Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP TENTANG MENDISTRIBUSIKAN INSTRUMEN KAMAR BEDAH

Disusun oleh

kelompok 4 :

IHSANAT REFI SUHARTI (1614301017)


HELEN YOSSRANTIKA (1614301018)
LIDIA ELVANA DEWI (1614301019)
PUTRI FINKA NOVIA (1614301020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH Subhannahu wa ta'ala
yang telah memberikan beragam nikmatnya, diantaranya ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam,
nikmat sehat, sehingga ALLAH azza wa jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan,
menyelesaikan Tugas PO 1.

Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH, Muhammad
Sholallahu 'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu 'alaihi wassalam, Para sahabat,
tabi'in, tabiut tabi'in, dan kepada setiap orang yang kokoh berdiri menjalankan sunnahnya,
istiqomah hingga yaumul akhir. InsyaaALLAH.

Alhamdulillah di perkuliah pada semester tujuh ini, kami mendapat tugas pada mata
kuliah INSTRUMEN KAMAR BEDAH , khususnya pada pokok bahasan konsep tentang
mendistribusikan instrument kamar bedah . Tujuan dari penulisan ini, yaitu agar si penyusun dan
si pembaca kelak dapat memahami sarung tangan bedah, serta mampu untuk menjelaskan dan
menerapkan kepada diri sendiri atau kepada orang lain.

Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada
penulisan ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga
mendatangkan manfaat kepada kita semua, penyusun atau pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Kamar Bedah............................................................................6


B. Alur Distribusi Alat Intrumen Bedah..........................................................................8
C. Penyerahan Alat Intrumen Bedah..............................................................................11
D. Cara Penyerahan Alat Intrumen Bedah.....................................................................14
E. Cara Penggunaan Alat Instrumen Bedah...................................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................................20
B. Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................21

3
BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan


keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit  dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau
bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba
termasuk endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit
untuk mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
menekan kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya,
pusat sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain,
unsur pelayanan medik, penunjang medik, bagian lain seperti perlengkapan, logistik,
perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses
dan hasil sterilisasi.

4
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah
yang banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal ini
merupakan dasar pemikiran Rumah Sakit untuk memiliki pusat sterilisasi tersendiri
dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/ Central Sterile Supply
Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang beradadibawah Kepala
Instalasi Kamar Bedah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Pelayanan
Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan terhadap semua
kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora) secara cepat
dan tepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional,
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat, apoteker,
ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang sterilisasi.

Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11
rumah sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003, didapatkan
angka ILO (infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %,
Pneumonia 24,5 % dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1
%. Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu
diterapkan. Hal ini juga terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi terkait infeksi.

B. Rumusan Masalah

Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan
dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat dan bahan steril
seluruh unit di rumah sakit.

5
C. Tujuan

1. Mahasiswa memahami tentang pengertian Instrumen Kamar Bedah


2. Mahasiswa memahami tentang alur distribusi alat Intrumen Bedah     
3. Mahasiswa memahami tentang Penyerahan Alat Intrumen Bedah
4. Mahasiswa memahami tentang Cara Penggunaan Alat Intrumen Bedah

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendistribusian Intrumen Kamar Bedah

Kegiatan penyebaran alat untuk memperlancar dan mempermudah kegiatan


penyampaian alat kepada pengguna, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, tempat dan saat dibutuhkan).

Perbekalan steril rumah sakit secara garis besar terbagi atas dua kategori

yaitu :

1. Perbekalan steril reusable Perbekalan steril reusable merupakan perbekalan


steril yang dapat disterilisasi ulang, melipuri : − Alat kesehatan / berupa
instrumen seperti : pisau operasi . gunting operasi (surgical scissors), pinset
operasi, doek klem, kocher, peart, kogel tang.
 Pisau operasi

 gunting oprasi

7
 Doek klem

 pinset oprasi

 kogel tang

8
 kocher

2. Perbekalan steril disposable use Perbekalan steril disposable use merupakan alat
kesehatan stenl yang bersifat sekali pakai, contohnya : jarum suntik , alat
semprit (spuit / syringes), cateters (iv cateters, foley cateters, stomach tube),
alat-alat untuk mengambil / memberikan cairan atau darah (blood
administration set, solution administration set).

