Anda di halaman 1dari 14

PENGKAJIAN MEDAN NUKLEASI PERMUKAAN

SUPERKONDUKTOR AN-ISOTROPIK TIPE II


Fuad Anwar, Pekik Nurwantoro, Harsoyo
email : fuada70@yahoo.com

INTISARI

Telah dilakukan pengkajian medan nukleasi permukaan Hc3 superkonduktor an-isotropik tipe
II yang berbentuk irisan semi tak berhingga dengan menggunakan metode variasi. Metode ini
digunakan dengan memilih beberapa parameter yang tepat dan suatu fungsi coba yang sesuai
kemudian mensubstitusikannya ke dalam Persamaan Ginzburg-Landau sehingga diperoleh suatu
persamaan fungsi eigen. Proses minimisasi harga eigen dengan memakai program komputer
menghasilkan harga Hc3 sebagai fungsi parameter an-isotropik dan arah medan magnet luar. Ketika
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, terlihat metode komputasi yang dipakai sudah
benar, namun karena deret fungsi coba kurang panjang, maka hasilnya sedikit kurang teliti.

ANALYSIS OF NUCLEATION FIELD


OF TIPE II ANISOTROPIC SUPERCONDUCTOR

ABSTRACT

It has been done analysis of surface nucleation field at Hc3 of tipe II anisotropic
superconductor in the form of semi infinite slab using variation methods. Using substitution some
appropriate parameters and a suitable trial function into Ginzburg-Landau equation, it will be
equation of eigen function. Minimisation of the value eigen processed computationally produces
Hc3 in the function of anisotropic parameter and direction of external magnetic field. When the
results compared with the researches before, it is seen this computational method is right, but in the
cause of a serie of trial function is not long, the result is less accurate a little.

1. PENDAHULUAN

Superkonduktivitas suatu bahan superkonduktor dibatasi oleh adanya suhu kritis, Tc dan

medan magnet kritis, Hc. Tidak seperti suhu kritis yang hanya mempunyai satu tingkatan harga,

medan magnet kritis pada superkonduktor tipe II mempunyai tiga tingkatan harga, yaitu Hc1, Hc2

dan Hc3 ( Cyrot dan Pavuna, 1992 ). Di bawah Hc1 terjadi fenomena superkonduktivitas sempurna,

di antara Hc1 dan Hc2 terjadi fenomena superkonduktivitas sebagian ( mixed state ), dan di antara

Hc2 dan Hc3 terjadi fenomena superkonduktivitas permukaan. Medan Hc1 dan Hc2 dikenal sebagai

medan kritis rendah ( lower critical field ) dan medan kritis tinggi ( upper critical field ), sedangkan

medan Hc3 dikenal dengan istilah medan kritis permukaan ( surface critical field ) atau medan

nukleasi permukaan ( surface nucleation field ).

1
2

Dengan menganalisa Persamaan Ginzburg-Landau linear dan syarat batasnya, Saint-James

dan de Gennes (Tinkham, 1996) dapat menunjukkan bahwa medan nukleasi permukaan berharga

1,695 kali Hc2 ketika medan magnet luar yang dikenakan sejajar dengan permukaan bahan

superkonduktor. Saint-James dan de Gennes juga menunjukkan bahwa harga medan nukleasi

permukaan tersebut akan berubah menjadi sama dengan Hc2 ketika medan magnet luarnya tegak

lurus permukaan bahan. Hal ini menunjukan adanya hubungan antara harga medan nukleasi

permukaan superkonduktor dan arah medan magnet luar yang mempengaruhinya.

Berdasarkan kenyataan di atas, beberapa peneliti seperti Tinkham (1963), Tomasch dan

Joseph (1964), Burger dkk. (1965) serta Yamafuji dkk (1966) berusaha menganalisa secara teotitis

dan membuktikan secara eksperimen hubungan antara harga medan nukleasi permukaan

superkonduktor dan arah medan magnet luar. Karena belum ada kesesuaian hasil penelitian dari tiap

kelompok peneliti tersebut, Nurwantoro (1988) ikut berusaha mengembangkan perumusan

hubungan tersebut dengan metode variasi. Hasilnya menunjukkan bahwa cara ini cukup sederhana

tetapi efektif dan sesuai dengan hasil penelitian teoritis para peneliti sebelumnya.

