Makalah Bimip Ugm
Makalah Bimip Ugm
INTISARI
Telah dilakukan pengkajian medan nukleasi permukaan Hc3 superkonduktor an-isotropik tipe
II yang berbentuk irisan semi tak berhingga dengan menggunakan metode variasi. Metode ini
digunakan dengan memilih beberapa parameter yang tepat dan suatu fungsi coba yang sesuai
kemudian mensubstitusikannya ke dalam Persamaan Ginzburg-Landau sehingga diperoleh suatu
persamaan fungsi eigen. Proses minimisasi harga eigen dengan memakai program komputer
menghasilkan harga Hc3 sebagai fungsi parameter an-isotropik dan arah medan magnet luar. Ketika
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, terlihat metode komputasi yang dipakai sudah
benar, namun karena deret fungsi coba kurang panjang, maka hasilnya sedikit kurang teliti.
ABSTRACT
It has been done analysis of surface nucleation field at Hc3 of tipe II anisotropic
superconductor in the form of semi infinite slab using variation methods. Using substitution some
appropriate parameters and a suitable trial function into Ginzburg-Landau equation, it will be
equation of eigen function. Minimisation of the value eigen processed computationally produces
Hc3 in the function of anisotropic parameter and direction of external magnetic field. When the
results compared with the researches before, it is seen this computational method is right, but in the
cause of a serie of trial function is not long, the result is less accurate a little.
1. PENDAHULUAN
Superkonduktivitas suatu bahan superkonduktor dibatasi oleh adanya suhu kritis, Tc dan
medan magnet kritis, Hc. Tidak seperti suhu kritis yang hanya mempunyai satu tingkatan harga,
medan magnet kritis pada superkonduktor tipe II mempunyai tiga tingkatan harga, yaitu Hc1, Hc2
dan Hc3 ( Cyrot dan Pavuna, 1992 ). Di bawah Hc1 terjadi fenomena superkonduktivitas sempurna,
di antara Hc1 dan Hc2 terjadi fenomena superkonduktivitas sebagian ( mixed state ), dan di antara
Hc2 dan Hc3 terjadi fenomena superkonduktivitas permukaan. Medan Hc1 dan Hc2 dikenal sebagai
medan kritis rendah ( lower critical field ) dan medan kritis tinggi ( upper critical field ), sedangkan
medan Hc3 dikenal dengan istilah medan kritis permukaan ( surface critical field ) atau medan
1
2
dan de Gennes (Tinkham, 1996) dapat menunjukkan bahwa medan nukleasi permukaan berharga
1,695 kali Hc2 ketika medan magnet luar yang dikenakan sejajar dengan permukaan bahan
superkonduktor. Saint-James dan de Gennes juga menunjukkan bahwa harga medan nukleasi
permukaan tersebut akan berubah menjadi sama dengan Hc2 ketika medan magnet luarnya tegak
lurus permukaan bahan. Hal ini menunjukan adanya hubungan antara harga medan nukleasi
Berdasarkan kenyataan di atas, beberapa peneliti seperti Tinkham (1963), Tomasch dan
Joseph (1964), Burger dkk. (1965) serta Yamafuji dkk (1966) berusaha menganalisa secara teotitis
dan membuktikan secara eksperimen hubungan antara harga medan nukleasi permukaan
superkonduktor dan arah medan magnet luar. Karena belum ada kesesuaian hasil penelitian dari tiap
hubungan tersebut dengan metode variasi. Hasilnya menunjukkan bahwa cara ini cukup sederhana
tetapi efektif dan sesuai dengan hasil penelitian teoritis para peneliti sebelumnya.
Akhir-akhir ini, telah ditemukan jenis superkonduktor baru yang mempunyai suhu kritis
cukup tinggi ( > 30 K ) dan masih dikembangkan terus (Cyrot, 1992). Superkonduktor tersebut
termasuk superkonduktor tipe II dan terbuat dari bahan oksida keramik yang cenderung bersifat an-
isotropik. Penelitian Chin dan Orlando (1988) menunjukkan perlunya efek an-isotropik ini
Berdasarkan uraian di atas, hendak dikaji bagaimana cara mencari hubungan antara harga
medan nukleasi permukaan superkonduktor an-isotropik tipe II dan arah medan magnet luar dengan
metode variasi.