B. Alur distribusi alat intrumen bedah


Penggunaan perbekalan steril reusable mempakan suatu siklus yang terdiri dari :
1. Transportasi
Siklus berawal dari transportasi perbekalan steril reusable yang telah digunakan
(peralatan kotor) dari beberapa user seperti kamar operasi , bagian gawat darurat
ke bagian sterilisasi sentral di rumah sakit dengan menggunakan trolley (kereta
dorong ) atau wadah lain yang layak.
2. Cleaning dan dekontaminasi
Perbekalan steril yang kotor akan dibersihkan dari kotoran yang nampak seperti
darah, cairan tubuh pasien. Proses ini dilakiikan di ruang kotor.
3. Pemeriksaan alat Penyiapan peralatan instrumen maupun linen yang diperlukan
dalam suatu operasi dalam bentuk paket. Peralatan instrumen yang tidak lengkap
atau tidak layak pakai dalam suatu paket akan menghambat kelancaran jalannya
suatu operasi. Sebagai contoh pemeriksaan terhadap instrumen meliputi
kebersihan instrumen dari kotoran, ketajaman gunting, dll

9
4. Packaging (Pengemasan)
Untuk mencegah rekontaminasi selama penyimpanan maka alat-alat tersebut
dikemas terlebih dahulu sebelum memasuki proses sterilisasi. Pengemas harus
dapat menjamin sterilitas produk hingga waktu penggunaannya. Pengemas yang
rusak maupun tidak layak dapat menyebabkan proses cleaning pengemasan dan
sterilisasi tidak bermanfaat.
5. Sterilisasi
Instrumen dan linen yang telah dikemas siap memasuki proses Sterilisasi.
Diantara metoda Sterilisasi biasa digunakan seperti : panas basah, panas kering,
etylen oksid, formaldehid metoda panas basah merupakan metoda Sterilisasi
instrumen dan linen yang paling sering dijumpai di rumah sakit.
6. Penyimpanan
Setelah proses Sterilisasi selesai, instrumen dan linen dikeluarkan dari alat
Sterilisasi. Setelah pemeriksaan terhadap indicator sterlisasi selesai, maka
dilakukan penyimpanan untuk kemudian didistribusikan kepada user seperti
ruang-ruang operasi.
7. Penggunaan produk steril
Produk steril memerlukan cara-cara penggunaan yang benar untuk
mempertahankan sterilitasnya. Sebagai contoh cara membuka kemasan produk
steril yang salah dapat mengakibatkan produk steril yang tersimpan di dalamnya

10
menjadi terkontaminasi. Dengan menggimakan prosedur yang aseptik, maka
rekontaminasi terhadap produk steril akan dapat dikurangi semaksimal mungkin

Alur distribusi alat :


a. Peralatan/instrument / material kotor dikeluarkan dari ruang operasi ke ruang
kotor (disposal, speol hoek)
b. Barang-barang kotor ini selanjutnya dikeluarkan ke laundry dan CSSD untuk
dibersihkan dan disterilekan.
c. Penerimaan alat kotor dari berbagai unit perawatan dan unit khusus diterima
oleh petugas CSSD.
d. Pencatatan alat yang masuk ke CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat
masuk.
e. Perendaman alat dimasukkan dalam bak dan direndam dalam cairan
desinfeksi 10-15 menit.
f. Pencucian alat yang telah digunakan harus dibersihkan dengan baik sebelum
disterilkan.
g. Pembilasan pembilasan dilakukan dengan air yang mengalir.
h. Pengeringan dilakukan sampai kering.
i. Pengamatan dan pengesetan.
Alat dicek fungsi dan diperiksa kelengkapannya. Dilakukan pengesetan sesuai
kebutuhan dan jenis alat. Bahan linen hasil pencucian loundry, diperiksa, dan
dilakukan setting sesuai kebutuhan dan jenis linen.
j. Pengemasan
Alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).
k. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat,
tanggalsterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
l. Penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan memperhatikan
kondisi penyimpanan.
m. Distribusi dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan.