Akhir-akhir ini, telah ditemukan jenis superkonduktor baru yang mempunyai suhu kritis

cukup tinggi ( > 30 K ) dan masih dikembangkan terus (Cyrot, 1992). Superkonduktor tersebut

termasuk superkonduktor tipe II dan terbuat dari bahan oksida keramik yang cenderung bersifat an-

isotropik. Penelitian Chin dan Orlando (1988) menunjukkan perlunya efek an-isotropik ini

diperhitungkan dalam merumuskan harga medan nukleasi permukaan.

Berdasarkan uraian di atas, hendak dikaji bagaimana cara mencari hubungan antara harga

medan nukleasi permukaan superkonduktor an-isotropik tipe II dan arah medan magnet luar dengan

metode variasi.
3

2. METODE KOMPUTASI

Dalam penelitian ini, bentuk geometri superkonduktor an-isotropik tipe II yang akan dikaji adalah

irisan semi tak berhingga dan dianggap berbatasan dengan isolator seperti terlihat di Gambar 1.

Superkonduktor tersebut dikenai medan magnet H sedemikian rupa sehingga potensial vektor A

berharga :

A (r) = ( 0, µ0 H x cos θ - µ0 H z sin θ, 0 ) (1)

Keadaan an-isotropik bahan superkonduktor dicirikan dengan massanya yang berharga :

1 δ ij
= (2)
mij mi

isolator superkonduktor

0
θ x

Gambar 1 Keadaan superkonduktor an-isotropik yang hendak diteliti

Mengacu pada kerja Chin dan Orlando (1988), persamaan Ginzburg-Landau linear yang

sesuai dengan permasalahan di atas adalah :

3
 ∂  1  ∂ 
∑  − i
∂ xi
− 2eA i   − i
∂ xj
− 2eA j  ψ (r ) = α (T ) ψ (r ) (3)
i, j   2mij  

dan syarat batasnya adalah :

 ∂ψ 
  = 0 (4)
 ∂ x  x= 0
4

Persamaan (3) dapat diselesaikan dengan membuat permisalan harga ψ sebagai :


i k y cos θ
ψ = f ( x , y )e (5)

dan memilih parameter-parameter berikut :

my my
β x = dan β z = (6)
mx mz

4eµ 0 H cos θ
X ≡ x (7b)
β x

4eµ 0 H sin θ
Z≡ z (7b)
β z


X 0 ≡ k cos θ (7c)
eµ 0 H

H c 2 (T ) − α m y
ε = = (8)
H eµ 0 H

Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (2), (5) dan parameter-parameter di atas ke dalam

persamaan (3) dan (4) akan diperoleh :

 ∂ 2 Z2   ∂2 X2 
Aˆ f = − 2 β z sin θ  −  f − 2 β cos θ  − f
4   ∂X2 4 
x
 ∂Z
2

− X β x β z sin θ cosθ f − XX 0 β x cosθ f

2
X0
+ ZX 0 β z sin θ f + f = ε f (9)
2

dan

∂f
= 0 di X = 0 (10)
∂X
5

Selain keadaan syarat batas persamaan (10), menurut Nurwantoro (1998), superkonduktivitas

bahan mulai ada di batas permukaan irisan bahan dan menghilang di jarak yang jauh dari

permukaan, sehingga didapat syarat batas tambahan :

f (X,Z) → 0 jika X → ∞ (11)

Persamaan (9) di atas berbentuk fungsi eigen, di mana ε merupakan harga eigennya. Menurut

persamaan (8), jika harga eigen ε tersebut diberikan harga terkecilnya, maka akan diperoleh harga