3
2. METODE KOMPUTASI
Dalam penelitian ini, bentuk geometri superkonduktor an-isotropik tipe II yang akan dikaji adalah
irisan semi tak berhingga dan dianggap berbatasan dengan isolator seperti terlihat di Gambar 1.
Superkonduktor tersebut dikenai medan magnet H sedemikian rupa sehingga potensial vektor A
berharga :
1 δ ij
= (2)
mij mi
isolator superkonduktor
0
θ x
Mengacu pada kerja Chin dan Orlando (1988), persamaan Ginzburg-Landau linear yang
3
∂ 1 ∂
∑ − i
∂ xi
− 2eA i − i
∂ xj
− 2eA j ψ (r ) = α (T ) ψ (r ) (3)
i, j 2mij
∂ψ
= 0 (4)
∂ x x= 0
4
my my
β x = dan β z = (6)
mx mz
4eµ 0 H cos θ
X ≡ x (7b)
β x
4eµ 0 H sin θ
Z≡ z (7b)
β z
X 0 ≡ k cos θ (7c)
eµ 0 H
H c 2 (T ) − α m y
ε = = (8)
H eµ 0 H
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (2), (5) dan parameter-parameter di atas ke dalam
∂ 2 Z2 ∂2 X2
Aˆ f = − 2 β z sin θ − f − 2 β cos θ − f
4 ∂X2 4
x
∂Z
2
2
X0
+ ZX 0 β z sin θ f + f = ε f (9)
2
dan
∂f
= 0 di X = 0 (10)
∂X
5
Selain keadaan syarat batas persamaan (10), menurut Nurwantoro (1998), superkonduktivitas
bahan mulai ada di batas permukaan irisan bahan dan menghilang di jarak yang jauh dari
Persamaan (9) di atas berbentuk fungsi eigen, di mana ε merupakan harga eigennya. Menurut
persamaan (8), jika harga eigen ε tersebut diberikan harga terkecilnya, maka akan diperoleh harga
H terbesar. Harga H terbesar ini menunjukkan batas harga medan magnet luar terbesar yang
mengenai permukaan superkonduktor di mana tepat pada saat itu, sifat superkonduktif mulai timbul
di permukaan bahan. Dengan demikian, harga H terbesar ini dapat diartikan sebagai medan nukleasi
permukaan dan persamaan (8) dapat dituliskan dalam bentuk lain, yaitu :
Hc2
= ε0 (12)
H c3
Cara mencari nilai minimum harga eigen ε persamaan (8) dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan metode variasi. Di dalam metode variasi, suatu persamaan fungsi eigen yang berbentuk
Sturm-Liouville berikut :
d dy
p + qy + ε wy = 0 (13)
dx dx
dy
py = 0 pada batas x = x0 dan x = x1 (14)
dx
akan mempunyai harga eigen ε yang sebanding dengan fungsional F[y] berikut :
6
x1 d dy
∫ x0
y p + qy dx
dx dx
F[ y] = − (15)
x1
∫
2
y wdx
x0
di mana p,q dan w merupakan fungsi dari x. Jika dapat dipilih suatu fungsi coba y yang sesuai
dengan persamaan (13) dan syarat batas persamaan (14), maka nilai minimum harga eigen ε akan
sebanding dengan nilai minimum fungsional F[y] yang telah disubstitusi fungsi coba y tersebut.
Mengacu pada uraian di atas, dipilih suatu fungsi coba sebagai berikut :
aij e − Z H i ( Z )e − γ X X 2 j
2 2
Nz Nx /4
g( X , Z ) = ∑∑ (16)
i= 0 j= 0 2 i i! 2π
di mana Hi(Z) merupakan polinomial Hermite, aij dan γ merupakan parameter variasi yang akan
ditentukan dalam proses minimisasi, sedangkan Nx dan Nz merupakan bilangan bulat yang akan
menentukan jumlah suku-sukunya. Dengan mengkombinasikan persamaan (9), (15) dan (16), maka
dapat diperoleh suatu fungsional F[y] yang analog dengan persamaan (15) sebagai berikut :
X0
2
+∞ +∞
∂ 2g Z 2 2
+∞ +∞
∂ 2g X 2 2
F[ g] = + 2 β z sin θ ∫ ∫ dXdZ − g + g + 2 β x cos θ ∫ ∫ dXdZ − g + g
2 −∞ 0
∂Z2 4 −∞ 0
∂X2 4
+∞ +∞ +∞ +∞
− β x β z sin θ cosθ ∫ ∫ dXdZ ZXg 2 − X 0 β x cosθ f ∫ ∫ dXdZ Xg
2
−∞ 0 −∞ 0
−1
+∞ +∞
+∞ +∞
+ X 0 β z sin θ ∫ ∫0 × ∫ ∫0 dXdZ g
2 2
dXdZ Zg (17)
−∞ −∞
∂ F[ g] ∂ 2F[ g ]
Secara analitik, harga F[g] minimum jika ∂ X0
= 0 dan 2 > 0 . Dengan cara tersebut, diperoleh
∂ X0
+∞ +∞
X0 = −
β x cos θ f ∫ ∫ dXdZ
−∞ 0
Xg 2
7
−1
+∞ +∞
+∞ +∞
+ β z sin θ ∫ ∫0 dXdZ Zg × ∫ ∫ dXdZ g 2
2
(18)
−∞ −∞ 0
∫ dXX n e − 2γ X
2
In = (19)
0
n− 1
In = I n− 2 (20)
4γ
dengan
1 π
I1 = dan I 0 = (21)
4γ 8γ
Dengan memperhatikan cara menyelesaikan integral dengan hubungan rekursi tersebut dan
sifat-sifat Polinomial Hermite, persamaan fungsional (17) dapat diselesaikan sehingga menjadi :
T + T2 + T3 − T4 ( T5 − T6 ) 2
( { })
F γ , aij = 1 − (22)
T7 2T7 2
di mana :
Nz Nx Nx
T1 = 2 β z sin θ ∑ ∑ ∑ (i + ) I
i= 0 j = 0 l = 0
1
2 2 j + 2l a ij a il
∑ ∑ ∑ [ jl I ]
Nz Nx Nx
T2 = 8 β x cos θ 2 ( j + l − 1) + γ 2 I 2( j + l + 1) − ( j + l )γ I 2( j + l ) aij ail
i= 0 j = 0 l = 0
β x cos θ Nz Nx Nx
T3 =
2
∑∑∑i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l + 1) aij ail
Nz − 1 Nx Nx
T4 = β x β z sin θ cos θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
i + 1I 2 ( j + l )+ 1 (ai + 1 j ail + aij ai+ 1l )
8
Nz Nx Nx
T5 = β x cos θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l )+ 1aij ail
Nz − 1 Nx Nx
T6 = β z sin θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
i + 1I 2 ( j + l ) (ai+ 1 j ail + aij ai + 1l )
Nz Nx Nx
T7 = = ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l ) aij ail
Jika fungsional F(γ,{aij}) persamaan (22) tersebut diminimisasikan terhadap satu set
parameter variasi (γ,{aij}), maka akan diperoleh harga eigen terkecil ε0 yang berhubungan dengan
H c2 H c2
H c3 = atau = ε0 (24)
ε0 H c3
Secara tidak langsung, harga Hc2/Hc3 persamaan (24) tersebut merupakan fungsi dari sudut θ,
parameter an-isotropik βx dan βz, satu set parameter aij dan γ, serta Nx dan Nz. Sudut θ digunakan
untuk menentukan arah medan magnet luar H. Harga βx dan βy dipakai untuk menentukan sifat
isotropik atau an-isotropik superkonduktor, di mana jika harga βx dan βz bernilai satu, maka akan
diperoleh harga Hc2/Hc3 superkonduktor isotropik, sebaliknya jika diberi nilai pecahan, maka akan
diperoleh harga Hc2/Hc3 superkonduktor an-isotropik. Satu set parameter aij dan γ merupakan
parameter variasi dalam proses minimisasi. Harga Nx dan Nz digunakan untuk menentukan panjang