11
Setelah proses Sterilisasi selesai, maka perbekalan steril tersebut akan
disimpan hingga waktu digunakan oleh user. Penyimpanan barang steril
memegang peranan panting guna menjaga mutu sterilitas, agar barang yang
sudah steril tidak terkena kontaminasi. Untuk itu diperlukan ruangan khusus
untuk menyimpan barang steril serta almari/tempat penyimpanan khusus di unit
pemakai . Berikut ini beberapa persyaratan yang diperlukan :

a. Dirancang untuk tidak menahan debu, yaitu dengan mengurangi adanya


celah-celah atau tonjolan-tonjolan tempat debu dapat bersarang
b. Ruangan harus kering
c. Ruangan harus bertekanan positif
d. Pintu dan jendela harus berlapis dengan ruangan transisi.
e. Rak tempat barang steril dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan
system FIFO (First In First Out), artinya barang yang telah lebih dahulu steril
akan dapat dipergunakan lebih dahulu
f. Pembersihan ruangan / tempat diusahakan tidak dengan sapu melainkan
dengan mesin penghisap debu.

Adapun persyaratan almari penyimpanan barang steril :

a. Harus ditempatkan dalam ruangan yang bersih, tidak bercampur atau


berdekatan dengan tempat/rak disposal
b. Harus kering
c. Minimal sekali seminggu dibersihkan Untuk pengangkatan barang steril dari
ruang penyimpanan ke unit pemakai diperlukan almari beroda yang tertutup
rapat, bersih dan kering atau menggunakan lift barang steril apabila unit
pemakai seperti ruangan operasi berada tepat diatas area tempat penyimpanan
barang steril seperti yang terdapat pada beberapa rumah sakit besar.

12
Jumlah yang akan didistribusikan ke unit pemakai disesuaikan dengan alat
kesehatan pakai ulang sterile dan tidak habis pakai yang telah diseleksi dengan
jumlah kotor yang dikirim.

C. Penyusunan Instrumen Bedah di Meja Mayo


Penempatan alat-alat ini pada prinsipnya tidak mengganggu kerja operator, asisten
dan perawat intrumen serta tidak mengganggu mobilisasi tim bedah lainnya (seperti :
dokter anastesi dan perawat anastesi).

8 6 10 1

8
4 5

1. Kleam pean 4 buah


2. Kocher 4 buah
3. Duk klem 4 buah
4. Retraktor 2 dan pengait langenback 2
5. Nail folder 2
6. Gunting jaringan 1 dan Gunting benang 1
7. Benang
8. Pinset sirugis dan anatomis 1/1
9. Scapel + mess : 1/1 dan bengkok

13
D. Teknik Pemberian Alat Instrumen Bedah
1. Tegas dan meyakinkan
2. Siap pakai
3. Dihentakkan pada telapak tangan operator

a. Pisau
Pada saat memberikan pisau. Memberikan pada arah gagangnya, supaya tidak
melukai. Dan akan lebih baik lagi bila memberikan dengan cawan ginjal.

b. Pinset
Pada saat memberikan alat pinset, pegang bagian atas sedikit ke bawah
kemudian hentakan pada telapak tangan operator.

c. Klem Hemostat
Pegang pada bagian tengah klem dengan posisi lubang ke bawah dan hentakan
pada tangan operator.

14
d. Gunting
Pada saat pemberian pegang bagian tengah gunting dalam keadaan tertutup
kemudian hentakan pada telapak tangan operator.

e. Needle Holder
Penyerahaan needle holder menggunakan bengkok (nierbeken).