H terbesar. Harga H terbesar ini menunjukkan batas harga medan magnet luar terbesar yang

mengenai permukaan superkonduktor di mana tepat pada saat itu, sifat superkonduktif mulai timbul

di permukaan bahan. Dengan demikian, harga H terbesar ini dapat diartikan sebagai medan nukleasi

permukaan dan persamaan (8) dapat dituliskan dalam bentuk lain, yaitu :

Hc2
= ε0 (12)
H c3

di mana ε 0 = harga eigen ε terkecil

Cara mencari nilai minimum harga eigen ε persamaan (8) dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan metode variasi. Di dalam metode variasi, suatu persamaan fungsi eigen yang berbentuk

Sturm-Liouville berikut :

d  dy 
 p  + qy + ε wy = 0 (13)
dx  dx 

yang mempunyai syarat batas :

dy
py = 0 pada batas x = x0 dan x = x1 (14)
dx

akan mempunyai harga eigen ε yang sebanding dengan fungsional F[y] berikut :
6

x1  d  dy  
∫ x0
y   p  + qy  dx
 dx  dx  
F[ y] = − (15)
x1

2
y wdx
x0

di mana p,q dan w merupakan fungsi dari x. Jika dapat dipilih suatu fungsi coba y yang sesuai

dengan persamaan (13) dan syarat batas persamaan (14), maka nilai minimum harga eigen ε akan

sebanding dengan nilai minimum fungsional F[y] yang telah disubstitusi fungsi coba y tersebut.

Mengacu pada uraian di atas, dipilih suatu fungsi coba sebagai berikut :

aij e − Z H i ( Z )e − γ X X 2 j
2 2
Nz Nx /4
g( X , Z ) = ∑∑ (16)
i= 0 j= 0 2 i i! 2π

di mana Hi(Z) merupakan polinomial Hermite, aij dan γ merupakan parameter variasi yang akan

ditentukan dalam proses minimisasi, sedangkan Nx dan Nz merupakan bilangan bulat yang akan

menentukan jumlah suku-sukunya. Dengan mengkombinasikan persamaan (9), (15) dan (16), maka

dapat diperoleh suatu fungsional F[y] yang analog dengan persamaan (15) sebagai berikut :

X0
2
 +∞ +∞
 ∂ 2g Z 2 2 
+∞ +∞
 ∂ 2g X 2 2 
F[ g] = +  2 β z sin θ ∫ ∫ dXdZ  − g + g  + 2 β x cos θ ∫ ∫ dXdZ  − g + g 
2  −∞ 0
∂Z2 4  −∞ 0
∂X2 4 
+∞ +∞ +∞ +∞
− β x β z sin θ cosθ ∫ ∫ dXdZ ZXg 2 − X 0 β x cosθ f ∫ ∫ dXdZ Xg
2

−∞ 0 −∞ 0

−1
+∞ +∞
  +∞ +∞

+ X 0 β z sin θ ∫ ∫0  ×  ∫ ∫0 dXdZ g 
2 2
dXdZ Zg (17)
−∞   −∞

∂ F[ g] ∂ 2F[ g ]
Secara analitik, harga F[g] minimum jika ∂ X0
= 0 dan 2 > 0 . Dengan cara tersebut, diperoleh
∂ X0

harga X0: sebagai :

 +∞ +∞
X0 = −

β x cos θ f ∫ ∫ dXdZ
−∞ 0
Xg 2
7

−1
+∞ +∞
  +∞ +∞ 
+ β z sin θ ∫ ∫0 dXdZ Zg  ×  ∫ ∫ dXdZ g 2 
2
  (18)
−∞  −∞ 0 

Jika ada persamaan integral berikut :

∫ dXX n e − 2γ X
2
In = (19)
0

Harga In dapat diselesaikan dengan hubungan rekursi sebagai :

n− 1
In = I n− 2 (20)

dengan

1 π
I1 = dan I 0 = (21)
4γ 8γ

Dengan memperhatikan cara menyelesaikan integral dengan hubungan rekursi tersebut dan

sifat-sifat Polinomial Hermite, persamaan fungsional (17) dapat diselesaikan sehingga menjadi :

 T + T2 + T3 − T4 ( T5 − T6 ) 2 
( { })
F γ , aij =  1 −  (22)
 T7 2T7 2 

di mana :
Nz Nx Nx
T1 = 2 β z sin θ ∑ ∑ ∑ (i + ) I
i= 0 j = 0 l = 0
1
2 2 j + 2l a ij a il

∑ ∑ ∑ [ jl I ]
Nz Nx Nx
T2 = 8 β x cos θ 2 ( j + l − 1) + γ 2 I 2( j + l + 1) − ( j + l )γ I 2( j + l ) aij ail
i= 0 j = 0 l = 0

β x cos θ Nz Nx Nx
T3 =
2
∑∑∑i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l + 1) aij ail

Nz − 1 Nx Nx
T4 = β x β z sin θ cos θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
i + 1I 2 ( j + l )+ 1 (ai + 1 j ail + aij ai+ 1l )
8

Nz Nx Nx
T5 = β x cos θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l )+ 1aij ail

Nz − 1 Nx Nx
T6 = β z sin θ ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
i + 1I 2 ( j + l ) (ai+ 1 j ail + aij ai + 1l )

Nz Nx Nx
T7 = = ∑∑∑
i= 0 j= 0 l = 0
I 2 ( j + l ) aij ail

dan In sama dengan persamaan (20) dan (21) di atas.

Jika fungsional F(γ,{aij}) persamaan (22) tersebut diminimisasikan terhadap satu set

parameter variasi (γ,{aij}), maka akan diperoleh harga eigen terkecil ε0 yang berhubungan dengan

harga medan kritis permukaan Hc3 seperti berikut :

ε0 = harga minimum F(γ,{aij}) (23)

H c2 H c2
H c3 = atau = ε0 (24)
ε0 H c3

Secara tidak langsung, harga Hc2/Hc3 persamaan (24) tersebut merupakan fungsi dari sudut θ,

parameter an-isotropik βx dan βz, satu set parameter aij dan γ, serta Nx dan Nz. Sudut θ digunakan

untuk menentukan arah medan magnet luar H. Harga βx dan βy dipakai untuk menentukan sifat

isotropik atau an-isotropik superkonduktor, di mana jika harga βx dan βz bernilai satu, maka akan

diperoleh harga Hc2/Hc3 superkonduktor isotropik, sebaliknya jika diberi nilai pecahan, maka akan

diperoleh harga Hc2/Hc3 superkonduktor an-isotropik. Satu set parameter aij dan γ merupakan

parameter variasi dalam proses minimisasi. Harga Nx dan Nz digunakan untuk menentukan panjang

deret fungsi coba persamaan (16).

Adapun cara mencari harga minimum F(γ,{aij}) dalam penelitian ini dilakukan dengan

memakai program komputer. Program tersebut memakai Procedure Amoeba dari buku Numerical-
9

Recipes (Press, 1987), yaitu suatu procedure yang digunakan untuk mencari nilai minimum suatu

fungsi berdasarkan Metode Minimisasi Downhill Simplex.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari metode komputasi yang digunakan, dapat diperoleh data harga Hc2/Hc3 untuk berbagai

sudutθ serta untuk berbagai harga βx dan βz. Untuk mengetahui kebenaran metode komputasi ini,

hasilnya perlu dibandingkan dengan hasil para peneliti sebelumnya. Jika harga βx dan βz dipilih

berharga satu serta sudut θ = 00 dan θ = 900, maka harga Hc2/Hc3 metode komputasi ini dapat

dibandingkan dengan hasil penelitian Saint-James dan de Gennes (Tinkham, 1996), seperti dapat

dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Harga Hc2/Hc3 superkonduktor isotropik (βx=1 dan βz=1) hasil


penelitian Saint-James dan de Gennes serta penelitian ini.

Harga Hc2/Hc3 pada


Jenis Penelitian
θ = 00 θ = 900
Penelitian Saint-James dan de Gennes 0,59 1
Nx = 1 dan Nz = 1 1,183622 1,000000
Nx = 2 dan Nz = 2 0,890298 1,000000
Nx = 3 dan Nz = 3 0,750128 1,000000
Penelitian ini
Nx = 4 dan Nz = 4 0,602810 1,000000
Nx = 5 dan Nz = 5 Sulit menentukan harga awal aij
dan γ di program komputer

Dari tabel tersebut terlihat bahwa dengan metode ini, harga Hc2/Hc3 akan semakin mendekati

hasil penelitian Saint-James dan de Gennes, jika harga Nx dan Nz dipilih berharga semakin besar.

Harga terbesar yang bisa dipilih adalah empat, karena di atas harga tersebut, harga awal aij dan γ

yang harus diberikan di program komputer sulit ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan
10

bahwa metode komputasi ini akan memberikan hasil yang optimal jika dipilih Nx=4 dan Nz=4, di

mana dengan pilihan tersebut, parameter variasi akan berjumlah 26 buah.

Untuk parameter variasi berjumlah 26 buah serta βx dan βz berharga satu, gambar grafik hasil

penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian Nurwantoro dapat dilihat di Gambar 2 berikut

1.3

1.1

data penelitian
Hc2/Hc3 0.9
data Nurwantoro

0.7

0.5
0 15 30 45 60 75 90
sudut θ

Gambar 2 Grafik perbandingan harga Hc2/Hc3 antara penelitian ini dan


penelitian Nurwantoro (1998)

Dari gambar tersebut terlihat kurva data Hc2/Hc3 penelitian ini berharga lebih besar

dibandingkan dengan data Nurwantoro, namun mempunyai kecenderungan grafik yang sama.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini secara umum

sudah benar, namun hasilnya sedikit kurang teliti. Meski demikian, sampai dengan satu angka di

belakang koma, hasil penelitian ini dapat dianggap benar. Kekurangtelitian metode ini diperkirakan

karena harga Nx dan Nz yang kurang besar. Selain itu, faktor pembulatan dalam perhitungan
11

numerik juga ikut mempengaruhi kekurangtelitian, namun diperkirakan pengaruhnya jauh lebih

kecil dibandingkan dengan faktor harga Nx dan Nz.

1,7

1,6

1,5

1,4
Hc3/Hc2
1,3

1,2

1,1

1
0 45 90
sudut θ

Gambar 3 Grafik Hc3 /Hc2 superkonduktor an-isotropik sebagai fungsi


sudut θ pada βx =1 dan βz=0.7

Setelah dibandingkan dengan hasil peneliti lain untuk superkonduktor isotropik, metode ini

akan dibandingkan dengan hasil penelitian lain untuk superkonduktor an-isotropik. Ketika hasil

perhitungan dibuat dalam bentuk Hc3 /Hc2 dengan harga βx = 1 dan βz = 0,7 maka dalam batas sudut

θ antara 00 sampai 900, keadaannya sama dengan hasil penelitian Chin dan Orlando (1988) seperti

terlihat di Gambar 3. Jika kedua gambar tersebut dibandingkan, maka terlihat kurva Hc3 hasil

penelitian ini mempunyai kecenderungan grafik yang sama dengan kurva Hc3 tanpa efek proksimitas

hasil penelitian Chin dan Orlando, tetapi dengan harga yang sedikit berbeda. Hasil ini memperkuat

kesimpulan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini sudah benar, namun hasilnya sedikit

kurang teliti.
12

Hc2 /Hc3 2

5
4 .5
4 5
3 .5 4 .5
3 4
2 .5 3 .5
3
2 2 .5
1 .5 2
βz 1 1
1 .5
0 .5 0 .5 βx

Gambar 4 Grafik tiga dimensi Hc2 /Hc3 sebagai fungsi βx dan βz untuk sudut θ = 400

Selanjutnya, jika harga Hc2/Hc3 sebagai fungsi βx dan βz dianalisa lebih jauh lagi, tampak jika

βx dan βz berharga tidak satu, ternyata bisa menaikkan atau menurunkan harga Hc2/Hc3

superkonduktor isotropik. Dengan membuat grafik tiga dimensinya, terlihat di Gambar 4 grafik Hc2/

Hc3 berbanding lurus dengan harga βx dan βz untuk sudut tertentu. Dari analisa terhadap gambar

tersebut, dapat diperkirakan suatu rumus umum Hc2/Hc3 untuk superkonduktor an-isotropik sebagai

berikut :

Hc2 H
( β x , β z ) = c 2 (1,1) β x + ( β z − β x ) sin θ (24)
H c3 H c3
13

H c2
di mana H (1,1) adalah Hc2 /Hc3 superkonduktor isotropik (βx = 1dan βz =1) untuk sudut θ tertentu,
c3
H c2
dan H ( β x , β z ) adalah Hc2/Hc3 superkonduktor an-isotropik untuk sudut θ yang sama dengan
c3
H c2
(1,1)
H c3

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode komputasi di dalam

penelitian ini sudah benar, namun hasilnya kurang teliti. Mengingat sebab utama kekurangtelitian

adalah deret fungsi coba yang kurang panjang, maka jika hendak dilakukan penelitian serupa perlu

dicoba memakai metode minimisasi lain yang memungkinkan digunakannya fungsi coba dengan

deret yang lebih panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Arfken, G., 1985, Mathematical Methods for Physicist, Third Edition, Academic Press. Inc.,
Orlando.

Burger, J.P., Deutscher G., Guyon, E. dan Martinet, A., 1965, Behavior of First- and Second-kind
Superconducting Films Near Their Critical Fields, Phys. Rev., 137A, 835 - 859.

Chin, C. C. dan Orlando, T.P., 1988, Angular Dependence of Hc3 for an Anisotropic Superconductor
with Proximity Effect, Phys. Rev. B, 37, 5811 - 5813.

Cyrot, M. dan Pavuna, M., 1992, Introduction to Superconductivity and High Tc Material, World
Scientific Publication co. Ptc. Ltd., Singapore.

Nurwantoro, P., 1998, A Theoritical Study of The Surface Nucleat Addisson on Field at Hc3 and of
Superconducting Surface Sheaths in Isotropic Type-II Superconductors, Doctor of
Philosophy’s Thesis, University of Birmingham, Birmingham, tidak dipublikasikan.

Press, W.H., Flannery, B.P., Teukolsky, S.A. dan Vetterling, W.T., 1989, Numerical Recipes, The
Art of Scientific Computing, Cambridge University Press, Cambridge.
14

Suzuki, M., 1989, Angular Dependence of The Upper Critical Field of La1.85Sr0.15CuO4 Single-
Crystal Thin Films, Jap. J. Appl.Phys., 28, L1541-L1544.

Tinkham, M., 1996, Introduction to Superconductivity, McGraw-Hill Inc. , Singapore.

Tinkham, M., 1963, Effect of Fluxoid Quantization on Transition of Superconducting Films, Phys.
Rev., 129, 2413 - 2422.

Tomasch, W.J. dan Joseph, A.S., 1964, Experimental Evidence for a New Superconducting Phase
Nucleation Field in Type-II Superconductors, Phys. Rev. Lett., 12, 148 - 150.

Welp, U., Kwok, W.K., Crabtree, G.W., Vandervoort, K.G. dan Liu, J.Z., 1989, Angular
Dependence of The Upper Critical Field of YBa2Cu3O7-δ Single Crystals, Phys. Rev. B, 40,
5263-5265.

Yamafuji, K., Kusayanagi., E. dan Irie, F., 1966, On the Angular Dependence of the Surface
Superconducting Critical Field, Phys. Lett., 21, 11 – 13.

Anda mungkin juga menyukai