Adapun cara mencari harga minimum F(γ,{aij}) dalam penelitian ini dilakukan dengan
memakai program komputer. Program tersebut memakai Procedure Amoeba dari buku Numerical-
9
Recipes (Press, 1987), yaitu suatu procedure yang digunakan untuk mencari nilai minimum suatu
Dari metode komputasi yang digunakan, dapat diperoleh data harga Hc2/Hc3 untuk berbagai
sudutθ serta untuk berbagai harga βx dan βz. Untuk mengetahui kebenaran metode komputasi ini,
hasilnya perlu dibandingkan dengan hasil para peneliti sebelumnya. Jika harga βx dan βz dipilih
berharga satu serta sudut θ = 00 dan θ = 900, maka harga Hc2/Hc3 metode komputasi ini dapat
dibandingkan dengan hasil penelitian Saint-James dan de Gennes (Tinkham, 1996), seperti dapat
dilihat di Tabel 1.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa dengan metode ini, harga Hc2/Hc3 akan semakin mendekati
hasil penelitian Saint-James dan de Gennes, jika harga Nx dan Nz dipilih berharga semakin besar.
Harga terbesar yang bisa dipilih adalah empat, karena di atas harga tersebut, harga awal aij dan γ
yang harus diberikan di program komputer sulit ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan
10
bahwa metode komputasi ini akan memberikan hasil yang optimal jika dipilih Nx=4 dan Nz=4, di
Untuk parameter variasi berjumlah 26 buah serta βx dan βz berharga satu, gambar grafik hasil
penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian Nurwantoro dapat dilihat di Gambar 2 berikut
1.3
1.1
data penelitian
Hc2/Hc3 0.9
data Nurwantoro
0.7
0.5
0 15 30 45 60 75 90
sudut θ
Dari gambar tersebut terlihat kurva data Hc2/Hc3 penelitian ini berharga lebih besar
dibandingkan dengan data Nurwantoro, namun mempunyai kecenderungan grafik yang sama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini secara umum
sudah benar, namun hasilnya sedikit kurang teliti. Meski demikian, sampai dengan satu angka di
belakang koma, hasil penelitian ini dapat dianggap benar. Kekurangtelitian metode ini diperkirakan
karena harga Nx dan Nz yang kurang besar. Selain itu, faktor pembulatan dalam perhitungan
11
numerik juga ikut mempengaruhi kekurangtelitian, namun diperkirakan pengaruhnya jauh lebih
1,7
1,6
1,5
1,4
Hc3/Hc2
1,3
1,2
1,1
1
0 45 90
sudut θ
Setelah dibandingkan dengan hasil peneliti lain untuk superkonduktor isotropik, metode ini
akan dibandingkan dengan hasil penelitian lain untuk superkonduktor an-isotropik. Ketika hasil
perhitungan dibuat dalam bentuk Hc3 /Hc2 dengan harga βx = 1 dan βz = 0,7 maka dalam batas sudut
θ antara 00 sampai 900, keadaannya sama dengan hasil penelitian Chin dan Orlando (1988) seperti
terlihat di Gambar 3. Jika kedua gambar tersebut dibandingkan, maka terlihat kurva Hc3 hasil
penelitian ini mempunyai kecenderungan grafik yang sama dengan kurva Hc3 tanpa efek proksimitas
hasil penelitian Chin dan Orlando, tetapi dengan harga yang sedikit berbeda. Hasil ini memperkuat
kesimpulan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini sudah benar, namun hasilnya sedikit
kurang teliti.
12
Hc2 /Hc3 2
5
4 .5
4 5
3 .5 4 .5
3 4
2 .5 3 .5
3
2 2 .5
1 .5 2
βz 1 1
1 .5
0 .5 0 .5 βx
Gambar 4 Grafik tiga dimensi Hc2 /Hc3 sebagai fungsi βx dan βz untuk sudut θ = 400
Selanjutnya, jika harga Hc2/Hc3 sebagai fungsi βx dan βz dianalisa lebih jauh lagi, tampak jika
βx dan βz berharga tidak satu, ternyata bisa menaikkan atau menurunkan harga Hc2/Hc3
superkonduktor isotropik. Dengan membuat grafik tiga dimensinya, terlihat di Gambar 4 grafik Hc2/
Hc3 berbanding lurus dengan harga βx dan βz untuk sudut tertentu. Dari analisa terhadap gambar
tersebut, dapat diperkirakan suatu rumus umum Hc2/Hc3 untuk superkonduktor an-isotropik sebagai
berikut :
Hc2 H
( β x , β z ) = c 2 (1,1) β x + ( β z − β x ) sin θ (24)
H c3 H c3
13
H c2
di mana H (1,1) adalah Hc2 /Hc3 superkonduktor isotropik (βx = 1dan βz =1) untuk sudut θ tertentu,
c3
H c2
dan H ( β x , β z ) adalah Hc2/Hc3 superkonduktor an-isotropik untuk sudut θ yang sama dengan
c3
H c2
(1,1)
H c3
penelitian ini sudah benar, namun hasilnya kurang teliti. Mengingat sebab utama kekurangtelitian
adalah deret fungsi coba yang kurang panjang, maka jika hendak dilakukan penelitian serupa perlu
dicoba memakai metode minimisasi lain yang memungkinkan digunakannya fungsi coba dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arfken, G., 1985, Mathematical Methods for Physicist, Third Edition, Academic Press. Inc.,
Orlando.
Burger, J.P., Deutscher G., Guyon, E. dan Martinet, A., 1965, Behavior of First- and Second-kind
Superconducting Films Near Their Critical Fields, Phys. Rev., 137A, 835 - 859.
Chin, C. C. dan Orlando, T.P., 1988, Angular Dependence of Hc3 for an Anisotropic Superconductor
with Proximity Effect, Phys. Rev. B, 37, 5811 - 5813.
Cyrot, M. dan Pavuna, M., 1992, Introduction to Superconductivity and High Tc Material, World
Scientific Publication co. Ptc. Ltd., Singapore.
Nurwantoro, P., 1998, A Theoritical Study of The Surface Nucleat Addisson on Field at Hc3 and of
Superconducting Surface Sheaths in Isotropic Type-II Superconductors, Doctor of
Philosophy’s Thesis, University of Birmingham, Birmingham, tidak dipublikasikan.
Press, W.H., Flannery, B.P., Teukolsky, S.A. dan Vetterling, W.T., 1989, Numerical Recipes, The
Art of Scientific Computing, Cambridge University Press, Cambridge.
14
Suzuki, M., 1989, Angular Dependence of The Upper Critical Field of La1.85Sr0.15CuO4 Single-
Crystal Thin Films, Jap. J. Appl.Phys., 28, L1541-L1544.
Tinkham, M., 1963, Effect of Fluxoid Quantization on Transition of Superconducting Films, Phys.
Rev., 129, 2413 - 2422.
Tomasch, W.J. dan Joseph, A.S., 1964, Experimental Evidence for a New Superconducting Phase
Nucleation Field in Type-II Superconductors, Phys. Rev. Lett., 12, 148 - 150.
Welp, U., Kwok, W.K., Crabtree, G.W., Vandervoort, K.G. dan Liu, J.Z., 1989, Angular
Dependence of The Upper Critical Field of YBa2Cu3O7-δ Single Crystals, Phys. Rev. B, 40,
5263-5265.
Yamafuji, K., Kusayanagi., E. dan Irie, F., 1966, On the Angular Dependence of the Surface
Superconducting Critical Field, Phys. Lett., 21, 11 – 13.