15
E. Penggunaan Alat Intrumen Bedah
1. Pinset
Pinset sebaiknya dipegang tangan kiri. Prinsipnya seperti memegang sumpit, pinset
dianggap sebagai perpanjangan jari telunjuk dan ibu jari. Selama melakukan
pembedahan sebaiknya pinset tidak dilepas dan kemudian diambil kembali tetapi
biasakanlah”menyimpan” pinset di tangan kiri dengan menjepitnya dengan
menggunakan jari manis dan kelingking, sehingga ibu jari telunjuk dan jari tengah
bebas bekerja.

Memegang pinset untuk digunakan

16
Memegang pinset jika tidak digunakan
2. Pisau
a. Skalpel
1) Dipegang seperti memegang pisau dapur
2) Tekanan jari telunjuk merupakan penentu kedalaman insisi
3) Dua jari (telunjuk dan ibu jari) tangan lainnya dapat dipakai untuk  fiksasi
kulit atau counter traction
4) Pisau lebih mengarah ke horizontal, karena bagian yang menyayat adalah
perut pisau.
b. Bistauri
1) Dipegang seperti memegang pena
2) Pisau mengarah ke vertikal karena yang menyayat adalah ujung mata pisau
3) Kelingking tangan yang sama merupakan alat fiksasi

Cara memegang pisau untuk insisi yang kecil

17
Cara memegang pisau untuk insisi besar/panjang
3. Klem/Hemostat
i. Jari tidak dimasukkan ke dalam lubang pegangan
ii. Gerakan pembuka merupakan gerakan yang berlawanan dari  ibu jari dan jari
manis

4. Gunting

a. Masukkan ibu jari dan jari manis ke dalam lubang gunting.

b. Menggunting paling baik dilakukan dengan bagian ujung gunting, sehingga


tidak akan melukai struktur jaringan di sekitarnya. Apabila dipegang dengan

18
tangan kanan jari-jarinya tidak dimasukkan lebih jauh dari sendi distal, tetapi
jika dipegang dengan tangan kiri maka harus dirnasukkan lebih jauh dari sendi
distal karena gerakan menekan dilakukan oleh ibu jari.

c. Menggunting paling baik dilakukan dengan bagian ujung gunting, sehingga


tidak akan melukai struktur jaringan di sekitarnya.

5. Needle Holder

a. Masukkan ibu jari dan jari manis ke dalam lubang needle holder.

- Pasang jarum dengan benar. Letakkan jarum disepertiga pangkalnya pada needle
holder. Karena gerakan menjair adalah gerakan rotasi lengan bawah.
b. Kunci needle holder sampai terdengar bunyi ”klik”, untuk memastikan jarum telah
terjepit dengan aman.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendistribusian Intrumen Kamar Bedah adalah Kegiatan penyebaran
alat untuk memperlancar dan mempermudah kegiatan penyampaian alat
kepada pengguna, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, tempat dan saat dibutuhkan).
Alur distribusi alat intrumen bedah meliputi transportasi, Cleaning
dan dekontaminasi, Pemeriksaan alat Penyiapan peralatan instrumen
maupun linen yang diperlukan dalam suatu operasi dalam bentuk paket.
Packaging (pengemasan), sterilisasi, penyimpanan, penggunaan produk
steril.

B. Saran
Penyusun berharap adanya peningkatan koordinasi antara
penyelenggaraan, pembimbing, dan penyusun sehingga proses pendidikan
menjadi lebih maju dan berkembang sehingga proses pendidikan menjadi
lebih maju dan berkembang sehinggawawasan pembaca lebih bertambah
dalam hal keperawatan perioperatif.

20
DAFTAR PUSTAKA

- https://akreditasirumahsakitmpo.blogspot.com/2017/10/panduan-instalasi-sterilisasi-
pusat-cssd.html
- http://alkesb.blogspot.com/2012/11/alat-alat-bedah_21.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai