar baku tersebut maka dapat diketahui
status gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk menilai
pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan posisi anak tersebut pada
persentil (%)keberapa untuk suatu ukuran antropometrik
pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkan apakah anak tersebut
terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu juga
dapatdiamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke
waktu.
2. Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana,mudah
diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai
pada setiap
pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok
umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui
keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut).
Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja
seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran
obyektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan
mudah, serta tidak memerlukan waktulama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh
misalnya pendek gemukatau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi
penyakit dapat mempengaruhi pengukuran BBseperti adanya bengkak
(udem), pembesaran organ (organomegali), hidrosefalus, dansebagainya.
Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk
menilaistatus nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data
tambahan berupa umur yangtepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data
tersebut bersama dengan pengukuran BBdipetakan pada kurve standar
BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap standaryang
diacu.BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan dalam persentase
a. >120% disebut gizi lebih
b. 80-120% disebut gizi baik
c. 60-80% tanpa edema = gizikurang
d. Dengan edema = gizi buruk
<60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena
merupakan petunjuk adanya masalahnutrisi akut. Kehilangan BB dapat

3. Tinggi Badan (TB)


Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. PengukuranTB sederhana dan mudah dilakukan. Apabila
dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akanmemberikan informasi penting
tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak. Ukuran tinggi badan
pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggimaksimal
dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses
pertumbuhan yangberlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis),
dan berguna untuk mendeteksi gangguanpertumbuhan fisik di masa
lampau. Indikator ini keuntungannya adalah pengukurannya obyektif,dapat
diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Kerugiannya
perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur
tinggibadan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2
tahun dengan posisi tidurdan pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan
berdiri.Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi
seperti umur yang tepat,jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB
kemudian dipetakan pada kurve TB ataudihitung terhadap standar baku
dan dinyatakan dalam persen.TB/U dibandingkan dengan standar baku
(%)
a. 90-110% = baik/normal
b. 70-89% = tinggi kurang
c. <70% = tinggi sangat kurang

Rasio BB menurut TB (BB/TB)


Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat penting
dan lebih
akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi
mengenai proporsi tubuh.Indeks ini digunakan pada anak perempuan
hanya sampai tinggi badan 138 cm dan pada anak lelaki sampai tinggi
badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan BB/TB menjadi tidak
bermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan (growth spurt)
pada masa pubertas.

Interpretasi BB/TB (dalam %)


a. 120 % : obesitas
b. 110-120 % : overweight
4. Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari
estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi
anak sampai usia 36 bulan. Pengukuranrutin dilakukan untuk menjaring
kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara berkala
daripada sewaktu-waktu saja.Apabila pertumbuhan otak mengalami
gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan
mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan
retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak
(liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali),
kelainan ini dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling
bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode
inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang
abnormal baik kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) dan bawaan bayi Pada 6 bulan pertama kehidupan LK
berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1tahun sekitar 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.

5. Lingkar Lengan Atas (LLA)


Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang
jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh
keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih
sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang padaanak
kelompok umur prasekolah (1-5 tahun). Pengukuran LLA ini mudah,
murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan olehsiapa saja. Alat
yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan
LLA inilebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan
gizi/pertumbuhan fisik yang berat.Selain itu terkadang pengukurannya
juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakantidak nyaman bagi
anak-anak.Interpretasi hasil dapat berupa:
a. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi
kurang (kuning), >13.5cm = gizi baik (hijau).
b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB:
<75% = gizi buruk,75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan
>85% = gizi baik (normal).

F. Penilaian Perkembangan
Denver II adalah revisi utama dari standar disasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode
skrining perkembangan, yang bertujuan mendeteksi kelainan
perkembangan sedini mungkin pada anak sehat / asimptomatik, 0 bulan –
6 tahun. Berlangsung rutin dan periodik pada saat pemeriksaan kesehatan
bayi sehat, memonitor perkembangan terutama pada anak yang
mempunyai risiko tinggi.
Tes ini bukan tes diagnostik sehingga tidak dapat menyimpulkan
adanya abnormalitas, hanya suspect / diduga untuk dirujuk / diperiksa
untuk penegakan diagnosis dan tes ini juga bukan tes IQ karena tidak
dapat memprediksi IQ dikemudian hari. Juga tidak untuk menilai
gangguan belajar, perilaku, emosional dan tidak sebagai pengganti
pemeriksaan fisik, neurologiatau pun tes diagnosis lainnyaWaktu yang
dibutuhkan 15-20 menit.
1. Aspek Perkembangan yang Dinilai
a. Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
b. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30
tugas.
c. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai, yaitu :
1) Personal Social (Perilaku Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus / Non Verbal)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, koordinasi antara mata dengan tangan,
manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah dan
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.

3) Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
memahami, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4) Gross motor (Gerakan Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan, sikap tubuh dan
keseimbangan.
2. Alat yang Digunakan
A. Alat peraga : benang wol merah, kismis/ manik-manik, peralatan
makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian,
buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
B.Formulir
Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) (Maritalia,
2009):

A. Identitas Anak
1. Nama : …………………………….Laki-laki/Perempuan
2. Nama Ayah/Ibu : …………………….........
3. Alamat : …………….................
4. Tanggal Pemeriksaan : …./……………../………
5. Tanggal Lahir : …………/……………/…………..
6. Umur Anak : ……………………………….Bulan
B. Anamnesis
1. Keluhan utama :
…………………………………………………………
2. Apakah anak punya masalah tumbuh kembang : ………………….
C. Pemeriksaan Rutin Sesuai Jadwal/Jika Ada Keluhan
1. BB : …........Kg; PB/TB: ……..cm.
BB/TB :
a. Gizi baik
b. Gizi kurang
c. Gizi buruk
d. Gizi lebih
e. Rujuk : ya/tidak
2. LKA: ………..cm. LKA/U: …….:
a. Normal
b. Mikrosefal
c. Makrosefal
d. Rujuk : ya/tidak
3. Perkembangan Anak :
a. Sesuai
b. Meragukan :
1) G.Kasar
2) G. Halus
3) Bahasa
4) Sos-kemandirian
5) Rujuk :ya/tidak
c. Penyimpangan :
1) G.Kasar
2) G.Halus
3) Bahasa
4) Sos-kemandirian
5) Rujuk : ya/tidak
4. Daya Lihat :
a. Normal
b. Curiga ada gangguan
c. Rujuk : ya/tidak
5. Daya Dengar :
a. Normal
b. Curiga ada gangguan
c. Rujuk : ya/tidak
6. Mental emosional :
a. Normal
b. Curiga ada gangguan
c. Rujuk : ya/tidak
D. Pemeriksaan Atas Indikasi/Jika Ada Keluhan
1. Autis :
a. Risiko tinggi
b. Risiko rendah
c. Gangguan lain
d. Batas normal
e. Rujuk : ya/tidak
2. GPPH :
a. Kemungkinan GPPH
b. Bukan GPPH
c. Rujuk : ya/tidak
E. Kesimpulan : .....................................................................
F. Tindakan Intervensi
1. Konseling Stimulasi bagi ibu :
a. Diberikan
b. Tidak diberikan
2. Intervensi stimulasi perkembangan :
a. G.Kasar
b. G.Halus
c. Bahasa
d. Sos-mandiri
e. Tgl evaluasi intervensi :……………………………………....
3. Tindakan pengobatan lain : ....…………………………………...
4. Dirujuk ke : .............................………………….
a. Ada surat rujukan
b. Tidak ada surat rujukan
3. Cara pemeriksaan Denver II
a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.
b. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir DENVER II.
d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F.
e. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam : Normal,
Abnormal, Meragukan dan Tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor
atau lebih.
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable :

 Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan


faktor temporer.
 Bila skrining ulang ini bersifat suspect atau untestable, gunakan
penilaian klinis berdasarkan hal berikut; angka kewaspadaan dan
kelambatan; laju perkembangan di masa lalu; pemeriksaan dan riwayat
klinis; ketersediaan sumber rujukan.

A. Ganguan tumbuh kembang anak


Ada banyak sekali jenis gangguan tumbuh kembang pada anak, mulai dari
yang paling ringan hingga yang sangat kompleks. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa gangguan tumbuh kembang pada anak beserta cara mengatasinya :
1. Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara)
Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara
pada anak, yang diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan kata lain,
perkembangan anak (dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan dari
teman-teman seusianya.

Penyebab :
a. Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga
mengalami masalah pendengaran.
b. Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum
dicapainya tingkat kematangan seperti kematangan organ-organ
bicara.
c. Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.

Cara Mengatasi :
a. Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk
atau memberi nama benda-benda yang ia kenal.
b. Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
c. Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak
mengatakan “Atit” saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera
membenarkanya dengan mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan
untuk selalu mengulang kata-kata yang diucapkan anak pada kita.
d. Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
e. Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang
dikatakan anak.
f. Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan
membuat anak menjadi semakin tertekan.
g. Berkonsultasi kepada tenaga ahli

2. Keterlambatan Kemampuan Berjalan


Rentang kemampuan anak bisa berjalan tanpa bantuan berada dalam usia 8
bulan sampai dengan 18 bulan. Bila anak berumur lebih dari 18 bulan
belum bisa berjalan, baru dikategorikan ‘delay’ atau terlambat, sehingga
diperlukan intervensi. Jadi, anak usia 15 bulan yang belum bisa berjalan,
dinyatakan “belum siap”, bukan dianggap terlambat, karena rentang
toleransinya cukup panjang. Namun jangan menganggap remeh dengan
kondisi tersebut. Lebih baik Anda melakukan deteksi awal mengenai
“keterlambatan” tersebut supaya bisa diantisipasi dan dicari jalan
keluarnya

Penyebab :
a. Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak
mulai berjalan bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk,
maupun penyakit seperti : riwayat kekurangan oksigen saat lahir,
penyakit-penyakit perinatal yang berat (sepsis, kerinikterus,
meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah, bayi prematur,
cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan lain
sebagainya.
b. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang
mempunyai riwayat terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
c. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek
biasanya lebih cepat berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin
panjang kaki anak, biasanya jadi lebih sulit menyeimbangkan badan.
d. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin
terjadi saat belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja
bahkan berdarah, bisa mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih
lagi. Terlebih lagi jika ditambah dengan respon orangtua yang terlalu
mengkhawatirkannya.
e. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya
mengakibatkan anak jadi lebih lambat berjalan karena tidak ada yang
memberinya contoh (meski tidak selalu).
f. Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang
berlebihan dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang
“menantang” karena khawatir jatuh atau terpeleset, membuat anak
kehilangan kepercayaan diri untuk mulai berjalan. Kebiasaan terlalu
sering digendong dan pemakaian baby walker yang berlebihan juga
dapat membuat anak malas belajar jalan.

Cara Mengatasi :
a. Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa)
merupakan masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra.
Karena tangan kita harus mendampingi kemanapun si kecil bergerak.
Pada awalnya kita menggunakan dua tangan untuk menatih, namun
dengan bertahap kita lepas satu tangan, hingga akhirnya kita lepas dia
berjalan tanpa bantuan kita.
b. Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh,
meja kecil yang ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi
penuh bisa menjadi alat yang menarik untuk didorong-dorong anak.
c. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan
benda-benda yang mudah diraih dan mudah pecah.
d. Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan
memegang mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah
anak untuk mengambilnya dan berikan pelukan hangat saat dia
berhasil menjangkaunya. Perlebar jarak untuk meningkatkan
kemampuannya.
e. Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan
hal lain seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan
baby walker. Padahal, hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi
malas berjalan ketika dilepas tanpa baby walker. Penggunaan baby
walker tetap harus dengan pengawasan karena terbukti pada beberapa
kasus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti tergelincir di
tangga, kamar mandi, maupun kolam renang.
f. Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan
kombinasi dari latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang
menyerah, dan kesabaran.
g. Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan
kemajuan dalam kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan
stimulasi yang memadai.

3. Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
paham tertarik pada dunianya sendiri. Autisme merupakan gangguan
perkembangan yang kompleks yang umumnya muncul sebelum usia tiga
tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi
normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan dalam area
interaksi sosial dan keterampilan komunikasi.
Anak penyandang autis umumnya menunjukan kesulitan dalam
komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan
bersosialisasi (misalnya bermain bersama). Mereka juga menunjukan pola-
pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan dan stereotip
(meniru). Seorang penderita autis mempunyai beberapa kesulitan yaitu
dalam hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi. Hal
ini menyebabkan penderita autis menemui banyak kesulitan dalam
kehidupannya sehari-hari. Anak autis bisa sangat tertarik pada sesuatu dan
kemudian asyik sendiri pada dunianya. Akibatnya, anak autis cenderung
menarik diri dari lingkungan sekitarnya.

Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak
penyandang autis mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama
masa kehamilan, pada saat dilahirkan, dan segera setelah dilahirkan,
daripada anak yang bukan penyandang autis.
Pengaruh genetik. Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan
pada studi terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang
besar dari faktor genetik sebagai penyebab dari autis.
Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis
untuk autis, penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukan
bahwa gambaran otak anak penyandang autis berbeda dengan gambaran
otak anak normal.

Cara Mengenali Gejala :


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis,
salah satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified
Checklist for Autism in Toddlers). Orang tua harus mengamati 6
pertanyaan penting berikut :
a. Apakah anak Anda tertarik pada anak-anak lain?
b. Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu
ketertarikannya pada sesuatu?
c. Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan
pada orangtua?
d. Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku anda?
e. Apakah anak Anda berespon bila dipanggil namanya?
f. Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan
melihat ke arah mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka
sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam
perkembangan anak dan mendalami bidang autisme. Karakteristik dari
penyandang autis banyak sekali ragamnya (sepektrumnya sangat luas)
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi
anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli
profesional lainnya dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah
dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,
bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Orang tua harus peka
dengan perkembangan anak sejak lahir, dan melaporkan kepada dokter
untuk setiap keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan
perilakuknya.

Cara Mengatasi :
a. Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya
dengan pendekatan ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk
menguasai keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan, terapi
integrasi sensori untuk menghadapi stimulasi sensori, dan metode
pendekatan yang hangat dan akrab untuk membangun hubungan
dengan anak sebagai individu dan untuk membantu memperbaiki
proses perkembangan anak melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta
media bermain
b. Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang
tua diluar waktu-waktu terapi. Contohnya seperti :
c. Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi,
mengutarakan keinginan, dan membantu anak memahami kehidupan.
Selain itu, dengan menunjukkan objek secara nyata pada anak juga
dapat membantu anak mengembangkan pemahaman tentang waktu
dan pentingnya menghargai lingkungan.
d. Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga.
Kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi
sensori.
e. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan
sentuhan dan kontak mata yang memadai.
f. Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis)

DAFTAR PUSTAKA

Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan


Emotional Spiritual Quotient (ESQ).Bandung : FK Unpad Subbagian Tumbuh
Kembang – Pediatri Sosial Bagian Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung.
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Volume 1, Alih Bahasa, Asih, Y., dkk.
Jakarta : EGC
Markum.A.H. dkk. 1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Laporan
Nasional 2013.

Anda mungkin juga menyukai